Scabies: Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya: September 2013
Scabies: Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya: September 2013
Scabies: Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya: September 2013
net/publication/309724092
CITATION READS
1 19,690
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Tias Pramesti Griana on 07 August 2018.
Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: [email protected]
ABSTRACT
Gudik or kudis is a kind of skin disease that could be found in people who living in crowded
neighborhood, for examples slums area, Islamic boarding school, prison, military camp
and hospital. Gudik could be infect all age, race, and social economic level. Many people
do not know that the cause of gudik is mite which named Sarcoptes scabiei. According to
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, scabies ranked third of the twelve of skin
disease that most often arises. Until now, scabies is still neglected, and it becomes to be
public health problems worldwide. As the transmission process is fast, misunderstanding of
society about this disease makes difficult to eradicate scabies. Sarcoptes scabiei lives in
stratum corneum of skin and eat cell fluids. Female mite digs tunnels under skin surfaces
and lays its eggs. This mite activities cause rash on the skin and itch at night. Transmission
of scabies can through direct or indirect contact with the patient. Drug of choice for
scabies is still debatable. Although the results of therapy are effective, sulfur 5%-10%,
benzyl benzoate, crotamiton 10%, permethrin 5% and ivermectin give bad side effect for
patient. In vitro study showed the effectivity of tea tree 5% (Melaleuca alternifolia), paste
of neem leaves (Azadirachta indica) and turmeric (Curcuma longa), and anise (Pimpinella
anisum) as scabicide. Prevention of scabies transmisstion is carried out by hygiene and
treatment for all people who have direct contact with the patient.
37
Tias Pramesti Griana
urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. mempublikasikan sebuah acuan untuk
Pada tahun 1997, pernah terjadi Kejadian Luar mengenali parasit penyebab scabies (Arlian,
Biasa (KLB) scabies di Desa Sudimoro, 1989; Burgess, 1994).
Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, dimana Celsus, tabib dari zaman Romawi
sebanyak 915 dari 1008 (90,8%) orang kuno, merupakan orang yang pertama kali
terserang scabies. Perbandingan penderita laki- mempopulerkan sebutan “scabies” untuk
laki dan perempuan adalah 83,7% : 18,3% penyakit tersebut. Kata scabies sendiri berasal
(Poeranto, et al, 1997). dari bahasa Latin, yaitu scabere yang berarti
Sampai saat ini scabies masih menggaruk (Roncalli, 1987; Celsus, 2014).
terabaikan sehingga menjadi masalah Sedangkan nama Sarcoptes scabiei berasal dari
kesehatan yang umum di seluruh dunia bahasa Yunani yaitu sarx (daging) dan koptein
(Heukelbach dan Feldmeier, 2006). Cepatnya (menancap/memotong). Secara harfiah skabies
proses penularan dan ketidakpahaman berarti gatal pada kulit sehingga muncul
masyarakat akan penyakit ini menimbulkan aktivitas menggaruk kulit yang gatal tersebut.
sulitnya pemberantasan scabies. Penulisan Saat ini istilah scabies berarti lesi kulit yang
review jurnal ini bertujuan untuk memberikan muncul oleh aktivitas tungau. Penambahan
pemahaman bagi pembaca tentang penyebab, kata varian hominis menunjukkan merupakan
cara penularan, penanganan penyakit, dan spesies yang biasa menginfeksi manusia (Hee,
pencegahannya. 2005).
SEJARAH KLASIFIKASI
Scabies telah dikenal oleh manusia Spesies Sarcoptes scabiei (var.
sejak lama. Bukti arkeologi dan gambar hominis) diklasifikasikan ke dalam filum
hieroglif dari zaman Mesir kuno menunjukkan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas
bahwa scabies telah menyebabkan iritasi bagi Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo
manusia sejak 2.500 tahun yang lalu. Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Beberapa
Sedangkan pada abad pertengahan di Eropa famili tungau yang bersifat obligat parasit pada
(Yunani dan Romawi), penyakit ini dikenal kulit antara lain Sarcoptidae (menginfeksi
sebagai gatal-gatal yang biasa terjadi pada mamalia), Knemidokoptidae (menginfeksi
orang yang tinggal di lingkungan kumuh dan burung/unggas), dan Teinocoptidae
sosial ekonomi rendah (Arlian, 1989; Burgess, (menginfeksi kelelawar). Famili Sarcoptidae
1994). yang mampu menular ke manusia, yaitu
Aristoteles (384-322 SM) dipercaya Sarcoptes scabiei, Notoeders cati (host asalnya
sebagai orang pertama yang mengidentifikasi adalah kucing), dan Trixacarus caviae (host
tungau penyebab scabies dengan asalnya adalah marmut) (McCarthy, et al,
menggambarkannya sebagai “kutu di dalam 2004).
daging” dan menyebutnya dengan istilah
“akari”. Scabies juga telah disebutkan oleh MORFOLOGI
berbagai penulis, termasuk seorang tabib yang Hanya ada satu spesies di dalam genus
berasal dari Arab, Abu Al Hasan Ahmad Al Sarcoptidae dan adanya beberapa varian di
Tabari (±970 M), pendeta yang bernama dalam spesies akibat terjadinya interbreeding
Hildegard (1098-1179 M), dan tabib dari yang terus menerus antara populasi tungau
bangsa Moor, Avenzoar (1091-1162 M) yang menginfestasi manusia dan hewan.
(Ramos-e-Silva, 1998). Pada tahun 1678, Spesies tungau Sarcoptes scabiei pada tiap
Bonomo dan Cestoni menggambarkan secara jenis varian hanya berbeda dalam hal ukuran
akurat penyebab scabies di dalam sebuah surat sedangkan morfologinya sulit untuk dibedakan
yang ditujukan untuk Francesco Redi. Mereka (Wardhana, et al, 2006). Menurut Bandi dan
menceritakan sifat alami parasit, cara Saikumar (2012) terdapat 15 varietas atau
penularan, kemungkinan penyembuhan strain tungau yang telah diidentifikasi dan
penyakit tersebut, dan gambaran mikroskopik dideskripsikan secara morfologi tidak berbe da
bentuk telur dan kutu dewasa Sarcoptes tetapi secara fisiologi dan genetik berbeda.
scabiei. Hasil karya Bonomo dan Cestoni ini Tungau Sarcoptes scabiei berwarna
diakui sebagai deskripsi akurat parasit putih krem dan tubuhnya simetris bilateral
penyebab penyakit infeksi yang pertama. berbentuk oval yang cembung pada bagian
Selanjutnya pada tahun 1868, Hebra dorsal dan pipih pada bagian ventral. Warna
38
Scabies (37-46) El-Hayah Vol. 4, No.1 September 2013
tungau jantan lebih gelap daripada betina. Wardhana, et al, 2006; Walton dan Currie,
Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi 2007).
dengan kutikula serta banyak dijumpai garis- Larva Sarcoptes scabiei memiliki 6
garis paralel yang berjalan transversal kaki sedangkan nimfa dan dewasa memiliki
(Wardhana, et al, 2006). Tungau dewasa delapan kaki. Perbedaan nimfa dan tungau
mempunyai empat pasang tungkai berwarna dewasa adalah ukuran nimfa yang lebih kecil.
coklat yang mengeras dan terletak pada Ujung sepasang kaki pertama dan kedua pada
thoraks. Thoraks dan abdomen menyatu jantan dewasa didapatkan alat penghisap
membentuk idiosoma, segmen abdomen tidak (pulvilli) sedangkan pada betina didapatkan
ada atau tidak jelas. (Sterling, et al, 1992; setae yang panjang. Baik jantan maupun betina
Walton dan Currie, 2007) Terdapat enam atau memiliki berbentuk seperti cakar yang berguna
tujuh tonjolan seperti sepasang tulang belakang untuk mencengkeram kulit inang yang
pada permukaan dorsal tubuh dan dipenuhi ditinggalinya (Arlian, 1989; Sterling, et al,
setae. Kepalanya terdapat mulut yang khas 1992; Walton dan Currie, 2007; CDC, 2010).
disebut capitulum, dan dibagian abdomen Sarcoptes scabiei memiliki sifat ectothermic,
terdapat anus. Spesies tungau ini tidak yaitu suhu tubuhnya dapat berubah-ubah
memiliki mata (Arlian, 1989). mengikuti suhu lingkungan tempat tinggalnya
Sarcoptes scabiei betina dewasa (Ihrig, 2013).
berukuran panjang sekitar 0.3 – 0.5mm dan Telur Sarcoptes scabiei berbentuk oval
lebar sekitar 0,3mm, sedangkan yang jantan berukuran panjang 0.1 – 0.15mm. Sekitar 10 -
berukuran panjang sekitar 0.25mm dan lebar 25 buah telur diletakkan memanjang
0,2mm. Ukuran tungau betina pada karnivora membentuk garis horizontal sesuai jalur
lebih kecil (0.32 - 0.39 x 0.25 - 0.3 mm) terowongan yang digali oleh tungau betina.
daripada tungau pada manusia (var. hominis) Dari sekian banyak telur yang dihasilkan
(0.39 - 0.5 x 0.29 - 0.42 mm) (Arlian, 1989; tungau betina, tidak lebih dari 10% yang akan
Sterling et al, 1992; McCarthy, et al, 2004; menetas menjadi tungau dewasa (Arlian, 1989;
CDC, 2010).
Gambar 1. A.Tungau Sarcoptes scabiei (var. hominis) betina dengan perbesaran 400x. (Walton & Currie,
2007). B. Telur, nimfa* Sarcoptes scabiei (var. hominis) dan skibala (butiran feses) pada kerokan
kulit yang ditetesi NaOH 10% (Hengge, et al, 2006). C. Histologi kulit : tampak infestasi sarcoptes
scabiei pada stratum korneum (MDCH, 2005)
39
Tias Pramesti Griana
telur setiap harinya selama 6 hari berturut- 40% - 80%. Pada suhu yang lebih rendah (10-
turut, sehingga menyebabkan timbulnya 15°C) dengan kelembaban yang lebih tinggi
papule pada kulit. Telur akan menetas setelah Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup lebih
2 - 3 hari (Arlian, 1989; CDC, 2010). lama (Arlian, 1989). Meskipun tidak memiliki
Perkembangan instar meliputi telur, mata, Sarcoptes scabiei menggunakan
larva, protonimfa, dan tritonimfa. Setelah rangsangan bau dan suhu untuk mengenali
menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit tubuh inang (Walton dan Currie, 2007).
dan menggali area stratum korneum yang Penularan scabies mudah terjadi saat
masih utuh menghasilkan terowongan pendek orang sehat kontak langsung dengan penderita
yang hampir tidak terlihat yang disebut sebagai dalam jangka waktu yang lama, sehingga
moulting pounch (kantung untuk berganti sering terjadi penularan secara cepat dalam
kulit). Setelah berumur 3-4 hari, larva sebuah keluarga maupun dalam sebuah
Sarcoptes scabiei, yang berkaki 3 pasang akan komunitas yang tinggal di lingkungan padat
berganti kulit, menghasilkan protonimfa penghuninya. Penularan juga dimungkinkan
berkaki 4 pasang. Kemudian protonimfa akan melalui hubungan seksual, karena adanya
berganti kulit lagi menjadi tritonimfa sebelum kontak kulit secara langsung dari penderita ke
benar-benar menjadi tungau dewasa. Larva dan orang sehat lainnya (Hengge, et al, 2006).
nimfa biasanya dapat ditemukan di dalam Dari penelitian yang dilakukan oleh
moulting pounch atau pada folikel rambut. Mellanby (1941) pada 272 relawan yang
Tritonimfa akan menjadi dewasa dan berubah memakai pakaian penderita scabies selama 7
spesifik menjadi jantan atau betina dalam hari dan hanya ditemukan 4 relawan positif
waktu 3-6 hari. Setelah dewasa, tungau akan tertular scabies. Keempat relawan tertular dari
segera keluar dari moulting pounch ke pederita scabies berat yang telah terinfeksi
permukaan kulit untuk mencari area stratum ribuan tungau (hiperinfestasi) seperti pada
korneum yang masih utuh dan membuat Norwegian scabies. Meskipun Mellanby
terowongan kembali (Arlian, 1989; Wardhana, berpendapat bahwa penularan melalui pakaian,
et al, 2006; CDC, 2010; Ogg, 2014). haduk ataupun kasur yang telah digunakan
Tungau jantan dewasa jarang penderita scabies sangat kecil peluangnya,
ditemukan di permukaan kulit, karena mereka tetapi untuk jenis penyakit scabies dengan
berada di dalam lubang sempit dan makan hiperinfestasi akan mudah terjadi (Oakley,
sampai mereka siap untuk kawin. Setelah siap 2009).
kawin, tungau jantan dewasa akan mencari Penelitian lain menyebutkan bahwa
tungau betina dewasa yang berada di dalam varian jenis tungau scabies pada manusia
moulting pounch. Perkawinan terjadi ketika mampu bertahan hidup selama tiga hari di luar
tungau jantan dewasa melakukan penetrasi ke inang dan mampu menginfestasi para pekerja
dalam moulting pounch berisi tungau betina laundry, sedangkan varian jenis tungau scabies
dewasa fertil. Perkawinan hanya terjadi sekali. pada hewan terbukti mampu menginfestasi
Meskipun masih diperdebatkan, tetapi diyakini manusia namun diduga tidak mampu
bahwa tungau jantan akan mati setelah menyelesaikan siklus hidupnya (Wardhana, et
melakukan perkawinan (Arlian, 1989; CDC, al, 2006). Penularan scabies hanya terjadi jika
2010; Ogg, 2014). tungau yang ditransfer dari penderita ke orang
Tungau betina yang mengandung telur sehat adalah Sarcoptes scabiei betina yang
akan meninggalkan moulting pounch dan mengandung telur fertil (CDC, 2010). Satu
berada di permukaan kulit sampai menemukan bulan setelah infestasi, jumlah tungau di dalam
tempat yang cocok untuk menggali lapisan kulit mengalami peningkatan.
terowongan permanen untuk meletakkan telur- Sebanyak 25 ekor tungau betina dewasa
telurnya. Setelah bertelur, tungau betina ditemukan pada lima puluh hari setelah
dewasa akan hidup sampai 1-2 bulan sebelum infestasi dan menjadi lima ratus ekor setelah
kemudian mati (CDC, 2010). seratus hari kemudian (McCarthy, et al, 2004).
40
Scabies (37-46) El-Hayah Vol. 4, No.1 September 2013
dada, periareolar (khusus pada wanita), lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi
punggung, pinggang, pusar, bokong, tungau ini (McCarthy, et al, 2004; Engelman,
selangkangan, sekitar alat kelamin, dan penis et al, 2013).
(khusus pada pria). Pada bayi dan anak-anak Gejala gatal (pruritus) akan timbul
dapat juga ditemukan ruam pada kulit kepala, lebih dari 3 minggu setelah infestasi tungau ke
wajah, leher telapak tangan, dan kaki (Arlian, dalam kulit. Rasa gatal terjadi menyeluruh baik
1989; McCarthy, et al, 2004; CDC, 2010). pada kulit tempat infestasi tungau maupun
tidak. Keparahan gejala gatal-gatal dan ruam
yang timbul tidak berhubungan dengan jumlah
tungau yang menginfestasi kulit. Hal ini
diduga akibat sensitifitas kulit terhadap tubuh
tungau dan hasil ekskresi dan sekresi tungau
(saliva, telur dan skibala). Sarcoptes scabiei
mampu memproduksi substansi proteolitik
(sekresi saliva) yang berperan dalam
pembuatan terowongan, aktivitas makan, dan
melekatkan telurnya pada terowongan tersebut.
Reaksi hipersensitifitas tipe IV dapat
menimbulkan nodul (bentuk papule dengan
ukuran yang lebih besar) dan bulla (bentuk
vesicle dengan ukuran yang lebih besar) pada
area di mana tidak ditemukan tungau pada
Gambar 2. Predileksi (area) infestasi tungau kulit (McCarthy, et al, 2004; Engelman, et al,
Sarcoptes scabiei pada tubuh
2013). Nodul biasanya ditemukan di daerah
manusia (area pada gambar yang
berwarna merah muda) (CDC, 2010)
selangkangan, bokong, dan pusar (Walton dan
Currie, 2007).
Pada beberapa kasus, ruam, dan rasa
gatal pada penderita scabies dapat menetap
Sarcoptes scabiei memerlukan waktu sampai beberapa minggu setelah pengobatan.
kurang dari tiga puluh menit untuk masuk ke Hal ini dimungkinkan karena tubuh tungau
dalam lapisan kulit. Gejala klinis akibat yang mati masih berada di bawah permukaan
infestasi tungau Sarcoptes scabiei adalah kulit. Nodul pada kulit juga dapat menetap
timbulnya ruam pada kulit dan rasa gatal sampai beberapa bulan setelah pengobatan
(pruritus) terutama pada malam hari (Walton dan Currie, 2007). Akibat terbukanya
(McCarthy, et al, 2004). Ruam pada kulit lapisan stratum korneum menyebabkan bakteri
berawal dengan terjadinya papulae eritrema mudah menginfeksi kulit. Keadaan ini disebut
(penonjolan kulit tanpa berisi cairan, berbentuk scabies dengan infeksi sekunder. Bakteri yang
bulat, berbatas tegas, berwarna merah, ukuran biasanya menyebabkan infeksi sekunder
<1 cm) yang terus berkembang menjadi vesicle adalah Streptococcus pyogenes dan
atau pustule (penonjolan kulit berisi cairan Staphylococcus aureus (Engelman, et al.,
atau nanah). Adanya terowongan di bawah 2013).
41
Tias Pramesti Griana
Gambar 3. A. Scabies dengan infeksi sekunder. Tampak papule dan pustule (Walton & Currie, 2007). B.
Tampak terowongan pada kulit (tanda panah) (Oakley, Scabies, 2013)
42
Scabies (37-46) El-Hayah Vol. 4, No.1 September 2013
sintetik pyrethoid turunan dari indica) dan kunyit (Curcuma longa) (Biswas,
chrysanthemums yang mudah ditoleransi dan et al,2002; Hashmat, et al, 2012), dan adas
toksisitasnya rendah, sedikit diabsorbsi oleh manis atau anis (Pimpinella anisum) (Duke,
kulit dan yang terabsorbsi langsung 2000; Rayburn, 2007) memiliki efek sebagai
dimetabolisme oleh tubuh. Aplikasi topikal skabisida.
lebih baik efeknya dibanding dengan oral. Dari Hasil penelitian menunjukkan dari segi
program pemberantasan scabies secara masal kesembuhan klinis, krim permetrin 5% lebih
pada suku Aborigin di Australia utara, efektif dibandingkan krim ekstrak biji mimba
menunjukkan bahwa permethrin dapat 10%. Sedangkan dari segi hasil dermoskopis
menyembuhkan 90% penderita (Walton, et al, antara krim permetrin dan mimba tidak
2000). Pengobatan scabies selama 2 minggu menunjukkan perbedaan bermakna (Zainal, et
dengan pemberian aplikasi ganda dari al, 2013). Meskipun disimpulkan bahwa krim
permethrin 2.5% cream sama efektifnya ekstrak biji mimba 10% tidak lebih efektif jika
dengan pemberian aplikasi tunggal Tenutex dibandingkan krim permetrin 5%, pada
emulsion. Setelah pengobatan diulang selama 4 penelitian yang dilakukan oleh Charles dan
minggu, tampak permethrin 2.5% Charles (1992), menunjukkan bahwa
menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada penggunaan kombinasi daun mimba dan kunyit
Tenutex emultion (Goldusta, et al, 2013). yang dibuat menjadi pasta dapat
Pemberian secara tunggal pada malam hari menyembuhkan scabies pada 814 penderita.
hampir sama efektifnya dengan Lindane Sebesar 97% dari kasus scabies dapat
(Walker dan Johnstone, 2000). disembuhkan dalam 3-15 hari pengobatan.
Ivermectin adalah antibiotik lakton
makrosiklik dari kelompok avermectin, yang PENCEGAHAN
berasal dari Actinomicetes yang hidup di tanah Setiap orang yang tinggal dan kontak
yaitu Streptomices avermectalis. Obat ini langsung bersama penderita harus diobati
menunjukkan aktivitas spektrum luas terhadap meskipun tidak timbul gejala gatal-gatal. Hal
nematoda maupun arthropoda. Obat ini ini disebabkan gejala gatal baru timbul setelah
digunakan secara luas untuk tungau sarcoptes beberapa minggu setelah infestasi tungau.
pada hewan dan pada manusia. Ivermectin Baju, sprei, sarung bantal, selimut handuk,
merupakan terapi pilihan untuk filariasis saputangan, dan kain lainnya yang sebelumnya
cacing Onchocerca volvulus dan nematoda digunakan oleh penderita disarankan dicuci
Strongylus stercoralis, serta digunakan secara dengan air panas dan dijemur dibawah sinar
luas untuk Wucheria branchofti dan Brugia matahari atau dry cleaned untuk membunuh
malayi (penyebab kaki gajah) (McCarthy, et tungau yang menempel sehingga tidak menjadi
al, 2004). Dari penelitian yang bertujuan sumber penularan (Oakley, 2009).
membandingkan efikasi antara ivermectin (oral
dosis tunggal) dan Lindane lotion 1% (topikal KESIMPULAN
aplikasi ganda) menunjukkan bahwa
ivermectin lebih efektif dibandingkan Lindane Scabies merupakan penyakit yang sulit
lotion 1% (Goldustb, et al, 2013). Di lain ditangani baik dalam hal pengobatan maupun
pihak, Huffam dan Currie (1998) pencegahannya. Hal ini disebabkan karena
membuktikan bahwa pemberian ivermectin tungau Sarcoptes scabiei dapat hidup diluar
dengan dosis berulang berhasil tubuh manusia dan masih mampu menginfeksi
menyembuhkan penderita hiperinfestasi tungau inang yang lain. Penelitian berbagai macam
Sarcoptes scabiei, meskipun setengah dari skabisida menunjukkan bahwa hampir
jumlah penderita yang sembuh mengalami seluruhnya memberikan efek samping pada
kekambuhan setelah lebih dari 6 minggu. penderita. Pengembangan penelitian terapi
Skabisida baru yang menjanjikan scabies berbahan dasar alam mulai
berasal dari sejumlah minyak esensial dimana dikembangkan. Berbagai macam spesies
terpenoid banyak digunakan sebagai tanaman telah diketahui efektif
komponen aktif primer. Penelitian secara in menyembuhkan penderita. Hal yang penting
vitro menunjukkan bahwa minyak pohon teh diperhatikan dalam pencegahan penyebaran
(tea tree) 5% yang berasal dari pohon penyakit scabies adalah mengobati semua
Melaleuca alternifolia (Walton dan Currie, orang yang kontak langsung dengan penderita
2007), pasta dari daun mimba (Azadirachta serta membersihkan semua barang dan pakaian
43
Tias Pramesti Griana
44
Scabies (37-46) El-Hayah Vol. 4, No.1 September 2013
45
Tias Pramesti Griana
46