Keefektifan Audit Internal Pemerintah Daerah
Keefektifan Audit Internal Pemerintah Daerah
Keefektifan Audit Internal Pemerintah Daerah
net/publication/321776389
CITATIONS READS
2 2,049
2 authors, including:
Hadi Mahmudah
Universitas Islam 45 Bekasi
3 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hadi Mahmudah on 11 May 2018.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan pemerintah daerah mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk
akuntabilitas dan pengambilan keputusan (Ryan et al. 2002). Akuntabilitas merupakan
salah satu pilar good governance. Menurut The National Committee of Governance Policy
(2010) implementasi dari prinsip good governance akan berkontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan sosial, membuat lingkungan bisnis yang kondusif,
meningkatkan kekuatan tawar (bargaining power) dan mencegah dari kecurangan yang
terjadi di pemerintah.
1
Penelitian ini didanai oleh In search of balance kerjasama Agder University Norwegia dan UGM
Indonesia.
Yismaw (2007) mengindikasikan bahwa kualitas audit internal dan dukungan manajemen
memiliki hubungan signifikan terhadap keefektifan audit internal. Hasil penelitian Mihret
dan Yismaw ini konsisten dengan Cohen dan sayag (2010) yang menemukan bahwa
kualitas kerja audit internal, dukungan manajemen dan independensi organisasi sebagai
faktor-faktor berhubungan signifikan terhadap keefektifan audit internal.
Penelitian Arena dan Azone (2009) mencoba untuk memahami organisasi sebagai
drivers dari keefektifan audit internal. Mereka menggunakan tiga variabel untuk
menentukan keefektifan audit internal yaitu karakteristik dari tim audit internal, proses
audit dan keterlibatan komite audit dalam aktivitas audit. Ussahawanitchakit (2012)
menemukan bahwa keefektifan audit di pengaruhi oleh orientasi etis, penalaran moral, dan
profesionalisme audit.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Cohen dan Sayag yang meneliti
keefektifan audit internal organisasi sektor publik dan privat di Israel. Mereka
menggunakan beberapa variabel yaitu professional proficiency of internal auditors,
kualitas kerja audit, independensi organisasi, career dan advancement dan dukungan
manajemen puncak sebagai faktor- faktor yang mempengaruhi keefektifan audit internal.
Hasilnya dukungan manajemen puncak dan independensi organisasi sebagai penentu
keefektifan audit internal di Israel. Peneliti menambahkan variabel sistem pengendalian
intern karena menurut Badara dan Saidin (2013) belum ada penelitian sebelumnya yang
menguji sistem pengendalian intern terhadap keefektifan audit internal terutama di
pemerintahan daerah. Badara dan Saidin (2013) mengembangkan model dampak sistem
pengendalian intern terhadap keefektifan audit internal tetapi belum diuji secara empiris.
Sistem pengendalian intern telah terbukti secara empiris berhubungan positif terhadap
keefektifan audit internal di sektor perhotelan Yunani (Karagiorgos, et al. 2011).
Sawalqa dan Qtish (2012) juga menemukan bahwa sistem pengendalian intern
berpengaruh terhadap keefektifan program audit.
Penelitian terdahulu melihat keefektifan audit internal dari persepsi auditor eksternal
Coram et al. (2008), manajemen (Arena dan Azzone, 2009; Cohen dan Sayag, 2010; Yee
et al. 2008), dan fokus pada perusahaan, bank, hotel dan sedikit di sektor publik sehingga
menimbulkan kesenjangan. Penelitian ini mencoba menutup kesenjangan yang ada dari
penelitian terdahulu dengan menguji secara empiris pengaruh sistem pengendalian intern,
dukungan manajemen, audit professionalism terhadap keefektifan audit internal di
pemerintah daerah dari persepsi auditor internal. Alasan menggunakan auditor internal
karena auditor internal akan mendeteksi kelemahan sistem pengendalian intern sebelum
kelemahan itu ditemukan oleh auditor eksternal dan sektor publik khususnya pemerintah
daerah karena banyaknya pemerintah daerah yang belum mendapatkan opini WTP dari
BPK. Selain itu, penelitian ini mempertimbangkan saran Kidwell dan Lowensohn (2011)
yang menyatakan bahwa pengendalian internal di sektor publik memiliki sedikit perhatian
dan patut dipertimbangkan dalam penelitian audit di pemerintahan. Audit internal yang
tidak efektif dalam manajemen sektor publik akan menyebabkan kemungkinan
munculnya penipuan, tingkat kepatuhan yang rendah, dan ketidak efektifan dalam
pengambilan keputusan keuangan dalam mencapai keberhasilan operasional (Unegbu dan
Kida, 2011).
Di Indonesia, penelitian tentang keefektifan audit internal belum banyak dilakukan.
Penelitian Putro (2012) menemukan bahwa keefektifan fungsi pengawas Inspektorat di
Salatiga dipengaruhi oleh kualitas pengawas, dukungan manajemen, kecukupan
sumberdaya manusia dan dana operasional yang memadai. Suyono dan Hariyanto (2012)
menguji hubungan antara sistem pengendalian intern, audit internal dan komitmen
organisasi dengan good governance di kecamatan Provinsi Jawa Tengah. Hasilnya sistem
pengendalian intern, audit internal dan komitmen organisasi berhubungan positif terhadap
good governance. Mereka menyimpulkan bahwa ketika sistem pengendalian intern itu dan
audit internal efektif, komitmen organisasi tinggi maka akan menaikkan praktik good
governance.
Albercht et al. (1988) seperti dikutip oleh Karagiorgos, et al. (2011) menyatakan
bahwa ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keefektifan audit internal yaitu
lingkungan perusahaan yang tepat, dukungan manajemen, kualitas staf audit internal dan
kualitas kerja audit internal. Dukungan manajemen dalam hal ini pemimpin daerah
merupakan salah satu penentu keefektifan audit internal (Cohen dan Sayag, 2010; Endaya
dan Hanefah, 2013; Mihret dan Yilmaz, 2007; Van Gansberghe, 2005). Komitmen
manajemen untuk mengimplementasikan rekomendasi hasil audit internal merupakan
salah satu contoh dukungan terhadap audit internal. Selain itu, suatu sistem tidak akan
berjalan dengan baik seandainya komitmen top manajemen dalam hal ini pemimpin daerah
kurang.
Faktor lain yang telah terbukti secara empiris berpengaruh terhadap keefektifan audit
yaituaudit professionalism (Intakhan dan Ussahawanitchakit, 2010; Ussahawanitchakit,
2011). Audit professionalism merupakan penggerak utama dari keefektifan, kinerja dan
kesuksesan audit. Memahami sistem pengendalian intern, dukungan manajemen dan audit
professionalism yang berpengaruh terhadap keefektifan audit internal dapat menjelaskan
fenomena banyaknya laporan keuangan pemerintah yang belum mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian dari BPK.
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi dengan memperkaya
litertur terkait dengan keefektifan audit internal di sektor publik melalui pengujian faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap keefektifan audit internal dan penguatan terhadap sistem
pengendalian intern dan audit internal.
KAJIAN TEORI
Teori Institusional. Ide pokok teori institusional adalah bahwa organisasi dibentuk oleh
lingkungan institusional yang mengitarinya dan dengan begitu pengamatan atas organisasi
harus dilihat sebagai sebuah totalitas simbol, bahasa, ataupun ritual-ritual yang
melingkupinya (Gudono, 2012:167). Menurut DiMaggio dan Powel (1983) organisasi
dibentuk oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya melalui proses peniruan dan ketaatan.
Konsep yang dikemukakan oleh DiMaggio dan Powel ini dikenal dengan institutional
isomorphism.
Konsep isomorphism merupakan proses menjadi sama bentuk; iso artinya sama dan
morp artinya bentuk. Isomorphism adalah “constraining process” yang memaksa satu unit
didalam populasi untuk memiliki wujud dan sifat yang sama dengan unit yang lain yang
menghadapi kondisi lingkungan yang sama (DiMaggio dan Powel, 1983). Hal ini terjadi
karena ada dua macam isomorphism yaitu isomorphism kompetitif dan isomorpisme
institusional. Menurut Gudono (2012:192) dua macam isomorphism terjadi karena
organisasi tidak sekedar bersaing mendapatkan sumberdaya tetapi juga mendapatkan
legitimasi institusional atau pun politis.
DiMaggio dan Powel (1983) menjelaskan bahwa konsep isomorphism terdiri dari 3
yaitu coercive, mimetic dan normative yang mempengaruhi struktur dan praktik
tidak menjalankan perannya maka sistem pengendalian intern tidak akan berjalan dengan
baik. Pihak ketiga seperti auditor eksternal sering memberikan evaluasi dan berkontribusi
terhadap pencapaian tujuan organisasi, tetapi auditor eksternal tidak bertanggung jawab
terhadap sistem pengendalian intern karena bukan bagian dari sistem pengendalian intern.
Sistem pengendalian intern dalam pemerintah disebut sistem pengendalian intern
pemerintah (SPIP). Menurut PP No 60 Tahun 2008 SPIP adalah proses yang integral pada
kegiatan dan tindakan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi,
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset Negara, serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah
Indonesia mengadopsi SPI yang dikembangkan oleh COSO, adopsi ini dilatarbelakangi
tuntutan UU keuangan negara yang membebankan seluruh tingkatan pimpinan
menyelenggarakan kegiatan pengendalian intern. SPIP mencoba meninggalkan
pemahaman sistem pengendalian intern yang semula hanya berbasis accounting control
dan administrative control yang kemudian dipadukan dengan unsur lingkungan
pengendalian. SPIP terdiri dari lima unsur yaitu: (1) Lingkungan pengendalian; (2)
Penilaian risiko; (3) Kegiatan pengendalian; (4) Informasi dan komunikasi; (5)
Pemantauan pengendalian intern
Dukungan Manajemen. Dukungan top manajemen dalam suatu sistem sangatlah
penting. Menurut Fernandez dan Rainey (2006) dukungan manajemen dan komitmen
untuk berubah memainkan peran penting dalam organisasi. Implementasi suatu sistem
menuntut adanya komitmen dan peran aktif pemimpin atau top manajemen. Dalam
konteks penelitian ini seperti yang diungkapkan oleh Sawyer (1995) dalam Mihret dan
Yilmaz (2007) komitmen manajemen untuk melaksanakan rekomendasi audit dan
dukungan penguatan audit internal sangat penting untuk keefektifan audit internal.
Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dukungan manajemen merupakan
salah satu faktor penting dalam keefektifan audit internal (Van Gansberghe, 2005; Mihret
dan Yilmaz, 2007; Cohen dan Sayag, 2010 dan Aikins, 2012). Mihret dan Yilmaz (2007)
menemukan rekomendasi audit tidak dilaksanakan oleh manajemen, sehingga berpengaruh
terhadap keefektifan audit internal. Menurut Cohen dan sayag (2010) dukungan
manajemen tidak hanya pada pelaksanaan rekomendasi audit, tetapi juga pada pendanaan,
pelatihan dan dukungan terhadap pelaksanaan audit contohnya menyewa tenaga ahli dari
luar.
Audit Professionalism
Audit professionalism merupakan penentu utama dari keefektifan audit
(Ussahawanitchakit, 2012) dimana auditor yang mempunyai profesionalisme yang tinggi
akan bekerja dengan baik, aktivitas dan tanggung jawab dijalankan dengan baik untuk
meningkatkan efisiensi audit dan mendapatkan keefektifan audit. Professionalisma audit
berkaitan dengan pekerjaan yang menuntut keahlian yang luar biasa, motivasi dan usaha
(Ussahanitchakit, 2012). Audit membutuhkan staf professional yang secara kolektif
memiliki pendidikan, pelatihan, pengalaman dan kualifikasi professional untuk melakukan
berbagai macam audit yang dibutuhkan oleh tugasnya (Al-Twaijry et al. 2003).
Kemampuan professional dari staf instansi audit internal dan manajemen yang baik
merupakan kunci untuk operasi yang efektif dari audit internal (Cohen dan Sayag, 2010).
Picket, (2000) seperti dikutip oleh Arena dan Azone (2010) menyatakan bahwa
keahlian auditor internal dapat dibedakan menjadi 2 yaitu cognitive dan behavioural skills.
Cognitive skills sering disebut kompetensi teknis. Ketrampilan teknis akan memastikan
auditor menyediakan saran untuk memperbaiki sistem pengendalian intern, memberikan
audit yang komplit, menemukan solusi yang konsisten berdasarkan pengalaman
sebelumnya. Behavioural skills termasuk komunikasi dan kemampuan berhubungan
dengan orang lain. Behavioural skills diperlukan oleh auditor untuk membangun hubungan
yang sehat dengan auditee mereka, interpersonal dan kemampuan komunikasi
memfasilitasi pemahaman dari temuan audit dan kemampuan untuk mencapai tanggung
jawab mereka secara efektif (Arena dan Azone, 2010).
Sistem Pengendalian Intern dan Keefektifan Audit Internal. Arena dan Azone (2009)
menyatakan bahwa lingkungan organisasi (konteks regulasi dan level dari risiko
organisasi) berpengaruh terhadap keefektifan audit internal. Selanjutnya Arena dan Azone
(2009) menjelaskan bahwa peran dari hukum dan regulasi mempunyai hubungan dengan
keefektifan audit melalui dua cara yang pertama, hukum dan regulasi menentukan
aktivitas audit. Khususnya pengaturan dimana perhatian antara pengendalian internal dan
audit internal adalah pendekatan organisasi yang diterima tidak hanya berdasarkan pada
konsolidasi rutin dan reaksi atau tindakan mereka akan lebih kuat dipengaruhi oleh
tekanan luar dalam proses conformance eksternal ( Arenaet al. 2006; DiMaggio dan
Powell, 1983). Yang kedua, banyak kasus auditor internal bertindak sebagai translator
dari kerangka kerja regulasi. Oleh karena itu membutuhkan kepatuhan terhadap regulasi
yang spesifik yang berdampak secara tidak langsung persepsi manajer dari kerja internal
audit. Dalam konteks penelitian ini sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)
merupakan salah satu produk regulasi yang harus diterapkan (isomorpisme coercive) oleh
setiap instansi pemerintahan.
Badara dan Saidin (2013) berargumen bahwa menyediakan pengendalian lingkungan
yang tepat untuk pemerintah daerah sangat penting untuk keefektifan operasi mereka.
Lingkungan pengendalian yang baik akan berpengaruh terhadap organisasi dalam hal ini
pemerintah dan begitu pula sebaliknya. Lingkungan pengendalian ini merupakan pondasi
yang mendasari suatu sistem pengendalian intern pemerintah. dengan terciptanya
lingkungan pengendalian yang baik di pemerintah akan berpengaruh terhadap keefektifan
audit internal.
Identifikasi dan analisis dari risiko yang relevant terkait dengan pencapaian tujuan
manajemen (Karagiorgos et al. 2011). Dengan adanya penilaian risiko maka setiap entitas
akan mengantisipasi faktor-faktor atau hal apa saja yang dapat menghambat tercapainya
tujuan organisasi. Sistem pengendalian intern dikatakan efektif apabila komponen
komponen itu ada dan berfungsi dengan baik. Penelitian Karagiorgos et al. (2011)
memberikan bukti empiris di sektor perhotelan di Yunani bahwa sistem pengendalian
intern merupakan faktor penting dari keefektifan audit internal.
Keefektifan sistem pengendalian intern perusahaan diakui sebagai prasyarat untuk
proses audit karena dianggap penentu utama pemilihan, waktu dan sejauhmana prosedur
audit harus diterapkan atau dibatasi (Terell, 1974 dalam Sawalqa dan Qtish, 2012).
Tentunya keefektifan sistem pengendalian intern akan berdampak pada keefektifan audit
internal. Auditor internal dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal berpedoman
pada regulasi yaitu PP No 60 Tahun 2008. Jika komponen-komponen dalam sistem
pengendalian intern itu berfungsi dengan baik, maka akan berdampak pada proses audit
dan keefektifan audit. Ketika sistem pengendalian intern itu kuat akan menghasilkan
dokumen-dokumen transaksi yang lengkap sehingga akan memudahkan auditor internal
melakukan prosedur audit. Sistem pengendalian intern yang baik akan menyediakan
informasi yang akurat bagi auditor untuk mencapai tujuan organisasi.
H1: Efektivitas sistem pengendalian intern berpengaruh positif pada keefektifan audit
internal
oleh manajemen. Apabila rekomendasi itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka
berpengaruh pada ketidakefektifan audit internal. Al-Twaijry et al. (2003) menemukan
bahwa rekomendasi audit internal terkadang tidak di implementasikan atau dilaksanakan
oleh pihak manajemen. Dalam konteks pemerintahan, peran pengawasan program-
program pemerintah tidak hanya terletak pada lembaga yang secara formal mempunyai
kewenangan dalam pengawasan seperti inspektorat, BPKP, BPK tetapi juga merupakan
tanggung jawab pemimpin daerah atau top manajemen dalam melaksanakan sistem
pengendalian yang berdampak pada keefektifan audit. Salah satu tujuan pemerintah yaitu
menggunakan anggaran secara efesien dan efektif. Auditor internal yang telah
melaksanakan audit, akan memberikan rekomendasi kepada manajemen berdasarkan
temuannya. Rekomendasi tersebut diharapkan ditindaklanjuti oleh manajemen agar
penggunaan anggaran sesuai dengan tujuannya, apabila rekomendasi tersebut tidak
ditindaklanjuti oleh manajemen, maka keefektifan audit internal tidak akan tercapai. Dari
hasil temuan audit, auditor akan menyarankan perbaikan bagi manajemen, dukungan top
manajemen atau komitmen manajemen untuk melakukan saran dari auditor akan
membuat auditor yakin terhadap audit yang dilakukan dan akan memperbaiki kelemahan-
kelemahan dalam organisasi. Hal ini akan berdampak pada hasil audit yang sesuai dengan
tujuan organisasi.
H2: Dukungan manajemen berpengaruh positif terhadap keefektifan audit internal
METODE
Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah Inspektorat Daerah kota/kabupaten. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode non probabilistic sampling yaitu setiap elemen
dalam populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel (Sekaran,
2003). Teknik penentuan sampel secara non probabilitas dalam penelitian ini adalah
snowball sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengumpulkan
sampel dari responden yang berasal dari referensi suatu jaringan (Hartono, 2011). Daerah
yang dipilih untuk menjadi objek penelitian ini yaitu Inspektorat kabupaten/kota Propinsi
Uji Validitas
Tabel 3. Hasil analisis factor
Nomor Sistem Dukungan Audit Keefektifan
Pertanyaan Pengendalian Manajemen Profesionalisme audit internal
Internal
Item 1 0,812 0,769 0,897 0,601
Item 2 0,906 0,859 0,897 0,594
Item 3 0,869 0,565 0,579
Item 4 0,775 0,574
Item 5 0,801 0,510
Item 6 0,840 0,694
Item 7 0,819 0,539
Item 8 0,664 0,777
Item 9 0,630 0,695
Item 10 0,878 0,710
Item 11 0,646
Item 12 0,770
Item 13 0,761
Item 14 0,695
Item 15 0,690
Item 16 0,594
Item 17 0,610
Item 18 0,523
Item 19 0,716
Item 20 0,767
Item 21 0,664
Item 22 0,389
Item 23 0,774
Item 24 0,623
Item 25 0,160
Item 26 0,264
Item 27 0,164
Item 28 0,724
Item 29 0,346
Item 30 -,091
Item 31 0,641
Item 32 0,657
Item 33 0,659
Item 34 0,590
Item 35 0,123
Uji validitas digunakan untuk menguji apakah item kuisioner benar-benar menguji
konsep yang dimaksudkan dengan tepat. Uji validitas dilakukan dengan perhitungan
analisis faktor terhadap item-item kuisioner. Hasil uji faktor analisis dapat dikatakan valid
sebagai instrument penelitian apabila loading factor berada di atas 0.40 dan eigenvalues
lebih dari 1 (Hair et al., 2010). Variabel sistem pengendalian intern menggunakan 10 item
pertanyaan sebagai alat ukurnya dan seluruh item pertanyaan memenuhi persyaratan factor
loading di atas 0,5. Variabel dukungan manajemen dan audit professionalism juga
memenuhi persyaratan factor loading diatas 0,5. Sedangkan variabel keefektifan audit
internal menggunakan 35 pertanyaan yang sebagai alat ukurnya. Hasil analisis faktor
menunjukkan bahwa ada beberapa pertanyaan yang tidak memenuhi syarat factor loading
yaitu pertanyaan 22, 25, 26, 27,29, 30, dan 35 dengan nilai sebesar 0,389, 0,160, 0,264,
0,164, 0,346, -,091, dan 0,123. Pertanyaan yang tidak memenuhi syarat factor loading
dieliminasi dan yang digunakan untuk analisis selanjutnya hanya item pertanyaan yang
memenuhi syarat factor loading.
Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan dan
konsistensi alat ukur yang digunakan untuk mengukur konsep bias dapat diminimalkan
(Sekaran, 2003). Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini lebih mengedepankan
internal consistency suatu kuisioner. Pada penelitian ini pengukuran item consistency
suatu kuisioner dengan merujuk pada nilai cronbach alpha.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tingkat pengukuran koefisien
Cronbach’s Alpha.Koefisien Cronbach’s Alpha merupakan koefisien reliabilitas yang
menunjukkan seberapa baik item dalam penelitian saling berkorelasi positif antara satu
dengan yang lain (Sekaran, 2003).Uji reliabilitas berkaitan dengan akurasi dan presisi dari
sebuah prosedur pengukuran (Cooper dan Schindler, 2011:283). Suatu kuisioner dikatakan
reliable jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah kosisten, atau stabil dari
waktu ke waktu dan nilai cronbach alpha > 0,60 (Nunally, 1994 dalam Ghozali, 2011:51).
dengan standar deviasi 0,363. Variabel dukungan manajemen mempunyai nilai minimum
3,00, nilai Maximum 5,00 rata-rata 3,87 dengan standar deviasi 0,741. Variabel Audit
Profesionalism mempunyai nilai minimum 2,67, nilai Maximum 5,00. Nilai rata-rata
variabelaudit professionalism 3,66 dengan standar deviasi 0,501. Variabel Keefektifan
audit internal mempunyai nilai minimum 2,00, nilai Maximum 5,00, rata-rata 3,76 dengan
standar deviasi 0,724.
Uji F
Hasil analisis menunjukkan bahwa goodness of fit model cukup memadai dengan F-
value sebesar 88,15, dan signifikan pada tingkat alpha sebesar 0,000. Nilai koefisien
determinasi atau R square untuk model ini adalah 0,43 artinya bahwa 43% variasi variabel
keefektifan audit internal dijelaskan oleh oleh ketiga variabel independennya yaitu sistem
pengendalian intern, dukungan manajemen dan audit professionalism. Uji F–test
menunjukkan bahwa, model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keefektifan audit
internal.
Uji t
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Audit
Internal
Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p.value
(signifikansi)
Konstanta 1,577 0,467 3,381 0,002
SistemPengendalian Intern 0,309 0,104 2,967 0,005
DukunganManajemen 0,302 0,101 2,976 0,005
Audit Profesionalism -0,016 0,067 -0,240 0,812
N: 39.Pengujian one-tailed test.
keefektifan audit. Berdasarkan bukti empiris tersebut, maka penelitian ini gagal menolak
H 0 yang menyatakan bahwa audit professionalism tidak berpengaruh terhadap keefektifan
audit internal.
Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan sistem pengendalian intern
berpengaruh positif terhadap keefektifan audit internal. Hasil penelitian ini
mengkonfirmasi penelitian Arena dan Azzone (2009) yang menemukan bahwa konteks
regulasi berpengaruh terhadap keefektifan audit internal. Karagiorgos, et al. (2011) juga
menemukan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap keefektifan audit
internal di sector perhotelanYunani. Sistem pengendalian intern merupakan kunci bagi
organisasi dari hal hal yang tidak diinginkan tidak terkecuali dari staf/ pegawainya sendiri.
Implementasi sistem pengendalian intern yang diatur dalam PP No 60 Tahun 2008 sangat
penting, karena tujuan instansi dapat tercapai apabila semua unsure menjalankan sistem
pengendalian intern. Dalam peraturan tersebut di jelaskan bahwa Inspektorat Daerah
merupakan bagian dari aparat pengawas intern pemerintah, diharapkan dapat memberikan
pengawasan secara efektif. Normanton seperti dikutip oleh Radcliffe (2012) menyatakan
bahwa audit pemerintah diarahkan pada pemeriksaan berbagai lembaga yang bertujuan
untuk akuntabilitas dan penggunaan sumberdaya secara efektif.
Kelima unsur sistem pengendalian intern wajib dilaksanakan oleh semua pegawai
Inspektorat terutama pengendalian lingkungan, karena unsur ini akan membentuk budaya
dan perilakumanusia. Dengan lingkungan pengendalian yang baik, akan meningkatkan
kemampuan untuk menilai risiko yang berdampak pada kegiatan pengendalian. Kegiatan
pengendalian terkait dengan kemampuan untuk memilih jenis pengendalian. Semua unsur
dalam sistem pengendalian perlu dikomunikasikan dengan baik dan dievaluasi agar sesuai
dengan visi Inspektorat daerah yaitu terwujudnya pemerintahan yang baik melalui
pengawasan yang professional. Penelitian ini memberikan bukti empiris, dari persepsi
auditor internal bahwa implementasi sistem pengendalian intern dapat berpengaruh
terhadap keefektifan audit.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan dukungan manajemen berpengaruh
positif terhadap keefektifan audit internal. Implementasi rekomendasi audit oleh
manajemen merupakan salah satu penguatan untuk fungsi audit internal dan untuk
tindakan preventif. Tindakan preventif yaitu mencegah terjadinya kesalahan dalam
pelaksanaan program atau kegiatan SKPD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
terdahulu yang menemukan bahwa dukungan manajemen berpengaruh terhadap
keefektifan audit internal (Van Gasberghe, 2005; Mihret dan Yismaw, 2007; dan Cohen
dan sayag, 2010). Dukungan manajemen dapat berupa pengakuan prestasi atau keahlian
auditor internal. Pengakuanakan prestasi dari pejabat eselon kepada auditor internal dalam
hal ini inspektorat dapat membantu auditor internal dalam menjalankan tugasnya. Praktik
audit internal dipengaruhi oleh para pemangku kepentingan, dukungan organisasi untuk
audit internal dan status dari sistem pengendalian intern (Sarens, 2010).
Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang memprediksi bahwa audit
professionalism berpengaruh positif terhadap keefektifan audit internal tidak didukung.
Tidak terdukungnya hipotesis ini tidak sejalan dengan pendapat Ussahawanitchakit (2012)
yang menyatakan bahwa auditor yang mempunyai profesionalisma yang tinggi akan
meningkatkan keefektifan audit. Semakin tinggi profesionalisma auditor akan berpengaruh
terhadap kualitas audit. Roussy (2013) menemukan bahwa tugas utama auditor internal di
sector publik Canada adalah melayani top manajemen dan organisasi, bukan sebagai
watchdog governance. Selain itu mungkin saja profesionalismea uditor yang ada saat ini
lebih kepada kepatuhan dibandingkan penambahan nilai, sehingga tidak mengherankan
bahwa audit profesionalisme tidak berpengaruh terhadap keefektifan audit yang terdiri
dari tiga dimensi yaitu kualitas audit, penambahan nilai dan evaluasi auditee. Dibutuhkan
skill yang spesifik bagi auditor internal sector public dalam memahami tingkat
pengendalian dan risiko di sector publik.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Cohen dan Sayag (2010) di Israel
kecakapan professionalisma auditor internal tidak berpengaruh terhadap keefektifan audit
internal. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa keefektifan audit internal tergantung
pada karakteristik organisasi/manajerial dibandingkan kualifikasi dari staf auditor internal.
Penelitian Arena dan Azzone (2009) menemukan bahwa sumberdaya dan kompetensi
auditor internal di perusahaan Italia juga tidak berpengaruh terhadap keefektifan audit
internal. Kompetensi sebagai proksi dari pengalaman, sertifikasi dan pelatihan terbukti
secara empiris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan material weakness (Lin, et al.
2011). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nurzanah (2011) yang menemukan
bahwa profesionalisma berpengaruh positif terhadap keefektifan pemeriksaan auditor
inspektorat kotamadya Metro.
PENUTUP
Simpulan. Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh sistem pengendalian intern,
dukungan manajemen dan audit professionalism terhadap keefektifan audit internal.
Penelitian dengan metode survey ini menggunakan 94 ketua tim audit dari 39 Inspektorat
daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern, dukungan
manajemen berpengaruh positif terhadap keefektifan audit internal. Selain itu dalam
penelitian ini gagal menemukan bukti empiris audit professionalism berpengaruh terhadap
keefektifan audit internal. Hasil hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa hanya sistem
pengendalian intern yang berpengaruh terhadap keefektifan audit internal. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern peran kunci dari keefektifan audit
internal. Hasil riset ini diharapkan bermanfaat kepada pemerintah daerah mengenai
pentingnya implementasi sistem pengendalian intern yang diatur dalam PP No 60 Tahun
2008.
PCAOB seperti dikutip oleh Stefaniak dan Cornell (2011) menyatakan bahwa
auditor eksternal akan mempertimbangkan keefektifan departemen audit internal, sebelum
mereka bergantung pada penilaian auditor internal ketika menjalankan tugasnya
memberikan opini audit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa auditor eksternal
bergantung pada hasil kerja auditor internal dalam menjalankan tugasnya, tetapi auditor
eksternal sebelumnya telah mempertimbangkan kualitas dari fungsi audit internal
(Schneider, 1985; Aldred, et al. 2013).
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tingkat responratenya rendah, sehingga
harus berhati hati dalam menarik kesimpulan dari penelitian ini. Instrumen untuk
mengukur keefektifan audit internal yang dikembangkan oleh Cohen dan Sayag (2010)
dalam penelitian ini ada beberapa item yang belum memenuhi syarat validitas untuk
mengukur variabel yang seharusnya diukur. Akibatnya kemungkinan besar item-item
pertanyaan yang digunakan untuk menguji variabel keefektifan audit internal tidak betul
betul mengukur semua yang seharusnya diukur. Penggunaan snowball sampling
mempunyai keterbatasan yaitu peneliti memiliki sedikit kontrol karena hanya memilih
sampel diawal, selanjutnya sampel dipilih orang subyek-subyek yang telah dipilih
sebelumnya.
Saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah sampel agar tingkat
generalisasinya lebih tinggi. Rendahnya reliabilitas dari instrument variabel dukungan
manajemen dapat menjadi motivasi bagi penelitian mendatang untuk mencari instrument
pengukur variabel dukungan manajemen dengan menambah atau mencari sumber-sumber
lain sehingga mewakili variabel tersebut. Selain itu peneliti selanjutnya dapat mencari
instrument pengukur variabel keefektifan audit internal lainnya karena dalam penelitian ini
instrument tersebut ada beberapa yang tidak lolos uji validitas.
Tidak terdukungnya hipotesis tiga yang memprediksi audit professionalism
berpengaruh positif terhadap keefektifan audit internal dapat menjadi motivasi bagi
penelitian selanjutnya untuk meneliti isu tersebut. Peneliti selajutnya dapat menambah
variabel moderasi karena ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa audit
professionalism berpengaruh terhadap keefektifan audit internal (Nurzanah, 2011;
Ussahawanitchakit, 2012) dan beberapa penelitian tidak menemukan hubungan signifikan
audit professionalism terhadap keefektifan audit internal (Arena dan Azzone, 2009; Cohen
dan Sayag, 2010) atau menggunakan metode eksperimen untuk menguji pengaruh audit
professionalism terhadap keefektifan audit internal. Arena dan Azzone (2009) menyatakan
bahwa peneliti selanjutnya harus mulai dari analisis yang rinci dari kompetensi yang
secara teoritis diperlukan oleh auditor internal untuk memahami ketrampilan khusus yang
dapat berpengaruh terhadap keefektifan audit internal.
DAFTAR RUJUKAN
Agindawati, I. (2012) Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap
Penyataan Opini. Badiklatda.Jabarprov.go.id/index.
Ahmad, N., Othman, R., dan Jusoff, K. (2009) “The Effectiveness of Internal Audit in
Malaysian Public Sector”. Journal of Modern Accounting and Auditing: 784-790.
Aikins, S. (2011) An Examination of Government Internal Audits' Role in Improving
Financial Performance. Public Finance and Management: 306-337.
Aikins, S. (2012) “Deterimants of Auditee Adoption of Audit Recommendations: Local
Government Auditors Perspective”. Journal of Budgeting, Accounting, and
Financial Management: 195-220.
Aldred, C.W.B., Brandon, D.M., Messier, W.F., Rittenberg, L.E., dan Stefaniak, C.M.
(2013) “A Summary of Research on External Auditor Reliance on the Internal Audit
Fuction. Auditing”, A Journal Practice and Theory: Vol 32 Suplmement I.
Allegrini, M., Paape, L., Meville, R., dan Sarens, G. (2006) “The European Literature
Review on Internal Auditing”. Managerial Auditing Journal: 845-853.
Al-Twaijry, A.A.M., Brierley, J.A., dan Gwilliam, D.R. (2003) The Development of
Internal Audit in Saudi Arabia: an Institutional Theory Perspective. Critical
Perspective on Accounting: 507-531.
Al-Twaijry, A.A.M., Brierley, J.A., dan Gwilliam, D.R. (2004) “An Examination of the
Relationship between Internal and External Audit in the Saudi Arabian Corporate
Sector”. Managerial Auditing Journal: 929-944.
Arena, M., Arnaboldi, M., dan Azzone, G. (2006) “Internal Audit in Italian Organizations:
A Multiple Case Study”. Managerial Auditing Journal.
Arena, M., dan Azzone, G. (2009) “Identifying Organizational Drivers of Internal Audit
Effectiveness”. International Journal of Auditing: 43-60.
Askary, S. (2006) “Accounting Professionalism - A Cultural Perspective of Developing
Countries”. Managerial Auditing Journal: 102-111.
Badara, M.S., dan Saidin, S.Z. (2013) “Impact of the Effective Internal Control System on
the Internal Audit Effectiveness at Local Government Level”. Journal of Social and
Development Sciences: 16-23.
Baltaci, M., dan Yilmaz, S. (2006) Keeping an Eye on Subnational Governments: Internal
Control and Audit at Local Levels. World Bank Institute.
Cohen, A., dan Sayag, G. (2010) The Effectiveness of Internal Auditing: an Empirical
Examination of its Determinants in Israel Organizations. Australian Accounting
Review.
Cooper, B.J., Leung, P., dan Mathews, C. (1996) “Benchmarking-a Comparison of
Internal Audit in Australia, Malaysia, and Hongkong”. Managerial Auditing Journal:
23-29.
Cooper, D.R., dan Schindler, P.S. (2011) Business Research Method. Singapore: McGraw
Hill.
Coram, P., Ferguson, C., dan Moroney, R. (2008) Internal Audit, Alternative Audit
Structure and the Level of Misappropriation of Asset Fraud. Accounting and
Finance: 543-559.
DiMaggio, P. J., dan Powel, W.W. (1983) The Iron Cage Revisited: Institutional
Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields. American
Sociological Review: 147-160.
Endaya, K.A., dan Hanefa, M.M. (2013) “Internal Audit Effectiveness: an Approach
Proposition to Develop the Theoretical Framework”. Research Journal and Finance
and Accounting.
Fernandez, S., dan Rainey, H.G. (2006) Managing Successfull Organizational Change in
the Public Sector. Public Administration Review.
Ghozali, I. (2011) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: UNDIP.
Goodwin, J. (2004) “A Comparison of Internal Audit in the Privat and Public Sectors”.
Managerial Auditing Journal, 19 No. 5: 640-650.
Gudono. (2012) Teori Organisasi. Yogyakarta: BPFE.
Hair, J. (2010) Multivariate Data Analysis - A Global Perspective. New Jersey: Pearson.
Hartono, J. (2011) Pedoman Survei Kuesioner: Pengembangan Kuesioner, Mengatasi
Bias dan Meningkatkan Respon. Yogyakarta: BPFE.
Hass, S., Abdolmuhammadi, M.J., dan Burnaby, P. (2006) ”The Americas Literature
Review on Internal Auditing”. Managerial Auditing Journal, 21 No. 8: 885-944.
Intakhan, P. d. (2010) “Roles of Audit Experience and Ethical Reasoning in Audit
Professionalism and Audit Effectiveness through a Moderator of Stakeholders
Pressure: An Empirical Study of Tax Auditors in Thailand”. Journal of Academy of
Business and Economics: 10.
Jokipii, A. (2010) “Determinants and Consequences of Interal Control in Firm: a
Contingency Theory Based Analysis”. Journal Management Government: 115-144.
Karagiorgos, T., Dragalas, G., dan Giovanis, N. (2011) “Evaluation of the Effectiveness of
Internal Audit in Greek Hotel Business”. International Journal of Economic
Sciences and Applied Research, 4 (1): 19-34.
Item 21 0,664
Item 22 0,389
Item 23 0,774
Item 24 0,623
Item 25 0,160
Item 26 0,264
Item 27 0,164
Item 28 0,724
Item 29 0,346
Item 30 -,091
Item 31 0,641
Item 32 0,657
Item 33 0,659
Item 34 0,590
Item 35 0,123