36 106 1 PB PDF
36 106 1 PB PDF
36 106 1 PB PDF
2
Ka.Umum aptiRMIK-Dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, 3Dosen pada
Program Studi D3 Perekam dan Informasi Kesehatan STIKES Husada Borneo Banjarbaru
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Backgrounds: External cause code is a secondary code is used to encode diagnose the cause of the occurrence
are the absence of procedures for external cause coding, the lack on media used, unsuitable human resources
that needed, unreadable, incomplete, and unsuitable diagnosis with the rules, and the absence diagnosis
coding audit.
Kata kunci: External Cause Coding, Injury, Medical Record Inpatient, Orthopedic
45 45
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.2, No.1, Maret 2014
46
Rina, dkk. Review For External Cause Coding of Injury Case on Medical Record Inpatient
4. Memar adalah pendarahan di dalam tubuh, di memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau
kulit terlihat warna kebiruan. tindakan, dan penggunaan fasilitas pemrosesan
5. Luka batin. dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu
organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten
Rekam Medis standar, dan sistematis (Tambunan, 2008).
Rekam medis adalah himpunan fakta-fakta penting Bowman (2001) menyebutkan, seperti kebijakan dan
tentang riwayat dan kesehatan pasien. Termasuk prosedur organisasi lainnya, kebijakan dan prosedur
data riwayat penyakit terdahulu dan sekarang serta pengkodean dibutuhkan untuk meningkatkan
pengobatan yang ditulis oleh tenaga kesehatan yang konsistensi. Kebijakan dan prosedur pengkodean
memberikan perawatan kepada pasien (WHO, 2006). harus mencakup hal-hal berikut:
Adapun kegunaan rekam medis menurut Huffman 1) Arah untuk mengkaji catatan.
(1994), yaitu: 2) Petunjuk cara mengatasi dokumentasi yang
1) Patient care management: tidak lengkap atau bertentangan.
a. Mencatat keadaan penyakit dan pengobatan 3) Instruksi untuk berkomunikasi dengan dokter
pada suatu jangka waktu tertentu.
b. Komunikasi antara dokter dan pemberi kesehatan.
pelayanan kesehatan lain. 4) Petunjuk tentang tindakan yang akan diambil
c. Memberi informasi kepada pemberi ketika kode yang sesuai tidak dapat ditemukan.
pelayanan kesehatan berikutnya. 5) Penggunaan kode tidak diperlukan untuk
2) Quality review, untuk mengevaluasi pelayanan penggantian biaya (kode opsional).
yang tepat dan akurat. 6) Definisi standarisasi atau rangkaian kode
3) Financial reimbursement, untuk menagih biaya (misalnya, persyaratan HIPAA).
pelayanan kesehatan pasien atau institusi. 7) Gunakan bahan referensi dan buku dan instruksi
4) Legal affairs, memberikan data untuk untuk memperbarui.
melindungi kepentingan pasien, dokter, dan 8) Masukkan data secara komputerisasi atau
institusi pelayanan kesehatan. proses lainnya.
5) Education, memberikan studi kasus yang actual
untuk pendidikan profesi kesehatan. Sumber Daya Manusia
6) Research, untuk memberikan data dalam Menurut Ilyas (2004), salah satu indikator
mengembangkan pengetahuan medis.
adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas
yang ada, dapat dijadikan dasar bagi peningkatan yang tinggi, profesional sesuai dengan fungsi dan
kesehatan nasional atau dunia. tugas setiap personil.
data-data penting untuk menyeleksi dan mem- Petugas haruslah orang yang mengerti tentang
promosikan pelayanan dan fasilitas yang ada. isi rekam medis. Apabila orang yang telah
berpengalaman di bidang rekam medis dan jika
Bedah Ortopedi perlu mereka harus mendapat pelatihan mengenai
anatomi dan fisiologi, istilah medis, proses
Bedah ortopedi merupakan cabang ilmu kedokteran terjadinya penyakit dan isi rekam medis sebelum
yang mempelajari dan memberikan intervensi pada menjadi petugas koding. Karena kemampuan dan
penderita dengan kondisi cedera akut dan kronis pengetahuan petugas koding ( clinical coder),
akibat suatu trauma serta gangguan lain pada sistem mempengaruhi kualitas koding (Bowman, 1996).
muskuloskeletal seperti infeksi dan peradangan
lokal, neoplasma, degeneratif, gangguan metabolik,
serta gangguan kongenital; dengan melakukan METODE PENELITIAN
intervensi secara bedah atau nonbedah (Helmi,
2012). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus (case study) yang dilakukan
Standar Prosedur Operasional adalah pedoman yang dengan cara meneliti suatu kasus yang terdiri
berisi prosedur-prosedur operasional standar yang atas objek tunggal. Variabel penelitian ini adalah
ada dalam suatu organisasi yang digunakan untuk external cause
47
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.2, No.1, Maret 2014
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari 92 sampel
medis rawat inap spesialis bedah ortopedi dengan rekam medis rawat inap spesialis bedah ortopedi
kasus cedera di RSKB Banjarmasin Siaga dari dengan kasus cedera, diagnosa penyebab luar yang
bulan Januari-April tahun 2013 sebanyak 92 sudah ditulis lengkap oleh dokter sebesar 82%
rekam medis. Sampel dalam penelitian diambil sedangkan 18% masih tidak dituliskan diagnosa
dengan menggunakan teknik sampling jenuh, di penyebab luarnya. Namun dari 82% rekam medis
mana seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. dengan diagnosa penyebab luar cedera masih
Instrumen penelitian terdiri dari check list, pedoman
wawancara dan pedoman observasi. pada kasus kecelakaan yang tidak dituliskan bahwa
pasien adalah pengemudi atau penumpang, serta
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian tempat dan aktivitas terjadinya cedera.
ini adalah analisa univariat yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan setiap variabel Diagnosa penyebab luar cedera pada rekam medis
external cause. rawat inap spesialis bedah ortopedi di RSKB
Banjarmasin Siaga dapat dilihat pada formulir rekam
medis UGD, surat rujukan dari Puskesmas atau
HASIL rumah sakit yang merujuk (jika ada), serta catatan
keperawatan yang ada di dalam rekam medis rawat
RSKB Banjarmasin Siaga sudah memilik Standar inap tersebut.
Prosedur Operasional (SPO) untuk kodefikasi
penyakit yang lebih dikenal dengan Standar Di RSKB Banjarmasin Siaga masih belum
Operasional Prosedur Pengkodean & Pengindeksan external cause. Hal ini
Penyakit. SPO tersebut dibuat oleh Tim Progja dapat dilihat dari 75 sampel rekam medis rawat
RSKB Banjarmasin Siaga dan telah disahkan oleh inap spesialis bedah ortopedi dengan kasus cedera
Direktur RSKB Banjarmasin Siaga sejak tanggal 28 yang memiliki diagnosa penyebab luar 100% tidak
April 2008. Namun dalam prosedur tersebut masih dikode. Namun peneliti telah melakukan pengolahan
external cause. data pada 75 sampel tersebut dan menemukan bahwa
persentase cedera yang paling tinggi dikarenakan
Adapun uraian Prosedur Pengkodean dan kecelakaan angkutan darat (V01-V89) sebesar
Pengindeksan Penyakit di RSKB Banjarmasin Siaga 43% sedangkan yang paling rendah dikarenakan
sebagai berikut: sebab luar lainnya, seperti terpotong pisau, diserang
1. Pengkodean berpedoman pada buku ICD DTD. orang lain, dan sebagainya, sebesar 14%. Selain itu
2. Diagnosa penyakit ditulis oleh dokter. penyebab cedera lainnya dikarenakan kecelakaan
3. Pencatatan kode penyakit pada RM. angkutan lain seperti kecelakaan angkutan darat
Berdasarkan hasil analisis pada 92 sampel rekam yang tidak diketahui jenisnya (V98-V99) sebesar
medis rawat inap spesialis bedah ortopedi di RSKB 17% dan jatuh (W00-W19) sebesar 15%. Rincian
Banjarmasin Siaga periode Januari-April 2013 data penyebab luar kasus cedera dapat dilihat pada
diketahui masih terdapat rekam medis dengan kasus tabel 2.
cedera yang tidak dituliskan diagnosa penyebab Tabel 2. Penyebab Luar Kasus Cedera pada
luarnya oleh dokter. Persentase kelengkapannya Spesialis Bedah Ortopedi di RSKB
dapat dilihat pada tabel 1. Banjarmasin Siaga Periode Januari-
Tabel 1. Persentase Kelengkapan Penulisan April 2013
Diagnosa External Cause untuk Kasus No. Daftar Golongan
Cedera pada Rekam Medis Rawat Inap No Jumlah %
Terperinci Sebab Sakit
Spesialis Bedah Ortopedi di RSKB
Banjarmasin Siaga Periode Januari- 1 V01-V89 Kecelakaan 32 43%
April 2013 angkutan
darat
Diagnosa External Cause Jumlah Persentase
2 V98-V99 Kecelakaan 17 23%
Lengkap 75 82%
angkutan lain
Tidak Lengkap 17 18%
Total 92 100% 3 W00-W19 Jatuh 15 20%
48
Rina, dkk. Review For External Cause Coding of Injury Case on Medical Record Inpatient
49
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.2, No.1, Maret 2014
Tabulasi Dasar). Berdasarkan hasil cause pada rekam medis. Jika dari hasil analisis
penelitan diketahui bahwa pengkodean kelengkapan rekam medis ditemukan diagnosa
berpedoman pada ICD-10. yang tidak diisi oleh dokter, maka petugas
c. SPO tersebut menggabungkan antara rekam medis akan mengembalikannya kepada
pengkodean dan pengindeksan tetapi di dokter yang bersangkutan. Namun jika koder
dalam SPO tersebut tidak ada prosedur menemukan diagnosa dengan kasus cedera
mengenai pengindeksan. yang tidak dituliskan diagnosa penyebab
Keuntungan yang didapat jika melaksanakan luarnya, maka koder tidak mengkonfirmasi
kegiatan operasional menggunakan SPO kepada dokter yang bersangkutan dan langsung
antara lain: dilakukan pengkodean. Hal ini masih belum
1. SPO yang baik akan menjadi pedo- sesuai dengan standar dan etik pengkodean
man bagi pelaksana, menjadi alat AHIMA yang menyebutkan bahwa pengkode
komunikasi dan pengawasan, serta profesional harus berkonsultasi dengan dokter
menjadikan pekerjaan diselesaikan
secara konsisten. data diagnosis dan tindakan serta pengkode
2. Para pegawai akan lebih memiliki profesional harus anggota dari tim kesehatan,
percaya diri dalam bekerja dan tahu harus membantu dan menyosialisasikan kepada
apa yang harus dicapai dalam setiap dokter dan tenaga kesehatan lain.
pekerjaan.
C. Penyebab Luar Kasus Cedera Berdasarkan
3. SPO juga bisa dipergunakan sebagai Kode External Cause pada Spesialis Bedah
salah satu alat training dan bisa Ortopedi di RSKB Banjarmasin Siaga
digunakan untuk mengukur kinerja
pegawai. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa penyebab
SPO Pengkodean dan Pengindeksan di cedera tertinggi dikarenakan kecelakaan
RSKB Banjarmasin Siaga masih belum angkutan darat (V01-V89) sebesar 43%.
efektif karena adanya variasi dalam pelaksa- Hal ini sesuai dengan data dari WHO tahun
naannya. Oleh karena itu SPO tersebut perlu 2006 bahwa cedera menjadi masalah utama
dilakukan revisi agar dapat mewujudkan visi kesehatan masyarakat di seluruh negara dan
dan misi RSKB Banjarmasin Siaga. kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
terbanyak terjadinya cedera.
B. Kelengkapan Penulisan Diagnosa External
Pengelompokan penyajian data morbiditas
Cause pada Rekam Medis Rawat Inap Spe-
dan mortalitas berdasarkan penomoran tiga
sialis Bedah Ortopedi di RSKB Banjarmasin
karakter, tersedia dalam empat format daftar
Siaga
tabulasi khusus yang tertera di dalam ICD-
Untuk pengkodean yang akurat diperlukan 10 Volume 1. Pengelompokan kode external
rekam medis pasien yang lengkap. Pengkode cause untuk kasus cedera yang dilakukan oleh
harus melakukan analisis kualitatif terhadap peneliti berdasarkan Permenkes No. 1171 tahun
isi rekam medis tersebut untuk menemukan 2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit
dignosis, kondisi terapi, dan pelayanan yang pada formulir RL4a (Formulir Data Keadaan
diterima pasien. Rekam medis harus memuat Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit
dokumen yang akan dikode, seperti pada RM Penyebab Kecelakaan) dan RL4b (Formulir
1, lembaran operasi dan laporan tindakan, Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan
laporan patologi dan resume pasien keluar. Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan).
Pengkode membantu meneliti dokumen untuk
Di RSKB Banjarmasin Siaga sudah
baru ditetapkan kode dari diagnosis dan melaksanakan sistem pelaporan terbaru
tindakan tersebut (Hatta, 2011). sesuai dengan Permenkes No. 1171 tahun
2011 sejak bulan Juli tahun 2013. Namun
Hal yang menyebabkan dokter di RSKB dalam pengisian formulir RL4a hanya diisi
Banjarmasin Siaga, khususnya dokter spesialis pada bagian Data Keadaan Morbiditas Pasien
bedah ortopedi, tidak menuliskan diagnosa Rawat Inap Rumah Sakit dan formulir RL4b
penyebab luar cedera dikarenakan kurangnya pada bagian Data Keadaan Morbiditas Pasien
informasi dan sosialisasi sehingga terkadang Rawat Jalan Rumah Sakit, sedangkan pada
dokter malas menuliskan diagnosa external bagian Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat
50
Rina, dkk. Review For External Cause Coding of Injury Case on Medical Record Inpatient
Inap Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan dan pengetahuan koder. Oleh karena itu, perlunya
Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan penambahan sarana yang membantu dalam
Rumah Sakit Penyebab Kecelakaan tidak diisi -
external kan menjadi lebih baik.
cause. Laporan RL4a dan RL4b dilaporkan oleh 3) Sumber Daya Manusia (SDM)
RSKB Banjarmasin Siaga setiap tahun ke Dinas Menurut Ilyas (2004), salah satu indikator
Kesehatan Banjarmasin. keberhasilan rumah sakit yang efektif dan
51
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.2, No.1, Maret 2014
52
Rina, dkk. Review For External Cause Coding of Injury Case on Medical Record Inpatient
Helmi, Zairin N. (2012) Buku Saku Kedaruratan di Oktaviana, Firma. (2008) Pola Cedera Kecelakaan
Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta: Salemba pada Kendaraan Bermotor Roda Dua
Medika. Berdasarkan Data RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta Tahun 2003-
Huffman, E. K. (1994) Health Information 2007. Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat
Management. Berwyn, Illinois: Physicians’ Universitas Indonesia.
Record Company.
Pahlevi, Wildan. (2009) Analisis Pelayanan Pasien
IFHIMA. (2012) IFHIMA’s Education Modules Rawat Inap di Unit Administrasi RSUD Budhi
[Internet]. Available from: www.ifhima.org Asih Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi, Ilmu
[Accessed 24 Agustus 2012]. Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
KPRI RSUD Dr. Soetomo. (1998) Kalsifikasi Presiden Republik Indonesia. (2009) Undang-
Statistik Internasional tentang Penyakit dan Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
Masalah Kesehatan (ICD-10). Surabaya: 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Indonesia.
RSUD Dr. Soetomo.
Skurka, M. F. Ed. (2003) Health Information
Menkes Republik Indonesia. (1998) Keputusan Management in Hospital: Principles and
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Organization for Health Record Service Fifth
Nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tentang Edition. San Fransisco: Jossey-Bay.
P e m b e r l a k u a n K la si f ik a si S ta ti s ti k
Internasional Mengenai Penyakit Revisi Sugiyanto, Zaenal. (2006) Analisis Perilaku Dokter
Kesepuluh. Jakarta: Depkes. dalam Mengisi Kelengkapan Data Rekam
Medis Lembar Resume Rawat Inap di RS
Menkes Republik Indonesia. (2007) Keputusan Ungaran Tahun 2005. Tesis, Ilmu Kesehatan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah
Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Sakit Universitas Diponegoro.
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Jakarta: Depkes. WHO. (2004)
of Diseases and Related Health Problems of
Menkes Republik Indonesia. (2008) Peraturan Tenth Revision (ICD-10) Vol. 2 Instruction
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Manual. Geneva: WHO.
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis. Jakarta: Depkes. WHO Library Cataloguing in Publication Data.
(2006) Medical Records Manual: A Guide for
Menkes Republik Indonesia. (2011) Peraturan Developing Countries, Revised and Update.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia WHO Regional Office for the Western
Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes.
53