ID Metode Dakwah Dalam Al Quran Studi Penaf PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

A.M.

Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

METODE DAKWAH DALAM AL-QUR’AN


(Studi Penafsiran Hamka terhadap QS. An-Nahl: 125)

A. M. Ismatulloh1

Abstract

Dakwah is callings or persuasions to spiritual consciousness or an effort


of transforming life into better or perfect condition, whether within personal or
societal level. In Islamic teachings, performing dakwah as an act of reminding
other people to God and as a call to guide people to truth and forbearance is
compulsory for every Muslim. To achieve expected target of dakwah, every
individual muslim must know and be expert in applying methods of dakwah.
Q.S. an-Nahl: 125, according to Hamka, encapsulate the teachings of the
Prophet PBUH regarding the implementation of dakwah or calling to humankind
so they can walk on the path of Allah. The teachings consist of three methods.
First is what so called hikmah. In terms of dakwah, it can be understood as
wisdoms, high-level spiritual intelligence, accepting heart, and genuine interest
that can lead people to religion or belief of God. The method of hikmah is
acceptable for ordinary people. It is also undeniable for smarter individuals.
The second method of performing dakwah is mauízhah hasanah. It is
equivalent to good instructions or messages aimed as advice. Education through
parents-children interactions within households’ settings can be included in this
category. The third method is what so called jadilhum billati hiya ahsan (eng:
argue with them in the gentlest way). According to Hamka, in having a discussion
or debate, one must draw a strict line to separate personal anger or compassion
and the matter of debate to guarantee objectivity. It may lead to a situation where
the party one debates with may accept the truth.

Keywords: Dakwah, Methods of Dakwah, and Interpretation

1
A. M. Ismatulloh adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN
Samarinda.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 155


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Abstrak

Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha


mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat. Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan
suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya untuk saling
mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran
dan kesabaran. Untuk bisa mencapai target yang diharapkan dalam berdakwah,
tentunya setiap individu umat Islam harus mengeathui dan paham betul metode-
metode yang harus digunakan dalam berdakwah.
QS. An-Nahl: 125, menurut Hamka mengandung ajaran kepada Rasul
SAW. tentang cara melancarkan dakwah atau seruan terhadap manusia agar
mereka berjalan diatas jalan Allah dengan memakai tiga macam cara atau
metode, pertama hikmah yaitu dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia,
dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama,
atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan. Hikmah dapat menarik orang yang
belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih
pintar.
Kedua, mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau pesan-
pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Termasuk kategori ini
adalah pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya,
sehingga menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan pengajaran dalam
perguruan-perguruan. Dan ketiga, jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka
dengan cara yang lebih baik). Menurut Hamka, dalam berdebat harus dibedakan
pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada
pribadi orang yang tengah diajak berbantah. Tentu tujuannya agar objektif
terhadap masalah yang diperdebatkan dan yang di ajak berdebat bisa menerima
kebenaran yang kita sampaikan.

Kata Kunci: Dakwah, Metode Dakwah dan Penafsiran

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 156


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

A. Pendahuluan
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi
setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan
alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah),
diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Qur’an dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.2
Al-Qur’an merupakan kitab dakwah yang mencakup sekian banyak
permasalahan atau unsur dakwah, seperti da’i (pemberi dakwah), mad’uw
(penerima dakwah), da’wah (unsur-unsur dakwah), metode dakwah dan cara-cara
menyampaikannya.3Materi dakwah yang dikemukakan oleh al-Qur’an berkisar
pada tiga masalah pokok yaitu akidah, akhlak dan hukum. Sedangkan metode
dakwah untuk mencapai ketiga sasaran tersebut secara umum dapat terlihat pada
(a) penggarahan-pengarahannya untuk memperlihatkan alam raya, (b) peristiwa-
peristiwa masa lalu yang dikisahkannya, (c) pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
atau semacamnya yang dapat menggugah hati manusia untuk menyadari diri dan
lingkungannya, dan (d) janji-janji dan ancaman-ancaman duniawi dan ukhrawi.4
Dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat
beragama. Dalam ajaran agama Islam, ia merupakan suatu kewajiban yang
dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik yang sudah menganutnya
maupun yang belum. Sehingga, dengan demikian, dakwah bukanlah semata-mata
timbul dari pribadi atau golongan, walaupun setidak-tidaknya harus ada
segolongan yang melakukannya.5Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Ali
Imran: 104:




Artinya:
… dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu al-Qur’an diutus oleh


Allah SWT untuk membacakan kepada manusia Ayat-ayat Allah sekaligus
membentuk sikap dan karakter mereka dengan nilai-nilai al-Qur’an dan as-

2
Said Agil Al-munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press, 2005), hlm.3.
3
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat), (Bandung Mizan, 1994), hlm.193.
4
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…hlm.193.
5
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…hlm.194.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 157


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Sunnah.6 Rasulullah merupakan pendakwah pertama yang diutus oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu-wahyu-Nya kepada umat manusia.
Dalam menyampaikan dakwah, Rasulullah disatu sisi menghadapi
tantangan yang amat berat, namun disisi lain menemukan respon positif dari
berbagai kalangan, terutama masyarakat lemah. Rasulullah SAW tabah
menghadapi resiko tersebut dan istiqomah meniti jalan dakwah yang telah
digariskan Allah.7Berkat ketabahan dan keistiqomahan beliau, akhirnya Allah
SWT merealisasikan janjinya dan mengangkat derajat Islam.8Sunnah dakwah
Rasulullah diteruskan oleh para sahabat dan generasi selanjutnya. Mereka
memandang dakwah sebagai ruh kehidupan mereka dan factor penyebab
datangnya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Sukses-tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa atau
tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut
diukur lewat anatar lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak
pendengarnya ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin
dalam tingkah laku mereka. Untuk mgencapai sasaran tersebut, tentunya semua
unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i,9 termasuk di dalamnya metode
dakwah yang digunakannya.
Untuk memahami dengan benar tentang dakwah, haruslah melalui
pemahaman al-Qur’an sebagai sumber pokok dakwah. Namun al-Qur’an hanya
dapat dipahami dengan benar melalui penafsiran. Menurut Muh.Arkoun
sebagaimana dikutif Quraish Shihab, “Al-Qur’an memberikan kemungkinan-
kemungkinan artiyang tidak terbatas, kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya
mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud mutlak. Dengan
demikian, ayat al-Qur’an selalu terbuka untuk interpretasi baru tidak pernah pasti
dan tertutup dalam interpretasi tunggal. Itulah sebabnya, sehingga tafsir al-Qur’an
bermacam-macam coraknya, karena dipengaruhi oleh jalan pikiran penulisnya
yang berkaitan dengan situasi dan kondisi ketika penafsiran dibuat.10
Salah satu tafsir al-Qur’an yang dihasilkan di Indonesia, adalah tafsir al-
Azhar karya Hamka. Tafsir ini merupakan karya monumental Hamka. Melalui
tafsir ini, Hamka mendemonstrasikan keluasan pengetahuannya di hampir semua
disiplin yang tercakup oleh bidang ilmu-ilmu Agama dalam Islam, serta
pengetahuan non keagamaan yang kaya dengan informasi.11

6
Achmad Satori Ismail, dkk, Islam Moderat “Menebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin,
(Jakarta: Ikadi, 2012), hlm.102.
7
Ibid., hlm.102.
8
Allah berfirman dalam QS. At-Taubah: 33

Artinya: Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran)
dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai.
9
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…hlm.194.
10
M.Iskandar, Pemikiran Hamka Tentang Dakwah, Dalam http://digilib.uin-suka.ac.id,
diakses 31 Januari 2015.
11
Ibid.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 158


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Tulisan ini, akan menguraikan penafsiran HAMKA terhadap metode


dakwah yang terkandung dalam QS. An-Nahl ayat 125.

B. Biografi Hamka
Hamka merupakan singkatan dari Haji Abdul Malik Karim
Amrullah, 12dilahirkan dikampung Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, di tepi
danau Maninjau, Sumatera Barat, tanggal 13 Muharram 1326 H bertepatan
dengan 16 Februari 1908 M. Abdul Malik atau Hamka adalah putera dari Syekh
Abdul Karim Amrullah (1879-1945), seorang ulama besar pelopor gerakan
pembaharuan Islam di Minangkabau.13
Sewaktu Malik (Panggilan Hamka waktu kecil) berumur empat tahun ayah
dan ibunya pindah ke Padang, sedangkan Hamka kecil ditinggal di Sungai Batang
dengan Andung dan Engkunya (nenek dan kakek dari pihak ibu). Seperti
diceritakan sendiri oleh Hamka, kedua orang tua ini sangat menyhayanginya. Dari
Engkunya ini, Malik atau Hamka mengenal dan akrab dengan alam dan budaya
Minangkabau. Dalam kesempatan mengikuti Engkunya ke muara untuk
menangkap ikan, Hamka banyak dapat cerita-cerita rakyat seperti Cindua Mato
dan lain-lain. Dari Engkunya juga Hamka belajar main pencak, randai dan menari.
Kadang-kadang Hamka juga diajari bernyanyi dengan lirik pantun-pantun Minang
seperti lagu Sirantih Teluknya Dalam, lagu Sianok atau lagu Palembayan.14
Pendidikan formal pertama yang diikuti Malik adalah Sekolah Desa di
Guguk Melintang Padang Panjang (1917). Sore harinya Malik belajar agama di
Sekolah Diniyah yang kala itu popular disebut Sekolah Arab. Sekolah Diniyah
didirikan oleh Zainuddin Labai El-Yunusy (1890-1924). Dalam buku kenang-
kenangan Hidupnya, Hamka menyatakan dari semua guru-gurunya baik di
sekolah Desa maupun di Sekolah Arab hanya seorang yang dapat menyelami jiwa
anak-anak sehingga dicintai yaitu Zainuddin Labai itu sendiri. Sedangkan guru-
guru yang lain ditakuti, tetapi tidak dicintai. Guru mengaji Saleh di Sekolah Arab
suka memukul dengan rotan, sedangkan Guru Sain di Sekolah Desa suka memilin
pusat anak.15
Abdul malik atau Hamka tidak menamatkan Sekolah Desa, karena
sebelum naik kelas III- dua bulan sebelum Ramadhan- dia dibawa kedua orang
tuanya ke Maninjau dan waktu kembali ke Padang panjang sehabis puasa, Malik
dicabut dari sekolah desa dan dimasukkan Madrasah Thawalib yang baru
didirikan ayahnya.16Di sini Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa
Arab. Melalui sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah seorang gurunya,
Engku Dt. Sinaro, bersama dengan Engku Zainuddin, Hamka diizinkan untuk

12
Biografi Buya Hamka: Sastrawan Indonesia, Dalam http://kolom-
biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawan-indonesia.html. Diakses 28 januari
2015.
13
Yunahar Ilyas, Konstruksi Pemikiran Gender Dalam Pemikiran Mufasir, (Jakarta:
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
Departemen Agama RI, 2005), 31-32.
14
Ibid., hlm. 32-33.
15
Ibid., hlm.33-34.
16
Yunahar Ilyas, Konstruksi Pemikiran…..hlm.34

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 159


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

membaca buku-buku yang ada diperpustakaan tersebut, baik buku agama maupun
sastra.
Hamka mulai meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di
Pulau Jawa, sekaligus ingin mengunjungi kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan
Mansur yang tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk itu, Hamka kemudian
ditumpangkan dengan Marah Intan, seorang saudagar Minangkabau yang hendak
ke Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta, ia tidak langsung ke Pekalongan.
Untuk sementara waktu, ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah di
kelurahan Ngampilan, Yogyakarta.. Barulah pada tahun 1925, ia berangkat ke
Pekalongan, dan tinggal selama enam bulan bersama iparnya, Ahmad Rasyid
Sutan Mansur.
Pada tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam suatu rapat adat niniak mamak nagari
Sungai Batang, Kabupaten Agam, Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo,
memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan gelar pusaka
turun temurun dalam suku Tanjung. Pada tahun 1950, Hamka kembali ke Mekkah
untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya.
Pada tanggal 5 April 1929, Hamka dinikahkan dengan Siti Raham binti
Endah Sutan, yang merupakan anak dari salah satu saudara laki-laki ibunya. Dari
perkawinannya dengan Siti Raham, ia dikaruniai 11 orang anak. Mereka antara
lain Hisyam, Zaky, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif,
dan Syakib. Setelah istrinya meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian,
tepatnya pada tahun 1973, ia menikah lagi dengan seorang perempuan bernama
Hj. Siti Khadijah.17
Hamka mengawali bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun
1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan
Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958.
Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta
dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960,
beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia,
tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara
menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi). Buya Hamka merupakan sosok otodidak dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik
Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat
menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki
Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain
Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris
dan Jerman, beliau juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-
tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto,
Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah
bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang andal.
17
Biografi Tokoh Buya Hamka, dalam
https://taraamila.wordpress.com/2013/12/31/biografi-tokoh-buya-hamka/. Diakses, 28 januari
2015.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 160


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Hamka aktif dalam Muhammadiyah, terpilih menjadi ketua Majlis


Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah,
menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Pada tahun 1953, Hamka
dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977,
Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua
umum Majelis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya mengundurkan diri
pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Hamka juga sebagai wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun
1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita
Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun
1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932,
beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka
juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan
Gema Islam. Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif
seperti novel dan cerpen.18
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat.
Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama
dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas
al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga,
ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert
Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl
Marx, dan Pierre Loti.
Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain
seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang
pertama dalam bahasa Minang dengan judul si Sabariah. Kemudian, ia juga
menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman,
sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan
pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya
adalah Tafsir al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi
perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura.
Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional
maupun internasional.
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama
Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali
ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada
bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.
Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dikebumikan
di Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Jasanya bukan hanya diterima sebagai seorang
tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, melainkan juga oleh tokoh-
tokoh ulama di Malaysia dan Singapura.
18
Biografi Buya Hamka: Sastrawan Indonesia, Dalam http://kolom-
biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawan-indonesia.html. Diakses 28 januari
2015.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 161


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Karya-karya Hamka diantaranya: Kenang-Kenangan Hidup, 4 Jilid,


Jakarta: Bulan Bintang, 1979; Ayahku (Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim
Amrullah dan Perjuangannya), Jakarta: Pustaka Wijaya, 1958; Khatib al-Ummah,
3 Jilid, Padang Panjang, 1925; Islam dan Adat, Padang Panjang: Anwar Rasyid,
1929; Kepentingan Melakukan Tabligh, Padang Panjang: Anwar Rasyid, 1929;
Majalah Tentera, 4 nomor, Makassar, 1932; Majalah al-Mahdi, 9 nomor,
Makassar, 1932; Bohong di Dunia, cet. 1, Medan: Cerdas, 1939; Agama dan
Perempuan, Medan: Cerdas, 1939; Ringkasan Tarikh Ummat Islam, Medan:
Pustaka Nasional,1929; Sejarah Islam di Sumatera, Medan: Pustaka Nasional,
1950;Dari Perbendaharaan Lama, Medan: M. Arbi, 1963;Antara Fakta dan
Khayal Tuanku Rao, cet. 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1974; sejarah Umat Islam, 4
Jilid, Jakarta: Bulan Bintang, 1975;Sullam al-Wushul; Pengantar Ushul
Fiqih (terjemahan karya Dr. H. Abdul Karim Amrullah), Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1984;Margaretta Gauthier (terjemahan karya Alexandre Dumas), cet.
7, Jakarta: Bulan Bintang, 1975; dan lain-lain.19

C. Pengertian dan Pentingnya Dakwah


Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u,
da’wan, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan,
permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan
istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi munkar, mau’idhoh hasanah, tabsyir,
indzhar, washiyah, tarbiyah,at’lim dan khotbah.20
Dalam al-Qur’an, istilah dakwah diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun
masdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah
untuk mengajak kepada kebaikan yang diseertai dengan resiko masing-masing
pilihan. Dalam al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46
kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak
ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.21
Secara terminology dakwah telah banyak didefinisikan oleh para ahli.
Sayyid Qutb memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang
lain masuk ke dalam sabil Allah SWT, bukan untuk mengikuti da’i atau
sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan
pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti
Islam.22Syaikh Muhammad al-Razi mendefinisika dakwah sebagai kaidah lengkap
tentang tingkah laku manusia serta pengakuan terhadap hak dan kewajiban.
Syaikh Muhammad Khidr Husain mendefinisikan dengan upaya untuk
memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan

19
Biografi Tokoh Buya Hamka, dalam
https://taraamila.wordpress.com/2013/12/31/biografi-tokoh-buya-hamka/. Diakses, 28 januari
2015.
20
M. Munir dan Wahyu Ilahi,Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.17.
21
Ibid., hlm.17.
22
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010),
hlm.14.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 162


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan


kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.23
Ali Makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mendefinisikan
dakwah dengan mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti
petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari
perbuatan munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Nasarudin latif
mendefinisikan dakwah dengan, setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun
tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat
serta akhlak islamiah.24
Sedangkan Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih
baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. 25
Dari semua definisi diatas, pada aintinya dakwah adalah: Pertama, ajakan
ke jalan Allah SWT. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan
untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan allah SWT. Keempat, sasaran bisa
secara fardhiyah atau jamaah.26 Sedangkan materi dakwah adalah semua ajaran
Islam yang mencakup akidah, syariat dan akhlak. Dan dakwah berfungsi untuk
mentransformasikan nilai-nilai agama kepada mad’u agar mereka hidup bahagia
dunia dan akhirat.
Dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat
beragama. Dalam ajaran agama Islam, ia merupakan suatu kewajiban yang
dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik yang sudah menganutnya
maupun yang belum. Dalam Islam, dakwah hukumnya wajib bagi setiap individu
umat Islam, untuk saling mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka
menegakkan kebenaran dan kesabaran. Inilah kenapa umat Islam selanjutnya
disebut sebagai pewaris para nabi, waratsatul anbiya. Kewajiban berdakwah bagi
umat Islam tercermin dalam firman Allah QS. Al-Ashr: 3:27

Artinya:
… kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.

Berdakwah merupakan bagian dari perkataan yang dinilai paling baik


dalam pandangan Islam. Terkait hal ini, al-Qaur’an menegaskan dalam
QS.Fussilat: 33-35:

23
Achmad Satori Ismail, dkk, Islam Moderat….hlm.112
24
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah…hlm.119-20.
25
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…hlm.194.
27
Berru Albar, Meramu Dakwah Multikultural ala Majlis Taklim Berdasarkan Nilai dan
Norma Masyarakat Padang, Dalam Jurnal BIMAS ISLAM, Vol. 4 N0.1, Tahun 2011, hlm.153.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 163


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …







Artinya:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya
aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri? Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai Keuntungan yang besar.

Ayat di atas merupakan bekal utama bagi para pendakwah di jalan Allah
(da’i), agar selalu semangat dan istiqamah, tidak pernah gentar dan getir,
senantiasa menjalankan tugasnya dengan tenang, tidak emosional dan
seterusnya.Ustadz Sayyid Quthub ketika menfasirkan ayat diatas berkata:
“Kalimat-kalimat dakwah yang diucapkan sang dai adalah paling baiknya kalimat,
ia berada pada barisan pertama di antara kalimat-kalimat yang baik yang mendaki
ke langit.Dakwah di jalan Allah adalah kebutuhan pokok manusia. Tanpa dakwah
manusia akan tersesat jalan, jauh dari tujuan yang diinginkan Allah swt. Para rasul
dan nabi yang Allah pilih dalam setiap fase adalah dalam rangka menegakkan
risalah dakwah ini. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt tidak pernah bosan
mengulang-ulang seruan untuk bertakwa dan menjauhi jalan-jalan setan. Tetapi
manusia tetap saja terlena dengan panggilan hawa nafsu. Terpedaya dengan
indahnya dunia sehingga lupa kepada akhirat. 28
Perwujudan dakwah bukan hanya sekedar usaha peningkatan pemahaman
keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju
sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan
menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek kehidupan.29Sukses-tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak
tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka.
Sukses tersebut diukur lewat antara lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan
dalam benak pendengarnya ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, yang
kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai sasaran tersebut,
tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i.30

28
Islam Kaffah: Pentingnya Dakwah, dalam http://andri13ar.blogspot.com/p/pentingnya-
dakwah.html. Diakses Selasa, 27 Januari 2015.
29
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an…hlm.194.
30
Ibid., hlm.194.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 164


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

D. Metode Dakwah Menurut Penafsiran Hamka


Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang
dibebankan oleh agama kepada pemeluknya. Dalam Islam, dakwah hukumnya
wajib bagi setiap individu umat Islam, untuk saling mengingatkan dan mengajak
sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran dan kesabaran. Untuk bisa
mencapai target yang diharapkan dalam berdakwah, tentunya setiap individu umat
Islam harus mengeathui dan paham betul metode-metode yang harus digunakan
dalam berdakwah. Metode-metode ini, telah dijabarkan dalam QS. An-Nahl (16):
125:




Artinya:
… serulah kepada jalan Tuhan engkau dengan kebijaksanaan dan
pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Sesungguhnya Tuhan engkau, Dia yang lebih tahu siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk.31

Terjemahan diatas merupakan terjemahan yang ditulis dalam tafsir al-


Azhar karya Hamka. Dalam tafsirnya, Hamka menjelaskan bahwa ayat diatas
mengandung ajaran kepada Rasul SAW. tentang cara melancarkan dakwah atau
seruan terhadap manusia agar mereka berjalan diatas jalan Allah (Sabilillah), atau
Shirathal Mustaqim, atau ad-Dinul Haqq, Agama yang benar. Menurut Hamka, di
dalam melakukan dakwah, hendaklah memakai tiga macam cara atau metode
(menurut penulis).
Pertama, Hikmah (kebijaksanaan).Hikmah menurut bahasa adalah
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Itu merupakan arti kata hikmah secara
ethimologi. Tetapi ada juga lafadz hikmah dalam al-Qur’an yang berarti sunnah
nabawiyyah, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Jum’ah:2. Sedangakan arti
hikmah menurut terminologi, Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya, bahwa
hikmah mengandung arti tafsir al-Qur’an, kesesuaian antara perkataan ilmu fiqh
dan al-Qur’an, mengerti, akal, dan paham betul terhadap ajaran agama. Dalam hal
ini Sayyid Kutub mengatakan bahwa dakwah dengan metode hikmah itu adalah di
mana seorang da’i memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat sebelum
menentukan tema yang akan disampaikan, dan juga berarti sebagai kemampuan
seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah, hingga bisa dipahami oleh
masyarakat dengan mudah. Maka dengan hikmah ini, seorang juru dakwah
dianjurkan untuk menyampaikan tema-tema yang faktual serta ril, memperhatikan
problematika masyarakat yang berkembang, kemudian mencoba untuk mencari
dan menawarkan solusinya menurut tuntunan agama Islam.32

31
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz. XIII-XIV, (Jakarta: Pustaka Panjimas), hlm.314.
32
http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html. Diakses, 02
Februari 2015.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 165


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Menurut Hamka, dakwah dengan hikmah Yaitu dengan secara bijaksana,


akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian
orang kepada agama, atau kepada kepercayaan terhadap Tuhan. Contoh-contoh
kebijaksanaan itu selalu pula ditunjukkan Tuhan.33 Menurut Hamka, hikmah
adalah inti yang lebih halus dari filsafat. Menurutnya, filsafat hanya dapat
difahamkan oleh orang-orang yang telah terlatih fikirannya dan tinggi pendapat
logikanya. Sedangkan hikmah dapat menarik orang yang belum maju
kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih
pintar.34Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk
juga dengan tindakan dan sikap hidup. Penegasan Hamka ini, terkait adanya
anggapan orang yang mengartikan hikmah dengan filsafat.
Al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama menjelaskan, bahwa hikmah
adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah,
dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi, agar mudah dipahami umat.35
Kedua, al-Mau’izhatul Hasanah.Mau’izhah secara bahasa artinya adalah
nasihat, adapun secara istilah adalah nasihat yang efisien dan dakwah yang
memuaskan, sehingga pendengar merasa bahwa apa yang disampaikan da’i itu
merupakan sesuatu yang dibutuhkannya, dan bermanfaat baginya. Sedangkan
kalau digandeng dengan kata hasanah, maka maksudnya adalah dakwah yang
menyentuh hati pendengar dengan lembut tanpa adanya paksaan.36Sedangkan
Quraish Shihab mengartikan mau’izhah dengan uraian yang menyentuh hati yang
mengantar kepada kebaikan.37
Menurut Hamka, mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau
pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Menurutnya termasuk
kategori mau’izhah hasanah adalah pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga
kepada anak-anaknya, sehingga menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan
pengajaran dalam perguruan-perguruan.38kalau melihat penjelasan Hamka, jelas
sekali dakwah dengan metode mau’izhah hasanah memiliki cakupan yang luas
bukan hanya digunakan ketika menyampaikan dakwah di masyarakat umum,
tetapi lingkungan keluarga, kampus dan lain sebagainya.
Yang ketiga adalah jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik. Kata ‘Jadilhum’ terambil dari kata ‘jidal’ yang bermakna
diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan
menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh
semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.39

33
Hamka, Tafsir Al-Azhar…hlm.321.
34
Ibid., hlm.321.
35
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan), Jilid 5,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hlm.418.
36
http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html. Diakses, 02
Februari 2015.
37
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an”, Vol.6,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.775.
38
Hamka, Tafsir Al-Azhar…hlm.321.
39
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah….hlm.775-776

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 166


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Menurut Hamka, Kalau terpaksa timbul perbantahan atau pertukaran


fikiran, yang di zaman kita ini disebut polemic, ayat ini menyuruh agar dalam hal
yang demikian, kalau sudah tidak dapat dielakkan lagi, pilihlah jalan yang sebaik-
baiknya. Diantaranya ialah memperbedakan pokok soal yang tengah dibicarakan
dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak
berbantah. Misalnya, seseorang yang masih kufur, belum mengerti ajaran Islam,
lalu dengan sesuka hatinya saja mengeluarkan celaan kepada Islam, karena
bodohnya. Orang ini wajib dibantah dengan jalan yang sebaik-baiknya, disadarkan
dan diajak kepada jalan fikiran yang benar, sehingga dia menerima. Tetapi kalau
terlebih dahulu hatinya disakitkan, karena cara kita membantah yang salah,
mungkin dia enggan menerima kebenaran, meskipun hati kecilnya mengakui,
karena hatinya disakitkan.40
Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya
sifat manusia yang negative seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha
mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan
berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga
dirinya dihormati, dan dai menunjukkan bahwa tujuan yang utama ialah
menemukan kebenaran kepada Agama Allah SWT.41
Ketiga pokok cara atau metode dakwah diatas, menurut Hamka amatlah
diperlukan disegala zaman. Sebab dakwah atau ajakan dan seruan membawa umat
manusia kepada jalan yang benar itu, sekali-kali bukanlah propaganda, meskipun
propaganda itu sendiri kadang-kadang menjadi bagian dari alat dakwah.42

E. Penutup
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan terkait metode dakwah dalam al-
Qur’an Studi Penafsiran Hamka terhadap QS.An-Nahl: 125, beberapa hal sebagai
berikut:
Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat.Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu
kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknyauntuk saling
mengingatkan dan mengajak sesamanya dalam rangka menegakkan kebenaran
dan kesabaran.
QS. An-Nahl: 125, menurut Hamka mengandung ajaran Rasul SAW
tentang cara melancarkan dakwah atau seruan terhadap manusia agar mereka
berjalan diatas jalan Allah. Merujuk pada QS.An-Nahl:125, menurut Hamka,
dalam melakukan dakwah, hendaklah memakai tiga macam cara atau metode,
pertamahikmah yaitu dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang
lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada
kepercayaan terhadap Tuhan. Hikmah dapat menarik orang yang belum maju
kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.
Kedua,mau’izhah hasanah artinya pengajaran yang baik, atau pesan-pesan
yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Termasuk kategori ini adalah
40
Hamka, Tafsir Al-Azhar….hlm.321-322.
41
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya…..hlm.419.
42
Hamka, Tafsir Al-Azhar….hlm.322.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 167


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

pendidikan ayah bunda dalam rumah tangga kepada anak-anaknya, sehingga


menjadi kehidupan mereka pula, pendidikan dan pengajaran dalam perguruan-
perguruan. Dan ketiga, jadilhum billati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik). Menurut Hamka, dalam berdebat harus dibedakan pokok soal
yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau sayang kepada pribadi orang
yang tengah diajak berbantah. Tentu tujuannya agar objektif terhadap masalah
yang diperdebatkan dan yang di ajak berdebat bisa menerima kebenaran yang kita
sampaikan.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 168


A.M. Ismatulloh Metode Dakwah dalam al-Qur’an …

Daftar Pustaka

Albar, Berru, Meramu Dakwah Multikultural ala Majlis Taklim Berdasarkan


Nilai dan Norma Masyarakat Padang, Dalam Jurnal BIMAS ISLAM, Vol.
4 N0.1, Tahun 2011, hlm.153.

Al-Munawar, Said Agil,Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,


Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Biografi Buya Hamka: Sastrawan Indonesia, Dalam http://kolom-


biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawan-
indonesia.html.

Biografi Tokoh Buya Hamka, dalam


https://taraamila.wordpress.com/2013/12/31/biografi-tokoh-buya-hamka/.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan),


Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas.

http://meja-miftah.blogspot.com/2010/12/metode-dakwah-islam.html.

Ilahi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010.

Ilyas, Yunahar, Konstruksi Pemikiran Gender Dalam Pemikiran Mufasir, Jakarta:


Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI,
2005.

Iskandar,M, Pemikiran Hamka Tentang Dakwah, Dalam http://digilib.uin-


suka.ac.id,

IslamKaffah:Pentingnya Dakwah, dalam


http://andri13ar.blogspot.com/p/pentingnya-dakwah.html.

Ismail, Achmad Satori, dkk, Islam Moderat “Menebar Islam Rahmatan lil
‘Alamin, Jakarta: Ikadi, 2012.

Munir, M dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah,Jakarta: Kencana, 2006.

Shihab, M.Quraish, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu Dalam


Kehidupan Masyarakat), Bandung Mizan, 1994.

………………Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an”,


Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Lentera, Vol. IXX, No. 2 , Desember 2015 169

You might also like