Penerapan Model Pembelajaran TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Partisipasi, Dan Sikap Siswa
Penerapan Model Pembelajaran TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Partisipasi, Dan Sikap Siswa
Nyoman Sudimahayasa
Kata-kata kunci: hasil belajar, partisipasi, sikap, Team Games Tournament (TGT)
Akhir-akhir ini banyak masyarakat menilai bah- rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara
wa mutu pendidikan di Indonesia mengalami ke- lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan stan-
merosotan. Tahun 2010 indeks pembangunan darisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi
pendidikan untuk semua atau education for all di masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Indonesia berada di peringkat ke-65, di tahun Salah satu di antara masalah besar dalam
2011 menurun menjadi peringkat ke-69 dari 127 bidang pendidikan di Indonesia yang banyak di-
negara di dunia (Kompas, 03/03/2011). Penyebab perbincangkan adalah rendahnya mutu pendi-
45
46 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 48, Nomor 1-3, April 2015, hlm. 45-53
dikan yang tercermin dari rendahnya hasil bela- lajaran. Hal ini dapat dilihat dari perhatian siswa
jar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah terhadap penjelasan guru, kerjasamanya dalam
Kejuruan (SMK). Masalah lain adalah bahwa kelompok, kemampuan siswa mengemukakan
pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di- pendapat dalam kelompok, memberi kesempatan
dominasi peran guru (teacher centered). Guru le- berpendapat kepada teman dalam kelompok
bih banyak menempatkan peserta didik sebagai mendengarkan dengan baik ketika teman berpen-
objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidi- dapat, memberi gagasan yang cemerlang, mem-
kan kita kurang memberikan kesempatan kepada buat perencanaan dan pembagian kerja yang ma-
peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, un- tang, keputusan berdasarkan pertimbangan ang-
tuk mengembangkan kemampuan berpikir holis- gota yang lain, serta saling membantu dan me-
tik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, be- nyelesaikan masalah.
lum memanfaatkan quantum learning sebagai sa- Dari hasil refleksi dan penjajagan awal
lah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, faktor yang menyebabkan rendahnya hasil bela-
serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar jar siswa diantaranya, masih menggunakan mo-
secara individual. del pembelajaran konvensional, selain itu mem-
Salah satu mata pelajaran yang diberikan berikan materi kepada siswa tanpa memperhati-
pada SMK bidang keahlian otomotif khususnya kan kemampuan siswa menyerap materi tersebut.
Teknik Sepeda Motor (TSM) adalah menginte- Kadang peneliti juga kurang memanfaatkan pe-
pretasikan gambar teknik yang termasuk dalam ngetahuan awal siswa sebagai hasil interaksi me-
mata pelajaran produktif. Mata pelajaran ini di- reka dengan lingkungan dimana mereka tinggal.
berikan kepada peserta didik dengan harapan Inilah yang dilihat sehingga berdampak pada pe-
agar peserta didik dapat memahami dan mengua- lajaran Menginterpretasikan Gambar Teknik di
sai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi sekolah menjadi kurang diminati sehingga keak-
yang dapat diterapkan pada sehari-hari, namun tifan belajar siswa menjadi rendah, dan akibatnya
demikian mata pelajaran mengintepretasikan pelajaran Menginterpretasikan Gambar Teknik di
gambar teknik merupakan mata pelajaran dasar mata para siswa menjadi kurang bermakna dan
yang sangat menunjang mata pelajaran kejuruan akhir dari semua itu adalah rendahnya prestasi
di bidang kompetensi TSM yang ada di SMK siswa.
teknologi seperti SMK Negeri 3 Singaraja. Mela- Menyikapi kondisi akademik dan kondisi
lui mata pelajaran mengintepretasikan gambar fisik tersebut maka sudah sepantasnya perlu diu-
teknik diharapkan siswa SMK memiliki basis payakan usaha peningkatan penguasaan siswa
yang kuat untuk memahami konsep bidang keju- terhadap materi-materi Menginterpretasikan
ruan yang mereka peroleh. Oleh karena dalam Gambar Teknik melalui penerapan suatu model
pembelajaran mengintepretasikan gambar teknik pembelajaran yang lebih berpusat pada upaya
sangat erat kaitannya dengan mata pelajaran pro- menumbuhkembangkan partisipasi dan keaktifan
duktif yang lainnya, sehingga siswa merasa me- siswa di dalam pemecahan suatu masalah. Kegia-
merlukan untuk belajar mengintepretasikan gam- tan pembelajaran tidak lagi mengutamakan pro-
bar teknik dan pelajaran menjadi lebih bermakna. duk saja akan tetapi lebih mengutamakan proses
Menginterpretasikan Gambar Teknik di- bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh siswa.
anggap pelajaran yang membosankan, sehingga Menurut Tabrani Rusyan (1989:10) keberhasilan
tidak mendapat perhatian yang lebih dari peserta proses pembelajaran terletak pada turut sertanya
didik. Padahal dibalik pelajaran Menginterpreta- peserta didik secara aktif. Demikian juga Sri-
sikan Gambar Teknik tersebut tersembunyi nilai yono, dkk (1992: 54) mengatakan bahwa apapun
yang sangat bermanfaat bagi siswa yaitu menye- metode atau model yang digunakan dalam proses
imbangkan antara kotak kanan dan otak kiri. Pa- pembelajaran harus memungkinkan peserta didik
da awal-awal pertemuan ditemukan bahwa sis- dapat belajar secara aktif. Agar upaya peningka-
wa-siswa kelas X TSM1 (Teknik Sepeda Motor) tan kualitas pembelajaran dapat dilakukan, terle-
di SMKN 3 Singaraja, memandang mata pelaja- bih dahulu dibenahi model atau metode pembela-
ran Menginterpretasikan Gambar Teknik itu me- jaran yang digunakan sehingga model atau meto-
rupakan pelajaran yang membosankan. Hal ini de pembelajaran yang digunakan sesuai dan ber-
yang mengakibatkan keaktifan belajar menjadi variasi dalam proses pembelajaran.
sangat kurang. Dari hasil pengamatan dari 32 Menjawab tentang kurangnya keaktifan
orang siswa kelas X TSM1 ternyata hanya 8 (de- dan hasil belajar siswa kelas X TSM1 tersebut
lapan) orang siswa yang aktif mengikuti pembe- diperlukan suatu pembelajaran yang inovatif. Sa-
Sudimahayasa, Penerapan Model Pembelajaran Tipe TGT …47
lah satu model pembelajaran yang sesuai dengan leks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
karakteristik pembelajaran tersebut di atas dan kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan be-
keadaan siswa yang lebih senang bermain diban- lajar. Disamping itu model pembelajaran koope-
dingkan untuk belajar adalah model pembelaja- ratif tipe (TGT) kegiatan pembelajarannya lebih
ran kooperatif tipe Teams Games Tournament berpusat pada siswa. Siswa dibagi di dalam ke-
(TGT). lompok-kelompok kecil dengan kemampuan
Teams-Games-Tournament (TGT) pada yang heterogen. Setiap siswa di dalam kelompok
mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan akan mendapat tugas yang berbeda, dan di dalam
Keith Edwards, ini merupakan metode pembela- kelompok mereka akan saling bantu membantu
jaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam metode untuk menguasai materi atau tugas yang dibe-
ini, para siswa dibagi dalam tim belajar yang ter- bankan pada kelompoknya. Selanjutnya mereka
diri atas empat sampai lima orang yang berbeda- akan mengikuti turnamen antar kelompok. Model
beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan la- pembelajaran ini sangat sesuai jika diterapkan
tar belakang etniknya. Guru menyampaikan pela- pada kelas yang memiliki kemampuan heterogen
jaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk karena siswa yang kemampuannya kurang akan
memastikan bahwa semua anggota tim telah me- dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan
nguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turna- baik pada saat kerja kelompok. Muflihah (2004),
men, di mana siswa memainkan game akademik dalam penelitiannya yang telah dilakukan me-
dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan nunjukkan bahwa metode TGT dapat meningkat-
poin bagi skor timnya. TGT menambahkan di- kan hasil belajar dengan baik. Penerapan pembe-
mensi kegembiraan yang diperoleh dari penggu- lajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru
naan permainan. Teman satu tim akan saling dalam menyampaikan materi pelajaran, mem-
membantu dalam mempersiapkan diri untuk per- bantu mengaktifkan kemampuan siswa untuk
mainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa
menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik
memastikan telah terjadi tanggung jawab indivi- mungkin untuk belajar, sehingga hal ini dapat
dual (Robert E. Slavin, 2008). meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupa-
Pembelajaran tipe TGT adalah salah satu kan salah satu metode pembelajaran kooperatif
metode pembelajaran kooperatif yang mudah di- yang sangat bermanfaat bagi siswa. Adanya per-
terapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tan- mainan dalam bentuk turnamen akademik yang
pa harus ada perbedaan status, melibatkan peran dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, mem-
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung un- berikan peluang bagi setiap siswa untuk melaku-
sur permainan dan reinforcement. Aktivitas bela- kan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga
jar dengan permainan yang dirancang dalam menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada
pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkin- proses pembelajaran. Dengan demikian akan ter-
kan siswa dapat belajar lebih rileks disamping jadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, per- akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk
saingan sehat dan keterlibatan belajar (Kira- memperoleh hasil belajar yang optimal
nawati, 2007). Menurut Robert E. Slavin (2008), Kagan (1994), berpendapat bahwa pembe-
pembelajaran tipe TGT terdiri dari 5 komponen lajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat
utama, yaitu: presentasi di kelas, tim (kelompok), antara lain: dapat meningkatkan pencapaian dan
game(permainan), turnamen (pertandingan), dan kemahiran kognitif siswa, dapat meningkatkan
rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan so-
pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru sial, dapat meningkatkan keterampilan kepemim-
dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa pinan, dapat meningkatkan kepercayaan diri, da-
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan pat meningkatkan kemahiran teknologi
bahwa semua anggota tim telah menguasai Berdasarkan kondisi siswa, guru, fasilitas,
pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di dan proses pembelajaran Menginterpretasikan
mana siswa memainkan game akademik dengan Gambar Teknik di kelas X TSM1 SMKN 3
anggota tim lain untuk menyumbangkan poin Singaraja, serta memperhatikan keunggulan-ke-
bagi skor timnya. unggulan yang dimiliki model pembelajaran ko-
Keaktifan belajar dengan permainan yang operatif tipe TGT, maka melalui Penelitian Tin-
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model dakan Kelas (PTK) ini peneliti akan mencoba
TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih ri- menerapkan model pembelajaran tersebut dalam
48 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 48, Nomor 1-3, April 2015, hlm. 45-53
pembelajaran Menginterpretasikan Gambar Tek- adalah 1-5. Skor 1 diperoleh jika tidak ada des-
nik di kelas X TSM1 SMKN 3 Singaraja dengan kriptor yang tampak, sedangkan skor 5 diperoleh
harapan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil jika semua deskriptor muncul dalam suatu indi-
belajar siswa. kator. Rentangan skor ideal yang diperoleh ada-
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi lah 4-20. Dengan demikian hasil perhitungan MI
masalah yang telah dipaparkan, permasalahan dan SDI adalah:
penelitian ini dapat dirumuskan ”Apakah model MI =1/2 (20 + 4) = 12
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Ga- SDI = 1/6 (20 -4) = 2,67
mes Tournament) dapat meningkatan keaktifan Kategori Penggolongan tingkat keaktifan disaji-
siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran kan seperti Tabel 1.
Menginterpretasikan Gambar Teknik pada siswa Tabel 1. Kriteria Penggolongan Tingkat Keakti-
kelas X TSM1 SMKN 3 Singaraja?” fan Belajar Siswa
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
No Kriteria Kategori
tingkat keaktifan siswa dan hasil belajar dalam
pembelajaran Menginterpretasikan Gambar Tek- 1 18-20 Sangat Aktif
nik dengan menerapkan model pembelajaran ko-
operatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) 2 14-17 Aktif
pada siswa kelas X TSM1 SMKN 3 Singaraja 3 10-13 Cukup Aktif
serta mendeskripsikan tanggapan siswa kelas X
TSM1 SMKN 3 Singaraja terhadap model pem- 4 6-9 Kurang Aktif
belajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games 5 4-5 Sangat Kutrang Aktif
Tournament).
Indikator yang menunjukkan terjadinya pe-
ningkatan keaktifan belajar siswa adalah adanya
METODE kecendrungan peningkatan skor rata-rata keakti-
Penelitian ini merupakan penelitian tin- fan belajar Menginterpretasikan Gambar Teknik
dakan kelas (classroom action research) yang klasikal dari siklus I ke siklus II, dan ini yang di-
bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki jadikan dasar untuk mencapai hipotesis tindakan.
pembelajaran di sekolah pada umumnya dan di Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dalam
kelas pada khususnya. Penelitian ini juga terma- meningkatkan keaktifan belajar siswa mengacu
suk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan pada skor keaktifan siswa.
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan Data hasil belajar siswa dianalisis secara
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dica- kualitatif dengan menggunakan teknik konversi
pai. skor seperti Tabel 2. Indikator keberhasilan ada-
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan lah para siswa mampu mencapai skor rerata pada
dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari katagori cukup atau lebih, daya serap siswa mini-
empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pe- mum 55%, dan ketuntasan klasikal minimum
laksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan re- 85%.
Tabel 2. Konversi Skor Hasil Belajar
fleksi. Siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan, si-
klus II terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu No Kriteria Kategori
kali tes pada setiap akhir siklus. Subyek dalam 1 85-100 Sangat baik
penelitian ini adalah siswa Kelas X TSM1 2 70-84 Baik
SMKN 3 Singaraja tahun ajaran 2013/2014 yang 3 55-69 Cukup
berjumlah 32 siswa. 4 30-54 Kurang
Pengolahan atau analisis data yang diper- 5 0-39 Sangat Kurang
oleh pada penelitian ini dilakukan dengan anali- Rumus yang digunakan untuk mengukur
sis deskriptif untuk mendeskripsikan keaktifan skor hasil belajar adalah,
siswa, respon siswa dan kompetensi/hasil belajar
X X
siswa. Berdasarkan teknik pengumpulan data, di- N
mana skor keaktifan siswa dikumpulkan dengan Keterangan:
menggunakan lembar observasi keaktifan siswa
di kelas saat mengikuti pelajaran yang terdiri dari
X = rata-rata kelas
4 indikator dan tiap indikator berisikan 4 des- X = jumlah skor yang dicapai seluruh siswa
kriptor. Rentangan skor untuk setiap indikator N = banyak siswa
Sudimahayasa, Penerapan Model Pembelajaran Tipe TGT …49
X
bel 9. Dengan demikian dapat ditentukan kate-
__ gori tanggapan siswa. Kriteria keberhasilan un-
X tan ggapan = N (Arikunto, 2005) tuk tanggapan siswa adalah skor rerata tanggapan
Keterangan : siswa minimum berada dalam kategori cukup.
__
X = skor rerata tanggapan siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
X = jumlah seluruh skor Penelitian ini tergolong penelitian tindakan
N = jumlah siswa kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X TSM1,
SMKN 3 Singaraja, pada tahun ajaran
Skor tanggapan siswa diperoleh dari jum- 2013/2014. Waktu penelitian ini adalah dari bu-
lah total skor butir. Data tanggapan siswa diana- lan Agustus sampai Nopember 2013. Penelitian
lisis secara deskriptif berdasarkan skor rata-rata ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-ma-
( X ), mean ideal (MI), dan standar deviasi ideal sing siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan,
(SDI). Penggolongan tanggapan pada lima jen- dan mencakup 2 kompetensi dasar yang ada pada
jang kategori seperti pada Tabel 4. mata diklat Menginterpretasikan Gambar Teknik.
Total item pernyataan tanggapan adalah 10 Adapun kompetensi dasar tersebut adalah: Men-
item pernyataan tanggapan. Berdasarkan hal ter- jelaskan standar menggambar teknik, dan Meng-
sebut dapat ditentukan skor tertinggi ideal adalah gambar prespektif, proyeksi, pandangan dan po-
50 dan skor terendah ideal adalah 10. Perhitu- tongan.
ngan MI dan SDI adalah sebagai berikut. Pada penelitian ini data yang dianalisa ada-
lah: (1) data keaktifan siswa yang diambil dari
50 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 48, Nomor 1-3, April 2015, hlm. 45-53
lembar observasi keaktifan siswa dengan 4 indi- Setelah perencanaan tindakan, pada siklus
kator, (2) hasil belajar yang diambil dari hasil tes 2 juga dilakukan tindakan yang sama dengan si-
pada pra siklus, akhir siklus I dan hasil siklus II, klus 1. Pada siklus 2 ini penerapan model pembe-
dan (3) respon siswa terhadap penerapan model lajaran TGT dilakukan pada kompetensi dasar
pembelajaran TGT pada mata diklat Menginter- Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan
pretasikan Gambar Teknik. Data respons siswa dan potonganyang dilakukan pada 3 pertemuan.
ini diambil dengan menggunakan angket respons Peningkatan keaktifan siswa pada siklus1 dan si-
yang terdiri dari 10 butir pernyataan. klus 2 ditunjukkan pada Tabel 6.
Semua data-data tersebut dianalisis dengan Tabel 6 Pencapaian Keaktifan selama Siklus 1 dan
menggunakan bantuan program MS Excell. Hasil Siklus 2
analisis kemudian dipaparkan secara deskriptif Skala Jumlah siswa
kuantitatif. Lebih lanjut tentang hasil-hasil ana- Kategori Nilai Pra Siklus Siklus
lisa data dapat dilihat pada pembahasan keakti- Siklus 1 2
fan, kompetensi atau hasil belajar dan respon sis- Sangat
18 – 20 0 0 2
wa. aktif
Selama pembelajaran pada pertemuan per- Aktif 14 – 17 0 3 2
tama berlangsung, peneliti mengamati aktifitas Cukup
10 – 13 2 19 26
aktif
siswa dalam mengikuti pelajaran Menginterpre-
Kurang
tasikan Gambar Teknik sangat rendah, hanya aktif
6–9 30 10 2
6,25% atau dua (2) orang siswa yang masuk da- Sangat
lam kategori cukup aktif dan 93,75 % atau 30 kurang 4–5 0 0 0
orang masuk dalam kategori kurang aktif. De- aktif
ngan berkolaborasi teman sejawat kemudian pe- Berdasarkan Tabel 6 pada akhir siklus 1
neliti mengkaji kurangnya keaktifan siswa dalam terjadi peningkatan keaktifan siswa pada kategori
mengikuti pelajaran. Kemudian peneliti mene- cukup aktif sebesar 53,13%. Namun dari hasil
rapkan model pembelajaran Teams Games Tour- tersebut masih cukup banyak siswa yang kurang
nament (TGT) dalam pembelajaran berikutnya. aktif. Agar siswa lebih aktif lagi mengikuti pem-
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada si- belajaran kemudian diadakan siklus II. Setelah
klus 1, kemudian dilakukan refleksi yang mana diadakan tindakan pada siklus 2 terjadi pening-
diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan keak- katan keaktifan siswa dari kategori cukup aktif
tifan siswa selama siklus I belum maksimal, se- 59,38% pada siklus 1 menjadi 81,25% pada si-
hingga perlu dilakukan tindakan pada siklus 2. klus 2. Bahkan pada siklus 2 ini terdapat siswa
Hal ini sekaligus untuk menguatkan dugaan bah- yang aktif sebanyak 2 orang serta sangat aktif se-
wa penyebab meningkatnya keaktifan siswa ada- banyak 2 orang (6,25%). Peningkatan keaktifan
lah karena kontribusi penerapan model pembela- siswa ditunjukkan dengan grafik seperti pada
jaran TGT pada mata diklat Menginterpretasikan Gambar1.
Gambar Teknik.
Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa ada- Berdasarkan Tabel 7 diperoleh rata-rata nilai sis-
nya peningkatan keaktifan siswa dari pra siklus wa kelas X TSM1 sebelum penerapan model
dimana kategori kurang aktif sebanyak 30 orang pembelajaran TGT adalah 52,19. Setelah penera-
sedangkan cukup aktif sebanyak 2 orang, menja- pan model pembelajaran TGT hasil tes pada si-
di 10 orang yang termasuk kategori kurang aktif klus I, menunjukan nilai rata-rata siswa kelas X
dan 19 orang kategori cukup aktif dan kategori TSM1 naik sebesar 69,84%. Setelah perencana-
aktif sebanyak 3 orang pada siklus 1. Pada siklus an tindakan, pada siklus 2 ini juga dilakukan tin-
2 kategori kurang aktif sebnyak 2 orang, cukup dakan yang sama tetapi dengan mengupayakan
aktif sebanyak 26 orang serta 2 orang kategori game atau turnamen yang lebih menarik lagi agar
aktif dan sangat aktif minat dan semangat belajar siswa semakin me-
Pada siklus I, peneliti menerapkan model ningkat serta mengefektifkan waktu pembelaja-
pembelajaran TGT saat mempresentasikan mate- ran.
ri tentang standar menggambar teknik. Pada Pada siklus 2 ini penerapan model pembe-
kompetensi dasar ini peneliti menjelaskan materi lajaran TGT dilakukan pada kompetensi dasar
tentang: fungsi gambar, standarisasi dalam Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan
menggambar teknik, alat-alat gambar, huruf, ke- dan potonganyang dilakukan pada 3 pertemuan.
mudian dilakukan tes pada akhir periode siklus I Hasil tes akhir pada siklus 2 menunjukan data se-
dengan melaksanakan TGT/permainan akade- perti pada Tabel 8.
mik. Tes meliputi materi tentang standar meng- Tabel 8. Pencapaian Kompetensi atau Hasil
gambar teknik dan Menggambar perspektif, pro- Belajar pada Akhir Siklus 2
yeksi, pandangan dan potongan. Hasil tes me- Jumlah siswa
Skala
nunjukan adanya peningkatan kompetensi atau Kategori Pra Siklus Siklus
Nilai
hasil belajar seperti yang ditunjukan pada Tabel Siklus 1 2
Sangat
7.
Baik 85-100 0 2 3
Tabel 7. Pencapaian Kompetensi atau Hasil
Belajar pada Akhir Siklus 1. Baik 75-84 1 11 24
Cukup 60-74 10 19 5
Jumlah siswa Kurang 40-59 21 0 0
Skala
Kategori Pra Sgt
Nilai Siklus 1
siklus Kurang 0-39 0 0 0
Sangat Baik 85-100 0 2 Berdasarkan Tabel 8 diperoleh rata-rata ni-
Baik 75-84 1 11 lai siswa kelas X TSM1 pada akhir siklus 2 ada-
Cukup 60-74 10 19 lah 76.41. Setelah dilakukan tindakan pada siklus
Kurang 40-59 21 0 II, nilai rata-rata siswa kelas X TSM1 naik de-
Sangat ngan kategori baik sebanyak 24 orang sedangkan
Kurang 0-39 0 0 sisanya kategori cukup 5 orang serta 3 orang ka-
Jumlah 32 32 tegori sagat baik. Tingkat kompetensi atau hasil
belajar siswa TSM1 pada mata diklat Menginter-
pretasikan Gambar Teknik pada siklus 2 disaji-
kan pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan terjadi peningka- Simpangan Baku Ideal (Si)= 1/6 (skor tertinggi
tan pencapaian kompetensi siswa dari siklus 1, ideal – skor terendah ideal)
dimana kategori baik sebanyak 24 orang se- = 1/6 (50 - 10)
dangkan cukup baik sebanyak 5 orang, dan 3 = 6,67
orang kategori sangat baik.Respon siswa terha- Berdasarkan analisa data pada lampiran
dap penerapan model pembelajaran TGT diukur respon siswa maka rata-rata respon siswa diper-
dengan angket respon yang terdiri dari 10 butir oleh sebesar 44,03 dengan simpangan baku 2,87
pernyataan skala likert. Sehingga skor tertinggi yang secara umum menunjukkan bahwa kategori
ideal adalah 50 dan skor terendah adalah 10. Per- respon siswa adalah sangat positif terhadap pene-
hitungan mean ideal dan simpangan baku ideal rapan model pembelajaran TGT pada mata diklat
adalah sebagai berikut : Menginterpretasikan Gambar Teknik disajikan
Rerata Ideal (Mi)= ½ (skor tertinggi ideal + skor pada Gambar 3.
terendah ideal)
= ½(50 + 10)
= 30
30
25
Jumlah Siswa
20
15
10
5
0
Sangat positif Ragu-ragu Negatif Sangat
Positif Negatif
Kategori
ada pada kategori baik. Hal ini ditunjukan de- bagai berikut: (1) Kepada rekan guru hendaknya
ngan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada se- dapat mempertimbagkan penerapan model pem-
tiap siklus. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa belajaran TGT ini dalam proses pembelajaran di
adalah 52,19 pada pra siklus meningkat menjadi kelas sehingga hasil belajar siswa dapat lebih
69,84 pada akhir siklus 1 dan menjadi 76,41 pada maksimal. (2) Bagi para pengambil kebijakan
akhir siklus 2. (2) Respon siswa terhadap pene- hendaknya dapat mensupport, sehingga susana
rapan model pembelajaran TGT pada mata diklat belajar menyenangkan. (3) Bagi para pembaca
Menginterpretasikan Gambar Teknik berada pa- dan rekan-rekan yang ingin mengadakan peneli-
da kategori positif. Hal ini terlihat dari 78,13 % tian sejenis hendaknya dapat lebih baik dalam
siswa yang memberi tanggapan sangat positif mempersiapkan dan merencanakan penelitian
atas proses pembelajaran yang telah dilakukan terutama yang terkait dengan materi, jadual dan
terkait dengan penerapan media simulasi. Dari juga sarana pendukungnya sehingga hasil yang
penelitian ini maka diajukan beberapa saran se- didapat akan menjadi lebih baik dari sekarang.