Jurnal DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI TANAMAN BUAH DAN SAYURAN DI DAERAH TROPIS

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DampakLitbang

Jurnal perubahan
Pertanian
iklim Vol.
strategi
38 No.
adaptasi
2 Desember
tanaman
2019:
.... 65-76
(Yeli Servina) 65
DOI: 10.21082/jp3.v38n2.2019.p65-76

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI TANAMAN BUAH


DAN SAYURAN DI DAERAH TROPIS

Climate Change Impact and Adaptation Srategy for Vegetable and


Fruit Crops in the Tropic Region

Yeli Servina

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Jalan Tentara Pelajar No. 1A Cimanggu Bogor 16111
Telp. (0251) 8312760, Faks. (0251) 8312760
Email: ysvina@yahoo,com/[email protected]

Diterima: 25 November 2018; Direvisi: 18 Juni 2019; Disetujui: 11 September 2019

ABSTRAK decrease crop productivity and quality, increase the incidence of


new pest and disease, and the outbreaks on vegetable and fruit
Perubahan iklim berdampak negatif terhadap pertanian di daerah crops. Further climate change will disrupt water availability, alter
tropis. Selama ini penelitian dampak perubahan iklim terhadap climate-crop suitability and cause crop failure due to extreme
climate. Several adaptation measures have been developed in
pertanian lebih banyak dilakukan pada tanaman pangan, sementara
pada tanaman hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan farming system, among other adjustment of planting time, using
masih terbatas. Tulisan ini merupakan tinjauan tentang proyeksi resistant varieties to environmental strees, adopting irrigation
technology for efficient water use, using green house and increasing
dampak perubahan iklim di Indonesia yang meliputi curah hujan,
suhu udara, dan iklim ekstrim terhadap produksi tanaman buah dan farmers and extention service capacity through climate field
sayuran, di samping berbagai upaya adaptasi yang telah dilakukan school. For future research it is necessary to assess climate
projections with several scenarios and Global Circular Models
dan tantangan pembangunan hortikultura ke depan. Perubahan
iklim pada tanaman sayuran dan buah-buahan terbukti menurunkan (GCMs) and their impact on future vegetable and fruits crops by
kuantitas dan kualitas produksi, munculnya hama penyakit baru, developing crop modeling which should be given a priority of in
agriculture. This information crucially needed for adaptation
meningkatnya serangan hama dan penyakit, gagal panen,
penurunan kapasitas air irigasi, perubahan kesesuian lahan dan strategy and a long term agricultural planning in the future.
tanaman. Beberapa langkah adaptasi yang sudah dilakukan yaitu Keywords: Vegetable, fruit, climate change, global circular model,
penyesuaian sistem usaha tani yang meliputi penggunaan varietas adaptation
toleran cekaman lingkungan, penyesuian waktu tanam, penggunaan
teknik irigasi hemat air, pengembangan teknologi pencarian sumber
daya air baru, penggunaan rumah kasa/rumah plastik, peningkatan PENDAHULUAN
kemampuan petani dan penyuluh dalam memahami perubahan
iklim melalui sekolah lapang. Ke depan masih perlu dilakukan kajian
proyeksi iklim dengan berbagai skenario dan berbagai Global
circular model (GCM) serta kajian dampak perubahan iklim P roduk hortikultura umumnya merupakan komoditas
penting karena memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap devisa negara. Hal ini dibuktikan oleh
terhadap tanaman sayur dan buah unggulan melalui pengembangan
pemodelan sistem usaha tani. Informasi proyeksi dampak beberapa indikator makro, antara lain pendapatan
perubahan iklim diperlukan sebagai upaya adaptasi dan perencanaan domestik bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang terlibat
pembangunan pertanian yang dikaitkan dengan perubahan iklim. dalam usaha tani, dan nilai tukar petani (NTP). Pada tahun
Kata kunci: Buah-buahan, sayuran, perubahan iklim, global 2017 PDB produk hortikultura mencapai Rp 134,821 milyar
circular model, adaptasi (Kementerian Pertanian 2018), dengan jumlah rumah
tangga usaha pertanian 10,6 juta (BPS 2014), dan NTP
101,35 pada akhir tahun 2018 (BPS 2019).
ABSTRACT Komoditas hortikultura meliputi tanaman semusim
dan tanaman tahunan. Sampai saat ini, Kementerian
Climate change has significant negative impact on agriculture in Pertanian mencatat 323 jenis tanaman hortikultura yang
tropical region. Inrecent years, research on climate change has terdiri atas 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayuran, 66 jenis
focused mainly on food crops while horticultural crops have biofarmaka (tanaman obat), dan 117 jenis tanaman hias
received little attention. This paper is an overview of Indonesian (florikultura) (Direktorat Jenderal Hortikultura 2015).
future climate projection for precipitation, temperature and Namun baru sekitar 90 jenis komoditas hortikultura yang
extreme climate, climate change impact and adaptation strategies
terdata pada statistik pertanian. Berdasarkan tingkat
on vegetable and fruit crops and future challenge for horticultural
kepentingannya, komoditas hortikultura dibagi ke dalam
development under climate change. The climate change will
66 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

tiga kelompok, yaitu komoditas utama, komoditas perubahan iklim dan dampaknya terhadap sosial ekonomi.
penyangga, dan komoditas rintisan. Kementerian IPCC merupakan gabungan World Meteorological
Pertanian telah menetapkan beberapa komoditas utama Organization(WMO) dan United Nations Environment
dan unggulan hortikultura yaitu cabai, bawang merah, Programme (UNEP). IPCC mengeluarkan Assessment
kentang, jeruk, mangga, manggis, salak, pisang, durian, report yang berisi perkembangan hasil penelitian terkini
jahe, anggrek dan krisan. terkait perubahan iklim yang meliputi penyebabnya,
Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya potensi dampak, dan strategi yang perlu dilakukan.
produk hortikultura makin meningkat, tidak hanya sebagai Publikasi IPCC secara global telah dijadikan referensi oleh
bahan pangan tetapi juga memberikan manfaat untuk para peneliti iklim, pengambil kebijakan, dan kalangan
kesehatan, kecantikan, estetika dan kelestarian ilmiah terkait.
lingkungan. Peningkatan permintaan terhadap produk Untuk melihat proyeksi iklim ke depan digunakan
hortikultura juga terus meningkat seiring dengan berbagai model iklim yang dikenal sebagai Global
pertambahan jumlah penduduk. Untuk dapat memenuhi Circular Model (GCM) dan disimulasi dengan berbagai
permintaan pasar perlu diupayakan peningkatan skenario proyeksi. Berbagai lembaga iklim dunia telah
produktivitas komoditas hortikultura secara berkelan- mengeluarkan GCM yang tergabung dalam Couple Model
jutan. Namun pembangunan pertanian hortikultura Intercomparison Project Phase 5 (CMIP5). Sampai saat
dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah, salah ini multimodel CMIP5 terdiri atas 28 pusat pemodelan iklim
satunya perubahan iklim. dan 40 GCM.
Tanaman hortikultura dibudayakan pada berbagai Pada tahun 1992 IPCC mengeluarkan skenario
agroekosistem di perdesaan maupun di pinggiran proyeksi IS92. Ini merupakan skenario global pertama
perkotaan (peri-urban farming), baik di dataran tinggi yang mengestimasi gas rumah kaca. Pada tahun 1996 IPCC
maupun dataran rendah. Mengingat macam komoditas memutuskan untuk mengembangkan skenario emisi baru
hortikulura sangat beragam dan dibudidayakan di hampir melalui Special Report on Emissions Scenarios (SRES).
semua agroekosistem, maka kajian dampak perubahan Skenario emisi ini digunakan sebagai input dalam
iklim terhadap komoditas ini sangat diperlukan dalam Assessment Report III dan IV. Skenario SRES terbagi
upaya peningkatan produktivitas dan keberlajutan sistem menjadi empat storyline yang disebut family A1, A2, B1,
produksi. dan B2. Tiap storyline menampilkan perbedaan demografi,
Perubahan iklim memicu perubahan lingkungan yang sosial, ekonomi, teknologi, dan pembangunan lingkungan
menyebabkan berubahnya respon tanaman. Menurut (IPCC 2000). Pada Assessment Report 5 (AR5) digunakan
Direktorat Perlindungan Hortikultura (2014), pada tahun skenario baru yaitu Representative Concentration
2010 terjadi fenomena iklim La-Niña dengan intensitas Pathways (RCP). Skenario ini didasarkan pada radiative
sedang, sehingga mengganggu produktivitas sayur- forcing yang didefinisikan sebagai perbedaan energi
sayuran dan buah-buahaan di Indonesia. Produksi buah- yang diterima bumi dengan yang dipantulkan. Nilai
buahan saat itu menurun 3575% dan produksi sayuran radiative forcing yang makin besar menandakan energi
turun 2025% dari kondisi iklim normal. Akibatnya, terjadi yang masuk ke bumi makin banyak sehingga dapat
kelangkaan kedua produk penting tersebut yang memicu memanaskan bumi. Hubungan antara konsentari CO2 dan
kenaikan harganya di pasar. radiative forcing adalah logaritmik perubahan
Selama ini kajian dampak perubahan iklim di konsentrasi kecil yang dapat meningkatkan radiative
Indonesia lebih terfokus pada tanaman pangan, forcing. Terdapat empat skenario RCP, yaitu RCP 2,6
sedangkan pada komoditas hortikultura masih sangat (strategi mitigasi agresif ), RCP 8,5 (business as usual), RCP
terbatas (Hutabarat et al. 2012). Penyusunan strategi 6,0 (menengah-tinggi), dan RCP 4,5 (menengah-rendah).
khusus diperlukan untuk meminimalkan dampak
perubahan iklim yang telah menyebabkan kerugian dan
kehilangan hasil pertanian. Proyeksi Suhu Udara, Curah Hujan, dan
Makalah ini merupakan tinjauan proyeksi perubahan Iklim Ekstrim Indonesia
iklim Indonesia yang meliputi curah hujan, suhu udara dan
iklim ekstrim, serta dampak perubahan iklim terhadap Indonesia Climate Change Sectoral roadmap (ICCSR)
komoditas hortikultura, khususnya buah buahan dan (2009) melaporkan suhu di Indonesia pada periode 2020-
sayuran. 2050 diproyeksikan akan meningkat rata-rata 0,8-1,0oC.
Peningkatan suhu udara di wilayah Jawa-Bali 20C, 2,50 C
dan 30C masing-masing untuk skenario B1, A1B, dan A2.
PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan GCM dan
INDONESIA skenario RCP, suhu udara di Indonesia meningkat
dibandingkan periode 1980-2010 dimana pada periode
Proyeksi Perubahan Iklim 20112040 dengan scenario RCP 8,5 suhu udara
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) diproyeksikan meningkat 0.80.6 0 C, dan pada tahun 2041
adalah lembaga khusus yang bertugas mengkaji sekitar 1,6-1,8 0C. (Faqih et al. 2016).
Dampak perubahan iklim strategi adaptasi tanaman .... (Yeli Servina) 67

Akan halnya curah hujan, sebagian wilayah Dampak Perubahan Suhu Udara
Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan
dan sebagian lagi menurun. Wilayah yang diproyeksi Suhu udara adalah salah satu faktor iklim yang sangat
mengalami peningkatan curah hujan adalah Sumatera dan mempengaruhi tanaman. Pengaruh suhu udara terhadap
Kalimantan bagian utara, Sulawesi dan sebagian besar tanaman sudah banyak dikaji melalu fenologi yaitu ilmu
Papua. Wilayah yang diproyeksi mengalami penurunan tentang fase-fase pertumbuhan tanaman secara alami.
curah hujan ialah bagian selatan Sumatera dan Setiap tanaman memiliki karakter fenologi yang berbeda
Kalimantan, sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dan merupakan indikator penting dalam pertumbuhan dan
(Faqih et al. 2016). perkembangan tanaman. Fenologi sangat dipengaruhi
Awal musim hujan dan musim kemarau juga oleh suhu sehingga dapat dijadikan sebagai indikator
diproyeksikan berubah. Awal musim kemarau pada sensitif dan akurat dalam mempelajari pengaruh
sebagian besar daerah Pulau Jawa lebih cepat, sedangkan perubahan iklim, terutama peningkatan suhu udara,
awal musim hujan cenderung mundur. Pulau Jawa terhadap pertumbuham tanaman seperti pergeseran waktu
diproyeksikan mengalami musim kemarau yang lebih berbunga dan sebagainya (Chmielewski et al. 2004; Tao et
panjang dan musim hujan yang lebih pendek al. 2006; Cleland et al. 2007; Pau et al. 2011; Wang et al.
dibandingkan kondisi saat ini (Setyawardhana and 2017; Zhu et al. 2017).
Susandi 2015). Disamping perubahan awal musim, Mengingat variasi spasial dan temporal suhu udara di
distribusi hujan bulanan diproyeksikan berubah dan Indonesia tidak terlalu besar maka kajian tentang fenologi
berbeda antar wilayah (ICCSR[Indonesia Climate Change jarang dilakukan. Kajian perubahan iklim dan fenologi
Sectoral roadmap] 2010). Tren perubahan distribusi curah tanaman lebih banyak dilakukan di negara-negara
hujan dapat dilihat pada Tabel 1. subtropis karena variasi suhu udara secara spasial dan
Informasi unsur iklim lain yang sangat penting bagi temporal sangat tinggi. Kajian fenologi di Indonesia
pertanian ialah kebutuhan proyeksi iklim esktrem. Iklim sangat penting untuk tanaman hortikultura yang berasal
ekstrim telah menyebabkan kehilangan hasil pertanian dari negara subtropis seperti kentang yang sangat sensitif
yang sangat signifikan (Surmaini and Faqih 2016). terhadap suhu udara. Kajian fenologi di Indonesia juga
Gustomy (2016) melaporkan peluang curah hujan ekstrim penting untuk melihat proyeksi produksi tanaman pada
di Indonesia diproyeksikan cenderung meningkat di tinjau masa yang akan datang karena suhu udara diproyeksikan
dari aspek intensitas, frekuensi maupun wilayah yang meningkat. Namun penelitian tersebut sampai saat ini
terdampak (Faqih et al. 2016). masih terbatas.
Beberapa penelitian menyebutkan telah terjadi
perubahan fenologi tanaman sayuran akibat peningkatan
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM suhu udara seperti pada komoditas salada (Pearson et al.
TERHADAP PRODUKTIVITAS 1997), kentang (Pulatov et al. 2015), dan kacang polong
(Anwar et al. 2015). Di samping perubahan fenologi,
TANAMAN
peningkatan suhu juga menyebabkan perubahan
morfologi tanaman. Handayani et al. (2013) melaporkan
Perubahan iklim menyebabkan berubahnya kondisi
peningkatan suhu udara menyebabkan tanaman kentang
lingkungan yang berdampak terhadap kurang optimalnya
tumbuh lebih tegak, batang memanjang, ukuran daun
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi
mengecil, dan permukaan umbi tidak teratur. Peningkatan
yang kurang optimum, pertumbuhan tanaman akan
suhu udara juga mempengaruhi kandungan gula, asam
terganggu yang pada akhirnya menurunkan produksi dan
organik, dan kadar aktioksidan sayuran. (Moretti et al.
kualitas hasil. Setiap tanaman membutuhkan kondis iklim
2010).
yang berbeda umtuk dapat berproduksi optimal, sehingga
Salwati et al. (2013) meneliti model simulasi tanaman
perubahan iklim akan memberikan dampak yang berbeda
kentang pada tiga dataran tinggi di Indonesia. Penelitian
pula terhadap setiap jenis tanaman. Janis tanaman
bertujuan melihat pengaruh faktor iklim terhadap fenologi
hortikultura cukup banyak sehingga sulit mengambil
tanaman kentang melalui model simulasi dan validasi di
kesimpulan mengenai dampak perubahan iklim terhadap
lapang. Hasil penelitian menunjukkan model yang diteliti
pertumbuhan dan produksi komodutas ini secara umum.
dapat menyimulasi proses dari setiap fase perkembangan
Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang intensif dan
tanaman, produksi biomassa dari masing-masing organ
komprehensif (Hutabarat et al. 2012).
tanaman berupa akar, batang, daun, dan umbi, serta leaf
Dampak perubahan iklim terhadap produksi
area indeks (LAI) dan kadar air tanah sesuai dengan
komoditas hortikultura juga bergatung pada kondisi
pengukuran di lapang. Berdasarkan hasil penelitian
geografi dan intensitas perubahan iklim itu sendiri (Webb
tersebut dapat disimpulkan model simulasi dapat
2014). Untuk mengetahui dampak perubahan iklim
digunakan untuk melihat proyeksi produksi dan
terhadap komoditas hortikultura dibutuhkan informasi
perencanaan budi daya tanaman pada masa yang akan
respons fisiologis pertumbuhan, perkembangan serta
datang.
kualitas, produksi, dan produktivitas tanaman.
68 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

Tabel 1. Tren perubahan curah hujan Indonesia 2070-2011 berdasarkan GCM dengan scenario A2.

Dampak lain peningkatan suhu udara ialah (2004) yang juga melaporkan adanya hama-hama baru
meningkatnya serangan organisme penggangu tanaman yang menyerang beberapa sayuran dataran rendah.
(OPT). Kenaikan suhu udara juga mempengaruhi siklus Fenologi buah-buahan seperti apel, cheri, pear dan
hidup OPT, suhu yang tinggi akan mempercepat siklus bits mengalami perubahan akibat peningkatan suhu udara
hidupnya sehingga siklus regenerasinya sangat cepat (Chmielewski et al. 2004). Hal yang sama juga dilaporkan
(Forrest 2016; Nopsa et al. 2014). Lebih lanjut Susanti et pada tanaman anggur di berbagai belahan dunia (Pieri et
al. (2011) mengkaji hama dominan pada budi daya bawang al. 2012; Jones and Alves 2012; Webb et al. 2012; Ramos
merah di Brebes, Jawa Barat, menggunakan data 2017; Primack et al. 2009; Guédon and Legave 2008).
perkembangan OPT periode 19932009. Kajian ini Peningkatan suhu udara juga berdampak negatif
menemukan adanya hama-hama dominan baru yang terhadap kualitas buah. mempengaruhi kualitas apel di
sebelumnya belum pernah muncul. Perubahan hama China (Qu and dan Zhou 2016), dan menyebabkan
dominan diperkirakan disebabkan oleh peningkatan suhu kerusakan pigmen warna buah-buahan di Jepang
udara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Susilawati (Morinaga 2007). Suhu udara yang terlalu tinggi juga
Dampak perubahan iklim strategi adaptasi tanaman .... (Yeli Servina) 69

dapat mempengaruhi kadar gula pada buah-buahan Ketersediaan air menentukan keberhasilan budi daya
semusim seperti melon dan strawberry serta memurunkan sayuran. Oleh karena itu, pada budi daya sayuran
kandungan vitamin C pada buah kiwi (Richardson et al. semusim, penentuan waktu tanam berdasarkan
2004). ketersediaan air menjadi penting. Falatehan and Rifqie
Proses panen dan pascapanen buah-buahan seperti (2008) menemukan perbedaan waktu tanam kubis di
pengangkutan dan penyimpanan juga sangat Kabupaten Bandung menyebabkan perbedaan produksi
dipengaruhi oleh suhu udara (Chandradewi 2014; dan pendapatan petani. Tanaman kubis yang ditanam di
Oramahi et al. 2009; Asgar and Mussadad 2008). Proses awal musim hujan mampu berproduksi lebih tinggi
pemanen dan penyimpanan pada kondisi yang tidak tepat dibandingkan dengan yang ditanam di tengah musim
dapat mempercepat proses pembusukan buah. Pada hujan. Hasil penelitian ini menunjukkan penyesuian waktu
kasus tertentu dapat merusak kandungan gizi buah. tanam berdasarkan ketersediaan air yang bergantung
Proses pembusukan buah dapat terjadi karena perubahan pada curah hujan, sangat penting untuk mendapatkan
suhu udara lebih parah terjadi di daerah tropika basah hasil optimal.
seperti Indonesia (Essono et al. 2007). Naura and Riana (2018) melakukan penelitian dampak
perubahan iklim, dalam hal ini curah hujan pada produksi
dan pendapatan usaha tani cabai merah di Malang, Jawa
Dampak Perubahan Curah Hujan Timur. Hasil penelitian menunjukkan perubahan curah
hujan berpengaruh nyata terhadap produksi dan
Variabilitas curah hujan Indonesia sangat tinggi, baik pendapatan petani cabai.
secara spasial maupun temporal. Secara ekonomi, Adiyoga and Basuki (2018) mengkaji persepsi petani
perubahan intensitas dan frekuensi curah hujan sangat sayuran tehadap perubahan ikim di Sulawesi Selatan.
berpengaruh terhadap pertanian Indonesia. Dampak Secara umum hasil penelitian menunjukkan perubahan
perubahan curah hujan nyata terhadap peningkatan iklim tidak jarang menggagalkan panen dengan risiko
serangan OPT pada tanaman sayuran (Susanti et al. 2015; kerugian yang semakin tinggi dan berpengaruh langsung
Bande et al. 2015; Nurhayati and Situmorang 2008). terhadap keberlanjutan usaha tani, serangan hama
Direktorat Perlindungan Hortikultura (2015) penyakit tanaman meningkat dan munculnya hama
menyatakan perubahan intensitas curah hujan memicu penyakit baru.
ledakan hama dan penyakit pada budi daya cabai dan Pada tanaman buah-buahan, perubahan pola dan
bawang merah sehigga mempengaruhi laju inflasi di intensitas curah hujan juga berpengaruh nyata terhadap
Indonesia (Gambar 1). Pada saat curah hujan tinggi, serangan OPT. Muryati (2007) melaporkan pada tanaman
serangan penyakit meningkat di antaranya penyakit layu jeruk serangan hama penggerek buah dipengaruhi oleh
fusarium, layu bakteri, dan antraknosa cabai. Pada saat hari hujan. Sementara itu Manurung et al. (2012)
curah hujan rendah, serangan hama meningkat, di melaporkan serangan lalat buah juga dipengaruhi oleh
antaranya ulat bawang, virus kuning, trips cabai, dan kutu jumlah dan hari hujan. Lebih lanjut Setiawati et al. (2002)
kebul. juga melaporkan bahwa adanya peningkatan serangan
hama Liriomyza huidobrensis tanaman kentang pada

Gambar 1. Pengaruh curah hujan terhadap serangan hama penyakit dan produktivitas cabai dan bawang merah (Sumber:
Direktorat Perlindungan Hortikultura 2015).
70 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

musim kemarau. Hari hujan meningkatkan intensitas Surmaini and Faqih (2016) menyatakan iklim ekstrim
penularan penyakit getah kuning pada buah manggis yang paling besar pengaruhnya terhadap pertanian di
yang menyebabkan penurunan kualitas buah (Mansyah Indonesia ialah kejadian El-Niño dan La-Niña. El-Niño
et al. 2009). menyebabkan penurunan curah hujan yang menyebabkan
Rahayu and Muhandoyo (2014) mengidentifikasi kekeringan dan pada tahun La-Niña terjadi peningkatan
bahwa curah hujan adalah faktor iklim yang paling curah hujan yang memicu terjadinya banjir. El-Niño
berpengaruh terhadap produksi apel di Malang, Jawa memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap
Timur. Hasil penelitian ini relatif berbeda dengan produksi tanaman pangan (Surmani dan Faqih 2016).
penelitian (Ruminta 2014) yang melaporkan bahwa Sebaliknya, pada tanaman hortikultura dampak La-Niña
produksi apel di Batu Malang lebih dipengaruh oleh lebih signifikan (Sarvina and Sari 2017).
faktor non iklim dibandingkan dengan iklim. Namun ke Sarjana et al. (2007) melaporkan El-Niño sangat
depan pengaruh perubahan kondisi iklim diperkirakan mengganggu usaha tani hortikultura di Jawa Tengah.
akan berdampak lebih signifikan. Akibat kemarau panjang, petani mengalami penurunan
Pada tanaman buah-buahan tahunan seperti produksi, penundaan jadwal tanam, kekurangan air, dan
manggis, durian, mangga dan alpukat, curah hujan meningkatnya biaya usaha tani. Pahlevi (2002) juga
menentukan proses produksi, pengaruhnya bergantung melaporkan bahwa budi daya kentang dan cabai di
pada fase tanaman. Curah hujan tinggi pada fase Kabupaten Bandung dan Sukabumi Jawa Barat
berbunga dan berbuah dapat menyebabkan gugurnya dipengaruhi oleh ENSO, sehingga perlu diwaspadai waktu
bunga dan calon buah. Pada proses pematangan buah, tanam pada kejadian El-Niño dan La-Niña guna menekan
curah hujan tinggi mempercepat pembusukan buah kehilangan hasil.
sehingga merusak kualitas buah. Aldrian (2016) melaporkan berbagai fenomena iklim
Periode kering merupakan proses stressing yang ekstrim lain yang sering terjadi di Indonesia dan
sangat dibutuhkan tanaman tahunan dalam pembentukan berdampak buruk terhadap pertanian (Tabel 2). Namun
bunga. Curah hujan tinggi pada periode ini menyebabkan belum banyak penelitian yang mengkaji dampak fenomena
kegagalan pembentukan bunga. Salakpetch (2005) tersebut secara detail terhadap pertanian, terutama
menyebutkan bahwa pembungaan pada tanaman tanaman sayuran dan buah-buahan. Kajian-kajian
tahunan seperti durian dipengaruhi oleh faktor internal tersebut harus dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya,
dan eksternal. Faktor internal lebih disebabkan oleh wilayah yang terdampak dan periode yang paling
kondisi hormon sedangkan faktor eksternal yang utama berpengaruh. Penelitian fenomena iklim El-Niño dan La-
adalah periode kering yang harus terjadi secara kontinu Niña diharapkan dapat menghasilkan informasi indikator
antara 714 hari yang akan menghasilkan tekanan daun - iklim tertentu yang paling berpengaruh terhadap sistem
0,08 MPa. Suhu udara yang rendah 2022 oC dan usaha tani tanaman sayuran dan buah-buahan. Informasi
kelembaban udara 50-60% dibutuhkan tanaman untuk indikator ini dapat digunakan untuk prediksi kondisi usaha
pengembangan bunga. Hal ini sejalan dengan temuan tani sehingga kehilangan hasil akibat faktor iklim dapat
Sutrisno and Kartiwa (2013) bahwa tingkat pembungaan ditekan.
mangga di Indramayu Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh
curah hujan.
Pengaruh lain dari curah hujan terhadap tanaman Kesesuaian Lahan
buah-buahan ialah ketersediaan air untuk irigasi.
Sebagian besar tanaman buah-buahan dibudidayakan Suhu udara dan curah hujan adalah faktor lingkungan
pada lahan kering. Penurunan curah hujan berpotensi yang sangat penting dalam kajian kesesuian lahan dan
menurunkan produksi. Kebutuhan irigasi juga diprediksi tanaman. Perubahan curah hujan dan suhu udara akibat
akan meningkat karena suhu udara yang tinggi menye- perubahan iklim akan menyebabkan kesesuaian lahan dan
babkan laju transpirasi tanaman juga semakin tinggi. tanaman juga berubah. Sampai saat ini belum ada
penelitian tentang pengaruh dampak perubahan iklim
terhadap kesesuaian lahan bagi tanaman sayuran dan
Dampak Iklim Ekstrim buah buahan di Indonesia. Namun untuk komoditas kopi,
Schroth et al. (2015) telah melakukan penelitian dimana
Kondisi iklim yang paling banyak menyebabkan perubahan iklim telah menyebabkan kesesuaian lahan
kehilangan hasil komoditas hortikultura ialah iklim tanaman kopi mengalami pergeseran. Penelitian ini juga
ekstrim. Pada tanaman sayuran seperti cabai dan bawang sudah menghasilkan proyeksi kesesuaian lahan pada
merah, curah hujan ekstrim berpengaruh langsung yang masa yang akan datang dengan menggunakan berbagai
menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan mati model iklim.
muda, memicu perkembangan penyakit cendawan Proyeksi kesesuaian lahan diperlukan dalam
(antaknosa) dan bakteri. Hal ini menyebabkan pengembangan tanaman tahunan karena memerlukan
produktivitas menurun 2025%, bahkan dapat mengalami investasi yang besar dan siklus hidupnya yang panjang.
gagal panen (Direktorat Perlindungan Hortikultura 2014). Pada tanaman semusim, penyesuian terhadap kondisi iklim
Dampak perubahan iklim strategi adaptasi tanaman .... (Yeli Servina) 71

Tabel 2. Berbagai fenomena iklim ekstrim dan dampaknya terhadap pertanian di Indonesia.

Gejala iklim dan referensi Dampak iklim ekstrem Durasi waktu

Pergerakan semu Inter Tropical Convergence Pergeseran awal musim Tahunan


Zone (ITCZ)
The Indonesian throughflow Low SST, laju penguapan rendah Musim kemarau
ENSO activity Kekeringan dan kebakaran hutan 1,5 tahun
Indian Dipole Mode Activity Kekeringan di Jawa, Lampung, Sumsel 3 bulan
(Indonesia barat daya)
Indian Summer Monsoon Kekeringan di Aceh, Sumut (Indonesia Musim kemarau
barat laut)
Cold surge and cross equatorial advection Kekeringan dan kebakaran hutan di Riau, Mingguan
Jambi, Kalbar , banjir di Jawa barat
Intra seasonal variability (MJO), easterly Bervariasi mengikuti tahun normal atau ENSO 30-90 harian
Kelvin wave and equatorial jet

Sumber: Aldrian (2016).

dapat dilakukan melalui pengaturan waktu tanam atau Pada tanaman buah-buahan tahunan seperti durian,
memindahkan lokasi budi daya. manggis, dan rambutan perlu dilakukan penyesuian
kalender budi dayanya. Santoso (2014) sudah membuat
kalender budi daya tanaman durian, pada saat terjadi
BERBAGAI UPAYA ADAPTASI pergeseran musim maka perlu dilakukan penyesuian
kegiatan dalam kalender budi daya tersebut.
Untuk dapat menstabilkan produksi akibat perubahan Untuk penyesuaian waktu tanam dan kalender budi
iklim maka perlu dilakukan berbagai upaya adaptasi. daya pada tanaman buah-buahan dan sayuran diperlukan
Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa upaya prakiraan musim (seasonal forecasting). BMKG telah
adaptasi seperti penyesuain sistem usaha tani, di mengeluarkan prediksi musim menggunakan zona musim.
antaranya penyesuian waktu tanam, pemilihan lokasi, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian
pemilihan varietas, penggunaan rumah kasa, rumah Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) juga telah
plastik dan pengembangan teknologi irigasi serta mengeluarkan prediksi iklim yang lebih spesifik untuk
peningkatan kapasitas petani dan penyuluh melalui pertanian. Informasi tersebut dapat diunduh pada: http://
sekolah iklim. balitklimat.litbang.pertanian.go.id/index.php?option =
com_content&view=article&id=1410:prediksi-iklim-
okt17-mar18&catid=73:prediksi - iklim pertanian & Itemid
=10. Namun pemanfaatn informasi prakiraan iklim untuk
Sistem Usaha Tani
budi daya tanaman hortikultura perlu ditingkatkan
keakuratannya, diseminasi, dan penggunaannya di
Penyesuaian waktu tanam tingkat petani.
Waktu tanam sayuran dan buah-buahan semusim perlu
disesuaikan karena adanya pergeseran musim. Kalender
tanam adalah salah satu inovasi Badan Litbang Pertanian Pengembangan varietas dan teknologi
yang digunakan untuk menentukan waktu tanam yang rumah kasa
tepat bagi tanaman pangan berdasarkan dinamika iklim
(Ramadhani et al. 2013). Kalender tanam dimaksudkan Salah satu langkah adaptasi yang sangat penting ialah
untuk membantu petani dalam menentukan waktu terbaik penggunaan dan pengembangan varietas yang adaptif
dimana risiko iklim paling kecil dan potensi produksi dan toleran terhadap cekaman lingkungan dan tahan
paling tinggi. Namun kalender tanam yang sudah serangan hama penyakit tanaman. Pengembangan
dikembangkan baru terbatas pada tanaman padi, jagung, varietas membutuhkan waktu yang lama. Proyeksi iklim ke
dan kedelai. Pada tahun 2016, Pusat Penelitian dan depan dapat menjadi landasan awal bagi penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Kementerian pengembangan pemuliaan tanaman. Jika suatu daerah
Pertanian mulai menginisiasi penyusunan kalender tanam diproyeksi akan mengalami penurunan curah hujan maka
komoditas hortikultura yang difokuskan pada bawang varietas yang akan dikembangkan adalah varietas toleran
merah. (Pramudia and Puspita 2017; Kiloes and Pramudia kekeringan dan sebaliknya.
2017). Komoditas ini dianggap penting karena fluktuasi Teknologi lain yang sudah diterapkan dalam rangka
produksi dan harganya yang tinggi. adaptasi perubahan iklim ialah teknologi rumah kasa.
Teknologi rumah kasa di Indonesia lebih banyak ditujukan
72 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

untuk mengurangi serangan hama dan penyakit serta kebutuhan tanaman dan area irigasi lebih kecil sehingga
menciptakan kondisi lingkungan optimal bagi menghemat penggunaan air. Namun penelitian tentang
pertumbuhan tanaman. Teknologi ini mampu mengurangi kebutuhan air untuk setiap komoditas hortikultura masih
serangan hama pada tanaman cabai di dataran rendah diperlukan.
1228,5%, menekan penggunaan pestisida, dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi telah
meningkatkan produksi hingga 927,5% dibandingkan mengembangkan sistem irigasi tetes menggunakan radiasi
dengan budi daya di lingkungan terbuka (Moekasam and surya pada lahan kering (Balitklimat 2017). Rejekiningrum
Prabaningrum 2012). Pada dataran tinggi, pengunaan and Kartiwa (2017) melaporkan teknologi sistem irigasi
teknologi ini juga mampu menekan penggunaan pestisida, tetes dengan radiasi surya telah dikembangkan di Playen,
meningkatkan hasil cabai sehingga dapat direkomen- Gunung Kidul, dan Bantul Yogyakarta. Penggunaan
dasikan sebagai teknologi baru budi daya cabai merah di teknologi radiasi surya ini dapat menghemat pengeluaran
dataran tinggi (Moekasam et al. 2015). Adiyoga et al. untuk irigasi, lebih ramah lingkungan dan mampu
(2007) melaporkan budi daya tanaman paprika, cherry, menurunkan emisi gas rumah kaca. Hal ini sejalan dengan
tomat, dan mentimun di rumah kasa berdasarkan indikator hasil penelitian Joubert, M.D., Ridwan, D. dan Pratiwi
efesiensi pengusahaanya bernilai positif yang berarti (2017).
menguntungkan. Kajian tentang bentuk rumah kasa yang Kementerian Pertanian sejak 2014 telah
sesuai untuk suatu wilayah sangat penting dilakukan, mengembangkan embung pertanian (Direktorat Irigasi
karena perbedaan bentuk rumah kasa mempengaruhi Pertanian 2017). Embung pertanian adalah salah satu
kondisi lingkungan di dalam rumah kasa tersebut (Gunadi teknologi panen air (water harvesting) dan konservasi air
et al. 2008). yang sederhana dengan biaya relatif murah dan dapat
Kendala utama budi daya komoditas hortikultura di dijangkau oleh petani. Hamdani et al. (2016) menyatakan
rumah kasa, terutama di dataran rendah, ialah suhu yang teknologi panen hujan dan aliran permukaan di
lebih tinggi dibandingkan dengan di luar rumah kasa Limampoccoe, Kecamatan Cenranae, Kabupaten Maros
sehingga transpirasi dalam rumah kasa sangat tinggi. Jika Sykawsi Selatan mampu meningkatkan intensitas
tidak diiringi oleh irigasi yang tepat, tanaman menjadi mati. pertanaman dan pendapatan petani.
Oleh sebab itu perlu diupayakan menstabilkan suhu di Untuk meningkatkan retensi tanah telah
dalam rumah kasa, antara lain dengan membuat alat dikembangan teknologi pembenah tanah (Dariah et al.
pemantauan iklim seperti yang dikembangkan Wahono et 2015) dan pengembangan biochar (Nurida 2014). Biochar
al. (2014). Alat ini mampu menurunkan suhu 3-9oC dan berfungsi sebagai pembenah tanah yang dapat
meningkatkan kelembaban 2530%. Balitklimat juga telah memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga mampu
mengembangkan pemantauan iklim mikro menggunakan meretensi hara dan air pada lahan yang tergradasi. Biochar
wireless sensor network (WSN) (Lestari et al. 2013). dikembangkan dari sisa-sisa bahan pertanian seperti
Untuk pengembangan alat ini ke depan masih harus dikaji sabut, tempurung kelapa, dan kulit jagung.
kelayakannya dari segi ekonomi dan teknis.

Peningkatan Kapasitas Petani


Pengembangan teknologi irigasi dan Penyuluh

Untuk mengatasi kelangkaan air bagi pertanian di masa Sekolah lapangan adalah salah satu upaya untuk
yang akan datang, terutama di wilayah yang diproyeksi meningkatkan kapasitas petani dalam beradaptasi
akan mengalami penurunan curah hujan, perlu terhadap perubahan iklim (Winarto et al. 2008). Edukasi
dikembangkan teknologi pengurangan atau penghematan terpadu melalui penyuluhan pertanian maupun sekolah
penggunaan air dan teknologi mendapatkan sumber daya lapang iklim perlu terus dilakukan untuk mengoreksi
air. Upaya penghematan penggunaan air dapat dilakukan beberapa perbedaan persepsi tentang penyebab
melalui perbaikan saluran irigasi, penjadwalan irigasi yang perubahan iklim (Adiyoga and Basuki 2018). Persepsi
tepat, pengembangan varietas rendah kebutuhan air, petani yang berbeda terhadap perubahan iklim
pengurangan area irigasi, dan perbaikan retensi tanah. mempengaruhi mereka untuk dapat beradaptasi (Hasan
Untuk memperoleh air antara lain dapat dilakukan melalui and Kumar 2019). Oleh karenanya diperlukan sekolah
penerapan teknologi panen hujan, pencarian sumber daya lapang iklim untuk menyamakan persepsi serta
air, dan pembangunan embung atau kolam sederhana mendiseminasikan teknologi adapasi terhadap perubahan
penampung air. ikkim.
Irigasi tetes adalah sistem irigasi yang telah banyak Kementerian Pertanian sejak tahun 2012 telah
digunakan pada budi daya tanaman hortikultura menyelenggarakan sekolah lapang iklim (SLI) hortikultura
(Setiapermas and Zamawi 2015; Setiapermas and Sodiq (Direktorat Perlindungan Hortikultura 2014). SLI
2008; Fitriana et al. 2015). Dengan sistem ini, penggunaan diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
air lebih efisien karena irigasi dapat diberikan sesuai keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim
Dampak perubahan iklim strategi adaptasi tanaman .... (Yeli Servina) 73

untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap KESIMPULAN


kegiatan usaha tani. SLI diselenggarakan bekerja sama
dengan BMKG sebagai institusi yang berkewajiban Dampak perubahan iklim terhadap tanaman buah dan
menghasilkan informasi iklim. Materi yang dikembangkan sayuran di daerah tropis Indonesia di antaranya ialah
dalam sekolah iklim ialah pengenalan unsur cuaca dan penurunan produksi, baik kuantitas maupun kualitas,
iklim, pencatatan data iklim, dampak perubahan iklim munculnya hama baru, peningkatan serangan hama dan
terhadap pertumbuhan tanaman, dan pengendalian hama penyakit serta gagal panen akibat iklim ekstrim. Beberapa
terpadu. upaya adaptasi yang perlu dikembangkan adalah
penyesuian waktu tanam, pengembangan prediksi iklim
untuk pertanian, pengembangan varietas toleran cekaman
PENELITIAN PROYEKSI DAMPAK lingkungan, teknologi rumah kasa, teknologi irigasi dan
PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN panen air serta peningkatan kapasitas penyuluh dan
BUAH DAN SAYURAN petani melalui sekolah lapang iklim.
Pada periode 2020-2050 Indonesia diproyeksikan
Penelitian dampak perubahan iklim yang sudah dilakukan akan mengalami peningkatan suhu udara dan perubahan
umumnya menggunakan data historis dan data curah hujan, baik intensitas dan frekuensi. Awal musim
pengamatan lapang. Informasi dari hasil penelitian ini hujan diproyeksikan berubah dan peluang curah hujan
sangat penting untuk mengetahui pengaruh unsur iklim ekstrim diproyeksikan cenderung meningkat. Dampak
terhadap tanaman buah dan sayuran. Kajian dan perubahan iklim terhadap pertumbuhan komoditas buah
penelitian proyeksi iklim dan dampaknya pada tanaman dan sayuran dapat diidentifikasi melalui pemodelan
buah dan sayuran masih terbatas. Penelitian akan tanaman dengan berbagai skenario. Kajian proyeksi iklim
menghasilkan informasi proyeksi produksi, proyeksi dengan berbagai skenario dan pemodelan tanaman perlu
serangan hama dan penyakit, kebutuhan air tanaman, terus dikembangkan sehingga diperoleh informasi
proyeksi kesesuian lahan dan tanaman serta dampak kuantitatif proyeksi dampak perubahan iklim pada
sosial ekonomi. Penelitian ini perlu dilakukan pada tanaman buah dan sayuran. Informasi ini sangat penting
berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan pada dalam penyusunan langkah adaptasi dan perencanaan
berbagai agroekosistem dan skenario iklim karena dampak pertanian hortikultura dalam jangka panjang.
perubahan iklim sangat bergantung pada komoditas,
agroekosistem, dan intensitas perubahan iklim itu sendiri.
Informasi proyeksi ini dapat dijadikan data awal dalam DAFTAR PUSTAKA
menyusun langkah adaptasi dan perencanaan pertanian
jangka panjang. Adiyoga, W. and Basuki, R.S. (2018). Persepsi Petani Sayuran
Tentang Dampak Perubahan Iklim di Sulawesi Selatan. J. Hort
Pemodelan tanaman adalah perangkat yang dapat 28(1):133–146.
digunakan untuk melakukan analisis dampak perubahan Adiyoga, W., Gunadi, N., Moekasam, T.K. and Subhan (2007).
iklim pada berbagai macam komoditas sayuran dan buah- Identifikasi Potensi dan Kendala Produksi Paprika di Rumah
buahan. Pengembangan model simulasi tanaman di Plastik. J. Hort. 17(1):88–98.
Indonesia masih terbatas. Beberapa model yang sudah Aldrian, E. (2016). Sistem Peringatan Dini Menghadapi Iklim
dikembangkan dapat mempresentasi kondisi lapang Ekstrem. Jurnal Sumber Daya Lahan 10(2):79–90.
Anwar, R.M., Liu, D.L., Farquharson, R. and Macadam, I. (2015).
cukup baik, sehingga dapat digunakan untuk melihat
Climate Change Impacts on Phenology and Yields of Five
dampak perubahan iklim terhadap pertumbuhan tanaman. Broadacre Crops at Four Climatologically Distinct Locations
Pengembangan model simulasi ini menjadi topik penelitian In Australia. Agricultural Systems 132:133–144.
pertanian di beberapa negara. Asgar, A. and Mussadad, D. (2008). Pengaruh Media, Suhu, dan
Local Climate Smart Horticulture adalah salah satu Lama Blansing Sebelum Pengeringan terhadap Mutu Lobak
Kering. J. Hort. 18(1):87–94.
teknologi adaptasi komoditas hortikultura yang sudah
Balitklimat (2017). Pertanian Modern Menggunakan Sistem Irigasi
dikembangkan di India (Malhotra 2017; Sahu 2016). Pompa Tenaga Surya.[ 26 Oktober 2017]. Available at: http:/
Teknologi ini memadukan semua teknologi adaptasi dan /balitklimat.litbang.pertanian.go.id/
mitigasi spesifik lokasi di sentra-sentra hortikultura. index.php?option=com_content&view=article&id=1407:sistem-
Untuk dapat mewujudkan climate smart horticulture iri gasi-p ompa-t enaga-surya&catid= 57:has il-has il-
perlu dilakukan kajian tentang dampak perubahan iklim penelitian&Itemid=68.
Bande, S., Hadisutrisno, B. and Somowiyarjo, S. (2015). Peran Unsur
dalam skala yang lebih luas. Kementerian Pertanian
Cuaca Terhadap Peningkatan Penyakit Busuk Pangkal Batang
telah melakukan pengembangan kawasan hortikultura. Lada di Sentra Produksi Lada Daerah Sulawesi Tenggara. Jurnal
Ke depan, prinsip Local Climate Smart Horticulture Manusia dan Lingkungan 22(2):187–193.
dapat diintegrasikan dalam pengembangan kawasan BPS (2014). Analisis Rumah Tangga Usaha Hortikultura di Indonesia.
hortikultura. BPS. Jakarta.
BPS (2019). Statistik Nilai Tukar Petani 2009. BPS. Jakarta.
74 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

Chandradewi, N.A. (2014). Pengaruh Iradiasi dan Suhu Terhadap Hamdani, A., Talaohu, S.H. and Heryani, N. (2016). Pengembangan
Perubahan Kesegaran Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Selama Teknologi Panen Hujan dan Aliran Permukaan: Analisis
Penyimpanan. Skripsi Fakutas Pertanian Institute Pertanian Usahatani Pemanfaatan Sumberdaya Air. Jurnal Pengkajian
Bogor. dan Pengembangan Teknologi Pertanian 19(2):153–165.
Chmielewski, F., Müller, A. and Bruns, E. (2004). Climate Changes Handayani, T., Basundan, P., Murti, R.H. and Sofiali, E. (2013).
and Trends in Phenology of Fruit Trees and Field Crops in Perubahan Morfologi dan Toleransi Tanaman Kentang
Germany, 1961 – 2000. Agriculture and Forest Meteorologi Terhadap Suhu Tinggi. J. Hort. 23(4):318–328.
121:69–78. Hasan, M.K. and Kumar, L. (2019). Comparison between
Cleland, E.E., Chuine, I., Menzel, A., Mooney, H.A. and Schwartz, meteorological data and farmer perceptions of climate and
M.D. (2007). Shifting Plant Phenology in Response to Global vulnerability in relation to adaptation. Journal of Environmental
Change. Trend in Ecology and Evolution 22(7):357–365. Management(237):54–62.
Dariah, A., Sutono, S., Nurida, N.L., Hartatik, W. and Pratiwi, E. Hutabarat, B., Setiyanto, A., Kustiari, R. and Sulser, T.B. (2012).
(2015). Pembenah Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Conjecturing Production , Imports And Consumption Of
Lahan Pertanian. Jurnal Sumber Daya Lahan 9(2):67–84. Horticulture In Indonesia In 2050/ :A Gams Simulation Through
Direktorat Irigasi Pertanian (2017). Pedoman Teknis Pengembangan Changes in Yields Induced by Climate Change. Jurnal Agro
Embung Pertanian. Direktorat Irigasi Pertanian. p. 52 pp. Ekonomi 30(1):1–23.
Direktorat Jenderal Hortikultura (2015). Rencana Strategis ICCSR[Indonesia Climate Change Sectoral roadmap] (2010).
Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019. Direktorat Synthesis Report. Badan Perencanaan Pembangunan
Jenderal Hortikultura. p. 61 pp. Nasional.
Direktorat Perlindungan Hortikultura (2014). Sekolah Lapang Iklim IPCC (2000). Emissions Scenarios, Summary for Policymakers. A
Hortikultura Antisipasi Terhadap Perubahan Iklim.http:// Special Report of IPCC Working Group III.
ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/ Jones, G.V. and Alves, F. (2012). Impact of Climate Change on
index.php?option=com_content&view=article&id=41:sekolah- Wine Production: A Global Overview and Regional Assessment
lapang-iklim-hortikultura&catid=19:berita-terbaru [20 in The Douro Valley Of Portugal. Int. J. Glob. Warm(4):383–
Oktober 2017]. Available at: http://ditlin. hortikultura. 406.
pertanian.go.id/index.php?option=com_ Joubert, M.D., Ridwan, D. dan Pratiwi, R.M. (2017). Kinerja Jaringan
c o n t en t & v i e w= a rt i c l e & i d = 4 1 : s e k o l a h - l a p a n g - i k l i m - Irigasi Air Tanah Pada Irigasi Hemat Air Berbasis Pompa Air
hortikultura&catid=19:berita-terbaru. Tenaga Surya. Jurnal Irigasi1 1(2):125 – 132.
Direktorat Perlindungan Hortikultura (2015). Pengembangan Kementerian Pertanian (2018). Statistik Pertanian 2018. Pusat
Hortikultura Ramah Lingkungan. Makalah Pada Workshop Data Dan Sistem Informasi Pertanian.
Perubahan Iklim, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, Kiloes, M.A. and Pramudia, A. (2017). Penyusunan Kerangka
27 Oktober 2015. Berpikir Kalender Tanam Dalam Rangka Stabilisasi Produksi
Essono, G., Ayodele, M., Akoa, A., Foko, J., Olembo, S. and Dan Harga Bawang Merah Nasional.
Gockowski, J. (2007). Aspergillus Species On Cassava Chips In Lestari, W., Sarvina, Y. and E., S. (2013). Wireless Sensor Network
Storage In Rural Areas Of Southern Cameroon/ :Their pada Otomatisasi Modifikasi Iklim Mikro. Buletin Hasil
Relationship With Storage Duration, Moisture Content And Penelitian Agroklimat dan Hidrologi(10):62–70.
Processing Methods. African Jurnal of Microbilogy(5):1–8. Malhotra, S.K. (2017). Horticultural Crops dan Climate Change: A
Falatehan, A.F. and Rifqie, A.S. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang review. Journal of Agricultural Science 87(1):12–22.
Mempengaruhi Produksi Kubis di Desa Cimenyan, Kabupaten Mansyah, E., A.S., M.J., Muas, I., Jumjunidsng, Martias, T., Purnama
Bandung. Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian 2(2):1– and Fatria, D. (2009). Pengaruh Curah Hujan Terhadap Getah
10. Kuning Pada Buah Manggis. Kumpulan Makalah Seminar
Faqih, A.R., Hidayat, S.D., Jatmiko and Radini (2016). Climate Ilmiah Perhimpunan Hortikultura Indonesa. Bogor 20–22
Modeling and Analysis for Indonesia 3rd National Oktober 2009.
Communication (TNC): Historical And Climate And Future Manurung, B., Prastowo, P. and Tarigan, E.E. (2012). Pola Aktivitas
Climate Scenarios In Indonesia. Final Report. Ministry of Harian dan Dinamika Populasi Lalat Buah Bactrocera Dorsalis
Environment and Forestry (MoEF). United National Complex Pada Pertanaman Jeruk di Dataran Tinggi Kabupaten
Development Programme (UNDP) and Bog. Karo Provinsi Sumatera Utara. J. HPT Tropika 12(2):103–
Fitriana, N., Diah, F. and Norma, M. (2015). Irigasi Tetes/ : Solusi 110.
Kekurangan Air pada Musim Kemarau. Hlm 273- 277. Dalam I. Moekasam, T.. and Prabaningrum, L. (2012). Penggunaan Rumah
Jatnika, M. J. A. Syah, D, Widiastoety, M. P. Yufdy, S. Prabawati, Kasa untuk Mengatasi Serangan Organisme Pengganggu
S. Pratikno, O. Lutjfiyah (ed). Inovasi Hortikultura Pengungkit Tumbuhan pada Tanaman Cabai Merah di Dataran Rendah. J.
Peningkatan Pendapatan Rakyat .Badan Penelitian Dan Hort. 22(1):65–75.
Pengembangan Pertanian. Moekasam, T.K., Gunadi, N., Adiyoga, W. and Sulastrini, I. (2015).
Forrest, J.R.K. (2016). Complex Responses of Insect Phenology to Moekasam, T.K., Gunadi, N., Adiyoga, W., Sulastrini,I. J. Hort.
Climate Change. Insect Science 17:49–54. 25(2):180–192.
Guédon, Y. and Legave, J.V. (2008). Analyzing the Time-Course Moretti, C.I., Mattos, L.M., Calbo, A.G. and Sargent, S.A. (2010).
Variation of Apple and Pear Tree Dates of Flowering Stages in Climate changes and potential impacts on postharvest quality
The Global Warming Context. Ecological Modelling 219(1– of fruit and vegetable crops: A review. Food Research
2):189–199. International(43):1824–1832.
Gunadi, N., Moekasan, T.K., Everaarts, A., Putter, H. De and Morinaga, K. (2007). Impact of Climate Change on Horticulture
Adiyoga, W. (2008). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika Industry and Technological Countermeasures in Japan, 1–
yang Ditanam pada Dua Tipe Konstruksi Rumah Plastik dan 8.http://www.fftc.agnet.org/files/lib_articles/20120104150721/
Dua Jenis Media Tanam. J. Hort. 18(3):295–306. eb629.pdf [15 Oktober 2017].
Gustomy, A. (2016). Proyeksi Perubahan Curah Hujan Ekstrim Di Muryati (2007). Pengaruh Umur Buah dan Faktor Iklim Terhadap
Indonesia Berdasarkan Skenario Representative Concentration Serangan Penggerek Buah Jeruk Citripestis sagitiferella Mr. (
Pathways (RCP). Skripsi Fakultas MIPA Institut Pertanian Lepidoptera/ : Pyralidae ). J. Hort. 17(2):188–195.
Bogor.
Dampak perubahan iklim strategi adaptasi tanaman .... (Yeli Servina) 75

Naura, A. and Riana, F.D. (2018). Dampak Perubahan Iklim Temperatures Reduce Fruit Carbohydrate and Vitamin C in
Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Cabai Merah Kiwifruit. Plant Cell and Environment (27):423–435.
(Kasus Di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kabupaten Malang). Ruminta (2014). Dampak Perubahan Iklim Pada Produksi Apel di
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) 2(2):147– Batu Malang. Jurnal Kultivasi 14(2):42–48.
158. Sahu, F.M. (2016). Climate Smart Horticulture/ : Converting Waste.
Nopsa, J.F.H., Sharman, S.T. and Garret, K.A. (2014). International Journal of Science, Environment and Technology
ClimateChange and Plant Disease. Encyclopedia of Agriculture 5(3):1296–1302.
and Food System(2):232–243. Salakpetch, S.H.O. (2005). Durian (Durio zibethinus L.) Flowering,
Nurhayati and Situmorang, A. (2008). Pengaruh Pola Hari Hujan Fruit Set and Pruning. Proceedings Fifteenth Annual
Terhadap Perkembangan Penyakit Gugur Daun Corynespora Inetrnational Tropical Fruit Conference. Hawai October 21-
pada Tanaman Karet Menghasilkan. J. HPT Tropika8 8(1):63– 23. pp. 21–23.
70. Salwati, Handoko, Las, I. and Hidayati, R. (2013). Model Simulasi
Nurida, N.L. (2014). Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Perkembangan, Pertumbuhan dan Neraca Air Tanaman Kentang
Rehabilitasi Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Sumber Daya pada Dataran Tinggi di Indonesia. Informatika Pertanian
Lahan:57–68. 22(1):53–64.
Oramahi, H.A., Sumardiyono, C., Pusposendjojo, N. and Haryadi Santoso, P.J. (2014). Kalender Budidaya Durian. Iptek Hortikultuta
(2009). Pengaruh Kelembaban Relatif dan Suhu Terhadap 10:49–56.
Aktivitas Glukoamilase Aspergillus Flavus Pada Penyakit Sarvina, Y. and Sari, K. (2017). Dampak ENSO Terhadap Produksi
Simpanan Gaplek. J. HPT Tropika 9(1):67:72. dan Puncak Panen Durian di Indonesia. Jurnal Tanah dan Iklim
Pahlevi, L. (2002). Pengaruh Anomali Iklim Terhadap Keragaman 41(2):149–158.
Produksi Tanaman Kentang Dan Cabe Studi Kasus: Kabupaten Schroth, G.L., Sofia, D., Cuero, B., Neilson, J. and Bunn, C. (2015).
Bandung Dan Sukabumi. Thesis Fakultas MIPA Instititut Winner or Loser of Climate Change/ ? A Modeling Study of
Pertanian Bogor. Current and Future Climatic Suitability of Arabica Coffee in
Pau, S., Wolkovich, E.M., Cook, B.I. and Jonathan, T. (2011). Indonesia. Reg. Environ Change(15): 1437–1482.
Predicting Phenology by Integrating Ecology, Evolution and Setiapermas, M.N. and Sodiq, J. (2008). Pemanfaatan Sumber Air
Climate Science. Global Change Biology(17):3633–3643. Pegunugan untuk Mengantisipasi Kekeringan pada Musim
Pearson, S., Wheeler, T.R., Hadley, P. and Wheldon, A.E. (1997). A Kemarau untuk Tanaman Kubis. Jurnal Agromet 22(2): 174–
Validated Model to Predict The Effects of Environment on 181.
The Growth of Lettuce(Lactuca Sativa L.): Implications for Setiapermas, M.N. and Zamawi (2015). Pemanfaatan Jaringan Irigasi
Climate Change. Journal of Horticultural Science(72):503–517. Tetes di Dalam Budidaya Tanaman Hortikultura. Hlm 263-
Pieri, P., Lebon, E. and Brisson, N. (2012). Climate Change Impact 272. Dalam I. Jatnika, M. J. A. Syah, D, Widiastoety, M. P.
on French Vineyards as predicted by Models. Acta Yufdy, S. Prabawati, S. Pratikno, O. Lutjfiyah (ed). Inovasi
Hortic(931):29–37. Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rak.
Pramudia, A.. and Puspita (2017). Karakteristik Pola Tanam Di Setiawati, W., Somantri, A. and Purwati (2002). Dinamika Populasi
Beberapa Sentra Produksi Sebagai Dasar Penyusunan Kalender dan Pola Infestasi Liriomyza huidobrensis Blanchard pada
Tanam Bawang Merah. Presentasi Pada Lokakarya Dan Seminar Tanaman Kentang di Musim Kemarau dan Musim Hujan. J.
Adaptasi Dan Mitigasi Perubahan Iklim. Bogor 13-14 September Hort. 12(4): 261–269.
2017. Diselenggarakan Oleh Balai Besar Sumber Day. Setyawardhana, H. and Susandi, A. (2015). Proyeksi Awal Musim di
Primack, R.B., Higuchi, H. and Miller-rushing, A.J. (2009). The Jawa Berbasis Hasil Downscaling Conformal Cubic Atmospheric
Impact of Climate Change on Cherry Trees and Other Species Model (CCAM). Jurnal Sains Dirgantara 13(1):1–14.
in Japan. Biological Conservation 142(9):1943–1949. Surmaini, E. and Faqih, A. (2016). Kejadian Iklim Ekstrem dan
Pulatov, B., Linderson, M., Hall, K. and Jönsson, A.M. (2015). Dampaknya Terhadap Pertanian Tanaman Pangan di Indonesia.
Modeling Climate Change Impact on Potato Crop Phenology, Jurnal Sumber Daya Lahan 10(2):115–128.
and Risk of Frost Damage and Heat Stress In Northern Europe. Susanti, E., Surmaini, E., Buono, A. and Heryani, N. (2015).
Agricultural and Forest Meteorology:281–292. Prototype of Information System for Horticulture Pest and
Qu, Z. and dan Zhou, G. (2016). Possible Impact of Climate Change Disease Distribution. . Informatika Pertania 24(2):179–190.
on the Quality of Apples from the Major Producing Areas of Susanti, E., Surmaini, E. and Sarvina, Y. (2011). Dinamika
China. Atmosphere(7):113:118. Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) Dominan Pada
Rahayu, J. and Muhandoyo (2014). Dampak Perubabahan Iklim Pertanaman Bawang Merah. Prosiding Seminar Sumber Daya
Terhadap Usaha Apel Di Kecamatan Pomcokusumo Kabupaten Lahan Pertanian, Banjar Baru 13-14 Juli 2011.
Malang.http://jurnal.yudharta.ac.id/wp-content/uploads/2014/ Susilawati (2004). Lalat Pengorok Daun Liriomyza sativae Blanchard
04/Juli-Rahayu_Dampak-Perubahan-Iklim-Terhadap-Usaha- Hama Baru pada Beberapa Sayuran Dataran Rendah. J. Hort.
Apel-di-Kec.-Poncokusumo-Kab.-Malang.pdf [6 November 14(4): 279–286.
2017). Sutrisno, N. and Kartiwa, B. (2013). Pengembangan Tanaman
Ramadhani, F., Runtunuwu, E. and Syahbuddin, H. (2013). Sistem Mangga Berbasis Iklim Dan Dinamika Waktu Panen.http://
Teknologi Informasi Kalender Tanam Terpadu. Informatika repository.ut.ac.id/6372/1/FMIPA2016_05.pdf [20 Oktober
Pertanian 22(2):103–122. 2017].
Ramos, M.C. (2017). Projection of Phenology Response to Climate Tao, F., Yokozawa, M., Xu, Y., Hayashi, Y. and Zhang, Z. (2006).
Change in Rainfed Vineyards in North-East Spain. Agricultural Climate Changes and Trends in Phenology and Yields of Field
and Forest Meteorology 247(104–115). Crops in China, 1981–2000. Climate Changes and Trends in
Rejekiningrum, P. and Kartiwa, B. (2017). Pengembangan Sistem Phenology and Yields of Field Crops in China, 1981–2000
Irigasi Pompa Tenaga Surya Hemat Air dan Energi Untuk (138):82–92.
Antisipasi Perubahan Iklim di Kabupaten Bantul, Daerah Wahono, S., Sugiyanto and Yohana, E. (2014). Eksperimen
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Tanah dan Iklim 41(2):159–171. Pengaturan Suhu dan Kelembaban Pada Rumah Tanaman.
Richardson, A.C., Marsh, K.B., Bolding, H.L., Pickering., A.H., 2(1):49–56.
Bulley, M., Frearson, N.J., … Macrae, E.A. (2004). High Growing Wang, X., Gao, Q., Wang, C. and Yu, M. (2017). Spatio Temporal
Patterns of Vegetation Phenology Change and Relationships
76 J. Litbang Pert. Vol. 38 No. 2 Desember 2019: 65-76

With Climate in The Two Transects of East China. Global Winarto, Y.T., Stigter, K., Anantasari, E. and S.N., H. (2008).
Ecology and Conservation (10):206–219. Climate Field Schools in Indonesia: Improving ‘response
Webb, L. (2014). Climate Change/ : Horticulture. Encyclopedia of farming’ to climate. Leisa Magazine 24(4).
Agriculture and Food System (2):266–283. Zhu, W., Jiang, N., Chen, G. and Zhang, D. (2017). Divergent Shifts
Webb, L.B., Whetton, P.H., Bhend, J., Darbyshire, R., Briggs, P.R. and Responses Of Plant Autumn Phenology to Climate Change
and Barlow, E.W.R. (2012). Earlier Wine-Grape Ripening on The Qinghai-Tibetan Plateau. Agricultural and Forest
Driven by Climatic Warming and Drying and Management Meteorology (239):166–175.
Practices. Nat. Clim. Change (2):259–264.

You might also like