Effect of Ethanol Extract of Eleutherine Bulbosa (Mill.) Urb) On Bacteria

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.

) Urb) on Bacteria
Prophyromonas gingivalis In Vitro
Siti Nur Azizah1,*, Sinar Yani2, Sjarif Ismail3,4, Masyudhi5, Endang Sawitri6
1
Dentistry Education, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia.
2
Oral Biology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia.
3
Pharmacology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia
4
Research Center on Drugs and Public Health, Mulawarman University, Indonesia.
5
Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia.
6
Physiology Laboratory, Faculty of Medicine, Mulawarman University, Indonesia.
Correspondence: [email protected]

ABSTRACT

Background: Periodontitis is an inflamation of supporting tissues on teeth that became the main
cause of bacteria Prophyromonas gingivalis (P. gingivalis). Treatment of periodontitis is by giving
antibacterial agent therapy. Plants that have antibacterial effects one are Eleutherine bulbosa (UEB)
bulbs from the Iridaceae family. This plant has been used for ethnobotany boils drugs and has been
known to have antibacterial activity toward against intestinal pathogen bacteria that is anaerobic Gram
Negative, but still unknown its activity against on oral pathogenic bacteria such as P. gingivalis.
Objective: The purpose of this study was to know the effect of UEB extract on the growth of P.
gingivalis bacteria as in vitro. Methods: UEB is taken from agriculture center in Samarinda city. UEB
Simplisia was tested for antibacterial activity using Kirby-Bauer disc diffusion method on BHI-A
media supplemented with vitamin K and hemin. The bacteria which used were P. gingivalis ATCC®
33277. Disc blank 6 mm with nine concentrations attached to BHI-A medium, incubated for 24 hours
at 37 °C in an anaerobic atmosphere, then sprayed MTT (methyltrazolium) reactant and read a few
moments later. For comparison, then used Chlorhexidine gluconate (CHX) 2 mg /ml. The statistical
analysis with t-test and there was significant different if P>0,05. Results: The result showed that the
higher concentration of UEB ethanol extract will increase the growth zone inhibition of P. gingivalis
bacteria and reach maximum at 10 mg/ml concentration. The result of t-t test showed no difference
significant of P. gingivalis bacterial inhibition zone in the treatment group of 7.5 mg/ml and 10 mg/ml
concentration on CHX group. Conclusion: This study proves UEB ethanol extract can inhibit the
growth of P. gingivalis bacteria.

Key words: Eleutherine bulbosa, Prophyromonas gingivalis, Inhibition Zone,


Antibacterial Agents, Periodontitis

INTRODUCTION

Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering diderita oleh
manusia. Periodontitis merupakan salah satu dari penyakit periodontal. Periodontitis
merupakan inflamasi pada jaringan penyangga gigi. Penyebab utamanya adalah bakteri
spesifik pada plak subgingiva. Bakteri plak subgingiva dapat menyebabkan respon inflamasi
pada gingiva dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu tulang alveolar, ligamen
periodontal dan sementum. Keadaan ini menyebabkan kehilangan perlekatan pada gingiva
dan terjadi kerusakan tulang alveolar, pembentukan pocket periodontal, dan menyebabkan
mobility pada gigi [1,2].
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kasus penyakit periodontal di
dunia sebesar 10% dari 15% populasi dewasa dengan kedalaman pocket lebih dari 2 mm [3].
Prevalensi penyakit periodontal mencapai 46% diderita oleh manusia dewasa dengan
kehilangan attachment ≥ 3 mm mencapai 37,4% dari semua orang dewasa yang terkena
penyakit periodontal, berusia ≥ 30 tahun. Prevalensi kehilangan attachment ≥ 4 mm adalah
10,60%. Penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah karies gigi [4]. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) tahun 2013 masalah kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia mencapai 25,9% dari jumlah penduduk secara keseluruhan [5].
Prophyromonas gingivalis adalah bakteri anaerob obligat Gram Negatif. Bakteri ini
merupakan bakteri predominan yang menyebabkan penyakit periodontitis, ditemukan lebih
dari 85% pada periodontitis. Kerusakan jaringan periodontal dikaitkan dengan virulensi dari
bakteri P. gingivalis dengan meningkatkan kolonisasi bakteri dan invasi bakteri ke dalam sel
pejamu, serta dapat merusak sel pejamu dengan menghasilkan endotoksin (LPS), enzim
kolagenase, fibrinolisin, enzim protease, dan induksi mediator inflamasi [6].
Pengobatan periodontitis difokuskan untuk mengurangi jumlah bakteri menggunakan
agen antibakteri. Agen antibakteri dapat berasal dari bahan kimia maupun tanaman. Tanaman
yang memiliki efek antibakteri dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan yang aman.
Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di
Kalimantan. Tanaman ini merupakan tanaman yang banyak digunakan oleh Suku Dayak
Kalimantan sebagai obat bisul. Tanaman ini sering dijadikan obat karena umbi tanaman ini
memiliki senyawa naphtaquinon, flavonoid, tanin, dan alkaloid yang terbukti memiliki efek
antibakteri [7]. Bawang dayak telah terbukti memiliki efek antibakteri pada bakteri patogen
usus Escherichia coli yang merupakan bakteri anaerob Gram Negatif [8].
Penelitian mengenai efektivitas antibakteri E. bulbosa terhadap bakteri P. gingivalis
belum banyak dilakukan, oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian ini. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak E. bulbosa terhadap pertumbuhan bakteri
P. gingivalis secara in vitro.

METHODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, desain penelitian yang


digunakan adalah the post test only control group. Uji zona hambat bakteri yang digunakan
adalah metode Kirby-Bauer disc diffusion.

Alat dan Bahan


Penelitian ini menggunakan media Brain Heart Infussion Agar (BHI-A) dan Brain
Heart Infussion Broth (BHI-B) yang telah disuplementasi vitamin K 0,5 μg/ml dan hemin 5
μg/ml. Pada penelitian ini menggunakan blank disc OxoidTM yang berdiameter 6 mm [9].

Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan umbi E. bulbosa yang diambil dari sentra pertanian di Kota
Samarinda dan telah diidentifikasi oleh ahli taksonomi Laboratorium Anatomi dan
Sistematika Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Mulawarman. Umbi E. bulbosa diekstrasi secara maserasi dengan pelarut etanol 96% selama
3 hari. Hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring dan filtrat dipekatkan
menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu 50 oC sampai didapatkan ekstrak kasar
yang kental. Ekstrak kasar dikeringkan lebih lanjut dalam oven dengan suhu 60 oC.
Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Prophyromonas gingivalis ATCC®
33277. Penelitian ini telah mendapatkan ethical clearence dari Komisi Etik Penelitian dan
Kesehatan Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman.
Penelitian ini menggunakan tujuh kali pengulangan berdasarkan rumus Federer dan
memiliki total sampel sebanyak 77 sample yang terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok
pertama adalah kelompok perlakuan, Ekstrak E. bulbosa dibagi menjadi sembilan konsentrasi
yang berbeda antara lain konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,75 mg/ml, 1
mg/ml, 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 7,5 mg/ml, dan 10 mg/ml. Kelompok kedua adalah kelompok
kontrol positif CHX 2 mg/ml. Kelompok ketiga adalah kelompok kontrol negatif etanol 96%.

Uji Aktivitas Antibakteri


Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer disc diffusion memiliki
beberapa tahapan. Tahap awal adalah persiapan suspensi bakteri P. gingivalis menggunakan
media BHI-B. Suspensi bakteri P. gingivalis sesuai dengan standar McFarland 0,5 atau setara
dengan absorbansi 0,08 – 0,13 pada panjang gelombang 625 nm yang diukur menggunakan
spektrofotometer. Standar McFarland 0,5 setara dengan 1,5 x 108 CFU/ml yang artinya
dalam 1 ml suspensi sama dengan 1,5 x 108 bakteri P. gingivalis [10].
Tahapan kedua adalah uji disc diffusion, disc ditetesi dengan ekstrak E. bulbosa
konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,75 mg/ml, 1 mg/ml, 2,5 mg/ml, 5 mg/ml,
7,5 mg/ml, 10 mg/ml, CHX 2 mg/ml, dan etanol 96%. Disc kemudian dikeringkan dalam
oven suhu 60 oC selama 5 menit untuk menguapkan sisa pelarut. Inokulasi 100 µl suspensi
bakteri pada permukaan media BHI-A secara merata. Kemudian letakkan disc ekstrak E.
bulbosa berbagai konsentrasi, CHX 2 mg/ml dan etanol 96% pada lempeng yang telah
diinokulasi bakteri. Inkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam dalam kondisi anaerob.
Visualisasi zona hambat dapat dipermudah dengan menyemprotkan pereaksi methyltrazolium
(MTT) pada lempeng agar, untuk kemudian dibaca hasilnya sesaat kemudian.
Tahap terakhir penelitian ini adalah pengukuran diameter zona hambat menggunakan
caliper. Data yang didapat kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji Independent
t-test. Interpretasi dari uji statistik ini, yaitu bila nilai p > α (0,05) maka hasil signifikan.

RESULT

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pada hasil penelitian, hasil penelitian
menunjukkan adanya diameter zona hambat pada kelompok ekstrak E. bulbosa dan CHX 0,2
% terhadap bakteri P. gingivalis ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Diameter zona hambat ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml terhadap bakteri P. gingivalis.
Diameter Zona
Konsentrasi Hambat (mm) P-
(mg/ml) Value
N Mean ± SE
0,1 7 6,23 ± 0,23 0
0,25 7 6,31 ± 0,25 0
0,5 7 6,53 ± 0,37 0
0,75 7 6,89 ± 0,44 0
1 7 7,76 ± 0,56 0
2,5 7 9,57 ± 0,54 0
5 7 10,96 ± 0,63 0,02
7,5 7 12,75 ± 0,42 0,087*
10 7 14,34 ± 0,13 0,160* *
Independent t-test: p >
Chx 2 mg/ml 7 13,77 ± 0,35 - 0,05; significant
*
Total 77 6,23 ± 0,39 - Diameter disc 6 mm
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya zona hambat bakteri setelah diberikan
perlakuan ekstrak E. bulbosa, CHX 2 mg/ml (Gambar 1). Tabel 1 menunjukkan bahwa
diameter zona hambat bakteri (mm) terbentuk setelah masa inkubasi 24 jam pada suhu 37°C
dalam suasana anaerob. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak E. bulbosa 0,1
mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,75 mg/ml, 1 mg/ml, 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 7,5 mg/ml, dan 10
mg/ml. Penelitian ini mendapatkan hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat pada
ekstrak E. bulbosa konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,75 mg/ml, 1 mg/ml, 2,5
mg/ml, 5 mg/ml, 7,5 mg/ml, dan 10 mg/ml berturut-turut adalah 6,23 mm, 6,31 mm, 6,53
mm, 6,89 mm, 7,76 mm, 9,57 mm, 10,96 mm, 12,75 mm, dan 14,34 mm.
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal, dimana nilai P > 0,05 (P= 0,295) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji statistik
parametrik Independent t-test. Uji statistik Independent t-test memperlihatkan pada
konsentrasi ekstrak E. bulbosa 0,1 mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5 mg/ml, 0,75 mg/ml, 1 mg/ml, 2,5
mg/ml, dan 5 mg/ml terhadap CHX 2 mg/ml bahwa terdapat perbedaan tidak significant
dengan nilai P < 0,05. Hasil uji statistik parametrik Independent t-test pada konsentrasi
ekstrak E. bulbosa lainnya, yaitu konsentrasi 7,5 mg/ml dan 10 mg/ml terhadap CHX 2
mg/ml memperlihatkan tidak terdapat perbedaan yang significant dengan nilai P > 0,05
(Tabel 1).

Gambar 1. Zona hambat bakteri ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml terhadap bakteri P.
gingivalis.

Pengukuran diameter zona hambat pada kontrol negatif etanol 96% yang digunakan
dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya zona hambat bakteri, atau menghasilkan
diameter zona hambat yang sama dengan diameter disc yakni 6 mm (Gambar 1). Penelitian
ini juga mendapatkan hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat bakteri pada kontrol
positif CHX 2 mg/ml adalah 13,77 mm (Tabel 1).
Penelitian ini telah membandingkan ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml untuk
mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak memiliki zona hambat yang setara dengan CHX
2 mg/ml. Gambar 2 merupakan kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak E. bulbosa dan
CHX 2 mg/ml dengan rata-rata diameter zona hambat bakteri P. gingivalis. Kurva tersebut
menunjukkan bahwa CHX 2 mg/ml setara dengan konsentrasi E. bulbosa 9,1 mg/ml.
Gambar 2. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak E. bulbosa dan CHX 2 mg/ml dengan zona hambat
bakteri.

DISCUSSION

Penelitian mengenai efek ekstrak E. bulbosa terhadap pertumbuhan bakteri P.


gingivalis dengan metode disc diffusion didapatkan hasil bahwa E. bulbosa memiliki efek
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri P. gingivalis. Hasil penelitian membuktikan bahwa
adanya diameter zona hambat bakteri pada semua konsentrasi yang dilakukan pengujian.
Pendapat ini juga didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Padhi dan Panda (2015),
bahwa suatu bahan dikatakan memiliki efek antibakteri apabila diameter zona hambat yang
terbentuk lebih besar dari atau sama dengan diameter disc yaitu 6 mm [8].
Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa semakin meningkatnya konsentrasi
ekstrak E. bulbosa berbanding lurus dengan peningkatan diameter zona hambat bakteri. Hasil
tersebut menujukkan bahwa aktivitas antibakteri meningkat dengan adanya peningkatan
konsentrasi E. bulbosa. Peningkatan konsentrasi ekstrak meningkatkan jumlah metabolit
sekunder yang berperan dalam aktivitas antibakteri. Metabolit sekunder yang memiliki efek
antibakteri di dalam ekstrak E. bulbosa antara lain adalah naphtaquinone, Alkaloid, Tanin,
Flavonoid [7].
Ifesan, Jaycharat & Voravuthikunchai (2009) melaporkan bahwa kandungan
naphtaquinone dalam E. bulbosa dapat menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini dikaitkan
dengan kebocoran sitoplasma dan menyebabkan keru-sakan pada membran sel bakteri [11].
Flavonoid memiliki efek antibakteri melalui mekanisme kerja antara lain dapat menyebabkan
kerusakan premeabilitas dinding sel bakteri, menghambat sintesis protein, dan inhibisi
metabolisme energy [12,13]. Alkaloid memiliki efek antibakteri melalui mekanisme kerja
menyebabkan sel bakteri lisis, mengubah morfologi sel bakteri, menghambat kanal ion dan
menghambat sintesis DNA bakteri [14]. Tanin terbukti memiliki efek antibakteri melalui
mekanisme yang sangat kompleks, salah satunya adalah dengan menonaktifkan adhesi
bakteri, menghambat enzim reverse transkriptase, DNA topoisemerase, menghambat
transport sel sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk [13].
Eleutherine bulbosa memiliki beberapa metabolit sekunder yang telah disebutkan
diatas, semua metabolit sekunder tersebut memiliki efek antibakteri. Efek antibakteri yang
ada dalam ekstrak E. Bulbosa kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa metabolit
skunder tersebut, sehingga mekanisme yang terjadi bukan mekanisme spesifik dari satu
senyawa metabolit skunder. Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah efek antibakteri
ekstrak E. bulbosa memiliki mekanisme yang kompleks melibatkan beberapa target di sel
bakteri, seperti menyebabkan gangguan membran sitoplasma, gangguan adhesi bakteri,
gangguan transport elektron, gangguan tranport aktif, dan sintesis DNA [11,12,13,14].
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme antibakteri pada masing-masing
senyawa metabolit sekunder tersebut terhadap pertumbuhan bakteri P. gingivalis.
Penelitian yang dilakukan Ifesan et al. (2010) mendapatkan hasil bahwa ekstrak E.
bulbosa lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dibanding bakteri Gram
Negatif, penelitian yang dimaksud menggunakan konsentrasi 2,5 mg/ml dan tidak terdapat
zona hambat pada bakteri Gram Negatif anaerob [15]. Penelitian ini mendapatkan hasil
bahwa ekstrak E. bulbosa konsentrasi 2,5 mg/ml memiliki zona hambat pada bakteri Gram
Negatif anaerob (P. gingivalis). Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Padhi dan panda (2015), bahwa ekstrak E. bulbosa konsentrasi 30 mg/ml menunjukkan
diameter zona hambat pada bakteri Gram Negatif anaerob dan Gram Positif. Bakteri Gram
Negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks dibanding bakteri Gram Positif.
Bakteri Gram negatif memiliki membran luar yang mengelilingi dinding sel, hal ini dapat
menyebabkan bakteri Gram Negatif lebih resistant terhadap aksi antibakteri [8].
Diameter zona hambat ekstrak E. bulbosa konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,25 mg/ml, 0,5
mg/ml, 0,75 mg/ml, 1 mg/ml, 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, dan 7,5 mg/ml lebih kecil dibandingkan
dengan zona hambat dari kontrol positif (CHX 2 mg/ml). Diameter zona hambat ekstrak E.
bulbosa konsentrasi 10 mg/ml lebih besar dibandingkan dengan zona hambat dari CHX 2
mg/ml (Tabel 1). Penelitian yang dilakukan oleh Ferraz et al. (2007) tentang efek antibakteri
CHX 2 mg/ml terhadap P. gingivalis menghasilkan diameter zona hambat bakteri 11,17 mm,
jika dibandingkan dengan penelitian ini diameter zona hambat bakteri yang terbentuk oleh
CHX 2 mg/ml terhadap P. gingivalis menghasilkan diameter zona hambat 13,77 mm [16].
Konsentrasi ekstrak E. bulbosa efektif dalam menghambat pertumbuhan P. gingivalis
yang setara dengan CHX 2 mg/ml adalah konsentrasi 9,1 mg/ml (Gambar 1). Clorhexidine
gluconate merupakan antibakteri broad-spectrum yang merupakan gold standard untuk oral
hygine. Clorhexidine gluconate digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri P.
gingivalis penyebab penyakit periodontal [1]. Clorhexidine gluconate mencegah
pembentukan plak pada gigi, namun obat kumur ini dilaporkan memiliki sejumlah efek
samping lokal. Clorhexidine gluconate pada penggunaan jangka panjang memiliki efek
samping seperti pewarnaan gigi menjadi coklat, rasa yang kurang enak, ulserasi mukosa
mulut, parasthesi, pembengkakan kelenjar parotis, dan peningkatan pembentukan kalkulus
supragingiva [17]
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain adalah media agar yang
digunakan tidak sesuai dengan standar CLSI. Media agar yang digunakan pada penelitian ini
adalah BHI-A yang telah disuplementasi hemin dan vitamin K, sedangkan media yang
direkomendasikan oleh CLSI dalam metode disc diffusion adalah media Muller Hinton Agar
(MHA) [10]. Pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa bakteri P. gingivalis tidak tumbuh
subur dengan menggunakan media MHA yang telah disuplementasi hemin dan vitamin K.
CONCLUSION

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa ekstrak E.


bulbosa memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis, terbukti dengan
adanya zona hambat bakteri yang terbentuk disekitar disc. Konsentrasi ekstrak E. bulbosa
yang setara dengan CHX 2 mg/ml dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis
adalah konsentrasi 9,1 mg/ml.
Saran untuk penelitian ini adalah diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
efek ekstrak E. bulbosa terhadap pertumbuhan bakteri lain yang ada di dalam rongga mulut
manusia, menggunakan metode yang berbeda, mengetahui metabolit skunder pada ekstrak E.
bulbosa yang memiliki efek menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis.

ACKNOWLEDGMENT

Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf dan dosen yang ada di Laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, staf dan dosen Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi, dan pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini.

REFERENCES

[1] Nair S, Anoop K, 2012. Intraperiodontal pocket: An ideal route for local antimicrobial
drug delivery, Journal of Advanced Pharmaceutical Technology & Research, 3,(1), p. 9-15.
doi: 10.4103/2231-4040.93558.
[2] Langlais RP, 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan, 4th ed., Rasyad
EM, editor, Jakarta: EGC.
[3] Petersen PE, Ogawa H, 2012. The Global Burden of Periodontal Disease: Towards
Integration With Chronic Disease Prevention and Control, Periodontology 2000, 60,(1), p.
15-39. doi: 10.1111/j.1600-0757.2011.00425.x.
[4] Eke P, Dye B, Wei L, Slade G, Thornton-Evans G, Borgnakke W, et al., 2015. Update on
Prevelence of Periodontitis in Adults in the United State: NHANES 2009 to 2012. Journal of
Periodontology, 86, (5), p. 611-622. doi: 10.1902/jop.2015.140520.
[5] Badan Pengembangan dan Pembangunan Kesehatan, 2013. Riet Kesehatan Dasar,
RISKESDA 2013, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
[6] Mysak J, Podzimek C, Sammerova L, 2014. Review Articel Prophyromonas gingivalis:
Major Periodontopathic Pathogen Overview, Journal of Immunology Reaserch, p. 55-62. doi:
10.1155/ 2014/476068.
[7] Puspadewi R, Adirestuti P, Menawati R, 2013. Khasiat Umbi Bawang Dayak (Eluetherine
palmifolia (L.) Merr) Sebagai Herbal Antimikroba Kulit, Kartika Jurnal ILmiah Farmasi, p.
31-37.
[8] Padhi L, Panda S, 2015. Antibacterial Activity of Eleutherine bulbosa Againts Multidrug
Resistant Bacteria, Journal of Acute Medicine, 5, (3), p. 53-61. doi: 10.
1016/j.jacme.2015.05.004.
[9] Henry L, Aruni W, Senbreg L, Fletcher H, 2013. Proctetive Role of the PG1036-PG1038
Operonin Oxidative Stress in Prophyromonas gingivalis W83, PLOS ONE, 8, (8), p. e69645
1-14 doi: 10.1371/journal.pone.0069645.
[10] Clinical and Laboratory Standards Institute, 2012. Performance Standards for
Antimicrobial Disc Susceptibility Test; Approved Standard-Eleventh Edition, CLSI
Document M02-A11, Wayne: Author.
[11] Ifesan B, Jaycharat N, Voravuthikunchai S, 2009. The Mode of Antistaphylococcal
Action of Eleutherine americana, FEMS Immunol Med Microbial, 57, p. 193-201. doi:
10.1111/j. 1574-695X.2009.00599.x.
[12] Kumar S, Pandey AK, 2013. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. The Scientific World Journal, 2013, p. 1-16. doi: 10.1155/2013/162750.
[13] Cushnie T, Lamb A, 2005. Review Antimicrobial Activity of Flavonoids. International
Journal of Antimicrobial Agents, 26, p. 343-356.
[14] Cushnie T, Cushnie B, Lamb A, 2014. Alkaloids: An Overview of their Antibacterial,
Antibiotic-enchancing and Antivirulence Activity, International Journal of Antimicrobial
Agents, 44, (2014), p. 377-386. doi: 10.1016/j.ijantimicag.2014.06.001.
[15] Ifesan B, Ibrahim D, Voravuthikunchai S, 2010. Antimicrobial activity of crude
ethanolic extract from Eleutherine americana, Journal of Food, Agriculture & Environment,
8, (3&4), p. 1233-1236.
[16] Ferraz C, Gomes B, Alexander Z, Teixeria F, Souza-Filho F, 2007. Comparative Study
of the Antimicrobial Efficacy of Clorhexidine Gel, Clorhexidine Solution and Sodium
Hypochlorite as Endodontic Irrigants, Braz Dent J, 18, (4), p. 294-298.
[17] Anggayanti N, Adiatmika I, Adiputra N, 2013. Berkumur dengan Teh Hitam Lebih
Efektif dari pada Clorhexidine Gluconate 0,2% untuk Menurunkan Akumulasi Plak, Jurnal
PDGI, 62, p. 35-34.

You might also like