4934 11247 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

66 Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) …

HUBUNGAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN


(ESTEEM NEEDS) DAN KOMPETISI DALAM
BELAJAR (LEARNING OF COMPETITION) DENGAN
KREATIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA MTS MADANI
ALAUDDIN PAO-PAO KABUPATEN GOWA

Muhammad Yusuf Hidayat


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Abstract: Maslow in Poduska (2000: 201) defines the need for an esteem needs
to be a person's desire for good judgment from others, to be respected and to
receive praise from a teacher. Marcus Verrius Flaccus in Monks et al (1999:
279) argues that the learning competition is a learning activity, students
competing for each other to get good learning outcomes. The existence of
competition or student competition in the learning process (learning of
competition) is one of the strong factors in motivating students in learning.
Barro in Ali and Asrori (2006: 41) that creativity is the ability to create
something new, something new does not mean to be entirely new, but can also
be a combination of elements that have been there before. This study aims to
describe and interpret the relationship of the need for awards (esteem needs)
and competition in learning (learning of competition) with students' physics
learning creativity MTs Madani Alauddin Pao-Pao Gowa District. The type of
this research is descriptive correlational research. The population of this study
is all students of MTs 2012/2013 school year. The sample using Proportional
Stratified Random Sampling technique is by taking representative sample
where the researcher takes 25% from the existing population that is 40
students from 160 students of MTs Madani Alauddin Pao-Pao Gowa District
and with sampling based on grade level then taken at random. To obtain the
data of researchers using questionnaires and interview guides conducted by
researchers to physics teachers of each class. Data analysis techniques used
are descriptive statistics and inferential statistics for hypothesis testing.
Keywords: Esteem needs, learning in competition, learning creativity.

I. PENDAHULUAN

P
endidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia
yang berkualitas yang berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sendiri sehingga di dalam
proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab yang besar. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya ialah
melakukan perubahan kurikulum. Namun kenyataanya masih banyak belum mencapai
Volume VII, Nomor 1, Januari - Juni 2018 67

hasil yang memuaskan. Untuk pencapaian tujuan tersebut, diharapkan tiap-tiap sekolah
berusaha meningkatkan kualitas sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk meningkatkan pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses
belajar mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah. Guru mempunyai dampak besar
pada anak didik, bukan hanya menyangkut prestasi tetapi juga pada sikap anak terhadap
sekolah dan belajar. Guru dapat melumpuhkan kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah,
merusak motivasi, harga diri dan kreativitas anak. Tetapi, guru juga dapat berperan
sebaliknya yaitu mampu mendorong kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah, memotivasi,
harga diri dan kreativitas anak, bahkan guru yang sangat baik dapat mempengaruhi anak
lebih kuat daripada orang tua.
Guru dapat mengembangkan kreativitas siswa lewat sikap dan penggunaan teknik-
teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Pada dasarnya
guru tidak dapat mengajarkan kreativitas tetapi ia dapat memungkinkan kreativitas
muncul, memupuknya dan merangsang pertumbuhannya.1
Pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari fokus pendidikan yang bukan
sekedar memiliki kemampuan kognitif saja, namun juga berfokus pada potensi
keterampilan serta kreativitas yang dimiliki siswa untuk mewujudkan perubahan
tingkah laku dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar menjadi insan
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Teknik-teknik mengajar yang
digunakan oleh guru merupakan penentu dalam proses belajar siswa.
Apabila teknik yang digunakan tersebut sesuai dengan materi yang akan
diajarkan, maka pembelajaran akan menjadi menarik dan dapat memotivasi siswa untuk
membangkitkan minat terhadap pelajaran tersebut. Namun sebaliknya, apabila suatu
teknik yang digunakan tersebut kurang sesuai dengan materi yang diajarkan, maka
proses belajar mengajar tidak akan menarik dan membuat siswa bosan sehingga minat
terhadap pelajaran tersebut menjadi rendah. Maka pendidik harus inovatif dalam
pembelajarannya karena setiap materi membutuhkan teknik yang berbeda-beda supaya
peserta didik tetap aktif dan kreatif dalam pembelajarn dan memahami setiap materi
yang disajikan oleh guru. Kreativitas belajar siswa berkaitan dengan seberapa besar
siswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar.
Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar
atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa.
Kreativitas belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kreativitas belajar siswa menurut Munandar terdiri dari aspek
kognitif dan aspek kepribadian. Akan tetapi faktor penting dalam meningkatkan
kreativitas belajar siswa adalah peran guru. Beberapa faktor ini yang mempengaruhi
kreativitas belajar berkaitan dengan keterampilan mengajar yang perlu dimiliki oleh
seorang guru.

1
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.
156.
68 Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) …

Kajian yang berkenaan dengan kreativitas belajar siswa sebagaimana dilakukan


oleh Susilowati (2004) pada kelas akselerasi di SMP Islam Al-Azhar 1 Jakarta
menemukan bahwa terdapat 68,2% yang berminat pada pelajaran IPA dan 25% pada
pelajaran IPS. Dari 68,2% siswa yang berminat pada pelajaran IPA, faktor terbesar
bukan berasal dari dalam diri siswa melainkan dari faktor pelajaran itu sendiri (53,7%).
Selain faktor pelajaran, terdapat faktor cara mengajar guru bidang studi (17%), faktor
guru yang tidak berkaitan dengan cara mengajar (12,2%), faktor suasana kelas ketika
kegiatan belajar mengajar (4,9%), dan faktor lainnya (12,2%). Selain itu, dari 25%
siswa kelas akselerasi yang meminati pelajaran IPS diketahui bahwa motivasi siswa
belajar adalah faktor pelajaran itu sendiri (38,1%). Selebihnya, karena faktor guru
(33,3%), cara mengajar guru (23,8%), suasana kelas (4,8%), dan faktor lainnya (0%)
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/artikel%201-13-1.pdf (12 Oktober 2012).
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus menyusun
suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan
yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan
usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Sebagian dari siswa
yang masuk sekolah dan memiliki tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya, bagi mereka
ini mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan motif-motifnya.
Setiap guru berusaha memotivasi semua anak dengan teknik yang sama. Oleh karena
itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motif. Suatu teori
menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan
kebutuhan dasar para siswa.
Menurut Maslow, apabila kebutuhan-kebutuhan pada suatu tahap tertentu dapat
dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi akan menjadi sangat
kuat. Adapun kebutuhan individu menurut teori Maslow adalah kebutuhan akan
penghargaan (esteem needs). Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) ialah
keinginan seseorang untuk penilaian yang baik dari orang lain serta ingin dihormati.
Harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain di dalam
kelompoknya. Hal ini erat hubungannya dengan statusnya di dalam kelompok dan
penghargaan orang lain terhadapnya. Seorang akan merasa dirinya dihargai oleh orang
lain kalau ia merasa bahwa dirinya dianggap penting. Tentunya tugas seorang guru
adalah menemukan sesuatu di dalam diri anak didik yang dapat dilakukannya, yaitu
sesuatu yang dapat membuat anak didiknya merasa bahwa dirinya penting.2
Pada umumnya penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan
manusia, dalam hal ini bagi siswa-siswi yang sedang melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan adanya penghargaan dari seorang guru maka akan mendorong
siswa-siswi memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan kreatifitas belajarnya.

2
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem (Bandung: Bumi
Aksara, 2001), hlm. 176-177.
Volume VII, Nomor 1, Januari - Juni 2018 69

Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan mempunyai arti penting. Tingkah


laku dan keberhasilan belajar siswa-siswi, diberi penghargaan dalam bentuk pujian,
senyuman, dan sebagainya. Dengan adanya penghargaan dari guru, maka siswa akan
terus belajar secara maksimal untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Bahkan siswa
tersebut akan bersaing atau melakukan kompetisi dengan siswa-siswa yang lain. Adanya
persaingan atau kompetisi siswa dalam proses belajar merupakan salah satu faktor yang
kuat dalam memotivasi siswa dalam belajar. Hal ini terkait dengan cara siswa
membekali diri mereka dengan kemauan dan potensi yang dimiliki, sehingga
menjadikan belajar sebagai acuan memperoleh prestasi.
Melalui kompetisi dalam belajar, maka siswa dengan sendirinya akan berusaha
semaksimal mungkin memperoleh hasil yang baik dibanding dengan sebelumnya.
Dalam praktknya, siswa sebagai pelajar cenderung membentuk kelompok belajar dan
bermain dengan teman sebayanya, mereka menganggap bahwa teman sebayanya bukan
saja sebagai teman bermain dan teman belajar, melainkan sebagai mereka dalam
mencapai prestasi dikelas. Diharapkan dengan adanya motivasi belajar yang tinggi
siswa dapat belajar dengan giat, mampu memperoleh prestasi yang baik dan menjadikan
teman-teman sebagai sarana untuk menumbuhkan keinginan dan semangat dalam
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terinspirasi untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) dan Kompetisi dalam
Belajar (Learning of Competition) dengan Kreativitas Belajar Fisika Siswa MTs Madani
Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa”.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini termaksuk penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan menginterpretasikan hubungan kebutuhan penghargaan (esteem
needs) dan kompetisi dalam belajar (learning of competition) dengan kreativitas belajar
fisika siswa MTs Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi
juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populsi juga bukan sekadar jumlah yang
ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subjek atau objek itu.3 Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa MTs Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa dengan jumlah peserta
didik sebanyak 160.4

3
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 117.
4
Sumber Data Sekolah Tahun ajaran 2012-2013.
70 Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) …

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil sampel dari masing-masing kelas
VII, VIII dan IX dari keseluruhannya, ini dilakukan karena peneliti ingin sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.5 Apabila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi dengan menggunakan teknik Random
Sampling. Pengambilan sampel yang dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya.
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik dimbil semua sehingga
pnelitiannya merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.6 Berdasarkan data sekolah dengan jumlah 160
peserta didik. Dalam hal ini, peneliti mengambil 25% dari jumlah populasi 160 dari
25% diperoleh 40 sampel yang diteliti.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yang terdiri dari dua variabel independen
dan satu variabel dependen. Variabel independen berupa (1) kebutuhan penghargaan (2)
kompetisi dalam belajar dan untuk variabel dependen adalah kreativitas belajar fisika.
Untuk menjawab hipotesis dibutuhkan instrument penelitian, dalam hal ini menurut
(Sudjana, 2009: 97), keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang
digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
(masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai alat
pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, ada beberapa
instrumen penelitian yang digunakan yaitu: (1) Kuesioner adalah sederetan pertanyaan
atau pernyataan tentang sikap seseorang terhadap keadaan diri dan ligkungannya.
Kuesioner terdiri atas dua yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tertutup dengan pertimbangan bahwa variabel yang akan diteliti dalam
penelitian ini menyangkut pribadi dan kejiwaan seseorang dengan menggunakan skala
likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Kuesioner atau angket yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dengan jumlah item masing-masing, untuk
kebutuhan penghargaan (esteem needs) berjumlah 23 item yang terdiri dari 18 item
positif dan 5 item negatif. Pada kompetisi dalam belajar (learning of competition)
berjumlah 20 item dengan 14 item positif dan 6 item negatif. Sementara pada kreativitas

5
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 81.
6
Arikunto, Suharsimi. Manejemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 109-112.
Volume VII, Nomor 1, Januari - Juni 2018 71

belajar fisika jumlah item yang digunakan yaitu 30 dengan jumlah item positif 22 dan
item negatif 8 item.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai.7 (2) Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Tekhnik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-
report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.8
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
terstruktur. Menurut Sugiyono,9 wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak mengguanakan pedoman wawancara yang telah tersususn
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada
dalam objek.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan
yang akan dijadikan responden adalah guru-guru mata pelajaran fisika MTs Madani
Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis deskriptif dan statistik inferensial yang dilakukan, maka pada
pembahasan ini dapat kemukakan sebagai berikut:
a. Hasil statistik deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode pengumpulan
data melalui instrument angket, disajikan hasil statistik deskriptif untuk
memberikan gambaran tentang kebutuhan penghargaan (esteem needs) siswa MTs
Madani Alauddin Pao-pao berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata
70,48, yang diperoleh oleh 39 siswa, jika dinyatakan dalam persen diperoleh 98%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode pengumpulan
data melalui instrument angket, disajikan hasil statistik deskriptif untuk
7
Sugiyono, Statistik untuk penelitian (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 134-135.
8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 317
9
Ibid., hlm. 197.
72 Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) …

memberikan gambaran tentang kompetisi dalam belajar (learning of competition)


siswa MTs Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa berada pada kategori
sedang dengan skor rata-rata 60,45, yang diperoleh oleh 39 siswa, jika dinyatakan
dalam persen diperoleh 98%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode pengumpulan
data melalui instrument angket, disajikan hasil statistik deskriptif untuk
memberikan gambaran tentang kreativitas belajar siswa MTs Madani Alauddin
Pao-Pao Kabupaten Gowa berada pada kategori sedang dengan skor rata-rata
84,85, yang diperoleh oleh 39 siswa, jika dinyatakan dalam persen diperoleh 98%.
b. Hasil statistik Inferensial
Berdasarkan hasil pengujian statistik inferensial yang telah di uraikan, maka dapat
dikemukakan bahwa kebutuhan penghargaan (esteem needs) dan kompetisi dalam
belajar (learning of competition) dengan kreativitas belajar fisika siswa MTs
Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa memiliki hubungan yang signifikan.
Hasil ini didukung berbagai teori bahwa faktor penting dalam meningkatkan
kreativitas belajar siswa adalah peran guru. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan
guru di sekolah untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa, sikap dan
prilaku kreatif siswa. Di antaranya dengan pemberian penghargaan kepada siswa
yang berprestasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan mempunyai arti
penting. Tingkah laku dan keberhasilan belajar siswa siswi diberi penghargaan
dalam bentuk pujian, senyuman dan sebagainya. Dengan adanya penghargaan dari
guru, maka siswa akan terus belajar secara maksimal untuk mendapatkan
penghargaan tersebut. Bahkan siswa tersebut akan bersaing atau melakukan
kompetisi dengan siswa siswi yang lain. Adanya persaingan atau kompetisi siswa
dalam proses belajar merupakan salah satu faktor yang kuat dalam memotivasi
siswa dalam belajar.
Dan dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi produk
moment dapat dilihat bahwa hubungan antara kebutuhan penghargaan (X 1) dengan
kreativitas belajar fisika siswa (Y) mendapatkan skor 0,99 yang memiliki tingkat
hubungan sangat kuat. Dan hubungan antara kompetisi dalam belajar fisika (X2)
dengan kreativitas belajar fisika siswa (Y) yang mendapatkan skor 0,99 yang
artinya memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat pula. Begitu pula dengan
hubungan kebutuhan penghargaan (X1) dengan kompetisi dalam belajar fisika (X2)
yang mendapatkan skor 0,99 yang artinya memiliki tingkat hubungan yang sangat
kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan penghargaan (X 1) dan kompetisi
dalam belajar (X2) sangat kuat hubungannya dengan kreativitas belajar siswa itu
sendiri,
Data ini juga semakin diperkuat oleh hasil pengujian signifikannya yang
memperlihatkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh lebih besar dari F tabel, atau
1144,3 ≥ 3,23 maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang
Volume VII, Nomor 1, Januari - Juni 2018 73

signifikan antara kebutuhan penghargaan (esteem needs) dan kompetisi dalam


belajar (learning of competition) dengan kreativitas belajar fisika siswa MTs
Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa sehingga dapat dinyatakan bahwa
korelasi ganda tersebut signifikan dan dapat diberlakukan ke populasi.

IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil paparan penelitian dan pembahasan di atas dan dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kebutuhan penghargaan menyangkut aspek-aspek
menghargai diri sendiri dan penghargaan dari orang lain. Dengan demikian, diharapkan
kepada para guru untuk selalu memperhatikan dan menghargai pendapat siswanya pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Kedua, Di usia sekolah menengah, dalam hal ini
siswa SMP mulai memasuki dunia baru yang berbeda dengan pengalaman di Sekolah
Dasar (SD) dan mengalami banyak hal baru, sehingga perlu melakukan berbagai
penyesuaian.
Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah,
menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa, karena jika siswa tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi, maka siswa akan menjadi
kurang percaya diri jika harus berkompetisi dengan teman-teman sekelasnya. Oleh
karena itu, dibutuhkan bimbingan dan motivasi dari seorang guru agar siswa semangat
dalam belajar. Ketiga, Para guru diharapkan bisa meningkatkan mutu kinerjanya dan
meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. sehingga dalam
pembelajaran akan berjalan lebih baik di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad dan Asrosi. 2006. Psikologi Remaja dan Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manejemen Penelitian; Jakarta: Rineka Cipta.
Bernard, Poduska. 2000. 4 teori kepribadian (Eksistensialis Behavioris, Psikoanalitik,
Aktualisasi Diri). Jakarta: Restu Agung.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem.
Bandung: Bumi Aksara.
. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
74 Hubungan Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) …

http://eprints.undip.ac.id/11107/1/JURNALKU.pdf (diakses 22 April 2013).


Jurnal. Admin. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/artikel%201-13-1.pdf (diakses 12
oktober 2012).
Monks. F. J. dkk. 1999. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Munandar Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka
Cipta.
Mustaqim dan Wahib. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjan, Syarifan, dkk. 2009. Psikologi Belajar. Surabaya: Amanah Pustaka.
Purnasamari, Ayu. 2007. Hubungan antara Kecerdasan Interpersonal Remaja dengan
Efektivitas Komunikasi pada Orangtua. Malang: UIN Malang.
Rahmat. J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ridwan. 2008. Belajar Lebih Mudah untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soejono. S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah, Skripsi, Tesis,
Disertasi). Bandung: Sinar Baru algesindo.
. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta
_______. 2010. Statistik untuk penelitian. Bandung: alfabeta.
_______. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
_______. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D. Bandung:
Alfabeta.
Volume VII, Nomor 1, Januari - Juni 2018 75

Tanjung Bahdin Nur dan Ardial. 2008. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
(Proposal, Skripsi, dan tesis) dan Memepersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel
Ilmiah, Jakarta: Kencana.
Wirawan Sarlito. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

You might also like