Performa Itik Lokal Jantan (Anas Plathyrynchos) Yang Diberi Pakan Suplemen
Performa Itik Lokal Jantan (Anas Plathyrynchos) Yang Diberi Pakan Suplemen
Performa Itik Lokal Jantan (Anas Plathyrynchos) Yang Diberi Pakan Suplemen
32(1), 35-41
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v32i1.15932
Abstract
The research was to know the influence of the supplementation lemuru fish oil and L-carnitine on the
local male ducks’ performance. The cattle used were 96 local male ducks aged 10 days. Research
materials were corn, bran, concentrate 144, lemuru fish oil, and L-carnitine. The research design used
was Complete Random Design with 3 treatments and 8 repetitions; each repetition contained 4 local
male ducks. The treatment consisted of ration control P0 = corn, barn, concentrate and mineral; P1 =
corn, barn, mineral and 4% lemuru fish oil; P2 = corn, barn, concentrate, mineral, 4% lemuru fish oil
and 30 ppm L-carnitine. The investigated modifiers were feed consumption, feed conversion, daily
weight increase and Income Over Feed Cost value. Data feed consumption, daily weight increase, feed
conversion was analyzed using variance analysis. If there were a concrete influence, further analysis
should be conducted using orthogonal contrast. Results showed that the supplementation of lemuru fish
oil and L-carnitine had a very significant influence (P<0.01) on feed consumption, daily weight increase
and feed conversion. Further test results orthogonal contrast showed that the supplementation of lemuru
fish oil and L-carnitine could decrease feed consumption, feed conversion and increase daily weight
rate (P<0.01) if compared control. Result Income Over Feed Cost showed that treatment with add
lemuru fish oil and L-carnitine produced Income Over Feed Cost value higher if compared control.
Based on the results of the research, it could be concluded that the supplementation of 4% lemuru fish
oil and 30 ppm L-carnitine in ration could decrease feed consumption and feed conversion, increase
daily weight rate, and the IOFC of local male ducks.
Keywords: Fish oil supplementation; L-carnitine; Local male ducks; Performance
Cite this as: Suprayogi, W., Sudibya, S., & Susilo, E. 2017. Performa Itik Lokal Jantan (Anas plathyrynchos) yang
diberi Pakan Suplemen. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 32(1), 35-41. doi:
http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v32i1.15932
sehingga energi dari protein sebagian besar dapat ransum dan kandungan nutrient dalam ransum
digunakan untuk pertumbuhan. Pada penelitian penelitian dapat dilihat pada tabel 3. Kandungan
terdahulu dengan menggunakan minyak ikan nutrien dalam 100% dapat dilihat pada tabel 4.
lemuru dan L-karnitin yang diaplikasikan pada
induk ayam pedaging dapat memperbaiki Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Itik Umur 1-8
performa ternak (Abadi et al., 2007). Minggu
Kandungan
Kandungan
METODE PENELITIAN Nutrien
Kadar air (Maks) (%) 14,0
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini Protein kasar (Min) (%) 18,0
adalah itiklokal jantan umur 10 hari sebanyak 96 Lemak kasar (Maks) (%) 7,0
ekor dengan bobot badan awal 203,013 ± 19,86 Serat kasar (Maks) (%) 7,0
g/ekor yang ditempatkan dalam 24 petak kandang Abu (Maks) (%) 8,0
litter dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi Kalsium (%) 0,6 - 1,2
berturut-turut adalah 120 × 45 × 50 cm. Setiap unit Fosfor total (%) 0,6 – 1,0
kandang berisi 4 ekor itik. Bahan untuk sekat tiap Fosfor tersedia (Min) (%) 0,4
kandang terbuat dari bambu dan untuk litter Energi Metabolis (Min)
menggunakan sekam padi. Ransum itik disusun 2700
(Kkal/kg)
berdasarkan rekomendasi SNI (2006) yang dapat Sumber: SNI (2006)
dilihat pada Tabel 1. Kandungan nutrien bahan
pakan ransum dapat dilihat pada Tabel 2. Susunan
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa tanpa perlakuan (P0) yaitu 143,54 g/ekor/hari,
suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin sementara itu konsumsi pada perlakuan
dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,01) suplementasi minyak ikan lemuru (P1) dan
terhadap konsumsi ransum. Hasil penelitian perlakuan minyak ikan lemuru + L-karnitin (P2 )
menunjukkan konsumsi ransum tertinggi pada itik berturut-turut adalah 139,86 dan 139,31
g/ekor/hari. Konsumsi P0 lebih tinggi jika mampu membantu metabolisme tubuh ternak
dibandingkan dengan P1 dan P2 dikarenakan untuk membentuk energi lebih cepat yang dapat
kandungan energi dalam ransum tanpa perlakuan dimanfaatkan oleh tubuh untuk mencukupi
sebesar 2705,89 ME kcal/kg lebih rendah dari kebutuhan hidup pokok dan produksi, hal ini
ransum P1 dan P2 yang mempunyai kandungan sependapat dengan Owen et al. (2001) yang
energi sebesar 3037,09 ME kcal/kg, dengan menyatakan bahwa L-karnitin dapat
demikian terlihat bahwa jumlah kandungan energi meningkatkan digestible nutrient dan membantu
dalam ransum mempengaruhi tingkat konsumsi metabolisme yang diperlukan untuk
ternak. Meningkatnya konsumsi dikarenakan mengoksidasi asam lemak rantai panjang dalam
pada umumnya unggas mengkonsumsi ransum mitokondria, sehingga nutrien yang dicerna
untuk memenuhi kebutuhan energi, apabila ternak dapat menghasilkan pertambahan bobot
kebutuhan energi sudah tercukupi maka konsumsi badan yang optimal. Peran L-karnitin pada
ransum akan menurun. Hal ini sesuai dengan ransum (P2) begitu penting didalam membantu
pendapat Anggorodi (1985) yang menyatakan proses metabolisme dalam tubuh ternak
bahwa jumlah konsumsi ransum sangat Chatzifotis dan Takeuchi (1997) menyatakan
ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum, bahwa L-karnitin mempunyai potensi yang baik
apabila kandungan energi dalam ransum tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
maka konsumsi ransum akan turun dan sebaliknya katabolisme lemak. Didukung dengan pendapat
apabila kandungan energi ransum rendah, maka lain yang menyatakan pada penelitian terdahulu
konsumsi ransum akan naik guna memenuhi dengan menggunakan minyak ikan lemuru dan L-
kebutuhan energi. karnitin pada induk ayam pedaging menunjukkan
hasil berpengaruh nyata terhadap produksi (Abadi
Pertambahan Bobot Badan Harian et al., 2007), hal ini sesuai dengan penelitian yang
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa dilakukan bahwa perlakuan P1 terhadap
suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin perlakuan P2 setelah diuji lanjut menunjukkan
dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,01) hasil berpengaruh nyata (P<0,05). Pemanfaatan
terhadap pertambahan bobot badan harian. Nilai protein untuk pertumbuhan begitu optimal dengan
pertambahan bobot badan harian P0, P1 dan P2 adanya L-karnitin dalam ransum (P2),
adalah sebagai berikut 23,85; 25,22 dan 26,48 suplementasi minyak ikan yang mengandung L-
g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian karnitin dapat membantu proses pembentukan
yang paling rendah ditunjukkan pada perlakuan energi dan penghematan protein ransum, sehingga
kontrol (P0) 23,85 g/ekor/hari. Hasil uji lanjut energi dari protein dapat digunakan untuk
kontras orthogonal menunjukkan bahwa pertumbuhan. Menurut Arslan (2006) bahwa
perlakuan suplementasi minyak ikan lemuru pemberian L-karnitin dalam ransum dapat
sebesar 4% pada (P1 dan P2) secara statistik meningkatkan aksi protein sparing effect dari
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan P0 lemak, sehingga energi dari protein sebagian
(P<0,01), hal ini menunjukkan bahwa besar digunakan untuk pertumbuhan.
suplementasi minyak ikan lemuru sebesar 4%
mampu meningkatkan nilai pertambahan bobot Konversi Ransum
badan harian sebesar 25,22 g/ekor/hari. Lebihnya Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa
kualitas ransum P1 dan P2 jika dibandingkan suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin
dengan ransum P0 terbukti dapat menaikkan dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
pertambahan bobot badan harian dikarenakan terhadap konversi ransum. Angka konversi
tingginya kandungan energi dalam ransum P1 dan ransum tertinggi pada perlakuan ransum kontrol
P2 mampu mencukupi kebutuhan energi yang (P0) sebesar 6,02, sedangkan angka konversi
diperlukan ternak untuk hidup pokok dan terendah ditunjukkan pada perlakuan
produksi. suplementasi minyak ikan lemuru (P1) sebesar
Penggunaan L-karnitin sebesar 30 ppm pada 5,55 dan pada perlakuan suplementasi minyak
(P2) memberikan pengaruh signifikan yang ikan lemuru yang ditambah L-karnitin 30 ppm
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P0 dan (P2) sebesar 5,26. Hasil uji lanjut kontras
berbeda nyata terhadap P1, hal ini menunjukkan orthogonal menunjukkan bahwa P0 terhadap P1
bahwa penambahan L-karnitin yang dan P2 berpengaruh sangat nyata (P<0,01),
dikombinasikan dengan 4% minyak lemuru sedangkan P1 terhadap P2 berpengaruh nyata
(P<0,05). Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio Sanyoto dan Riyanto (2004) yang menyatakan
konversi ransum merupakan satuan untuk bahwa penambahan minyak dan lemak
menghitung efisiensi ransum pada budidaya memberikan keuntungan efek kalori ekstra yang
pembesaran dan penggemukan. Dengan ditunjukkan dengan tingginya pemanfaatan energi
menghitung FCR dari ternak akan sangat dalam ransum, perbaikan pertumbuhan dan
membantu kita di dalam mengefisienkan ransum efisiensi penggunaan ransum. Ransum yang
yang akan kita gunakan. Hasil perhitungan FCR mengandung serat kasar yang lebih rendah dan
dengan angka yang kecil berarti ransum yang kadar energi metabolis yang tinggi tidak
diberikan tersebut semakin bagus. FCR mengherankan jika ransum dengan tingkat
didefinisikan berapa jumlah kilogram pakan yang kepadatan gizi tinggi menghasilkan
dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram efisiensi/konversi ransum yang lebih baik. Leeson
berat badan bagi ternak et al. (1996) dan Hussein et al. (1996) melaporkan
Konversi ransum dipengaruhi oleh kandungan bahwa semakin tinggi kadar energi dan protein
energi pada ransum. Kandungan energi yang dalam ransum, maka konversinya akan semakin
tinggi pada ransum yang disuplementasi minyak baik disebabkan konsumsi ransum lebih rendah.
ikan 4% menjadikan peningkatan efisiensi Perlakuan suplementasi minyak ikan lemuru
penggunaan ransum. Menurut Lestari (2001), 4% yang dikombinasikan dengan L-karnitin 30
peningkatan kuantitas lemak ransum ppm (P2) menunjukkan hasil yang juga
mengakibatkan ransum digunakan dengan sangat signifikan. Pemberian L-karnitin dapat
efisien, kadar lemak mengakibatkan peningkatan meningkatkan digestibilitas nutrien pada ternak,
nilai retensi lemak dalam ransum, adanya retensi sehingga ransum yang diberikan dapat terserap
lemak yang berbeda menyebabkan efisiensi optimal oleh ternak untuk pertumbuhan, hal ini
ransum yang berbeda pula. terbukti karena adanya respon terhadap
Farrel (1995) melaporkan bahwa penggunaan pertambahan bobot badan harian yang juga
omega-3 dalam ransum ayam akan menurunkan signifikan, sehingga secara langsung akan
konsumsi dan konversi ransum dibanding dengan membedakan tingkat konversi ransum.
ransum komersial. Pengaruh berbeda sangat nyata
terhadap konversi ransum, menunjukkan bahwa Income Over Feed Cost (IOFC)
suplementasi minyak ikan lemuru menyebabkan Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih
perbedaan efisiensi penggunaan ransum oleh itik. total pendapatan dengan biaya ransum yang
Hal ini terjadi karena respon terhadap digunakan selama usaha penggemukan ternak.
pertambahan bobot badan harian yang juga IOFC ini merupakan barometer untuk melihat
signifikan, sehingga secara langsung akan seberapa besar biaya ransum yang merupakan
membedakan tingkat konversi ransum. Perbedaan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak.
kandungan energi dalam ransum memberikan Hasil penelitian menunjukkan nilai Income Over
respon yang berbeda terhadap FCR yang Feed Cost selisih dari total pendapatan dengan
dihasilkan, ransum P1 memiliki kandungan energi total biaya ransum digunakan selama penelitian
sebesar 3037,09 ME kcal/kg lebih tinggi jika pada perlakuan P0, P1 dan P2 adalah Rp5.084,1;
dibandingkan energi P0 yang sebesar 2705,89 ME Rp6.781,7 dan Rp8.294,4. Nilai penerimaan akhir
kcal/kg, menurut Subiharta et al. (1995) bahwa diperoleh dari bobot badan akhir itik dikalikan
peningkatan kandungan protein dan energi dalam dengan harga jual itik/ kg menurut harga pasar
ransum akan meningkatkan level efisiensi pada bulan November 2015, sementara itu nilai
ransum. pengeluaran total didapatkan dari nilai FCR itik
Suplementasi minyak ikan lemuru yang kaya dikalikan dengan besarnya harga/biaya ransum
akan energi dapat memberikan keuntungan tiap perlakuan. Biaya ransum tertinggi yaitu pada
pemanfaatan energi dalam ransum tanpa perlakuan P2 karena adanya tambahan biaya
merombak energi dari protein, perbaikan minyak ikan lemuru serta L-karnitin. Faktor yang
pertumbuhan, efisiensi ransum serta penyerapan berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC
nutrien yang optimal dikarenakan ransum dengan adalah pertambahan bobot badan selama
suplementasi minyak ikan mengandung gizi yang penggemukan, konsumsi ransum dan harga
lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat ransum.
Keterangan:
Harga jual itik Rp35.000,00/ kg bobot hidup
Biaya ransum /kg P0 = Rp5.035,00
P1 = Rp5.335,00
P2 = Rp5.485,00