1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No.

Analisis Geometri Peledakan untuk Meminimalisir Jarak Lemparan


Batuan (Flyrock) pada Peledakan Tambang Terbuka PT Ansar
Terang Crushindo II Pangkalan Sumatera Barat Dengan Visualisasi
menggunakan Drone DJI Phantom 4
Suryadi1*, RaimonKopa1
1
Jurusan Teknik Pertambangan FT Universitas Negeri Padang

*[email protected]

Abstract. Flyrock is the fragmentation of rocks that are thrown due to result of blasting. Fragmentation of rocks
thrown over a safe radius can cause damage to mechanical devices, injuries, and even death to humans. This is what
causes the effects of flyrock to be one of the main concerns in every blasting activity. This study aims to analyze the
better of geometry in order to reduce the distance of flyrock. The study was conducted on 11 blasting blocks, by
comparing the distance of flyrock before and after the geometric changes of the blasting, including seven blasting
without simulation and four blasting with the simulation. Observation of the distance of flyrock in detail using DJI
Phantom 4 drones and plotting coordinates with GPS (Global Positioning System). Theoretically the distance of rock
throws according to the empirical method with the theories of Richard and Moore (2005) is 65 m, and Lundborg
(1981) 107.25 m. Whereas according to the method of dimensional analysis with the theory of Ebrahim Ghasemi
(2012) it is 110.53 m. Of the seven blasting activities obtained the average distance of rock throws (flyrock) is 143 m
with the farthest distance of 160 m. Thus Ebrahim Ghasemi's theory is more representative in predicting the distance of
rock throws because it has a smaller difference (22%). Simulation of blasting activities is carried out by changing
geometry in stemming depth, because statistically stemming has a very strong relationship to the distance of flyrock
(R2 = 0.84), where stemming can control energy in the hole so it is not released upwards in giving rocks to the side.
Besides that the increase in stemming causes hole depth to also increase. From the four blasting simulation activities
carried out, the average flyrock distance was 53.95 m with the furthest distance 63.2 m. This means that with the
simulation the distance of flyrock can be minimized by 89.05 m or about 62.27%.

Keywords: Blastability Geometry, Flyrock

1. Pendahuluan lemparan batuan berada pada radius 100 hingga 300


meter dari sumber ledakan. Lemparan batuan tersebut
menyebabkan kerusakan pada beberapa tanaman dan
pondok yang berada di kebun milik masyarakat yang
Flyrock adalah fragmentasi batuan yang terlempar
akibat hasil ledakan. Fragmentasi batuan yang terlempar tidak bersedia lahannya dibebaskan oleh pihak
perusahaan, sehingga muncullah beberapa pengaduan.
melebihi radius aman dapat mengakibatkan kerusakan
terhadap alat mekanis, cidera, bahkan kematian untuk Kejadian ini tentunya menyebabkan beberapa kerugian
baik dari segi waktu maupun biaya perbaikan. Kondisi
manusia. Hal inilah yang menyebabkan efek dari flyrock
menjadi salah satu perhatian utama pada setiap kegiatan tersebut menjadi perhatian khusus yang perlu
penyelesaian sesegera mungkin untuk meminimalisir
peledakan. PT Ansar Terang Crushindo (PT ATC)
adalah perusahaan yang bergerak di bidang industry kerugian yang akan terjadi di masa mendatang.
pertambangan batu andesit dengan system tambang
terbuka dan metode penambangan open pit. Kegiatan 2. Kajian Pustaka
pemberaian batuan didominasi oleh peledakan dengan
area operasional berada pada dua pit yaitu ATC I dan 2.1 Lokasi Penelitian
ATC II.
Lokasi penelitian berada di PT Ansar Terang Crushindo
Salah satu efek kegiatan peledakan terhadap lingkungan II yang secara administrasi berada di Lubuk Jantan,
di sekitar area penambangan adalah flyrock (batu Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru,
terbang). Jarak lemparan maksimum dari kegiatan Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
peledakan tersebut berkisar antara 100 s.d. 300 meter, Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
sementara jarak wilayah penambangan dengan jalan
lintas hanya 500 meter, dengan kebun milik masyarakat
150-300 meter. Sehingga saat ini permasalahan flyrock
menjadi perhatian khusus bagi perusahaan.
Berdasarkan data pengaduan di sekitar area
penambangan terdapat tujuh kejadian lemparan batuan
yang mencapai lahan kebun milik masyarakat selama
enam bulan terakhir. Laporan menjelaskan bahwa
175
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Gambar 2. Burden yang Besar dan Top Priming


Penyebab Flyrock

2) Cratering
Cratering terjadi saat tinggi stemming yang terlalu
pendek serta terdapatnya bidang lemah pada lubang
ledak. Bidang lemah tersebut biasanya merupakan
material broken dari hasil peledakan sebelumnya.
Berdasarkan kondisi tersebut maka flyrock dapat
Gambar 1. Peta Lokasi Penambangan PT ATC II terlempar ke segala arah dari lubang ledak. Gambar
3 memperlihatkan bidang lemah yang berpotensi
menimbulkan flyrock.
2.2 Dasar Teori

2.2.1 Fragmentasi Peledakan

Batu terbang (flyrock) yaitu batu yang terlempar secara


liar pada saat terjadi peledakan. Flyrock disebabkan
oleh beberapa hal[1,2],, diantaranya:

a. Ukuran aktual burden dan spasi yang tidak sesuai


dengan ukuran rancangan pemboran
Gambar 3. Efek Crater sebagai Penyebab Flyrock
b. Jumlah isian bahan peledak yang terlalu banyak
c. Pengaruh struktur geologi, seperti kekar, retakan,
dan sebagainya 3) Face Bursting
d. Penempatan lubang bor yang tidak tepat Face Bursting terjadi saat jarak burden pada baris
e. Stemming yang tidak cukup, baik itu panjang depan peledakan di lapangan yang terkadang terlalu
maupun ukuran material stemming dekat sehingga menimbulkan potensi flyrock.
f. Kesalahan pola penyalaan (tie-up) dan waktu tunda Rumus untuk mencari jarak lemparan batuan
g. Lantai jenjang yang tidak rata menurut Richard dan Moore (2005) seperti berikut:
a) Rifling

Richard and Moore (2005) ( ) (1)
b) Cratering
Menurut pengujian yang telah dilakukan Richard dan √
Moore (2005), terdapat tiga faktor utama yang ( ) (2)
mempengaruhi terjadinya flyrock pada kegiatan c) Face Bursting
peledakan[1,2], yaitu: √
( ) (3)
1) Rifling
Rifling terjadi saat stemming sudah sesuai untuk
mencegah flyrock secara cratering, namun material Dengan:
stemming yang digunakan kurang baik, dan
L = Jarak lemparan batuan (m)
biasanya disertai dengan noise (bunyi) ledakan
k = Konstanta material
yang tinggi. Flyrock disebabkan lubang ledak
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
cenderung lebih miring karena bila pada lubang
B = Burden (m)
ledak tegak flyrock
SH = Stemming Height (m)
Ɵ = KemiringanLubang(°)
m = berat isian bahan peledak (Kg/m)

176
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Lundborg (1981) variabel tersebut, dimana koefisien korelasi (ρ)


mempunyai nilai -1 ≤ ρ ≤ 1. Perhitungan koefisien
Lundborg et al. (1981) mengemukakan teorinya dalam korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
menghitung jarak maksimum flyrock pada fragmentasi tiga kelompok besar yaitu:
batuan saat kondisi optimum[4]. Gambar 4
a. Korelasi Positif Kuat
memperlihatkan hubungan antara jarak maksimum
Korelasi positif kuat apabila hasil perhitungan
lemparan batuan dengan specific charge (q) dengan
korelasi mendekati +1 atau sama dengan +1.
rumusan sebagai berikut:
Ini berarti bahwa setiap kenaikan nilai pada
variabel X akan diikuti dengan kenaikan nilai
L=143 d (q–0,2) (4)
variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X
mengalami penurunan, maka akan diikuti
Dengan:
dengan penurunan variabel Y.
Lmax= Jarak lemparan maksimum(m)
D = Diameter Lubang Ledak (inch)
b. Korelasi Negatif Kuat
q = Specific charge (kg/m3)
Korelasi negatif kuat apabila hasil perhitungan
korelasi mendekati -1 atau samadengan-1. Ini
berarti bahwa setiap kenaikan nilai pada
variabel X akan diikuti dengan penurunan
skor/nilai variabel Y.

c. Tidak Ada Korelasi


Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan
korelasi mendekati 0 atau sama dengan 0. Hal
ini berarti bahwa naik turunnya nilai satu
variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik
turunnya nilai variabel yang lainnya. Apabila
nilai variabel X naik tidak selalu diikuti
Gambar 4. Hubungan Jarak Lemparan Batuan dengan
dengan naik atau turunnya nilai variabel Y,
Specific Charge
demikian juga sebaliknya.
Ebrahim Ghasemi (2012)
2. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan jarak lemparan batuan menggunakan Koefisien determinasi (R2) adalah bagian dari
metode analisis dimensi berdasarkan parameter keragaman total variabel terikat (Y) yang dapat
peledakan yang dapat dikontrol. Diantaranya burden, diterangkan oleh keragaman variabel bebas (X) [5].
spasi, stemming, kedalaman lubang ledak, diameter Adapun interpretasi nilai koefisien determinasi
lubang ledak, isian bahan ledak per delay, dan powder menurut Colon dalam Hastono (2006: 131) dapat
factor[1] . dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Determinasi (R2)


Dengan: Nilai R2 Interpretasi
Fd = Flyrock Distance(m) 0,00 – 0,25 Tidak ada hubungan/hubungan lemah
B = Burden(m) 0,25 – 0,50 Hubungan sedang
S = Spasi 0,50 – 0,75 Hubungan kuat
St = Stemming(m) 0,75 – 1,00 Hubungan sangat kuat/sempurna
H = Kedalaman Lubang Ledak
P = Powder Factor (kg/m3) 3. Regresi
D = Diameter Lubang Ledak (m) Analisis regresi digunakan untuk memberikan
Q = Isian Handak/Lubang (kg) penjelasan hubungan antara dua jenis variabel atau lebih
yaitu hubungan antara variabel dependen atau variabel
kriteria dengan variabel independen atau variabel
2.2.2 Analisis Statistik predictor [5]

Analisis statistik dilakukan dengan korelasi dan regresi Regresi Sederhana


linier untuk melihat hubungan antara geometri Analisis hubungan antara dua variabel disebut sebagai
peledakan terhadap jarak lemparan batuan (flyrock) [5] . analisis regresi sederhana jika hanya melibatkan satu
variabel independen. Hubungan antara variabel
1. Korelasi dependen (Y) dengan variabel independen (X)
Korelasi adalah hubungan antara satu variabel dengan dituliskan dalam model linier umum:
variabel lainnya dalam bentuk diagram pencar (scatter
plot) yang menunjukkan hubungan antara kedua Y = i + Xi (5)
177
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Dengan i = 1, 2,……..n adalah koefisien regresi yang 3. Hasil dan Pembahasan


berarti besarnya perubahan pada, jika X i bertambah
satu satuan dan variabel yang lain konstan, adalah 3.1 Kegiatan Peledakan Aktual
intercept.
Regresi Berganda Geometri Peledakan Aktual

Regresi linier berganda hampir sama dengan regresi Data rekapitulasi hasil pengamatan pada 6 blok
linier sederhana, hanya saja pada regresi linier peledakan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2
berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel terlihat bahwa secara rata-rata geometri peledakan di
penduga. Secara umum model regresi linier berganda lapangan memiliki perbedaan yang tidak terlalu
untuk populasi adalah sebagai berikut: signifikan dari rencana yang telah ditetapkan. Geometri
rencana didapatkan dari data sekunder perusahaan.
Y' b0 b1X1 b2X2 ...bkXk (6) Untuk persentase perbedaan terbesar terlihat pada
parameter stemming yaitu sebesar 10,9 % . Secara grafis
Dengan: perbedaan antara geometri aktual terhadap plan dapat
dilihat pada Gambar 5.
i = 1, 2,...n, k = variabel bebas, yaitu X1, ..., Xk.

Tabel 2. Geometri Peledakan Aktual di Lapangan

Geometri Peledakan (m)


No Tanggal Kondisi Lubang Ledak
B S T H PC
1 19-Jan-2019 berair pada area dekat dengan slope 1.60 1.50 1.30 2.30 1.00
2 21-Jan-2019 berair (90 %) 1.60 1.40 1.40 2.40 1.00
3 24-Jan-2019 berair pada area dekat dengan slope 1.50 1.40 1.30 2.10 0.80
4 30-Jan-2019 berair pada area dekat dengan slope 1.40 1.30 1.40 2.30 0.90
5 4-Feb-2019 berair (100 %) 1.50 1.41 1.31 2.28 0.97
6 23-Feb-2019 kering 1.39 1.28 1.31 2.31 1.00
7 24-Feb-2019 berair (70 %) 1.45 1.35 1.25 2.30 1.05
Rata-Rata Aktual 1.50 1.38 1.34 2.28 0.94
Plan 1.50 1.50 1.50 2.50 1.00
Perbedaan Aktual terhadap Plan 0.1% 7.9% 10.9% 8.8% 5.6%

Geometri Peledakan Aktual & Plan


2,7 2,50
2,4
2,1 2,28
1,8
Nilai (m)

1,50 1,50 1,50


1,5
1,2 1,48 1,37
0,9 1,32
0,6
0,3 0
0
0 B S T H
Geometri Peledakan Plan Aktual
Gambar 5. Perbedaan Geometri Peledakan Aktual terhadap Plan

Jarak Aktual Lemparan Batuan Pengamatan terhadap jarak lemparan batuan akibat
kegiatan peledakan ini dilakukan dengan mengambil
Jarak lemparan batuan (flyrock) sebelum dilakukannya video menggunakan drone DJI Phantom 4, dengan
penelitian berkisar antara 150-200 m. Lemparan batuan posisi vertikal drone pada ketinggian 40 hingga 50
tersebut menyebabkan rusaknya pondok kebun milik meter dari front blasting. Pengamatan video drone dan
warga yang berada dekat dengan area penambangan. pengeplotan GPS. Untuk pengolahan data GPS
Sementara jarak lemparan batuan (flyrock) selama dilakukan dengan Google Earth Pro.
melakukan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.
178
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Tabel 3. Jarak Lemparan Batuan (Flyrock) Aktual


Jarak Lemparan Batuan Dimensi Batuan
No Tanggal
Aktual (m) (cm x cm x cm)
1 19-Jan-2019 134 13 x 7.5 x 4
2 21-Jan-2019 146 10 x 5 x 2,5
3 24-Jan-2019 155 7 x 3.2 x 2.1
4 30-Jan-2019 110 18 x 8 x 2.5
5 04-Feb-2019 158 10 x 5 x 2.2
6 23-Feb-2019 135 9 x 6.2 x 3.2
7 24-Feb-2019 160 7 x 5.5 x 3.2
Rata-Rata Aktual 143

Dari Tabel 3 terlihat bahwa jarak horizontal lemparan √


batuan (flyrock) aktual rata-rata adalah 143 m, ( )
sementara secara vertikal dari pengamatan video drone
tidak ada batuan yang terlempar melebihi posisi drone, √
dengan berarti jarak vertikal lemparan batuan pada ( )
radius di bawah 50 meter.
65 m
Dari persamaan Richard dan Moore (2005) dengan teori
Jarak Prediksi Lemparan Batuan
cratering didapatkan prediksi jarak lemparan batuan
(flyrock) adalah 65 meter.
Prediksi jarak lemparan batuan (flyrock) dilakukan
dengan metode empirik dan analisis dimensi. Metode
empirik dihitung menggunakan persamaan Richard dan 3). Face Bursting
Face bursting terjadi apabila jarak burden pada baris
Moore (2005) dan Lundborg (1981), sementara metode
peledakan terlalu dekat. Persamaan untuk mencari face
analisis dimensi menggunakan persamaan Ebrahim
bursting adalah sebagai berikut:
Ghasemi (2012).

( )
Richard dan Moore (2005)

Menurut Richard dan Moore terdapat tiga persamaan √


( )
untuk menghitung jarak lemparan batuan (flyrock)

1). Rifling
Rifling terjadi apabila material stemming yang Dari persamaan Richard dan Moore (2005) dengan teori
digunakan kurang baik. Persamaan rifling adalah face bursting didapatkan prediksi jarak lemparan batuan
sebagai berikut: (flyrock) adalah 65 meter.

( ) Lundborg (1981)

Persamaan yang digunakan Lundborg untuk menghitung


Diketahui:
jarak lemparan maksimum batuan (flyrock) adalah sebagai
k = konstanta material = 21,65
berikut:
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
m = berat isian handak = 0.34 x SG x De
L= 143 d (q – 0,2)
m = 0.34 x 0.83 x 32 = 2,5 kg/m
SH = stemming height = 1,5 m
Diketahui:
θ = kemiringan lubang ledak = 90°
d = diameter lubang ledak = 3 inch
q = specific charge = 0,45 kg/m3
Perhitungan rifling tidak dilakukan karena lubang ledak
yang ada di PT ATC II adalah lubang ledak tegak dan
Sehingga,
perhitungan rifling hanya untuk lubang ledak miring.
L= 143 d (q – 0,2)
L= 143 x 3 (0,45 – 0,2)
2). Cratering
L= 107,25 m
Cratering terjadi apabila stemming yang digunakan
terlalu pendek atau adanya material broken dari hasil
Dari persamaan Lundborg (1981) didapatkan prediksi
blasting sebelumnya. Persamaan untuk mencari
jarak lemparan batuan (flyrock) maksimum sebesar
cratering adalah sebagai berikut:
107,25 m.
179
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Ebrahim Ghasemi (2012)

Menurut Ebrahim Ghasemi prediksi jarak lemparan


batuan (flyrock) menggunakan metode analisis dimensi
dengan persamaan berikut:

B = Burden = 1,5 m
H = Kedalaman Lubang Ledak = 2,5 m
S = Spasi = 1,5 m
D = Diameter Lubang Ledak = 0,076 m Gambar 6. Perbedaan Prediksi Jarak Lemparan Batuan
St = Stemming = 1,5 m
P = Powder Factor = 0,45 kg/m3 Perbedaan Jarak Aktual dengan Prediksi Lemparan
Q = Isian rata-rata/lubang = 2,5 kg Batuan

Sehingga, Perbedaan antara jarak aktual terhadap jarak prediksi


lemparan batuan (flyrock) menurut metode empirik dan
analisis dimensi dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4
terlihat bahwa metode analisis dimensi menurut
Ebrahim Ghasemi lebih representatif dalam
110.53 m
memprediksi jarak lemparan batuan (flyrock) karena
memiliki perbedaan yang lebih kecil terhadap kondisi
Dari persamaan Ebrahim Ghasemi (2012) didapatkan
aktual yaitu sebesar 32.47 cm dengan persentase
prediksi jarak lemparan batuan sebesar 110.53 m.
perbedaan sebesar 22 %. Secara grafis perbandingan
Secara grafis perbedaan prediksi jarak lemparan batuan
antara prediksi jarak lemparan batuan dengan aktual di
dari ketiga teori tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
lapangan dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel 4. Perbadingan Jarak Prediksi dengan Aktual Lemparan Batuan


Prediksi Flyrock Nilai Aktual Perbedaan Aktual Persentase
Metode Empiris (m) Flyrock (m) terhadap Plan (m) Perbedaan
Richard & Moore (2005) 65 143 78 54 %
Lundborg (1981) 107.25 143 35.75 25 %
Metode Analisis Dimensi
Ebrahim Ghasemi 110.53 143 32.47 22 %

Perbandingan Jarak Aktual dengan Prediksi Lemparan Batuan


200
Jarak Flyrock (m)

143 143 143


150
107,25 110,53
100
65
50
0
Richard & Moore (2005) Lundborg (1981) Ebrahim Ghasemi (2012)
Prediksi Flyrock Aktual Flyrock

Gambar 7. Perbandingan antara Prediksi dan Aktual Flyrock

Analisis Statistik Hubungan Geometri Peledakan garis regresi. Analisis dilakukan dengan regresi
dengan Jarak Lemparan Batuan (Flyrock) sederhana. Bentuk korelasi dan regresi sederhana
dilakukan untuk melihat hubungan parameter burden,
Analisis statistik dilakukan dengan korelasi dan regresi spasi, stemming, kedalaman lubang ledak, dan panjang
untuk melihat parameter geometri peledakan yang kolom isian terhadap jarak lemparan batuan (flyrock).
memiliki hubungan paling besar terhadap jarak Pengolahan data dilakukan dengan Ms. Excel untuk
lemparan batuan (flyrock) serta mendapatkan persamaan mendapatkan garis regresi dan nilai R2, secara detail
dapat dilihat pada Gambar 8
180
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Hubungan antara Burden dengan Jarak Lemparan Batuan


Jarak Lemparan (m)
200,0
190,0 y = 61,702x + 50,518
180,0 R² = 0,087
170,0
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65
Burden (m)

Hubungan antara Spasi dengan Jarak Lemparan Batuan


Jarak Lemparan (m)

200,0
190,0 y = 77,143x + 36,347
180,0 R² = 0,1025
170,0
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
1,25 1,30 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55
Spasi (m)

Hubungan antara Stemming dengan Jarak Lemparan Batuan


200,0
Jarak Lemparan (m)

190,0 y = -313.81x + 700.18


180,0
170,0 R² = 0.8472
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
1,20 1,25 1,30 1,35 1,40 1,45
Stemming (m)
Hubungan antara Kedalaman Lubang dengan Jarak Lemparan Batuan
Jarak Lemparan (m)

200,0
190,0 y = -114,83x + 408,8
180,0
170,0 R² = 0,4614
160,0
150,0
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
2,05 2,10 2,15 2,20 2,25 2,30 2,35 2,40 2,45
Kedalaman Lubang Ledak (m)
Hubungan antara Panjang Kolom Isian dengan Jarak Lemparan Batuan
Jarak Lemparan (m)

200,0
190,0
180,0
170,0 y = 138.55x + 14.904
160,0
150,0 R² = 0.6991
140,0
130,0
120,0
110,0
100,0
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20
Panjang Kolom Isian (m)
Gambar 8. Analisis Regresi Linier Sederhana

181
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Dari Gambar 8 terlihat bahwa parameter geometri nilai R2 (koefisien determinasi), semakin besar nilai R2
peledakan yang memiliki hubungan sangat kuat maka semakin kuat hubungan antara variabel tersebut.
terhadap jarak lemparan batuan adalah stemming. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Selanjutnya hubungan kuat terhadap panjang kolom
isian, hubungan sedang terhadap kedalaman lubang
ledak, dan hubungan lemah terhadap burden dan spasi.
Hubungan antar variabel tersebut dilihat dari besaran

Tabel 5. Hubungan Korelasi antara Geometri Peledakan dengan Jarak Lemparan Batuan
No Parameter Hubungan Korelasi
1 Burden Lemah, 8.70 %
2 Spasi Lemah, 10.25 %
3 Stemming Sangat Kuat, 84.72 %
4 Kedalaman Lubang Ledak Sedang, 46.14 %
5 Panjang Kolom Isian Kuat, 69.91 %

3.2 Kegiatan Uji Coba Peledakan dalam lubang ledak agar optimal dalam memberai
material ke arah samping dan memperkecil potensi
Kegiatan uji coba peledakan dilakukan untuk energi keluar dari lubang ledak yang dapat
mendapatkan kesimpulan mengenai kegiatan peledakan menimbulkan flyrock.
yang menghasilkan jarak lemparan batuan (flyrock)
yang lebih kecil. Ada beberapa rencana untuk Rencana Geometri Uji Coba Peledakan
meminimalisir jarak lemparan batuan di lapangan, yaitu
menutup lubang ledak dengan karet bekas belt Persamaan yang didapatkan dari analisis statistik
conveyor setelah dilakukannya penutupan stemming hubungan stemming terhadap jarak lemparan batuan
dengan gravel, kemudian perubahan geometri adalah sebagai berikut:
peledakan.
Y = -313.81 X + 700.18
Penutupan lubang ledak dengan karet bekas belt
conveyor sudah pernah dilakukan percobaan dan Dengan Y = Jarak Lemparan Batuan (m)
mendapatkan hasil jarak lemparan batuan yang lebih X = Stemming (m)
kecil yaitu 80-100 meter dari front blasting, namun
kegiatan ini dinilai tidak efektif dikarenakan pengerjaan Target jarak lemparan batuan yang akan diminimalisir
penutupan lubang ledak dengan karet bekas belt adalah 50 %. Data jarak aktual lemparan batuan saat ini
conveyor yang membutuhkan waktu sehingga membuat di PT ATC II adalah 143 m, sehingga dengan adanya
kegiatan peledakan lebih lama dari biasanya. Hal ini simulasi perubahan stemming tersebut diharapkan jarak
juga berdampak kepada kegiatan loading hauling lemparan batuan menjadi ± 70 m. Maka, dengan
material yang dimulai lebih lama setelah rest time. persamaan tersebut dapat diketahui angka stemming
yang harus diubah adalah sebagai berikut:
Perubahan geometri peledakan perlu dilakukan uji coba
untuk menghasilkan jarak lemparan batuan yang lebih Y = -313.81 X + 700.18
kecil. Parameter geometri peledakan yang diubah adalah
stemming. Hal ini dilakukan karena secara statistik 70 m = -313.81 X + 700.18
stemming memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap
jarak lemparan batuan. Selain itu secara teoritis X= =2m
stemming juga memegang peranan penting untuk
mengunci energi di dalam lubang ledak agar optimal
dalam memberai material ke arah samping dan Dari persamaan tersebut didapatkan panjang stemming
memperkecil potensi energi keluar dari lubang ledak yang diperlukan untuk meminimalisir jarak lemparan
yang dapat menimbulkan flyrock. batuan sebesar 50 % adalah 2 m. Data geometri
peledakan simulasi dapat dilihat pada Tabel 6. Dari
Kegiatan simulasi peledakan perlu dilakukan untuk Tabel 8 terlihat bahwa geometri peledakan simulasi
mendapatkan geometri peledakan yang lebih sesuai yang berubah adalah stemming sebesar 0.5 meter,
untuk menghasilkan jarak lemparan batuan yang lebih dengan bertambahnya stemming sebesar 0.5 meter maka
kecil. Parameter geometri peledakan yang diubah adalah kedalaman lubang ledak juga bertambah sebesar 0.5
stemming. Hal ini dilakukan karena secara statistik meter. Sementara panjang kolom isian, burden, dan
stemming memiliki hubungan sangat kuat terhadap jarak spasi tetap sama dengan geometri peledakan aktual saat
lemparan batuan. Secara teoritis stemming juga ini.
memegang peranan penting untuk mengunci energi di
182
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Adanya penambahan kedalaman stemming dan lubang berubah). Adapun rincian penambahan biaya kegiatan
ledak menyebabkan adanya penambahan biaya kegiatan pemboran adalah sebagai berikut (Tabel 7).
pemboran. Untuk biaya kegiatan peledakan tidak
mengalami kenaikan dikarenakan jumlah bahan peledak
yang digunakan tetap sama (panjang kolom isian tidak

Tabel 6. Data Geometri Peledakan Simulasi


Geometri Peledakan (m)
No Parameter
Aktual Simulasi
1 Burden 1.50 1.50
2 Spasi 1.50 1.50
3 Stemming 1.50 2.00
4 Kedalaman Lubang Ledak 2.50 3.00
5 Panjang Kolom Isian 1.00 1.00

Tabel 7. Biaya Kegiatan Pemboran/Jam


No Biaya Kegiatan Jumlah Satuan
Kegiatan Peledakan Aktual

1 Pemboran/200 jam 75.000.000 IDR


2 Jumlah lubang ledak 7 Lubang/jam
3 Jumlah lubang ledak/200 jam 1.400 Lubang
4 Biaya pemboran 53.571 IDR/Lubang
5 Volume Material 7.875 BCM
Kegiatan Peledakan Uji Coba
6 Jumlah lubang ledak 6 Lubang/jam
7 Jumlah lubang ledak/200 jam 1.200 Lubang
8 Biaya pemboran 62.500 IDR/Lubang
9 Volume Material 8.100 BCM
Selisih Biaya Pemboran 8.929 IDR/Lubang
Selisih Material 225 BCM

Dari Tabel 7 terlihat bahwa penambahan kedalaman


stemming dan lubang ledak menyebabkan penambahan
biaya kegiatan pemboran. Biaya pemboran/lubang pada
peledakan aktual adalah Rp. 53.571 dan pada uji coba
peledakan menjadi Rp. 62.500. Dari angka tersebut B = Burden = 1,5 m
didapatkan selisih biaya pemboran/lubang pada kegiatan H = Kedalaman Lubang Ledak = 3 m
peledakan aktual dan uji coba sebesar Rp. 8.929. S = Spasi = 1,5 m
Adanya penambahan biaya ini tidak berpengaruh
terhadap angka keuntungan yang diperoleh perusahaan
dari kegiatan peledakan tersebut, dikarenakan D = Diameter Lubang Ledak = 0,076 m
penambahan biaya pemboran diikuti oleh penambahan St = Stemming = 2 m
jumlah material. Jumlah material pada peledakan aktual P = Powder Factor = 0,45 kg/m3
adalah 7.875 BCM dan pada uji coba peledakan 8.100 Q = Isian rata-rata/lubang = 2,5 kg
BCM, dengan demikian terdapat penambahan jumlah
material sebesar 225 BCM. Sehingga,

Jarak Prediksi Lemparan Batuan pada Rencana


Geometri Uji Coba Peledakan

Jarak prediksi lemparan batuan dihitung menggunakan 68 m


persamaan Ebrahim Ghasemi (2012), seperti berikut ini:

183
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

Dari persamaan Ebrahim Ghasemi (2012) didapatkan lapangan memiliki perbedaan 8 cm dari rencana yang
jarak prediksi lemparan batuan sebesar 68 m. telah ditetapkan dengan persentase perbedaan terbesar 7
% pada parameter spasi. Perbedaan tersebut memiliki
Geometri Uji Coba Peledakan nilai yang lebih kecil dari kondisi aktual sebelumnya,
dengan artian bahwa pelaksanaan simulasi peledakan
Data geometri peledakan aktual dari uji coba yang berjalan dengan baik dan maksimal. Secara grafis dapat
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dilihat pada Gambar 9.
terlihat bahwa secara rata-rata geometri peledakan di

Tabel 8. Geometri Peledakan Aktual pada Kegiatan Uji Coba


Geometri Peledakan (m)
No Tanggal Kondisi Lubang Ledak
B S T H PC
1 9-Feb-2019 berair (50 %) 1.38 1.39 2.09 2.95 0.86
2 27-Feb-2019 berair (97 %) 1.49 1.41 1.93 2.90 0.97
3 3-Mar-2019 berair (50 %) 1.34 1.38 1.79 2.85 1.06
4 5-Mar-2019 berair (60 %) 1.41 1.41 1.84 2.83 0.99
Rata-Rata Aktual 1.42 1.40 1.89 2.89 0.99
Plan 1.50 1.50 2.00 3.00 1.00
Perbedaan Aktual terhadap Plan 5.6% 7.0% 5.3% 3.7% 0.5%

Geometri Ujicoba (Trial) & Plan


3,30 3,00
3,00
2,70 2,89
2,40 2,00
2,10
Nilai (m)

1,50 1,50 Plan


1,80
1,50 1,89 Aktual
1,20 1,42 1,40
0,90
0,60
0,30
0,00
B S T H
Gambar 9. Perbedaan Geometri Simulasi Aktual dan Plan

Jarak Lemparan Batuan pada Uji Coba Peledakan adanya perubahan geometri peledakan pada stemming
dan kedalaman lubang ledak (penambahan 0.5 meter)
Jarak aktual lemparan batuan pada kegiatan simulasi jarak lemparan batuan dapat diminimalisir dari 143 m
peledakan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 9. menjadi 53.95 m. Dengan demikian jarak lemparan
Dari Tabel 9 dapat dilihat secara rata-rata jarak batuan dapat diminimalisir sebesar 89.05 m atau sekitar
lemparan batuan adalah 53.95 m dan maksimum 63.2 62.27 % (lebih besar dari target reduksi jarak lemparan
m. batuan yang direncanakan).

Tabel 9. Jarak Aktual Lemparan Batuan (Flyrock) pada Uji Coba Peledakan
Jarak Lemparan Dimensi Batuan (cm
No Tanggal
Batuan Aktual (m) x cm x cm)
1 9-Feb-2019 56.9 10 x 10 x 3
2 27-Feb-2019 63.2 9 x 9 x 2.5
3 3-Mar-2019 48.4 12 x 10 x 3.2
4 5-Mar-2019 47.3 13 x 9 x 2.2
Rata-Rata Aktual 53.95
184
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

4. Kesimpulan dan Saran Flyrock Peledakan pada Pit 4500 Blok 12 PT


Trubaindo Coal Mining Kutai Barat Kalimantan
Barat. Jurnal Teknologi Pertambangan Volume 1
4.1 Kesimpulan
Nomor 1 Periode Maret – Agustus 2015
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat [2] Havis Abdurrachman, dkk. 2015. Analisis Flyrock
disimpulkan bahwa: ntuk Mengurangi Radius Aman Alat pada
1. Geometri aktual secara rata-rata di lapangan Peledakan Overburden Penambangan Batubara.
memiliki perbedaan sebesar 14 cm atau sekitar 10,9 Proceeding Seminar Nasional Kebumian Ke-8
% terhadap rencana yang telah ditetapkan dengan Academia-Industry Linkage 15-16 Oktober 2015
jarak rata-rata aktual lemparan batuan sebesar 143 Graha Sabha Pramana
m.
2. Jarak prediksi lemparan batuan menurut metode [3] Richard and Moore. 2005. Golden Pike Cut Back
empirik adalah 65 m (Richard dan Moore) dan Fly Rock Control and Calibration of a Predictive
107,25 m (Lundborg), dan metode analisis dimensi Model. Terrock Consulting Engineers Eltham
sebesar 110.53 m (Ebrahim Ghasemi). Vic 3095 A.B.N. 99 005 784 841
3. Prediksi jarak lemparan batuan (flyrock) lebih baik
menggunakan metode analisis dimensi menurut [4] Lundborg N. 1974. The Hazard of Flyrock in
Ebrahim Ghasemi (2012) karena memiliki Rock Blasting. Swedish Detonic Research
perbedaan yang lebih kecil dari jarak aktual Foundation Report DS 12, Stockhdm
lemparan batuan di lapangan. Perbedaannya adalah [5] Hastono, Susanto Priyo. 2006. Analisis Data SPSS.
32.47 cm atau sekitar 22 %. Jakarta: Universitas Indonesia
4. Analisis statistik memperlihatkan bahwa stemming
memiliki hubungan yang sangat kuat dengan jarak [6] Amini, Hasel dkk. 2011. Evaluation of Flyrock
lemparan batuan (flyrock), kemudian panjang Phenomenan Due to Blasting Operation by
kolom isian memiliki hubungan kuat, kedalaman Support Vector Machine, Neural Comput &
lubang ledak memiliki hubungan sedang, Applic DOI 10.1007/S 00521-011-0631-5
sedangkan burden dan spasi memiliki hubungan
yang lemah terhadap jarak lemparan batuan [7] Bajpayee, Verakis, and Lobb. 2003. An Analysis and
(flyrock) Prevention of Flyrock Accidents in Surface Blasting
5. Geometri rencana untuk kegiatan simulasi Operation
peledakan ditetapkan dari persamaan regresi hasil [8] Bhandari, Sushil. 1997. Engineering Rock Blasting
analisis statistik yaitu dengan penambahan terhadap
Operation. India: Department Of Mine Engineer
stemming sehingga kedalaman lubang ledak juga J.N.V University Jodhpur
bertambah
(T = 2 m, H = 3 m), sedangkan parameter geometri [9] Bhat, Suresh K. Dkk. 2003. Fatal Accident Due to
lainnya tetap sama. Flyrock and Lack of Blast Area Security and
6. Dari kegiatan simulasi peledakan yang dilakukan Working Practices In Mining. Pennsylvania:
dengan penambahan stemming dan kedalaman National Institute for Occupational Safety and
lubang ledak maka jarak aktual lemparan batuan Health Pittburgh, USA
(flyrock) dapat diminimalisir sebesar 89,05 m atau
sekitar 62.27 % (lebih besar dari target reduksi [10] Daniel Jahed Armaghani. 2013. A Simulation
yang direncanakan) Approach to Predict Blasting-Induced Flyrock
and Size of Thrown Rocks. EJGE Vol. 18 (2013),
Bund
4.2 Saran
[11] Dhekne P.Y. 2015. Environmental Impacts of
Rock Blasting and Their Mitigation.
1. Untuk mendapatkan jarak lemparan batuan yang
International Journal of Chemical, Environmental
lebih kecil sebaiknya melakukan penambahan
& Biological Science (IJCEBS) Volume 3, Issue
kedalaman lubang ledak dan stemming sebesar 0.5
1 (2015) ISN 230-4087
m
2. Untuk menghindari potensi terjadinya lemparan [12] Ghasemi, Ibrahim. 2012. Development of Model for
batuan yang berasal dari lantai front blasting Predicting The Effect of Controlable Blasting
sebaiknya melakukan pembersihan area (clean up) Parameters on Flyrock Distance in Surface Mines.
dengan baik sebelum melakukan kegiatan International Journal of Rock Mechanuc and Mining
pemboran Sciences, p. 163-170
[13] Hustrulid, William. 1999. Blasting Principal for
Daftar Pustaka
Open Pit Mining. Vol 1. General Design
Concept A.A. Balkema Rotterdam, Brookfield
[1] Arief Usman, Sudarsono, Indah Setyawati. 2015.
Kajian Radius Aman Alat Gali Muat terhadap
185
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 4, No. 3

[14] Konya, C.J. 1991. Rock Blasting and Overbreak


Control; Precision Blasting Services. U.S.
Department of Transportation Federal Highway
Administration, Contract No. DTFH61-90R-
00058, (NTIS No. PB 97-186548)
[15] Mishra and Rout. 2011. Fly Rocks-Detection and
Mitigation at Construction Site in Blasting
Operation. World Environment: 2011; 1
(1) : 1-5 DOI: 10.5923/J.env. 201110101.01
[16] Mohammad, Edy Tonnizom. 2012. Prediction of
Flyrock in Boulder Blasting by Using Artificial
Neural Network. Article in Electronic Journal of
Geotechnical Engineering EJGE Vo. 17 (2012),
Bund. R
[17] Putri, Himmatul Aulia, dkk. 2017. Analisis Arah
dan Jarak Lemparan Fly Rock Akibat Kegiatan
Peledakan di PT Dahana Jobsite PT Adaro
Indonesia, Kabupaten Tabalong, Provinsi
Kalimantan Selatan. Prosiding Teknik
Pertambangan ISSN: 2460-6499
[18] Roth, Julius. 1979. A Model for the Determination
of Fly Rock Range as a Function of Shot
Condition. Pennsylvania: United States
Department of the Interior Bureau of Mines.
[19] Tim IWPL. 1996. Supervisory Teknik Peledakan
Diklat Angkatan IV Karimun Granite Riau:
Bandung
[20] Usman, Arief, dkk. 2015. Kajian Radius Aman
Alat Gali Muat terhadap Flyrock Peledakan pada
Pit 4500 Blok 12 PT Trubaindo Coal Mining
Kutai Barat Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi
Pertambangan Vol. 1 No. 1 Periode Maret-
Agustus 2015
[21] Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia
[22] Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Bumi Aksara

186

You might also like