1 PB
1 PB
1 PB
Abstract. Flyrock is the fragmentation of rocks that are thrown due to result of blasting. Fragmentation of rocks
thrown over a safe radius can cause damage to mechanical devices, injuries, and even death to humans. This is what
causes the effects of flyrock to be one of the main concerns in every blasting activity. This study aims to analyze the
better of geometry in order to reduce the distance of flyrock. The study was conducted on 11 blasting blocks, by
comparing the distance of flyrock before and after the geometric changes of the blasting, including seven blasting
without simulation and four blasting with the simulation. Observation of the distance of flyrock in detail using DJI
Phantom 4 drones and plotting coordinates with GPS (Global Positioning System). Theoretically the distance of rock
throws according to the empirical method with the theories of Richard and Moore (2005) is 65 m, and Lundborg
(1981) 107.25 m. Whereas according to the method of dimensional analysis with the theory of Ebrahim Ghasemi
(2012) it is 110.53 m. Of the seven blasting activities obtained the average distance of rock throws (flyrock) is 143 m
with the farthest distance of 160 m. Thus Ebrahim Ghasemi's theory is more representative in predicting the distance of
rock throws because it has a smaller difference (22%). Simulation of blasting activities is carried out by changing
geometry in stemming depth, because statistically stemming has a very strong relationship to the distance of flyrock
(R2 = 0.84), where stemming can control energy in the hole so it is not released upwards in giving rocks to the side.
Besides that the increase in stemming causes hole depth to also increase. From the four blasting simulation activities
carried out, the average flyrock distance was 53.95 m with the furthest distance 63.2 m. This means that with the
simulation the distance of flyrock can be minimized by 89.05 m or about 62.27%.
2) Cratering
Cratering terjadi saat tinggi stemming yang terlalu
pendek serta terdapatnya bidang lemah pada lubang
ledak. Bidang lemah tersebut biasanya merupakan
material broken dari hasil peledakan sebelumnya.
Berdasarkan kondisi tersebut maka flyrock dapat
Gambar 1. Peta Lokasi Penambangan PT ATC II terlempar ke segala arah dari lubang ledak. Gambar
3 memperlihatkan bidang lemah yang berpotensi
menimbulkan flyrock.
2.2 Dasar Teori
176
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi Data rekapitulasi hasil pengamatan pada 6 blok
linier sederhana, hanya saja pada regresi linier peledakan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2
berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel terlihat bahwa secara rata-rata geometri peledakan di
penduga. Secara umum model regresi linier berganda lapangan memiliki perbedaan yang tidak terlalu
untuk populasi adalah sebagai berikut: signifikan dari rencana yang telah ditetapkan. Geometri
rencana didapatkan dari data sekunder perusahaan.
Y' b0 b1X1 b2X2 ...bkXk (6) Untuk persentase perbedaan terbesar terlihat pada
parameter stemming yaitu sebesar 10,9 % . Secara grafis
Dengan: perbedaan antara geometri aktual terhadap plan dapat
dilihat pada Gambar 5.
i = 1, 2,...n, k = variabel bebas, yaitu X1, ..., Xk.
Jarak Aktual Lemparan Batuan Pengamatan terhadap jarak lemparan batuan akibat
kegiatan peledakan ini dilakukan dengan mengambil
Jarak lemparan batuan (flyrock) sebelum dilakukannya video menggunakan drone DJI Phantom 4, dengan
penelitian berkisar antara 150-200 m. Lemparan batuan posisi vertikal drone pada ketinggian 40 hingga 50
tersebut menyebabkan rusaknya pondok kebun milik meter dari front blasting. Pengamatan video drone dan
warga yang berada dekat dengan area penambangan. pengeplotan GPS. Untuk pengolahan data GPS
Sementara jarak lemparan batuan (flyrock) selama dilakukan dengan Google Earth Pro.
melakukan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.
178
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
1). Rifling
Rifling terjadi apabila material stemming yang Dari persamaan Richard dan Moore (2005) dengan teori
digunakan kurang baik. Persamaan rifling adalah face bursting didapatkan prediksi jarak lemparan batuan
sebagai berikut: (flyrock) adalah 65 meter.
√
( ) Lundborg (1981)
B = Burden = 1,5 m
H = Kedalaman Lubang Ledak = 2,5 m
S = Spasi = 1,5 m
D = Diameter Lubang Ledak = 0,076 m Gambar 6. Perbedaan Prediksi Jarak Lemparan Batuan
St = Stemming = 1,5 m
P = Powder Factor = 0,45 kg/m3 Perbedaan Jarak Aktual dengan Prediksi Lemparan
Q = Isian rata-rata/lubang = 2,5 kg Batuan
Analisis Statistik Hubungan Geometri Peledakan garis regresi. Analisis dilakukan dengan regresi
dengan Jarak Lemparan Batuan (Flyrock) sederhana. Bentuk korelasi dan regresi sederhana
dilakukan untuk melihat hubungan parameter burden,
Analisis statistik dilakukan dengan korelasi dan regresi spasi, stemming, kedalaman lubang ledak, dan panjang
untuk melihat parameter geometri peledakan yang kolom isian terhadap jarak lemparan batuan (flyrock).
memiliki hubungan paling besar terhadap jarak Pengolahan data dilakukan dengan Ms. Excel untuk
lemparan batuan (flyrock) serta mendapatkan persamaan mendapatkan garis regresi dan nilai R2, secara detail
dapat dilihat pada Gambar 8
180
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
200,0
190,0 y = 77,143x + 36,347
180,0 R² = 0,1025
170,0
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
1,25 1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55
Spasi (m)
200,0
190,0 y = -114,83x + 408,8
180,0
170,0 R² = 0,4614
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30 2,35 2,40 2,45
Kedalaman Lubang Ledak (m)
Hubungan antara Panjang Kolom Isian dengan Jarak Lemparan Batuan
Jarak Lemparan (m)
200,0
190,0
180,0
170,0 y = 138.55x + 14.904
160,0
150,0 R² = 0.6991
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Panjang Kolom Isian (m)
Gambar 8. Analisis Regresi Linier Sederhana
181
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
Dari Gambar 8 terlihat bahwa parameter geometri nilai R2 (koefisien determinasi), semakin besar nilai R2
peledakan yang memiliki hubungan sangat kuat maka semakin kuat hubungan antara variabel tersebut.
terhadap jarak lemparan batuan adalah stemming. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Selanjutnya hubungan kuat terhadap panjang kolom
isian, hubungan sedang terhadap kedalaman lubang
ledak, dan hubungan lemah terhadap burden dan spasi.
Hubungan antar variabel tersebut dilihat dari besaran
Tabel 5. Hubungan Korelasi antara Geometri Peledakan dengan Jarak Lemparan Batuan
No Parameter Hubungan Korelasi
1 Burden Lemah, 8.70 %
2 Spasi Lemah, 10.25 %
3 Stemming Sangat Kuat, 84.72 %
4 Kedalaman Lubang Ledak Sedang, 46.14 %
5 Panjang Kolom Isian Kuat, 69.91 %
3.2 Kegiatan Uji Coba Peledakan dalam lubang ledak agar optimal dalam memberai
material ke arah samping dan memperkecil potensi
Kegiatan uji coba peledakan dilakukan untuk energi keluar dari lubang ledak yang dapat
mendapatkan kesimpulan mengenai kegiatan peledakan menimbulkan flyrock.
yang menghasilkan jarak lemparan batuan (flyrock)
yang lebih kecil. Ada beberapa rencana untuk Rencana Geometri Uji Coba Peledakan
meminimalisir jarak lemparan batuan di lapangan, yaitu
menutup lubang ledak dengan karet bekas belt Persamaan yang didapatkan dari analisis statistik
conveyor setelah dilakukannya penutupan stemming hubungan stemming terhadap jarak lemparan batuan
dengan gravel, kemudian perubahan geometri adalah sebagai berikut:
peledakan.
Y = -313.81 X + 700.18
Penutupan lubang ledak dengan karet bekas belt
conveyor sudah pernah dilakukan percobaan dan Dengan Y = Jarak Lemparan Batuan (m)
mendapatkan hasil jarak lemparan batuan yang lebih X = Stemming (m)
kecil yaitu 80-100 meter dari front blasting, namun
kegiatan ini dinilai tidak efektif dikarenakan pengerjaan Target jarak lemparan batuan yang akan diminimalisir
penutupan lubang ledak dengan karet bekas belt adalah 50 %. Data jarak aktual lemparan batuan saat ini
conveyor yang membutuhkan waktu sehingga membuat di PT ATC II adalah 143 m, sehingga dengan adanya
kegiatan peledakan lebih lama dari biasanya. Hal ini simulasi perubahan stemming tersebut diharapkan jarak
juga berdampak kepada kegiatan loading hauling lemparan batuan menjadi ± 70 m. Maka, dengan
material yang dimulai lebih lama setelah rest time. persamaan tersebut dapat diketahui angka stemming
yang harus diubah adalah sebagai berikut:
Perubahan geometri peledakan perlu dilakukan uji coba
untuk menghasilkan jarak lemparan batuan yang lebih Y = -313.81 X + 700.18
kecil. Parameter geometri peledakan yang diubah adalah
stemming. Hal ini dilakukan karena secara statistik 70 m = -313.81 X + 700.18
stemming memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap
jarak lemparan batuan. Selain itu secara teoritis X= =2m
stemming juga memegang peranan penting untuk
mengunci energi di dalam lubang ledak agar optimal
dalam memberai material ke arah samping dan Dari persamaan tersebut didapatkan panjang stemming
memperkecil potensi energi keluar dari lubang ledak yang diperlukan untuk meminimalisir jarak lemparan
yang dapat menimbulkan flyrock. batuan sebesar 50 % adalah 2 m. Data geometri
peledakan simulasi dapat dilihat pada Tabel 6. Dari
Kegiatan simulasi peledakan perlu dilakukan untuk Tabel 8 terlihat bahwa geometri peledakan simulasi
mendapatkan geometri peledakan yang lebih sesuai yang berubah adalah stemming sebesar 0.5 meter,
untuk menghasilkan jarak lemparan batuan yang lebih dengan bertambahnya stemming sebesar 0.5 meter maka
kecil. Parameter geometri peledakan yang diubah adalah kedalaman lubang ledak juga bertambah sebesar 0.5
stemming. Hal ini dilakukan karena secara statistik meter. Sementara panjang kolom isian, burden, dan
stemming memiliki hubungan sangat kuat terhadap jarak spasi tetap sama dengan geometri peledakan aktual saat
lemparan batuan. Secara teoritis stemming juga ini.
memegang peranan penting untuk mengunci energi di
182
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
Adanya penambahan kedalaman stemming dan lubang berubah). Adapun rincian penambahan biaya kegiatan
ledak menyebabkan adanya penambahan biaya kegiatan pemboran adalah sebagai berikut (Tabel 7).
pemboran. Untuk biaya kegiatan peledakan tidak
mengalami kenaikan dikarenakan jumlah bahan peledak
yang digunakan tetap sama (panjang kolom isian tidak
183
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
Dari persamaan Ebrahim Ghasemi (2012) didapatkan lapangan memiliki perbedaan 8 cm dari rencana yang
jarak prediksi lemparan batuan sebesar 68 m. telah ditetapkan dengan persentase perbedaan terbesar 7
% pada parameter spasi. Perbedaan tersebut memiliki
Geometri Uji Coba Peledakan nilai yang lebih kecil dari kondisi aktual sebelumnya,
dengan artian bahwa pelaksanaan simulasi peledakan
Data geometri peledakan aktual dari uji coba yang berjalan dengan baik dan maksimal. Secara grafis dapat
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dilihat pada Gambar 9.
terlihat bahwa secara rata-rata geometri peledakan di
Jarak Lemparan Batuan pada Uji Coba Peledakan adanya perubahan geometri peledakan pada stemming
dan kedalaman lubang ledak (penambahan 0.5 meter)
Jarak aktual lemparan batuan pada kegiatan simulasi jarak lemparan batuan dapat diminimalisir dari 143 m
peledakan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 9. menjadi 53.95 m. Dengan demikian jarak lemparan
Dari Tabel 9 dapat dilihat secara rata-rata jarak batuan dapat diminimalisir sebesar 89.05 m atau sekitar
lemparan batuan adalah 53.95 m dan maksimum 63.2 62.27 % (lebih besar dari target reduksi jarak lemparan
m. batuan yang direncanakan).
Tabel 9. Jarak Aktual Lemparan Batuan (Flyrock) pada Uji Coba Peledakan
Jarak Lemparan Dimensi Batuan (cm
No Tanggal
Batuan Aktual (m) x cm x cm)
1 9-Feb-2019 56.9 10 x 10 x 3
2 27-Feb-2019 63.2 9 x 9 x 2.5
3 3-Mar-2019 48.4 12 x 10 x 3.2
4 5-Mar-2019 47.3 13 x 9 x 2.2
Rata-Rata Aktual 53.95
184
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3
186