Jurnal
Jurnal
Jurnal
1 Juni 2018
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v7i1.1084
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index
Dinar Wahyuni
[email protected]
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta
Naskah Diterima: 28 Februari 2017 | Naskah direvisi: 2 Mei 2018 | Naskah diterbitkan: 30 Juni 2018
Abstract: Currently, tourism is growing rapidly. The problem is the progress of a tourist area
has not guaranteed an increase in the welfare of local community due to the low community
participation in tourism management. Based on result of a research, this writing would like
to study community empowerment strategy in development of Nglanggeran Tourism Village,
Gunung Kidul Regency. Through qualitative descriptive approach, it can be seen that
community empowerment in Nglanggeran Tourism Village is done through three strategies,
awareness, capacity building, and empowerment. Awareness is done through socialization
and innovation by the youth organization until finally Nglanggeran is defined as a tourist
village. Community capacity building is done through training and mentoring around tourism
village management. Society then put together in on organization of Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Nglanggeran. The Statute and Bylaws are based on deliberation as a form of
value system capitation. The empowerment stage is given to people who have the capacity for
independence. Nglanggeran village get a lot of support for the development of tourism support
facilities and tourism business development from various parties. Community empowerment
strategy succeeded in improving the local community’s economy. In addition, the increasing
number of tourists each year has increased local revenue of Gunung Kidul Regency through
ticket charges.
Keywords: empowerment strategy, tourism village, Nglanggeran
Abstrak: Saat ini pariwisata berkembang pesat. Permasalahannya, kemajuan sebuah daerah
wisata belum menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal karena masih rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata. Tulisan ini merupakan hasil penelitian,
ingin mengkaji strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata
Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif terlihat
bahwa pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran dilakukan melalui tiga strategi,
yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan. Penyadaran dilakukan melalui sosialisasi
dan inovasi oleh karang taruna desa sampai akhirnya Nglanggeran disepakati sebagai desa
wisata. Pengkapasitasan masyarakat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan seputar
manajemen desa wisata. Masyarakat kemudian disatukan dalam wadah organisasi, yakni
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran. Pokdarwis menyusun Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga berdasarkan musyawarah sebagai bentuk pengkapasitasan
sistem nilai. Tahap pendayaan diberikan kepada masyarakat yang telah mempunyai kapasitas
kawasan wisata dengan nama organisasi baru, Saat ini, jumlah pengurus inti dan anggota
yaitu Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran. Pokdarwis tercatat sebanyak 154 orang.
Keberadaan Pokdarwis merupakan cermin Dalam 1 minggu, satu orang akan bekerja
pengkapasitasan organisasi dalam konsep piket menjadi pemandu wisata, petugas
pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana parkir atau menjaga kebersihan lingkungan
telah dijelaskan sebelumnya bahwa kawasan selama 4 hari. Adapun susunan
pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam kepengurusan Pokdarwis akan ditunjukkan
bentuk restrukturisasi organisasi yang hendak dalam Bagan 1.
menerima daya. Dalam hal ini, Pokdarwis Struktur organisasi, tata kerja, Anggaran
berperan sebagai wadah organisasi lokal. Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
Pokdarwis harus mampu meningkatkan dan program kerja Pokdarwis ditetapkan
peran dan partisipasi masyarakat dalam melalui musyawarah anggota. Selain itu,
pengembangan desa wisata sekaligus Pokdarwis menyusun peraturan usaha
meningkatkan nilai manfaat wisata bagi bersama sesuai kesepakatan masyarakat
kesejahteraan masyarakat. pelaku wisata yang harus dipatuhi oleh
DinarWahyuni Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran... 93
semua pihak. Penyusunan AD/ART dan Kelima, kelompok pedagang yang memiliki
peraturan usaha bersama mencerminkan anggota 21 orang. Kelompok ini ada di
pengkapasitasan sistem nilai dalam konsep sekitar kawasan ekowisata Gunung Api
pemberdayaan. Purba. Keenam, Kelompok Ternak Purbaya
Seiring perkembangan Desa Wisata dengan ketua kelompok Bapak Pardiya.
Nglanggeran, dukungan dari pemerintah Lokasi ternaknya ada di Nglanggeran Kulon,
daerah semakin meningkat. Pendampingan Nglanggeran Wetan, dan Gunung Butak.
terus dilakukan baik pendampingan terhadap Ketujuh adalah kelompok pengelola kakao
pokdarwis maupun kelompok-kelompok yang diketuai Bapak Hadi Purwanto. Jumlah
masyarakat berkegiatan ekonomi produktif anggota 15 orang.
yang mendukung desa wisata. Setiap Kedelapan, kelompok TKI Purna dengan
kelompok mendapatkan pendampingan dari Bapak Triyana sebagai ketua. Kelompok
pihak terkait. Kelompok pertama adalah ini beranggotakan 50 orang. Pada tahun
penyedia kuliner. Penyedia kuliner di Desa 2014 Desa Nglanggeran resmi menjadi
Wisata Nglanggeran dikelola oleh PKK yang Sentra Usaha TKI Purna karena menurut
tergabung dalam kelompok Purba Rasa. kajian dari Badan Nasional Penempatan
Adapun ketua kelompok penyedia kuliner dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
adalah Ibu Surini dengan anggota berjumlah melalui Balai Pelayanan Penempatan
55 orang. Banyak kegiatan pelatihan dan dan Perlindungan TKI Yogyakarta, para
pendampingan untuk peningkatan kapasitas TKI Purna di desa ini sangat potensial
SDM kelompok kuliner ini. Standar dan kreatif dalam berwirausaha dengan
pelayanan pun disepakati masing-masing mendayagunakan potensi daerahnya.
kelompok sehingga sistem kontrol dilakukan Bentuk konkrit pemberdayaan dilakukan
oleh anggota sendiri dan juga dari Pokdarwis melalui program edukasi keuangan dan
Nglanggeran. edukasi kewirausahaan bagi para TKI
Kedua adalah kelompok home stay Purba Purna dan keluarganya. Dengan kegiatan
Wisma yang menjadi tempat menginap bagi itu diharapkan semakin banyak daerah
wisatawan di Desa Wisata Nglanggeran. lain yang terinspirasi dan termotivasi
Saat ini terdapat 80 home stay dengan untuk mengembangkan ekonomi produktif
berbagai kondisi yang menjadi keunikan sebagai sumber penghasilan berkelanjutan
dan keberagaman masyarakat. Penyesuaian di daerah asal.
pemilik home stay dan tamu yang akan Tahun 2017, Pokdarwis bekerja
menginap merupakan tugas dari Pokdarwis sama dengan Tim Putri Kedaton
untuk mengaturnya. Interaksi antara pimpinan Lastiyani Warih Wulandari
wisatawan dengan pemilik home stay adalah menyelenggarakan pelatihan terapis spa
syarat wajib setelah kebersihan rumah dan profesional untuk mendukung kegiatan spa
MCK yang dimiliki. di Desa Wisata Nglanggeran. Sebanyak
Ketiga adalah Kelompok Tani Kumpul 20 perempuan dari kelompok Purba Ayu
Makaryo yang diketuai oleh Bapak Hadi Spa dilatih oleh Tim Putri Kedaton. Para
Purnomo. Kelompok tani tersebar di lima perempuan yang akan menjadi terapis ini
dusun di Desa Nglanggeran. Saat ini dibekali metode pijat yang benar mulai dari
sebanyak 100 anggota aktif melakukan foot massage, hand massage, hingga back
kegiatan pertanian yang mendukung desa massage. Tidak hanya itu, kelompok ini
wisata. Keempat, kelompok pengrajin yang juga mendapat materi pembuatan produk
terdiri dari tiga kelompok pengrajin. Adapun lulur dan masker spa serta mempelajari
kelompok ini ada di Dusun Nglanggeran penyiapan makanan dan minuman spa.
Kulon, Nglanggeran Wetan, dan Gunungbatak. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)