0% found this document useful (0 votes)
1K views8 pages

Emr

The document discusses inhibiting factors for implementing an electronic medical record system at Yogyakarta City Hospital in 2018. It finds that in terms of human factors, most staff understand electronic medical records but some doctors find it difficult to do interviews while typing. In terms of methods, a plan has been proposed but not implemented. In terms of machines, the existing hospital information system is not fully supportive due to server constraints. In terms of materials, the existing system could be further developed but is dependent on outside parties. The main inhibiting factors are lack of implementation of proposed plans, insufficient IT infrastructure, and dependency on external systems.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
1K views8 pages

Emr

The document discusses inhibiting factors for implementing an electronic medical record system at Yogyakarta City Hospital in 2018. It finds that in terms of human factors, most staff understand electronic medical records but some doctors find it difficult to do interviews while typing. In terms of methods, a plan has been proposed but not implemented. In terms of machines, the existing hospital information system is not fully supportive due to server constraints. In terms of materials, the existing system could be further developed but is dependent on outside parties. The main inhibiting factors are lack of implementation of proposed plans, insufficient IT infrastructure, and dependency on external systems.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN REKAM MEDIS

ELEKTRONIK DI RSUD KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh :

TOMY SYAHPUTRA
1315101

PROGRAM STUDI
PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN REKAM MEDIS
ELEKTRONIK DI RSUD KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018

Resistor Factors Of Electronic Medical Record


Implementation in Yogyakarta City Hospital As a Government-Owned Hospital in 2018

By :

Tomy Syahputra¹, Arief Kurniawan N P ²

ABSTRACT
Background: Yogyakarta City Hospital as a government-owned hospital has a Hospital
Management Information System (HIS). The process of developing HIS in Yogyakarta City Hospital
is carried out by the Information Technology (IT) Installation. HIS of Yogyakarta City Hospital has
had an application related to the development of electronic medical records but has not been used
optimally, therefore researchers are interested in examining the inhibiting factors of the application of
electronic medical records.
Objective: To determine the inhibiting factors of the application of electronic medical records with
Fishbone Analysis (Man, Materials, Machines, and Methods). Find out an overview of the
implementation of electronic medical records
Method: The descriptive research with a qualitative approach and uses a case study design. Research
subjects were medical record officers, nurses and doctors. The object of research is an electronic
medical record management system. Data collection techniques using interview, observation and
documentation study techniques.
Results: In terms of man, most of them know electronic medical records and there is a desire for
electronic medical records. But there are still some doctors who find it difficult to conduct an
anamnesa interview along with typing. For the application of these doctors, they agree to recruit
admin to type during an anamnesa interview. In terms of methods, there is already a plan for an
electronic medical record, has proposed a blueprint and has proposed an executive team. But until
now there has been no continuation regarding the proposal. In terms of machines, HIS has not fully
supported and constraints on servers that are not strong. In addition there is a desire to replace the HIS
application that is now due to certain hours, the access is very slow. In terms of materials, the HIS
application of Yogyakarta City Hospital can actually be further developed because it only needs to
add items that do not yet exist. However, constraints on using HIS from outside parties are very
dependent.
Conclusion: The inhibiting factor in terms of man, there are still some doctors who feel difficulties.
In terms of methods, until now there has been no continuation regarding the proposed blueprint and
executive team. in terms of machines, HIS has not fully supported and constraints on servers that are
not strong. In terms of materials, constrained using the HIS application from outside parties.

Keywords: Electronic Medical Record, Information Technology, Science


¹ A student of Diploma 3 Medical Record and Health Information Study Program of Faculty
of Health, General Achmad Yani University, Yogyakarta.
² A conseling lecture of Diploma 3 Medical Record and Health Information Study Program of
Faculty of Health, General Achmad Yani University, Yogyakarta.
PENDAHULUAN

Rumah sakit menjadi salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat, mempunyai kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis
pasien. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan rekam medis Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Penggunaan rekam medis elektronik bisa memberikan manfaat besar bagi pelayanan kesehatan
seperti fasilitas pelayanan dasar maupun rujukan (rumah sakit). Salah satu manfaat yang dihasilkan
setelah penggunaan rekam medis elektronik adalah meningkatkan ketersediaan catatan elektronik
pasien di rumah sakit. Hal ini juga bermanfaat bagi pasien karena meningkatkan efisiensi dalam
proses pelayanan kesehatan. Selain itu bagi tenaga administratif, penggunaan rekam medis elektronik
dapat mempermudah retrieval informasi pasien. Dokter dan petugas kesehatan bisa lebih mudah
dalam melakukan pelayanan kesehatan dalam mengakses informasi pasien yang mana akhirnya
membantu dalam pengambilan keputusan klinis seperti penegakan diagnosa, pemberian terapi,
menghindari terjadinya reaksi alergi dan duplikasi obat. Dari aspek efisiensi, penggunaan rekam
medis elektronik memberikan dampak penurunan biaya operasional dan peningkatan pendapatan di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama bagi rumah sakit. Sesuai dengan perkembangan zaman, sistem
rekam medis yang ada di rumah sakit sudah mengalami perubahan dari sistem konvensional atau
manual berubah menjadi elektronik. Sistem informasi rekam medis elektronik atau disebut dengan
virtual patient record 2 atau electronic medical record ini digunakan untuk mengelola informasi
medis, sehingga memudahkan dalam melakukan penelusuran informasi, termasuk sejarah penyakit
dan tindakan medis yang pernah diterima pasien, dan nantinya dengan adanya sistem rekam
kesehatan elektronik, seorang tenaga medis dapat mengambil suatu tindakan medis secara tepat.
Secara garis besar sistem informasi rekam medis memungkinkan pengguna dapat melakukan
pengisian, penyimpanan, memanggil ulang, mentransmisikan dan memanipulasi/mengolah data
pasien secara spesifik baik per individu atau kelompok, termasuk data klinis, administrasi dan
demografi, sehingga dapat mengurangi pembiayaan operasional rumah sakit.
RSUD Kota Yogyakarta sebagai rumah sakit milik pemerintah telah memiliki Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Proses pengembangan SIMRS di RSUD Kota Yogyakarta
dilakukan oleh Instalasi Teknologi Informasi (TI). SIMRS RSUD Kota Yogyakarta telah memiliki
aplikasi terkait pengembangan rekam medis elektronik tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan dilatarbelakangi masalah di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Faktor Penghambat
Penerapan Rekam Medis Elektronik Di RSUD Kota Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui faktor-faktor penghambat penerapan rekam medis
elektronik di RSUD Kota Yogyakarta.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah petugas rekam medis, perawat,
dan dokter. Teknik dan instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara,
studi dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan alat recorder, alat tulis, checklist observasi
dan pedoman wawancara. Metode pengolahan data pada penilitian ini adalah editing, coding, entry
data, dan cleaning.
Analisis data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Penerapan Rekam Medis Elektronik


Gambaran Penerapan Rekam Medis Elektronik di RSUD Kota Yogyakarta dari segi
sumberdaya manusia RSUD Kota Yogyakarta secara umum telah siap
mengimpelementasikan rekam medis elektronik karena telah dilatarbelakangi pendidikan
yang cukup. Manajemen RSUD Kota Yogyakarta sebenarnya sudah mendukung adanya
rekam medis elektronik namun belum ada kelanjutan terkait realisasi tersebut. Pada rencana
awal penerapan rekam medis elektronik RSUD Kota Yogyakarta sudah ada, yaitu gambaran-
gambaran dan usulan-usulan. Beberapa hari yang lalu telah ada pengusulan untuk tim
pengembangan rekam medis elektronik. Dalam tim pengembangan rekam medis elektronik
tersebut nantinya ada seluruh pihak yang berhubungan dengan rekam medis elektronik,
seperti dokter, perawat, petugas rekam medis dan manajemen.

Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Rekam Medis Elektronik Berdasarkan:


Man, Methods, Machines dan Materials
1. Dari segi man sebagian besar mengetahui rekam medis elektronik dan ada keinginan
untuk menuju kesana. Namun sebagian dokter masih ada yang setuju dan tidak setuju,
sebagian yang tidak setuju yaitu dokter-dokter senior dikarenakan sebagian dokter tersebut
merasa kesulitan saat melakukan wawancara anamnesa dibarengi mengetik. Tapi untuk
penerapannya dokter-dokter tersebut setuju apabila merekrut admin untuk mengetik saat
wawancara anamnesa.
2. Dari segi methods sudah ada rencana menuju kesana, dari pihak pelayanan
sudah mengusulkan blueprint (kerangka kerja terperinci) dan telah mengusulkan tim eksekutif
yang terdiri dari dokter, perawat, petugas rekam medis, tim TI dan tenaga kesehatan yang
berkaitan. Namun sampai sekarang belum ada kelanjutan terkait usulan tersebut.
3. Dari segi machines SIMRS RSUD Kota Yogyakarta belum mendukung sepenuhnya meskipun
bisa dikembangkan lebih lanjut dikarenakan masih banyak pertimbangan. Selain itu ada keinginan
mengganti aplikasi SIMRS yang sekarang dikarenakan pada jam-jam tertentu
aksesnya sangat lambat dikarenakan server yang kurang memadai
4. Dari segi materials aplikasi SIMRS RSUD Kota Yogyakarta sebenarnya bisa
dikembangkan lebih lanjut karena hanya tinggal menambah item-item yang belum ada. Namun
salah satu petugas rekam medis menyayangkan jika dilihat dari performa SIMRS RSUD Kota
Yogyakarta bila memulai RME tidak membuat aplikasi SIMRS baru yang langsung
dikembangkan oleh tim TI RSUD Kota Yogyakarta, karena SIMRS yang
sekarang menggunakan aplikasi dari pihak luar (pihak ketiga). Jadi akan sangat tergantung sekali
bila nantinya masih menggunakan pihak ketiga.

HASIL ANALISIS FISHBONE (Man, Methods, Machines dan Materials)

1. Dari segi man masih adanya dokter yang tidak setuju dengan rekam medis elektronik,
masih merasa kesulitan apabila wawancara anamnesa dibarengi mengetik dan masih
terdapat perawat yang belum tahu tentang rekam medis elektronik.

2. Dari segi methods sudah ada usulan dari pihak terkait, namun manajemen hanya setuju tapi
langkah konkret nya belum ada, belum ada rencana yang matang dari pihak-pihak terkait dan
kurangnya dorongan dari pihak-pihak terkait.

3. Dari segi machines maih terkedala pada server. SIMRS belum sepenuhnya mendukung. masih
sering terjadi hang, restart ulang. Terganjal penanggaran untuk pengadaan server. Tidak ada
dukungan manajemen yang jelas untuk pengembangan rekam medis elektronik. Sudah adanya
usulan pengadaan server terkait rekam medis elektronik tetapi belum ada kejelasan. manajemen
sudah mendukung tapi langkah konkret sampai saat ini belum ada.

4. Dari segi materials keterbatasan tim TI untuk mengembangkan aplikasi karena server tidak
mendukung dan SIMRS saat ini bergantung kepada pihak ketiga.
KESIMPULAN

1. Dari segi man secara umum telah siap, sebagian besar mengetahui RME dan ada keinginan untuk
adanya RME. Namun sebagian dokter masih ada yang setuju dan tidak setuju.

2. Dari segi methods sudah ada rencana menuju RME, dari pihak pelayanan sudah mengusulkan
blueprint (kerangka kerja terperinci) dan telah mengusulkan tim eksekutif yang terdiri dari dokter,
perawat, petugas rekam medis, TI dan tenaga kesehatan yang berkaitan. Namun sampai saat ini
belum ada kelanjutan terkait usulan tersebut.

3. Dari segi machines fasilitas pendukung dari SIMRS belum mendukung sepenuhnya
meskipun bisa dikembangkan lebih lanjut namun perlu pertimbangan. Selain itu ada
keinginan mengganti aplikasi SIMRS yang sekarang. Saat ini RSUD Kota Yogyakarta
sedang dalam tahap upgrading server. Selain itu walaupun sudah ada dukungan dari
manajemen terkait RME, untuk langkah konkret dari manajemen belum ada.

4. Dari segi materials Aplikasi SIMRS RSUD Kota Yogyakarta sebenarnya bisa
dikembangkan ke rekam medis elektronik karena hanya tinggal menambah item-item
yang belum ada.

SARAN

Menganggarkan pemesanan pengadaan server, untuk pengembangan dan maintance


(perawatan) alat secara berkala demi terwujudnya penerapan rekam medis elektronik di
RSUD Kota Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan sosialisasi lebih lanjut terkait pengetahuan
rekam medis elektronik sekaligus keuntungan dan kemudahannya dan juga masalah teknologi
informasi kepada pihak-pihak yang nantinya akan menjadi pelaksana rekam medis elektronik
dalam rangka menuju tercapainya penerapan rekam medis elektronik di RSUD Kota
Yogyakarta. Segera menyusun blueprint, yaitu kerangka kerja terperinci sebagai landasan
dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan
strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi
yang harus dilaksanakan. Memperkuat kolaborasi ataupun bertukar pikiran antar user
guna mewujudkan Rekam medis elektronik kedepannya, Segera
menyusun anggaran guna membeli server dan mengembangkan SIMRS.
KEPUSTAKAAN
1. Republik Indonesia. 2009, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Pasal 1 ayat 1
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Sekretariat Negara, Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

3. Erwantini F dkk,. 2012. Rekam Medis Elektronik: Telaah Manfaat Dalam Konteks Pelayanan
Kesehatan Dasar. Ruang Publikasi Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
4. Rustiyanto, Ery. 2010. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
5. Notoatmodjo, Sukidjo. 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
7. Sugiyono. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D second edition.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
8. Sugiyono. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D second edition.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

You might also like