Toto Islamica GagasanPendidikanMuhamadiyahdanNU
Toto Islamica GagasanPendidikanMuhamadiyahdanNU
Toto Islamica GagasanPendidikanMuhamadiyahdanNU
net/publication/286402193
CITATIONS READS
9 2,632
1 author:
Toto Suharto
State Islamic Institute Surakarta, Indonesia
38 PUBLICATIONS 46 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Toto Suharto on 09 January 2016.
Pendahuluan
Islam di Indonesia telah memerkuat dirinya dalam proses sejarah
yang sangat panjang.1 Secara keseluruhan, proses historis ini dilakukan
dengan damai, yang berbeda dengan Islamisasi di kawasan lain di
1 Paling tidak ada empat teori yang berbicara tentang proses masuknya Islam ke
Indonesia, yaitu teori Arab, teori India, teori Iran, dan teori Cina. Perdebatan
menarik tentang keempat teori ini. Lihat Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial
Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 31-43.
Salafi dari Saudi Arabia, Shî‘ah dari Iran dan Jamaah Tabligh dari
India/Bangladesh. Keenam gerakan atau kelompok keagamaan Islam
tersebut, saat ini sudah ada di Indonesia, berupaya menancapkan
pahamnya melalui lembaga pesantren, perguruan tinggi atau kampus-
kampus, majelis-majelis ta‘lîm, lembaga-lembaga amil zakat, infak, dan
sedekah. Karena mereka membawa paham keagamaan (ideologi) baru,
maka dalam perkembangannya, acap kali mereka menimbulkan
gesekan dengan beberapa kelompok keagamaan Islam yang telah lebih
dahulu ada.4 Disadari atau tidak, para aktivis gerakan tersebut berhasil
menakhodai aktivitas beberapa masjid, terutama di wilayah perkotaan.
Akan tetapi, di beberapa tempat muncul kasus berupa letupan reaksi
masyarakat terhadap eksistensi mereka, disebabkan cara pandang yang
berbeda dalam memahami dakwah.5
Sejak itu, berbagai peristiwa yang disebut radikalisme dan
terorisme sering menghantui Indonesia, mulai Bom Bali dan bom-
bom lainnya di berbagai wilayah Indonesia. Untuk meresponsi hal ini,
untuk kali pertama diadakanlah konferensi ulama se-ASEAN, yaitu
The Jakarta International Islamic Conference, dengan tema “Strategi
Dakwah Menuju Ummatan Wasathon dalam Menghadapi
Radikalisme”, untuk menyiasati maraknya radikalisme di Indonesia.
Konferensi ini diselenggarakan atas prakarsa Majelis Tabligh dan
Dakwah Muhammadiyah bekerjasama dengan Lembaga Dakwah NU,
pada tanggal 13-15 Oktober 2003 di Gedung JCC Jakarta.6 Menurut
Hery Sucipto, konferensi inilah yang mengilhami kehadiran Center for
Moderate Moslem (CMM) yang dikomandoi Muhammadiyah dan
NU, untuk mengusung “Islam Jalan Tengah” bagi Islam Indonesia, di
tengah kerasnya tarik-menarik antara kelompok atau gerakan Islam
radikal dengan Jaringan Islam Liberal (JIL).7
Kemunculan CMM oleh Muhammadiyah dan NU dengan
mengusung Islam moderat kiranya perlu mendapat dukungan dari
4 Ahmad Syafi’i Mufid (ed.), Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional di Indonesia
(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama, 2011), 215-216.
5 Ibid., ix.
6 Lihat Nurul Badruttaman, “Dakwah Islam di Tengah Tantangan Globalisasi:
Pemikiran dan Kontribusi Tarmizi Taher” dalam Hery Sucipto (ed.), Islam Madzhab
Tengah: Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu,
2007), 329.
7 Hery Sucipto, “Tarmizi Taher dan Islam Madzhab Tengah”, pengantar editor
dalam Hery Sucipto (ed.), Islam Madzhab Tengah: Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), 17.
Kumar Ramakrishna dan See Seng Tan (eds.), After Bali: The Threat of Terrorism in
Southeast Asia (Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd, 2003), 45.
12 Lihat Azyumardi Azra, “Distinguishing Indonesian Islam: Some Lessons to
Learn” dalam Jajat Burhanudin dan Kees van Dijk (eds.), Islam in Indonesia:
26-37.
19 Sastrapratedja, “Pancasila sebagai Ideologi”, 143-144.
20 Lihat H.A.R. Tilaar, Pendidikan dan Kekuasaan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi
104.
Jaringan (Offline) lansiran 2010-2013, yang mengacu pada data dari KBBI Daring
(Dalam Jaringan atau Online) Edisi III yang diambil dari
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/. Software ini merupakan Freeware yang
dikembangkan oleh Ebta Setiawan.
tengah.25 Oleh karena itu, paham moderat berarti paham yang tidak
ekstrem, dalam arti selalu cenderung pada jalan tengah. Al-Qur’ân
menyebut umat Islam sebagai ummah wasat}a (Q.S. al-Baqarah: 143),
yaitu umat “tengahan”, “moderat”, adil, dan “terbaik”. Oleh karena
itu, mengedepankan sikap moderat bukan hanya berkesesuaian
dengan anjuran ayat ini (dan ayat-ayat al-Qur’ân lainnya yang senafas),
tapi juga menjadi karakter utama umat ini. Dari sini, Muchlis M.
Hanafi memaknai moderat (al-wasat}) sebagai metode berpikir,
berinteraksi dan berperilaku secara tawâzun (seimbang) dalam
menyikapi dua keadaan, sehingga ditemukan sikap yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan tradisi masyarakat, yaitu seimbang dalam
akidah, ibadah dan akhlak.26
Dengan mengutip pandangan John L. Esposito, Masdar Hilmy
menyebutkan bahwa terma “moderat” dan “moderatisme”
merupakan nomenklatur konseptual yang sulit didefinisikan. Terma
ini diperebutkan oleh kelompok agama ataupun para ilmuwan,
sehingga dimaknai secara berbeda-beda, tergantung siapa dan dalam
konteks apa ia dipahami.27 Kesulitan pemaknaan ini disebabkan
karena khazanah pemikiran Islam Klasik tidak mengenal istilah
“moderatisme”. Penggunaan dan pemahaman atasnya biasanya
merujuk pada padanan sejumlah kata dalam bahasa Arab, di antaranya
al-tawassut} atau al-wasat} (moderasi), al-qist} (keadilan), al-tawâzun
(keseimbangan), al-i‘tidâl (keselarasan/kerukunan), dan semacamnya.28
Namun demikian, dalam konteks Indonesia, masih menurut Hilmy,
terdapat beberapa karakteristik moderatisme Islam. Hilmy
menyatakan:
“The concept of moderatism in the context of Indonesian Islam
has at least the following characteristics; 1) non-violent ideology
in propagating Islam; 2) adopting the modern way of life with its
all derivatives, including science and technology, democracy,
human rights and the like; 3) the use of rational way of thinking;
4) contextual approach in understanding Islam, and; 5) the use of
ijtihâd (intellectual exercises to make a legal opinion in case of the
25 “Moderat” dalam KBBI Offline Versi 1.5.
26 Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama (Jakarta:
Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-Qur’ân, 2013), 3-4
27 Masdar Hilmy, “Whither Indonesia’s Islamic Moderatism? A Reexamination on
the Moderate Vision of Muhammadiyah and NU”, Journal of Indonesian Islam, Vol. 07,
Number 01, June 2013, 25.
28 Ibid., 27.
33 Lihat pemaknaan Islam moderat yang teologis, bukan politis, oleh Ahmad Najib
Burhani, “Al-Tawassut} wa-l I‘tidâl: the NU and Moderatism in Indonesian Islam”,
Asian Journal of Social Science,Vol. 40, Issue 5-6 (2012), 564-581.
34 Dari sini kedua istilah ini sering dipersandingkan sebagai sebuah terma yang saling
diperlawankan. Informasi awal tentang Islam moderat versus Islam radikal, lihat
misalnya Nurjannah, Radikal vs Moderat: Atas Nama Dakwah, Amar Makruf Nahi
Mungkar dan Jihad Perspektif Psikologi (Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2013). Buku ini
berasal dari disertasi penulisnya di Fak. Psikologi UGM.
35 Lihat A. Rubaidi, Radikalisme Islam: Nahdlatul Ulama dan Masa Depan Moderatisme
di Indonesia”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 14, Nomor 2 (2010), 171.
41 Noorhaidi Hasan, Islam Politik di Dunia Kontemporer: Konsep, Genealogi, dan Teori
50 Ahmad Fuad Fanani, “Akar Radikalisme dan Terorisme”, Suara Merdeka, Jum’at,
07 Oktober 2005.
51 Syamsul Arifin, “Membendung Arus Radikalisasi di Indonesia”, Islamica, Vol. 8,
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam: Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 244-250.
55 Burhani, “Pluralism, Liberalism, and Islamism”, 49-55.
56 Ali, “Moderate Islam Movement”, 204-209.
60 Ibid., 57.
61 Lihat Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah: Muktamar
Muhammadiyah Ke-45 (Yogyakarta: Pusat Pimpinan Muhammadiyah, 2010), 37.
62 Lampiran VI Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke-46 tentang Revitalisasi
Untuk mewujudkan visi itu, ada enam nilai dasar yang dibangun
dalam pendidikan Muhammadiyah. Pertama, pendidikan
Muhammadiyah diselenggarakan merujuk pada nilai-nilai yang
bersumber pada al-Qur’ân dan Sunnah. Kedua, rûh} al-ikhlâs} untuk
mencari rida Allah menjadi dasar dan inspirasi dalam ikhtiar
mendirikan dan menjalankan amal usaha di bidang pendidikan. Ketiga,
menerapakan prinsip kerjasama (mushârakah) dengan tetap memelihara
sikap kritis, baik pada masa Hindia Belanda, Dai Nippon (Jepang),
Orde Lama, Orde Baru hingga pasca Orde Baru. Keempat, selalu
memelihara dan menghidup-hidupkan prinsip pembaruan (tajdîd),
inovasi dalam menjalankan amal usaha di bidang pendidikan. Kelima,
memiliki kultur untuk memihak kepada kaum yang mengalami
kesengsaraan (d}u‘afâ dan mustad}‘afîn) dengan melakukan proses-proses
kreatif sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada
masyarakat Indonesia. Keenam, memerhatikan dan menjalankan prinsip
keseimbangan (tawassut} atau moderat) dalam mengelola lembaga
pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.63
Dari enam nilai dasar pendidikan Muhammadiyah di atas,
khususnya nilai dasar keenam, tampak bahwa pendidikan
Muhammadiyah dilakukan untuk meneguhkan Islam moderat yang
menjadi salah satu ideologi bagi gerakannya. Untuk itu, kurikulum
pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan Muhammadiyah
juga mengakomodir watak Islam moderat ini. Penguatan Islam
moderat ini tampak dalam penajaman ciri pendidikan Muhammadiyah
yang termuat dalam kurikulum mata pelajaran al-Islam dan Ke-
Muhammadiyahan.
Menurut Mohamad Ali, mata pelajaran al-Islam dan Ke-
Muhammadiyahan merupakan ciri khas pendidikan Muhammadiyah,
yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Karena mata
pelajaran ini menjadi ciri khas, maka ia menjadi “identitas objektif”
yang diterima publik di luar Muhammadiyah. Dalam konteks ini, ada
lima identitas objektif sebagai elaborasi dari al-Islam dan Ke-
Muhammadiyahan ke dalam sistem pendidikan Muhammadiyah,
yakni; 1) menumbuhkan cara berfikir tajdîd/inovatif, 2) memiliki
kemampuan antisipatif, 3) mengembangkan sikap pluralistik, 4)
memupuk watak mandiri, dan 5) mengambil langkah moderat.64 Jika
Ibid., 130-131.
63
64Mohamad Ali, Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah (Jakarta: Al-Wasat Publishing
House, 2010), 34-35.
65 Ibid., 35-36.
66 Informasi mengenai pendirian NU, lihat misalnya Suharto, Filsafat Pendidikan
Islam, 254-262.
67 Ali, “Moderate Islam Movement”, 209-214.
68 Masdar Hilmy, “Whither Indonesia’s Islamic Moderatism? A Reexamination on
the Moderate Vision of Muhammadiyah and NU”, Journal of Indonesian Islam, Vol. 07,
No 01, June 2013, 24-48.
69 Burhani, “Al-Tawassut} wa-l I‘tidâl”, 564-581.
Timur, 2006), 38. Buku ini merupakan tulisan KH. Achmad Shiddiq yang pernah
dibagi-bagikan pada Muktamar NU ke-26 di Semarang tahun 1979, yang kemudian
diputuskan pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo sebagai “Khittah Nahdlatul
Ulama”.
72 Ibid., 62.
73 Ibid., 60.
74 Ibid., 63-68.
75 Mark Woodward, Java, Indonesia, and Islam (London: Springer Science dan
Business Media B.V., 2011), 194.
76 Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama 2010, 22.
77 Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama 2010, sebagaimana dimuat dalam
Internet
Koran Sindo versi online, “Kemenag Dorong UIN Jadi Kampus Riset”
dalam http://m.koran-sindo.com/node/325385, (diakses pada 1
Juni 2014).
“7159 Madrasah NU Ada di Jawa Timur” dalam
http://www.nu.or.id/ (diakses pada 29 Maret 2015).
“Indonesia Diharapkan Jadi Barometer Islam Moderat” dalam
http://www.nu.or.id/ (diakses pada 29 Maret 2015).
“Jokowi Ingin Bangun Universitas Islam Moderat” dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/06/05/329989
/jokowi-ingin-bangun-universitas-islam-moderat (diakses pada 13
Juni 2015) dan “Jokowi Ingin Pertahankan Pendidikan Islam
Moderat” dalam http://nasional.news.viva.co.id/news /read
/634595-jokowi-ingin-pertahankan-pendidikan-islam-moderat
(diakses pada 13 Juni 2015).
“Maarif NU, Jembatan Sekolah dengan Pemerintah” dalam dalam
http://www.nu.or.id/ (diakses pada 29 Maret 2015).