ID Regulasi Keamanan Hayati Produk Rekayasa PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M.

Herman 129

REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK


DI INDONESIA

Biosafety Regulation of Genetically Modified Products in Indonesia

Amy Estiati1 dan M. Herman2


1
Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Raya Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911
2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 3A, Cimanggu, Bogor 16111
E-mail: [email protected]

Naskah diterima: 22 Juli 2015 Direvisi: 4 September 2015 Disetujui terbit: 23 November 2015

ABSTRACT

Genetically Modified Organism (GMO) has been believed to enhance human life quality and prosperity. GMO
is any organism whose genetic material has been altered by the application of recombinant DNA technology or
genetic engineering. This technology can be used to improve plant resistance to biotic and abiotic stresses,
biofortification and production of pharmaceuticals. Rice resistant to stem borer, papaya resistant to papaya
ringspot virus, soybean resistant to herbicide, and Golden rice that contains beta carotene are the example of
GMOs. However, the use of GMO still raises public concern on whether the GMO might pose a risk to
environment, biodiversity, human, and animal health or not. For that reason, countries will enforce precautionary
approach in utilization of GMO either for research or commercial by implementing the existing or new
regulations in the country. In Indonesia, Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 21 year
of 2005 (PP No. 21/2005) on Biosafety of GMO, had been established. Biosafety of GMO includes
environmental safety, food safety and/or feed safety. The enforcement of PP No. 21/2005 is to prevent potential
adverse risks to biodiversity as a result of the utilization of GMO and to prevent the negative risks to human,
animal, and fish health as a result of production process, preparation, storage, distribution, and utilization of
GMO. This paper gives the overview of Indonesia’s regulation on the biosafety of GMO and the current status
of GMO in Indonesia.

Keywords: GMO, genetic engineering, regulation, PP No. 21/2005, biosafety

ABSTRAK

Produk Rekayasa Genetik (PRG) diakui memiliki potensi besar untuk peningkatan kehidupan dan kesejahteraan
manusia. PRG adalah organisme yang telah mengalami modifikasi genetik dengan menggunakan teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetik. Teknologi rekayasa genetik dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik, biofortifikasi dan produksi bahan farmasi. Padi tahan hama
penggerek batang, pepaya tahan penyakit papaya ringspot virus, kedelai toleran herbisida, dan Golden rice yang
mengandung beta carotene adalah contoh-contoh PRG yang telah dikembangkan. Namun demikian,
pemanfaatan tanaman PRG masih mengundang kekhawatiran masyarakat bahwa produk tersebut mungkin dapat
menimbulkan risiko terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati, kesehatan manusia dan hewan. Sehubungan
dengan itu, secara global pemanfaatan dan peredaran PRG baik untuk tujuan penelitian dan pengembangan
maupun komersial diatur oleh peraturan perundang-undangan atau pedoman yang baru atau yang sudah ada dan
berlaku dalam suatu negara. Di Indonesia, telah disahkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG yang diberlakukan baik untuk PRG yang diintroduksi dari luar
negeri maupun hasil riset nasional. Keamanan hayati PRG adalah kemanan lingkungan, keamanan pangan,
dan/atau keamanan pakan. Pemberlakuan PP No. 21/2005 ditujukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya
risiko yang merugikan bagi keanekaragaman hayati sebagai akibat pemanfatan PRG dan mencegah timbulnya
risiko yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia dan hewan dan ikan sebagai akibat dari proses
130 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran, dan pemanfaatan pangan PRG. Dalam artikel ini diuraikan
mengenai regulasi yang berlaku di Indonesia terkait dengan keamanan hayati PRG beserta lembaga otoritas yang
dibentuk dan status PRG di Indonesia.

Kata kunci: PRG, rekayasa genetik, regulasi, PP No. 21/2005, keamanan hayati

tanaman. Selain itu, teknologi ini dapat


PENDAHULUAN
digunakan untuk peningkatan kandungan nutrisi
tanaman dan produksi vaksin dalam tanaman.
Bioteknologi modern memiliki potensi yang Padi Bt tahan penggerek batang, pepaya tahan
besar untuk peningkatan kehidupan dan penyakit papaya ringspot virus, jagung Bt dan
kesejahteraan manusia baik di sektor pertanian, kapas Bt tahan hama Lepidoptera, kedelai
pangan, industri, kesehatan manusia, dan toleran herbisida, tomat Flavr Savr dengan
lingkungan hidup. Produk Rekayasa Genetik penundaan kemasakan buah, Golden rice yang
(PRG) merupakan hasil penerapan dari mengandung beta carotene dalam endosperma
bioteknologi modern. Dalam Peraturan dan pisang penghasil vaksin merupakan contoh
Pemerintah RI No. 21 Tahun 2015 tentang keberhasilan dari penerapan teknologi rekayasa
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, genetik. Bahkan, jagung Bt dan kapas Bt telah
PRG didefinisikan sebagai organisme hidup, dikomersialkan secara global di berbagai benua.
bagian-bagiannya dan/atau hasil olahannya
Salah satu kelebihan dari teknik rekayasa
yang mempunyai susunan genetik baru dari
genetik adalah sumber gen yang disisipkan ke
hasil penerapan bioteknologi modern.
dalam suatu organisme dapat berasal dari
Sementara, bioteknologi modern didefinisikan
organisme yang tidak sekerabat. Hal ini
sebagai aplikasi dari teknik perekayasaan
diharapkan dapat mengatasi kendala
genetik yang meliputi teknik asam nukleat in-
ketidaktersediaan sumber gen bermanfaat pada
vitro dan fusi sel dari dua jenis atau lebih
organisme yang sekerabat. Sebagai contoh
organisme di luar kekerabatan taksonomis.
adalah padi Bt yang telah disisipi gen dari
Teknologi rekayasa genetik dapat bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Gen yang
diterapkan pada tanaman, hewan, ikan, dan diambil dari bakteri tersebut adalah gen
jasad renik. Tanaman PRG adalah tanaman penyandi protein Bt yang dapat membunuh
yang dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa larva hama Lepidoptera. Penyisipan gen dari
genetik. Hewan PRG adalah hewan yang bakteri ini ke dalam tanaman dikarenakan gen
dihasilkan dari penerapan teknik rekayasa ketahanan terhadap hama Lepidoptera ini tidak
genetik sebagian besar atau seluruh hidupnya terdapat pada plasma nutfah tanaman padi.
berada di darat. Ikan PRG adalah sumber daya
Sampai dengan tahun 2014, tanaman
ikan dan spesies biota perairan lainnya yang
PRG telah ditanam oleh 18 juta petani di 28
sebagian besar atau seluruh daur hidupnya
negara dengan luasan area sebesar 181,5 juta
berada di air yang dihasilkan dari penerapan
ha, meningkat 6,3 juta ha dibandingkan tahun
teknik rekayasa genetik. Sementara itu, jasad
2013. Dari 28 negara, 19 negara telah menanan
renik PRG adalah jasad renik yang dihasilkan
tanaman PRG dengan luasan 50.000 hektar
dari penerapan teknik rekayasa genetik
bahkan lebih. Negara-negara tersebut adalah
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
Amerika Serikat, Brasil, Argentina, India,
21/2005).
Kanada, Cina, Paraguay, Pakistan, Afrika
Teknologi rekayasa genetik, seperti juga Selatan, Uruguay, Bolivia, Filipina, Australia
pemuliaan secara konvensional, digunakan Burkina Faso, Myanmar, Meksiko, Spanyol,
untuk perbaikan sifat suatu organisme. Seperti Colombia, dan Sudan (James, 2014).
contohnya pada tanaman, teknologi ini
Meskipun peran teknologi rekayasa
digunakan untuk meningkatkan ketahanan
genetik dalam perbaikan dan kualitas hidup
tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik,
manusia telah diyakini, namun masih terdapat
dua faktor penyebab penurunan produksi
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 131

kekhawatiran bahwa PRG di samping penerapan bioteknologi modern di dalam


memberikan manfaat juga memiliki risiko yang klausul Pasal 8 huruf (g), Pasal 17, dan Pasal 19
dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan, ayat (3) dan ayat (4) yang mengamanatkan
keanekaragaman hayati, pertanian diterapkannya suatu Protokol di dalam KKH
berkelanjutan, maupun kesehatan manusia dan untuk mengatur pergerakan lintas batas,
hewan. Oleh karena itu, perlu diambil langkah- penanganan, dan pemanfaatan Produk Rekayasa
langkah hukum untuk menjamin keamanan Genetik (PRG) sebagai produk dari
hayati dari pemanfaatan PRG. bioteknologi modern.
Secara global pemanfaatan dan peredaran Dengan berpegang pada amanat dari
PRG, baik untuk tujuan penelitian dan pasal-pasal tersebut di atas, para pihak konvensi
pengembangan maupun komersial, diatur oleh mulai menegosiasikan Protokol tentang
peraturan perundang-undangan atau pedoman Keamanan Hayati sejak tahun 1995 hingga
yang baru atau yang sudah ada dan berlaku Protokol tersebut diadopsi pada tahun 2000
dalam suatu negara. Tidak ada satu pun negara yang dikenal dengan nama Protokol Cartagena.
yang tidak melaksanakan pendekatan kehati- Tujuan dari Protokol Cartagena adalah
hatian terkait PRG dan ini terbukti dalam pasal- menjamin tingkat proteksi yang memadai dalam
pasal yang tertuang dalam peraturan perundang- hal persinggahan (transit), penanganan, dan
undangan yang berlaku dalam suatu negara, pemanfaatan yang aman dari pergerakan lintas
termasuk Indonesia. Sehubungan dengan itu, di batas PRG. Tingkat proteksi dilakukan untuk
dalam artikel ini akan diuraikan mengenai menghindari pengaruh merugikan terhadap
regulasi yang berlaku di Indonesia terkait kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
dengan keamanan hayati PRG beserta lembaga keanekaragaman hayati, serta risiko terhadap
otoritas yang dibentuk dan status PRG di kesehatan manusia.
Indonesia.

Tahun 1996
METODE PENELITIAN
Untuk mengantisipasi masuknya PRG ke
Indonesia, maka pada tahun 1996 Indonesia
mengeluarkan peraturan perundang-undangan
Pendekatan yang digunakan dalam studi ini
yang pertama kali terkait dengan PRG, yaitu
adalah tinjauan pustaka (review) dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
menggali data dan informasi yang dikumpulkan
Tahun 1996 tentang Pangan. Pada Pasal 13
dari berbagai sumber. Sumber-sumber data dan
Undang-Undang Pangan ditentukan bahwa
informasi tersebut termasuk undang-undang,
setiap orang yang memproduksi pangan atau
peraturan pemerintah, surat keputusan, artikel
menggunakan bahan baku, bahan tambahan
dalam jurnal, laporan hasil penelitian, dan
pangan, dan atau bahan bantu lain dalam
working paper dalam bentuk hard copy.
kegiatan atau proses produksi pangan yang
dihasilkan dari proses rekayasa genetik wajib
HASIL DAN PEMBAHASAN terlebih dahulu memeriksakan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan; dan Pemerintah menetapkan
Perkembangan Regulasi Terkait Produk persyaratan dan prinsip penelitian,
Rekayasa Genetik di Indonesia pengembangan, dan pemanfaatan metode
rekayasa genetik dalam kegiatan atau proses
Indonesia sebagai salah satu dari negara yang produksi pangan, serta menetapkan persyaratan
kaya akan keanekaragaman hayati dan salah bagi pengujian pangan yang dihasilkan dari
satu negara yang memiliki keanekaragaman proses rekayasa genetik (Undang-Undang
hayati terbesar di dunia, telah mengesahkan Republik Indonesia No. 7/1996). Setelah itu,
Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH) dikeluarkan beberapa peraturan perundang-
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994. undangan yang terkait dengan keamanan hayati,
KKH mengatur ketentuan mengenai keamanan
132 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

keamanan pangan, dan keamanan pakan PRG atau menggunakan bahan baku, bahan
baik dalam bentuk keputusan menteri, tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain
keputusan bersama menteri, peraturan dalam kegiatan atau proses produksi pangan
pemerintah, dan undang-undang (Herman, yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik
2009a). wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan (Peraturan Pemerintah Republik
Tahun 1999 Indonesia No. 28/2004).
Pada tahun 1999 diberlakukan Keputusan Pada tahun yang sama, yaitu pada tanggal
Bersama (Kepber) Menteri Pertanian, Menteri 16 Agustus 2004, Pemerintah Indonesia
Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, melakukan pengesahan Cartagena Protocol on
serta Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Biosafety to the Convention on Biological
No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts- Diversity (Protokol Cartagena tentang
IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/99; 015A/ Keamanan Hayati atas Konvensi tentang
NmenegPHOR/09/1999 Tahun 1999 tentang Keanekaragaman Hayati) dengan Undang-
Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2004
Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik, (Herman, 2009b). Dalam Protokol Cartagena
sebagai pengganti Keputusan Menteri Pertanian tersebut terkandung materi-materi pokok yang
No. 856/Kpts/HK.330/9/1997 tentang mengatur hal-hal tentang persetujuan
Ketentuan Keamanan Hayati Produk pemberitahuan terlebih dahulu (advance
Bioteknologi Pertanian Hasil Rekayasa informed agreements); prosedur pemanfaatan
Genetik. Keamanan hayati yang dimaksud PRG secara langsung; kajian risiko (risk
dalam Kepber Empat Menteri tersebut adalah assessment); manajemen risiko (risk
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk management); perpindahan lintas batas tidak
mencegah Produk Pertanian Hasil Rekayasa disengaja dan langkah-langkah darurat
Genetik (PPHRG) dari kemungkinan timbulnya (emergency measures); penanganan,
sesuatu yang dapat mengganggu, merugikan, pengangkutan, pengemasan, dan pemanfaatan;
dan membahayakan keanekaragaman hayati balai kliring keamanan hayati (biosafety
termasuk, hewan, ikan, tumbuhan, dan clearing house); pengembangan kapasitas; dan
lingkungan. Dalam Kepber tersebut telah kewajiban para pihak kepada masyarakat
dibentuk Komisi Keamanan Hayati dan (Undang-Undang Republik Indonesia No.
Keamanan Pangan PPHRG (KKHKP). 21/2004).
Kemudian KKHKP membentuk Tim Teknis
Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan
PPHRG (TTKHKP) yang terdiri atas lima Tahun 2005
Kelompok, yaitu Kelompok Pangan, Tanaman,
Pada tahun 2005, Kepber Empat Menteri tahun
Hewan, Ikan, dan Jasad Renik (Herman, 2010).
1999 telah diangkat menjadi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG
Tahun 2004
(Herman, 2009b). Dalam PP No. 21 Tahun
Pada tahun 2004, dikeluarkan Peraturan 2005, yang dimaksud dengan keamanan hayati
Pemerintah (PP) yang erat terkait dengan PRG adalah keamanan lingkungan, keamanan
pemanfaatan PRG, khususnya pangan PRG, pangan dan/atau keamanan pakan PRG.
yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Keamanan lingkungan PRG adalah kondisi dan
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, upaya yang diperlukan untuk mencegah
Mutu dan Gizi Pangan. PP ini merupakan kemungkinan timbulnya risiko yang merugikan
bentuk implementasi dari amanah Undang- keanekaragaman hayati sebagai akibat
Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 pemanfatan PRG. Keamanan pangan PRG
tentang Pangan. Pada Pasal 14 ditentukan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk mencegah kemungkinan timbulnya risiko
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 133

yang merugikan dan membahayakan kesehatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


manusia sebagai akibat dari proses produksi, Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
penyiapan, penyimpanan, peredaran, dan Hayati Produk Rekayasa Genetik
pemanfaatan pangan PRG; sedangkan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 36 Bab
keamanan pakan PRG adalah kondisi dan upaya
Ketentuan Penutup pada PP No. 21 Tahun
yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan
2005, maka peraturan perundang-undangan
timbulnya dampak yang merugikan dan
yang berkaitan dengan keamanan lingkungan,
membahayakan kesehatan hewan dan ikan
keamanan pangan dan/atau keamanan pakan
sebagai akibat dari proses produksi, penyiapan,
PRG yang telah ada tetap berlaku, sepanjang
penyimpanan, peredaran, dan pemanfaatan
tidak bertentangan dengan atau belum diatur
pakan PRG (Peraturan Pemerintah Republik
lebih lanjut oleh PP No. 21 Tahun 2005. Dalam
Indonesia No. 21/2005).
pelaksanaannya, PP No. 21 Tahun 2005
dilandasi dengan pendekatan kehati-hatian
dalam rangka mewujudkan keamanan
Tahun 2012
lingkungan, keamanan pangan, dan/atau pakan
Pada tahun 2012, Undang-Undang Republik dengan mempertimbangkan kaidah agama,
Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan etika, sosial budaya, dan estetika serta
direvisi menjadi Undang-Undang Republik pelestarian.
Indonesia No. 18 Tahun 2012. Dalam Undang-
Pengaturan keamanan hayati pada PP No.
Undang Pangan No. 18 Tahun 2012,
21 Tahun 2005 lebih lengkap dibandingkan
Pemerintah menegaskan bahwa bagi setiap
dengan Keputusan Bersama Empat Menteri
orang yang akan memproduksi pangan atau
Tahun 1999, karena sudah mengatur ketentuan
melakukan kegiatan atau proses produksi
tentang penelitian dan pengembangan,
pangan menggunakan bahan baku, bahan
pemasukan PRG dari luar negeri, batas waktu
tambahan pangan, dan/atau bahan lain yang
proses pengkajian, dan notifikasi publik
dihasilkan dari rekayasa genetik pangan, harus
(Herman, 2009a). Ruang lingkup PP21/2005
sudah mendapat persetujuan keamanan pangan
meliputi jenis dan persyaratan PRG; penelitian
PRG yang diberikan oleh Pemerintah.
dan pengembangan PRG; pemasukan PRG dari
Ketentuan mengenai tata cara memperoleh
luar negeri, pengkajian, pelepasan dan
persetujuan keamanan pangan, ketentuan
peredaran serta pemanfaatan PRG; pengawasan
mengenai persyaratan dan prinsip penelitian
dan pengendalian PRG; kelembagaan; dan
dan pengembangan, dan pemanfaatan metode
pembiayaan.
rekayasa genetik pangan diatur dalam peraturan
pemerintah. Pemerintah akan memberlakukan
sanksi administratif kepada setiap orang yang
Jenis dan Persyaratan PRG
melanggar ketentuan tersebut.
Jenis PRG meliputi hewan PRG, ikan PRG,
Sehubungan dengan keamanan pangan
tanaman PRG dan jasad renik PRG. Dalam PP
PRG, peraturan Kepala Badan POM yang
No. 21/2005 dinyatakan pula bahwa PRG baik
berupa Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan
yang berasal dari dalam negeri maupun dari
PRG No. HK.00.05.23.3541 Tahun 2008
luar negeri yang akan dikaji atau diuji untuk
direvisi menjadi Pedoman Pengkajian
dilepas dan/atau diedarkan di Indonesia harus
Keamanan Pangan PRG No.
disertai informasi dasar sebagai petunjuk bahwa
HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012. Pada
produk tersebut memenuhi persyaratan
tahun yang sama, telah dikeluarkan Peraturan
keamanan lingkungan, keamanan pangan,
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
dan/atau keamanan pakan. Informasi dasar
No. 25 Tahun 2012 tentang Pedoman
sebagai petunjuk pemenuhan persyaratan
Penyusunan Dokumen Analisis Risiko
keamanan lingkungan antara lain meliputi
Lingkungan Produk Rekayasa Genetik.
deskripsi dan tujuan penggunaan, perubahan
Pedoman tersebut digunakan dalam pengkajian
genetik dan fenotipe yang diharapkan harus
keamanan lingkungan PRG.
terdeteksi, identitas jelas mengenai taksonomi,
134 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

fisiologi dan reproduksi PRG, organisme yang (2010) dan Halsey (2006). Ketentuan tersebut
digunakan sebagai sumber gen harus meliputi 1) mencegah lepasnya gen novel dari
dinyatakan secara jelas dan lengkap, metode lokasi percobaan melalui serbuk sari, biji/benih,
rekayasa genetik yang digunakan mengikuti atau bagian tanaman lain (genetic confinement);
prosedur baku yang secara ilmiah dapat 2) mencegah bahan tanaman PRG untuk
dipertanggungjawabkan kesahihannya, dikonsumsi oleh manusia dan hewan ternak
karakterisasi molekuler PRG harus terinci jelas, (material confinement), 3) dan mencegah
ekspresi gen yang ditransformasikan ke PRG lepasnya tanaman PRG dari lokasi percobaan
harus stabil, dan cara pemusnahan bila terjadi (material confinement).
penyimpangan (PP No. 21/2005).
Informasi dasar sebagai petunjuk
Pemasukan PRG dari Luar Negeri
pemenuhan persyaratan keamanan pangan dan
keamanan pakan antara lain meliputi metode Setiap orang yang akan memasukkan PRG
rekayasa genetik yang digunakan mengikuti sejenis dari luar negeri untuk pertama kali,
prosedur baku yang secara ilmiah dapat wajib mengajukan permohonan kepada menteri
dipertanggungjawabkan kesahihannya. Kan- yang berwenang atau Kepala LPNK yang
dungan gizi PRG secara substansial harus berwenang. Permohonan tersebut wajib
sepadan dengan yang non-PRG. Kandungan dilengkapi dengan dokumen yang menerangkan
senyawa beracun, antigizi dan penyebab alergi bahwa persyaratan keamanan lingkungan,
dalam PRG secara substansial harus sepadan keamanan pangan dan/atau keamanan pakan
dengan yang non-PRG. Kandungan karbohidrat, telah dipenuhi.
protein, abu, lemak, serat, asam amino, asam Selain itu, pemasukan PRG dari luar
lemak, mineral, dan vitamin dalam PRG secara negeri wajib dilengkapi pula dengan surat
substansial harus sepadan dengan yang non- keterangan bahwa PRG tersebut telah
PRG, protein yang disandi gen yang diperdagangkan secara bebas di negara asalnya
dipindahkan tidak bersifat allergen, dan cara serta dokumentasi hasil pengkajian dan
pemusnahan bila terjadi penyimpangan harus pengelolaan risiko dari institusi yang
jelas (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia berwenang di mana pengkajian risiko pernah
No. 21/2005). dilakukan.

Penelitian dan Pengembangan PRG Pengkajian, Pelepasan dan Peredaran, serta


Tata cara penelitian dan pengembangan PRG Pemanfaatan PRG
diatur dalam Bab III PP No. 21/2005. Setiap PRG yang dihasilkan dari kegiatan penelitian
orang yang melakukan penelitian dan dan pengembangan sebelum diusulkan untuk
pengembangan PRG wajib mencegah dan/atau dilepas dan/atau diedarkan, harus dikaji/diuji
menanggulangi dampak negatif kegiatannya efikasi dan memenuhi persyaratan keamanan
pada kesehatan manusia dan lingkungan. hayati. Pengkajian adalah keseluruhan proses
Pengujian PRG harus dilakukan di pemeriksaan dokumen dan pengujian PRG serta
laboratorium, Fasilitas Uji Terbatas (FUT), faktor sosial-ekonomi terkait.
dan/atau Lapangan Uji Terbatas (LUT). FUT
adalah suatu fasilitas yang dibangun untuk Tata cara pengkajian, pelepasan dan
melaksanakan kegiatan perakitan dan pengujian peredaran serta pemanfaatan PRG diatur dalam
tanaman PRG dengan konsep pengelolaan Bab V PP No. 21/2005. Pengkajian
risiko sampai pada suatu tingkatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan permohonan tertulis
diterima. Sementara itu, LUT yang digunakan yang diajukan oleh pemohon kepada Menteri
untuk percobaan tanaman PRG juga harus yang berwenang atau kepala Lembaga
memenuhi ketentuan pembatasan/pengamanan Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang
(confinement) gen novel dan bahan tanaman berwenang. Dalam hal pengajuan izin pelepasan
PRG yang diadopsi dari CropLife International ke lingkungan, selanjutnya Menteri yang
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 135

berwenang atau kepala LPNK yang berwenang Apabila hasil penilaian tidak memenuhi syarat,
menyampaikan permohonan rekomendasi Ketua BBN menolak pelepasan varietas, dan
keamanan lingkungan PRG kepada Menteri. Ketua BBN atas nama Menteri menolak usulan
Menteri adalah Menteri yang bertanggung tersebut. Namun apabila permohonan tersebut
jawab di bidang lingkungan hidup. memenuhi syarat, pelepasan varietas
dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri.
Dalam rangka pemberian rekomendasi
Sementara, untuk Pangan PRG yang sudah
keamanan hayati PRG, Menteri yang
dinyatakan aman untuk dikonsumsi dan dijual
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang
dalam bentuk kemasan, maka label pangan
dibantu oleh Komisi Keamanan Hayati (KKH)
wajib mengikuti PP Nomor 69 Tahun 1999
dan Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH)
pasal 35 tentang Label dan Iklan Pangan sesuai
untuk melakukan pengkajian dokumen teknis
dengan nilai threshold tertentu.
dan uji lanjutan apabila diperlukan. Balai
Kliring Keamanan Hayati (BKKH) selaku
perangkat KKH mengumumkan penerimaan Pengawasan dan Pengendalian PRG
permohonan, proses, dan ringkasan hasil
PRG yang telah dilepas, diedarkan dan/atau
pengkajian di tempat yang dapat diakses oleh
dimanfaatkan, pengawasan dan pengendalian
masyarakat untuk memberikan kesempatan
PRG diatur dalam Bab VI PP No. 21/2005. Bila
kepada masyarakat untuk menyampaikan
PRG yang telah dilepas, diedarkan, dan/atau
tanggapannya. KKH menyampaikan rekomen-
dimanfaatkan, ternyata di kemudian hari
dasi keamanan lingkungan kepada Menteri,
menimbulkan dampak negatif terhadap
rekomendasi keamanan pangan dan/atau
lingkungan hidup, kesehatan manusia dan/atau
keamanan pakan kepada Menteri yang
kesehatan hewan, maka pemohon wajib
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang.
melaporkan kejadian tersebut kepada menteri,
Menteri yang berwenang atau Kepala LPNK
menteri yang berwenang dan/atau Kepala
yang berwenang wajib mendasarkan
LPNK yang berwenang. Bagi konsumen atau
keputusannya pada rekomendasi keamanan
masyarakat yang mengetahui adanya dampak
hayati yang diberikan oleh Menteri atau Ketua
negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan
KKH.
manusia dan/atau kesehatan hewan yang
Terhadap PRG yang telah memperoleh disebabkan oleh PRG yang telah dilepas,
rekomendasi keamanan hayati, Menteri yang diedarkan, dan/atau dimanfaatkan, dapat
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang melaporkan kejadian tersebut kepada menteri,
memberikan izin pelepasan dan/atau peredaran menteri yang berwenang dan/atau Kepala
sesuai dengan peraturan perundang-undangan LPNK yang berwenang.
yang berlaku dan dapat dimanfaatkan untuk
Selanjutnya, menteri, menteri yang
kebutuhan di berbagai bidang sesuai dengan
berwenang dan/atau Kepala LPNK yang
izin peruntukannya. Tanaman transgenik
berwenang setelah menerima laporan, menu-
setelah dinyatakan aman lingkungan memiliki
gaskan KKH untuk melakukan pemeriksaan
status sebagaimana varietas tanaman umumnya.
dan pembuktian atas kebenaran laporan.
Apabila akan dibudidayakan di wilayah
Apabila hasil pemeriksaan membuktikan bahwa
Indonesia masih harus dilakukan proses
PRG yang dilaporkan ternyata menimbulkan
pengujian/pelepasan varietas berdasarkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 12
kesehatan manusia, dan/atau kesehatan hewan,
Tahun 1992 Pasal 12. Rencana pengujian
maka menteri yang berwenang atau Kepala
varietas harus disampaikan kepada Tim Penilai
LPNK yang berwenang dapat mencabut
dan Pelepas Varietas dan Badan Benih Nasional
keputusan pelepasan atau peredaran PRG dan
(BBN). Menurut Kepmentan, hasil pengujian
memerintahkan kepada penanggung jawab
tersebut dapat diajukan kepada Menteri
kegiatan wajib untuk melakukan tindakan
Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional
pengendalian dan penanggulangan, serta
untuk dinilai dalam pelepasan varietas. Hasil
menarik PRG yang bersangkutan dari
penilaian disampaikan kepada Ketua BBN.
peredaran.
136 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

Kelembagaan Pada tahun 2010, KKH telah dibentuk


berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Dengan disahkannya PP No. 21 Tahun 2005
Indonesia No. 39 yang masa tugasnya berakhir
tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa
pada bulan Juni 2013 (Herman, 2014). Dengan
Genetik dan dalam rangka melaksanakan
dibentuknya KKH, maka TTKH dibentuk
ketentuan pasal 29 dari peraturan tersebut,
melalui Keputusan Ketua KKH No. 1 Tahun
maka perlu dibentuk kelembagaan yang terdiri
2011 (Herman, 2012). Setelah berakhirnya
dari Komisi Keamanan Hayati Produk
masa tugas KKH pada tahun 2013, selanjutnya
Rekayasa Genetik (KKH PRG), Balai Kliring
pada tahun 2014 KKH yang baru telah
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.
(BKKH PRG), dan Tim Teknis Keamanan
181 Tahun 2014 (Herman, 2015).
Hayati Produk Rekayasa Genetik (TTKH PRG).
KKH PRG adalah komisi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Proses Penetapan status Produk Rekayasa
Keanggotaan KKH terdiri atas unsur Genetik di Indonesia
pemerintah dan nonpemerintah. KKH PRG
Status Pengkajian Keamanan Hayati
memberikan rekomendasi keamanan hayati
(Keamanan Lingkungan) Produk Enzim yang
PRG kepada Menteri Negara Lingkungan
Berasal dari Fermentasi Jasad Renik PRG
Hidup, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan,
Tahun 2001−2012
Menteri Kelautan dan Perikanan, atau Kepala
Badan POM, dan membantu pelaksanaan Setelah Kepber Menteri Pertanian, Menteri
pengawasan terhadap pemasukan dan Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan,
pemanfaatan PRG, serta pemeriksaan dan dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura
pembuktian atas kebenaran laporan adanya No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts-
dampak negatif tanaman PRG (Peraturan IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/99; 015A/
Presiden Republik Indonesia No. 39/2010). NmenegPHOR/09/1999 tentang Keamanan
Hayati dan Keamanan Pangan PRG, serta
BKKH PRG adalah perangkat KKH yang
dibentuknya Komisi Keamanan Hayati dan
berfungsi sebagai sarana komunikasi antara
Keamanan Pangan (KKHKP), dan Tim Teknis
KKH dengan pemangku kepentingan. BKKH
Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan
PRG bertugas mengumumkan penerimaan
(TTKHKP), ada dua permohonan pengkajian
permohonan, proses, dan ringkasan hasil
keamanan hayati (keamanan lingkungan)
pengkajian PRG di tempat yang dapat diakses
terhadap produk enzim yang digunakan sebagai
oleh masyarakat. BKKH PRG merupakan
imbuhan pakan (feed additive). Dua enzim
bentuk dari transparansi informasi terkait PRG.
tersebut adalah Ronozyme P dan Finase P dan
Melalui BKKH PRG, masyarakat diberikan
L, dan telah dinyatakan aman hayati (aman
kesempatan untuk menyampaikan
terhadap lingkungan dan keanekaragaman
tanggapannya terkait PRG yang sedang
hayati) oleh KKHKP pada tahun 2001.
ditangani.
Setelah PP No. 21 Tahun 2005 tentang
TTKH PRG adalah tim yang diberi tugas
Keamanan Hayati PRG ditetapkan, satu produk
membantu KKH dalam melakukan evaluasi dan
enzim yang berasal dari fermentasi tertutup
pengkajian teknis keamanan hayati serta
jasad renik PRG (atau dapat disebut sebagai
kelayakan pemanfaatan PRG. Keanggotaan
enzim PRG) telah diajukan untuk pengkajian
TTKH PRG terdiri atas para pakar dari berbagai
keamanan hayati. Enzim tersebut adalah
disiplin ilmu yang berkaitan dengan PRG.
Ronozyme AX, yang digunakan untuk imbuhan
TTKH PRG dibagi menjadi tiga bidang, yaitu
pakan ternak. Status pengkajian Ronozyme AX
bidang keamanan lingkungan, keamanan
telah dimasukkan ke BKKH untuk notifikasi
pangan, dan keamanan pakan. Setiap bidang
publik selama 60 hari. Setelah itu, masukan
terdiri atas koordinator, wakil koordinator dan
publik terhadap Ronozyme AX tersebut telah
anggota.
dikirim BKKH ke KKH, dan selanjutnya telah
dinyatakan aman hayati (aman terhadap
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 137

lingkungan dan keanekaragaman hayati) oleh digunakan sebagai vaksin (atau dapat disebut
KKH pada tahun 2012 (Tabel 1). sebagai vaksin PRG) untuk hewan diajukan
untuk pengkajian keamanan lingkungan melalui
pengujian di FUT dan/atau LUT, dan
Status Pengajuan untuk Pengujian Keamanan pengkajian keamanan lingkungannya.
Lingkungan Jasad Renik PRG untuk Vaksin Pengujian keamanan lingkungan jasad renik
Hewan di FUT dan LUT Tahun 2007−2010, PRG untuk vaksin hewan telah dilakukan di
dan Pengkajian Keamanan Lingkungannya FUT atau LUT pada tahun 2007−2010. Setelah
Tahun 2015 pengujian, dilakukan pengkajian keamanan
Selain enzim yang berasal dari fermentasi jasad lingkungannya. Beberapa jasad renik PRG
renik PRG yang digunakan sebagai imbuhan untuk vaksin hewan telah memperoleh sertifikat
pakan, beberapa jasad renik PRG yang aman lingkungan pada tahun 2015 (Tabel 2).

Tabel 1. Status pengkajian keamanan hayati (keamanan lingkungan) produk enzim yang berasal dari fermentasi
jasad renik PRG, 2001−2012
Jasad renik
Nama produk Sumber gen Kegunaan Kandungan enzim Status
PRG
Ronozyme P Aspergillus Peniophora Imbuhan phytase Aman terhadap
oryzae lyci pakan lingkungan dan
ternak keanekaragaman
hayati
pada 2001
Finase P dan Trichoderm Escherichia Imbuhan phytase, β- Aman terhadap
Finase L a reesei coli pakan glucanase, lingkungan dan
ternak cellulose, dan keanekaragaman
xylanase hayati
pada 2001
Ronozyme AX Aspergillus Thermomyces Imbuhan alpha amylase, Aman terhadap
oryzae lanuginosus pakan endo β-glucanase, lingkungan dan
ternak dan endo-xylanase keanekaragaman
hayati
pada 2012
Sumber: Herman (2010, 2014)

Tabel 2. Status pengkajian keamanan lingkungan jasad renik PRG yang digunakan untuk vaksin hewan, 2015
Status
Nama produk Kegunaan vaksin
Keamanan No. SK
Ingelvac Untuk Ingelvac Circoflex Aman lingkungan S-348/MENLHK-KSDAE/2015
Circoflex porcine circovirus associated tanggal 6 Agustus 2015
disease (PCVAD) pada babi
Vectormune® Untuk pengendalian dan Aman lingkungan S-349/MENLHK-KSDAE/2015
HVTNDV penanggulangan penyakit tanggal 6 Agustus 2015
Marek’s disease (MD) dan
Newcastle disease (ND) yang
virulen pada ayam
Himmvac Untuk pengendalian penyakit Aman lingkungan S-350/MENLHK-KSDAE/2015
Dalguban BN Newcastle disease (ND) dan tanggal 6 Agustus 2015
plus oil vaccine infectious bronchitis (IB) pada
ternak ayam
Sumber: Balai Kliring Kemanan Hayati Indonesia (2015)
138 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

Status Pengkajian Keamanan Hayati gen interes, sistem transformasi, dan stabilitas
(Keamanan Lingkungan) Tanaman PRG genetic; sedangkan informasi keamanan
Tahun 1999 lingkungan terdiri atas dampak terhadap
organisme nontarget, dampak terhadap
Di bidang tanaman, setelah dikeluarkannya
keanekaragaman hayati, perpindahan gen, dan
beberapa peraturan perundang-undangan yang
potensi menjadi gulma.
terkait dengan keamanan hayati PRG baik
dalam bentuk keputusan menteri, peraturan Berdasarkan rekomendasi dari TTKH,
pemerintah, dan undang-undang, ada dua KKH menetapkan aman hayati terhadap lima
pemohon telah mengajukan pengkajian event tanaman PRG. Data tentang kelima
keamanan hayati (aman lingkungan) PRG, tanaman PRG yaitu kapas TSH event
yaitu tanaman tahan serangga hama (TSH) dan MON531/757/1076, kapas TH
tanaman toleran herbisida (TH). Kelima event MON1445/1698, jagung TSH MON810, jagung
tanaman PRG (kapas TSH event TH GA21, dan kedelai TH GTS40-3-2 dapat
MON531/757/1076, kapas TH dilihat pada Tabel 3.
MON1445/1698, jagung TSH MON810, jagung
TH GA21, dan kedelai TH GTS40-3-2) dari
pemohon pertama dan satu event (jagung TSH Status Penelitian Tanaman PRG di FUT dan
MON810) dari pemohon kedua tersebut telah LUT Tahun 2010-2014
diuji di FUT. Tanaman PRG yang dilanjutkan Setelah ditetapkannya Kepber empat Menteri
untuk percobaan di LUT hanya lima event milik Tahun 1999 tentang Keamanan Hayati dan
pemohon pertama. Setelah hasil percobaan Keamanan Pangan PPHRG dan PP No. 21
LUT dan dokumen keamanan hayati dievaluasi Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG,
oleh TTKH, maka TTKH merekomendasikan beberapa tanaman PRG seperti jagung PRG,
aman hayati (aman lingkungan) terhadap kentang PRG, padi PRG, papaya PRG, tebu
kelima event tanaman PRG tersebut kepada PRG, tomat PRG, dan ubi kayu PRG telah
KKH. Data dan dokumen keamanan diajukan untuk penelitian di FUT dan LUT.
lingkungan tanaman PRG meliputi informasi Status penelitian beberapa tanaman PRG dapat
genetik dan informasi keamanan lingkungan. dilihat pada Tabel 4.
Informasi genetik yang diperlukan antara lain
informasi mengenai elemen genetik, sumber

Tabel 3. Status pengkajian keamanan hayati (keamanan lingkungan) tanaman PRG, 1999

Teknik transfer Aman hayati


Tanaman Event Sifat Gen Sumber gen
gen (lingkungan)
Jagung GA21 TH mEPSPS Jagung Penembakan Aman hayati
glifosat partikel (1999)*

Jagung MON810 TSH Cry1Ab B. thuringiensis Penembakan Aman hayati


subsp. kurstaki partikel (1999)*

Kapas MON1445/1698 TH CP4 A. tumefaciens A. tumefaciens Aman hayati


glifosat EPSPS strain CP4 (1999)*

Kapas MON531/757/1076 TSH Cry1Ac B. thuringiensis A. tumefaciens Aman hayati


subsp. kurstaki (1999)*

Kedelai GTS 40-3-2 TH CP4 A. tumefaciens Penembakan Aman hayati


glifosat EPSPS strain CP4 partikel (1999)*
Keterangan:TH = toleran herbisida, TSH = tahan serangga hama, mEPSPS = mutated/modified 5-enolpyruvylshikimate-
3-phosphate synthase. * = ketetapan aman hayati (lingkungan) oleh Komisi Keamanan Hayati (KKH).
Sumber: KKH (1999a, 1999b)
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 139

Tabel 4. Status penelitian tanaman PRG di FUT dan LUT, 2010−2014


Tanaman FUT
Sifat LUT
PRG Rumah kaca Rumah kasa
Jagung Tahan penggerek jagung (MON89034) 2009−2010 - 2010
Jagung Stacked genes (MON89034xNK603) 2010 - 2011−2012
Jagung Stacked genes (Bt11xGA21) 2011 - 2012−2013
Jagung Tahan penggerek jagung (TC1507) 2009−2010 - -
Jagung Toleran herbisida (NK603) 2001 - 2002 dan
2012−2014
Kentang Tahan penyakit hawar daun 2007−2008 - 2007−2013
Padi Tahan penggerek batang kuning (gen cry) 2000−2002 - 2003−2007
Padi Tahan penggerek batang kuning (fusi dua 2005−2007 2010−2014
gen cry dan gen cry dengan promoter
terinduksi )
Padi Efisiensi penggunaan nitrogen 2007−2010 - -
Padi Tahan wereng coklat 2010 - -
Papaya Penundaan kemasakan 2005 2006-2010 -
Tebu Toleran kekeringan 2005−2007 - 2005−2007
Tebu Randemen tinggi 2008 - 2008−2010
Tebu Randemen tinggi 2012 - 2012
Tomat Tahan penyakit TYLCV dan CMV 2007−2008 - 2009 dan 2015
Tomat Sedikit biji (partenokapi) 2006−2007 2009 -
Ubi kayu Kandungan amilosa rendah 2005 2006-2008 2007−2010
Keterangan: PRG = produk rekayasa genetik; FUT = fasilitas uji terbatas; LUT = lapangan uji terbatas; TYLCV = tomato
yellow leaf curl virus; CMV = cucumber mosaic virus.
Sumber: Herman (2010, 2012, 2014).

Tabel 5. Status pengkajian keamanan lingkungan tanaman PRG, 2011−2015


Teknik transfer Aman hayati
Tanaman Event Sifat Gen Sumber gen
gen (lingkungan)
Tebu NXI-1T, NXI-4T, TK BetA Rhizobium meliloti A. tumefaciens Aman lingkungan
dan NXI-6T (2011)**
Jagung NK603 TH CP4 A. tumefaciens strain Penembakan Aman lingkungan
glifosat EPSPS CP4 partikel (2015)**
Keterangan: TH = toleran herbisida, TK = toleran kekeringan, ** = rekomendasi aman lingkungan dari KKH dan
ketetapan aman lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup.
Sumber: Herman (2010, 2014, 2015)

Status Pengkajian Keamanan Lingkungan dan jagung PRG tersebut telah memperoleh
Tanaman PRG di Indonesia Tahun 2011−2015 sertifikat keamanan lingkungan (Tabel 5).
Berdasarkan amanah PP 21 Pasal 20 ayat (4),
Dari sejumlah tanaman PRG yang telah diteliti
pada tahun 2012 telah dikeluarkan Peraturan
di FUT dan LUT, hanya dua tanaman PRG
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 25 tentang
yang sudah pada taraf pengkajian keamanan
Pedoman Penyusunan Dokumen Analisis
lingkungan, yaitu jagung PRG (TH NK603) dan
Risiko Lingkungan PRG.
tebu PRG (toleran kekeringan NXI-1T, NXI-
4T, dan NXI-6T), bahkan tiga event tebu PRG
140 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

Status Pengkajian Keamanan Pangan MON89788 (Tabel 6). Kemudian pada tahun
Tanaman PRG Tahun 2011-2015 2012-2013 dari 11 event tanaman PRG yang
dikaji ada enam event tanaman PRG yang
Menindak lanjuti amanah PP No. 21 Pasal 20
ditetapkan aman pangan (Tabel 7).
ayat (4), pada tahun 2008 dikeluarkan Peraturan
Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.23.3541
tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Status Pengkajian Keamanan Pakan
PRG. Pada tahun 2012, peraturan Kepala Badan Tanaman PRG Tahun 2013
POM tersebut direvisi menjadi Peraturan
Sehubungan dengan belum adanya Pedoman
Kepala Badan POM Nomor
Pengkajian Keamanan Pakan PRG, maka
HK.03.1.23.03.12.1563 tentang Pedoman
berdasarkan Kepber Menteri Pertanian, Menteri
Pengkajian Keamanan Pangan PRG oleh Badan
Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan,
POM yang kemudian direvisi pada tahun 2012.
dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura
Sejak tahun 2008, ada beberapa pemohon telah
No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts-IX/
mengajukan permohonan secara tertulis kepada
1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/99; 015A/
Kepala Badan POM untuk mengkaji keamanan
NmenegPHOR/09/1999 tentang Keamanan
pangan beberapa tanaman PRG. Tanaman PRG
Hayati dan Keamanan Pangan PRG, telah
yang diajukan adalah jagung PRG TH NK603,
dilakukan pengkajian keamanan pakan terhadap
jagung PRG TSH MON89034, jagung PRG TH
dua tanaman PRG. Dari hasil pengkajian oleh
GA21, jagung PRG TSH Bt11, jagung PRG
TTKHKP Kelompok Tanaman dan Kelompok
TSH MIR604, jagung PRG MIR162, jagung
Hewan maka telah direkomendasikan aman
PRG MA (modifikasi amilase untuk produksi
pakan terhadap jagung PRG NK603 dan jagung
etanol) event 3272, kedelai PRG TH GTS40-3-
PRG MON89034. Rekomendasi aman pakan
2, kedelai PRG TH MON89788, dan tebu PRG
tersebut disampaikan ke KKH untuk
TK tiga event (NXI-1T, NXI-4T, dan NXI-6T).
disidangkan yang kemudian memberikan
Pada tahun 2011, sudah ada delapan event
rekomedasi aman pakan ke Menteri Pertanian,
tanaman PRG yang telah ditetapkan aman
yang kemudian mengeluarkan sertifikat aman
pangan, yaitu jagung PRG TH NK603, jagung
pakan pada tahun 2013 (Tabel 8). Pedoman
PRG TSH MON89034, jagung PRG TH GA21,
Pengkajian Keamanan Pakan PRG sedang
jagung PRG TSH Bt11, jagung PRG TSH
dalam proses penandatanganan oleh Menteri
MIR604, jagung PRG MIR162, kedelai PRG
Pertanian (Herman, 2015).
TH GTS40-3-2, dan kedelai PRG TH

Tabel 6. Status pengkajian keamanan pangan tanaman PRG, 2011


TTKHKP KKH
Reko-
Tanaman Rapat Aman
Sifat Event Sekre- Rapat mendasi Sekre- Rapat
PRG tim BKKH pangan
tariat pleno aman ke tariat pleno
kecil
KKH
Jagung TH NK603 + + + + +* +** +*** +
Jagung TSH MON89034 + + + + +* +** +*** +
Jagung TH GA21 + + + + +* +** +*** +
Jagung TSH Bt11 + + + + +* +** +*** +
Jagung TSH MIR162 + + + + +* +** +*** +
Jagung TSH MIR604 + + + + +* +** +*** +
Kedelai TH GTS40-3-2 + + + + +* +** +*** +
Kedelai TH MON89788 + + + + +* +** +*** +
Keterangan: PRG = produk rekayasa genetik; TH = toleran herbisida; TSH = tahan serangga hama; TK = toleran
kekeringan; MA = modifikasi amilase untuk produksi etanol; TTKHKP = tim teknis keamanan hayati dan
keamanan pangan; KKH = komisi keamanan hayati; BKKH = balai kliring keamanan hayati; + sudah
dilaksanakan; - = belum dilaksanakan; * = notifikasi publik sudah selesai dilaksanakan selama 60 hari; ** =
masukan dari publik sudah dikirimkan ke sekretariat KKH ; *** rekomendasi aman pangan dari KKH ke
Badan POM.
Sumber: Herman (2015)
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 141

Tabel 7. Status pengkajian keamanan pangan tanaman PRG, 2012−2015


TTKH KKH
Reko-
Tanaman Rapat Aman
Sifat Event Sekre- Rapat mendasi Sekre- Rapat
PRG tim BKKH pangan
tariat pleno aman ke tariat pleno
kecil
KKH
Jagung MA 3272 + + + + +* +** + + (2012)
+ ***
Jagung TSH TC1507 + + + + +* +** -
(2014)
+**
Jagung TH MON87427 + + + + +* - -
(2015)
+**
Jagung TK MON87460 + + + + +* - -
(2015)
Kedelai MALTJ MON87705 + + + + +* +** +*** + (2013)
Kedelai TSH MON87701 + + + + +* +** +*** + (2013)
+
Kedelai MALTJ MON87708 + + + + +* +** -
(2014)
+**
Kedelai TH MON87769 + + + + +* - -
(2015)
Tebu TK NXI-1T + + + + +* +** +*** + (2012)
NXI-4T, dan
Tebu TK + + + + +* +** +*** + (2012)
NXI-6T
Keterangan: PRG = produk rekayasa genetik; TH = toleran herbisida; TSH = tahan serangga hama; TK = toleran kekeringan;
MA = modifikasi amilase untuk produksi etanol; TTKHKP = tim teknis keamanan hayati dan keamanan pangan;
KKH = komisi keamanan hayati; BKKH = balai kliring keamanan hayati; + sudah dilaksanakan; - = belum
dilaksanakan; * = notifikasi publik sudah selesai dilaksanakan selama 60 hari; ** = masukan dari publik sudah
dikirimkan ke sekretariat KKH; *** rekomendasi aman pangan dari KKH ke Badan POM.
Sumber: Herman (2013, 2014, 2015)

Tabel 8. Status pengkajian keamanan pakan tanaman PRG, 2013

TTKHKP KKH
Tanaman Rapat kel. Reko- Aman
Sifat Event Rapat
PRG Sekre- tanaman Rapat mendasi Rapat pakan
tim BKKH
tariat dan kel. pleno aman ke pleno
kecil
hewan KKH
Jagung TH NK603 + + + + + +* +** +
Jagung TSH MON8 + + + + + +* +** +
9034
Keterangan: PRG = produk rekayasa genetik; TH = toleran herbisida; TSH = tahan serangga hama; + sudah dilaksanakan;
TTKHKP = Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan; KKH = Komisi Keamanan Hayati; * =
notifikasi publik sudah selesai dilaksanakan selama 60 hari; ** =rekomendasi aman pangan dari KKH ke Badan
POM.
Sumber: Herman (2012, 2014)

Pengalaman Indonesia dalam Melepas Pelepasan 2001


Tanaman Produk Rekayasa Genetik dalam
Tanaman PRG yang pernah dilepas untuk
Hal Ini Kapas Bt
komersial di Indonesia adalah kapas Bt.
Pengalaman Indonesia dalam melepas tanaman Berdasarkan rekomendasi KKHKP, kapas Bt
PRG dalam hal ini kapas Bt, terjadi pada tahun telah memperoleh status aman hayati melalui
2001-2003 (Herman, 2003). Adapun kronologis proses evaluasi, pengkajian dan pengujian baik
pelepasan tersebut diuraikan di bawah ini: di FUT dan LUT. Pada tanggal 7 Februari 2001
142 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

dikeluarkan Keputusan Menteri Pertanian dan sosial ekonomi, membuktikan bahwa kapas
Republik Indonesia No. 107/Kpts/KB.430/2/ Bt di Sulawesi Selatan aman terhadap
2001 tentang Pelepasan Secara Terbatas Kapas lingkungan, produktivitas tinggi, tahan terhadap
Bt DP5690B sebagai Varietas Unggul dengan hama dan menguntungkan bagi petani kapas di
nama NuCotn 35B (Bollgard) (Mentan, 2001a). wilayah Sulawesi Selatan. Keuntungan bersih
Keputusan tersebut dikeluarkan berdasarkan petani kapas Bt berkisar antara Rp3,1 juta
beberapa pertimbangan sebagai berikut: bahwa hingga Rp5,6 juta per ha dibandingkan hanya
tanaman PRG dapat memberikan manfaat yang Rp600.000 per ha pada kapas non Bt (Lokollo
besar, namun ada kemungkinan mempunyai et al. 2001). Selain itu petani kapas yang
dampak negatif terhadap keanekaragaman tergabung dalam Asosiasi Petani Kapas
hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia; Indonesia meminta agar penanaman kapas Bt
bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan tetap dilanjutkan dalam musim tanam 2002.
kapas dalam negeri diperlukan tanaman kapas
Berdasarkan dua hal tersebut maka
varietas unggul yang tahan terhadap hama
Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri
utama kapas; bahwa para petani kapas di
Pertanian No. 03/Kpts/KB.430/1/2002 tentang
Sulawesi Selatan sangat mengharapkan
Pelepasan Secara Terbatas Kapas Bt DP5690B
tersedianya varietas kapas yang tahan terhadap
Varietas Unggul dengan Nama Nuctr 35B
hama untuk pengembangan kapas pada musim
(Bollgand) melanjutkan pelepasan kapas Bt
tanam tahun 2001; bahwa berdasarkan hasil uji
untuk ditanam di tujuh kabupaten di Provinsi
adaptasi di Kabupaten Takalar, Gowa,
Sulawesi Selatan seperti tahun 2001 (Mentan,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan
2002).
Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, kapas Bt
DP5690B tahan terhadap hama utama kapas
Helicoverpa armigera, produksinya tinggi, dan Pelepasan 2003
mutu seratnya baik. Hasil kajian tahun 2002 Tim Pengendalian
Pelepasan terbatas yang dimaksud Kapas Transgenik yang terdiri atas tiga bidang
Keputusan Menteri Pertanian tersebut adalah yaitu Bidang Produksi dan Pengembangan,
terbatas untuk dimanfaatkan oleh petani Bidang Pengkajian (yang terbagi menjadi tiga
pekebun di Provinsi Sulawesi Selatan yang sub bidang yaitu Subbidang Daya Hasil,
meliputi Kabupaten Bantaeng, Bone, Subbidang Analisis Risiko Lingkungan, dan
Bulukumba, Gowa Soppeng, Takalar, dan Wajo Subbidang Sosial Ekonomi), dan Bidang
dalam jangka pelepasan satu tahun sejak Pemantauan dan Pengawasan, telah melaporkan
tanggal ditetapkan. Varietas kapas Bt tersebut hasil pengujian analisis risiko lingkungan dan
dilarang untuk dikembangkan di daerah lain sosial ekonomi tahun 2002 yang menunjukkan
selain tujuh kabupaten tersebut di atas. bahwa kapas Bt tidak menimbulkan dampak
Penanaman dan pemanfaatan varietas kapas Bt negatif terhadap lingkungan dan 95,79% petani
harus dipantau dan dievaluasi secara terpadu di lokasi kajian berkeinginan menanam kembali
oleh Tim Pemantau dan Pengawasan kapas Bt pada musim tanam berikutnya karena
Penggunaan kapas Bt yang telah dibentuk oleh rata-rata keuntungan petani kapas Bt adalah
Gubernur Sulawesi Selatan, Tim Penilai dan Rp1.386.706 per ha dibandingkan hanya
Pelepas Varietas (TPPV), dan KKHKP. Di Rp756.299 per ha pada kapas non-Bt (Siregar
samping itu, suatu Tim Pengendalian yang dan Kolopaking, 2002). Laporan tersebut
disebut dengan Tim Pengendalian Kapas dipresentasikan dalam Diskusi Ilmiah tentang
Transgenik telah dibentuk oleh Menteri Evaluasi Pelepasan Terbatas Kapas Bt di
Pertanian (Mentan 2001b). Sulawesi Selatan, pada tahun 2002.
Berdasarkan hasil laporan tersebut
Pelepasan 2002 Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri
Pertanian No. 102/Kpts/KB.430/2/2003
Hasil evaluasi kapas Bt musim tanam 2001
melanjutkan pelepasan kapas Bt. Pelepasan
yang meliputi hasil analisis risiko lingkungan
tersebut tetap terbatas dalam hal waktu
(ARL), uji daya hasil, ketahanan terhadap hama
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 143

pelepasan yang hanya setahun dan untuk untuk Keamanan Hayati dan Pangan (KHP)
ditanam di sembilan kabupaten di Provinsi melalui surat tertanggal 4 Mei 2001 (MARI,
Sulawesi Selatan, yaitu Takalar, Gowa, 2004). Koalisi ORNOP (kata lain dari Lembaga
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, Wajo, Swadaya Masyarakat atau LSM) KHP terdiri
Jeneponto, dan Sinjai. Dua kabupaten yang atas beberapa ORNOP antara lain Indonesian
terakhir merupakan kabupaten baru Center for Environmental Law (ICEL),
dibandingkan dengan lokasi pada pelepasan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
tahun 2001 dan 2002 (Mentan, 2003). Namun (YLKI), Konsorsium Pelestarian Hutan Alam
demikian, walaupun telah mendapatkan izin Indonesia (KONPHALINDO), Yayasan
pelepasan, perusahaan pemilik kapas Bt Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan
memutuskan untuk menghentikan penanaman Masyarakat, dan Yayasan Biodinamika
kapas tersebut di Indonesia. Pertanian Indonesia. Pada bulan September
2001, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Sewaktu kapas Bt dilepas secara terbatas
melalui putusannya tanggal 27 September 2001
di Sulawesi Selatan pada tahun 2001-2003,
No. 71/G.TUN/2001/PTUN.JKT, menolak
untuk keperluan pemantauan dan pemanfaatan
gugatan para Penggugat seluruhnya. Putusan
kapas Bt, serta dalam rangka pendekatan kehati-
tersebut dikuatkan dalam tingkat banding oleh
hatian, telah dibentuk suatu Tim Pengendalian.
Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya
Tim ini disebut dengan Tim Pengendalian
tanggal 12 Maret 2002 No. 16/B/2002/
Kapas Transgenik dan dibentuk melalui
PT.TUN.JKT (MARI, 2004). Keputusan
Keputusan Menteri Pertanian No. 305/Kpts/
penolakan gugatan tersebut lebih dikuatkan lagi
Kp.150/5/2001 pada tanggal 16 Mei 2001
oleh putusan Mahkamah Agung RI Nomor
(Mentan, 2001b). Keanggotaan Tim
336K/TUN/2002 tertanggal 31 Agustus 2004
Pengendalian berasal dari unsur Menteri Negara
yang menolak kasasi dari penggugat, yaitu
Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian
Koalisi ORNOP KHP (MARI, 2004).
Dampak Lingkungan Pusat, Departemen
Pertanian, Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan, Tim Penilai dan Pelepas
KESIMPULAN DAN SARAN
Varietas, Komisi Keamanan Hayati dan
Keamanan Pangan, Kelompok Pakar
Bioteknologi, Lingkungan, Sosial Ekonomi, Kesimpulan
dan Pemuliaan. Tim tersebut terdiri dari
berbagai bidang terkait, antara lain Bidang Indonesia adalah salah satu negara yang kaya
Produksi dan Pengembangan, Bidang akan keanekaragaman hayati dan salah satu
Pengkajian yang terbagi menjadi tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati
subbidang, yaitu Subbidang Daya Hasil, terbesar di dunia. Pemanfaatan keanekaragaman
Subbidang Analisis Risiko Lingkungan, dan hayati melalui pemuliaan secara konvensional
Subbidang Sosial Ekonomi, serta Bidang maupun teknologi rekayasa genetik memberi
Pemantauan dan Pengawasan. peluang untuk menunjang ketahanan pangan
dan peningkatan kualitas hidup manusia.
Gugatan tata usaha negara ke Mentan RI atas Teknologi rekayasa genetik di Indonesia
pelepasan kapas Bt tahun 2001 oleh Koalisi telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan saat
Organisasi Non Pemerintah untuk Keamanan ini telah banyak lembaga penelitian, perguruan
Hayati dan Pangan tinggi, badan usaha milik negara (BUMN) dan
perusahaan swasta yang terlibat dalam
Seperti telah diuraikan di atas bahwa Mentan RI penelitian dan pengembangan di bidang
melalui keputusan No. 107/Kpts/KB.430/2/ pertanian menggunakan teknologi rekayasa
2001 telah menyetujui pelepasan kapas Bt genetik. Salah satu tanaman tebu PRG telah
secara terbatas di Provinsi Sulawesi Selatan. ditetapkan sebagai tebu PRG aman lingkungan
Dengan dilepasnya kapas Bt tersebut, Mentan dan telah memperoleh sertifikat pelepasan
RI digugat ke pengadilan tata usaha negara oleh varietas dari Menteri Pertanian.
koalisi Organisasi Non-Pemerintah (ORNOP)
144 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

Dalam menyikapi PRG, baik yang berasal kelembagaan terkait; serta dukungan kebijakan
dari luar negeri maupun hasil litbang nasional, terhadap kajian dampak pengembangan
Pemerintah Indonesia menerapkan pendekatan tanaman PRG dan regulasi.
kehati-hatian. Pendekatan kehati-hatian adalah
suatu pendekatan dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan tindakan pencegahan atas DAFTAR PUSTAKA
adanya kemungkinan terjadinya dampak
merugikan pada lingkungan dan kesehatan Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia.
manusia yang signifikan, bahkan sebelum http//www.indonesiabch.or.id/lingkungan/(15
bukti-bukti ilmiah konklusif mengenai dampak November 2015)
tersebut muncul. Oleh sebab itu, Indonesia
CropLife International. 2010. Compliance
telah mengeluarkan beberapa peraturan management of confined field trials for
perundang-undangan yang terkait dengan biotech-derived plants. 88 pp.
keamanan lingkungan, keamanan pangan, dan/
atau keamanan pakan PRG baik dalam bentuk Halsey, M.E. 2006. Integrated confined system for
genetically engineered plants. Program for
keputusan menteri, keputusan bersama menteri,
Biosafety Systems.
peraturan pemerintah, dan undang-undang
untuk menjamin pemanfaatan PRG yang aman Herman, M. 2003. Status perkembangan kapas Bt.
sebagai prioritas utama. Selain itu, telah Buletin AgroBio 5(1):1-13.
dibentuk pula Kelembagaan yang terdiri dari Herman, M. 2008. Tanaman produk rekayasa
Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa genetik dan kebijakan pengembangannya.
Genetik (KKH PRG), Balai Kliring Keamanan Dalam: B. Purwantara dan M. Thohari (eds.):
Hayati Produk Rekayasa Genetik (BKKH Teknologi Rekayasa Genetik dan Status
PRG), dan Tim Teknis Keamanan Hayati Penelitiannya di Indonesia. Volume 1.
Produk Rekayasa Genetik (TTKH PRG). Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Peraturan perundang-undangan terkait Daya Genetik Pertanian.
PRG tidak saja diberlakukan di Indonesia, akan Herman, M. 2009a. Pengaturan keamanan tanaman
tetapi di negara lain seperti AS, Australia, PRG di Indonesia. Dalam: B. Purwantara dan
Kanada, Afrika Selatan, Argentina, Meksiko, M. Thohari (eds.): Tanaman Produk Rekayasa
India, Cina, dan Filipina. Semua peraturan Genetik dan Kebijakan Pengembangannya.
perundang-undangan di negara-negara tersebut Volume 2: Status Global Tanaman Produk
memiliki satu tujuan yang sama, yaitu Rekayasa Genetik dan Regulasinya. Bogor:
menjamin pemanfaatan PRG yang aman di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
negara tersebut. Hal yang perlu ditekankan di Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
sini adalah terhadap produk rekaya genetik Pertanian.
tidak ada satu pun negara yang tidak Herman, M. 2009b. Pengaturan keamanan hayati
melaksanakan pendekatan kehati-hatian di dan keamanan pangan tanaman PRG di luar
dalam peraturan mereka. negeri. Dalam: B. Purwantara dan M. Thohari
(eds.): Tanaman Produk Rekayasa Genetik
dan Kebijakan Pengembangannya. Volume 2:
Saran Status Global Tanaman Produk Rekayasa
Genetik dan Regulasinya. Bogor: Balai Besar
Meskipun perangkat regulasi sudah ada, Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
perangkat kelembagaan sudah dibentuk, namun dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
pengembangan tanaman PRG di Indonesia Herman, M. 2010. Empat belas tahun perkembangan
masih memerlukan dukungan kebijakan sebagai peraturan keamanan hayati dan keamanan
berikut: kebijakan pengembangan tanaman pangan produk rekayasa genetik dan
PRG; kebijakan penelitian dan pengembangan, implementasinya di Indonesia. Jurnal
terutama SDM dan fasilitas; kebijakan bagi AgroBiogen 6(2):113-125.
advokasi, sosialisasi, penyusunan pedoman Herman, M. 2012. Progress and status of regulation
pengembangan regulasi PRG, dan koordinasi of the utilization of genetically engineered
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 145

crops in Indonesia. Paper presented at No. 03/Kpts/KB.430/1/2002 tentang


MARCO Symposium. National Institute for Pelepasan Secara Terbatas Kapas Bt
Agro-Environmental Sciences (NIAES). DP5690B sebagai Varietas Unggul dengan
Tsukuba, Japan. Nama NuCotn 35B (Bollgard). Jakarta:
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Herman, M. 2013. Produk bioteknologi dan
regulasinya di Indonesia. Outreach [Mentan] Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Communication workshop for Potato 2001a. Keputusan Menteri Pertanian No.
Farmers: Peran Bioteknologi dalam 107/Kpts/KB.430/2/2001 tentang Pelepasan
Pemuliaan Tanaman Kentang dan Secara Terbatas Kapas Bt DP5690B sebagai
Regulasinya di Indonesia. Makalah Varietas Unggul dengan nama NuCotn 35B
dipresentasikan pada Workshop (Bollgard). Jakarta: Kementerian Pertanian
INDOBIC/ABSPII. Bandung, 9 Mei, 2013. Republik Indonesia.
Herman, M. 2014. Status on modern biotechnology [Mentan] Menteri Pertanian Republik Indonesia.
and regulation in Indonesia. Paper presented 2001b. Keputusan Menteri Pertanian No.
at PRE COP-MOP Meeting. ISAAA- 305/Kpts/Kp.150/5/2001 tentang Pemb-
INDOBIC-SEAMEO/BIOTROP. Bogor, 25- entukan Tim Pengendalian Kapas Transgenik.
26 August 2014. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.
Herman, M. 2015. New developments in genetically
engineered crops in Indonesia. Paper [Mentan] Menteri Pertanian Republik Indonesia.
presented at Seminar and Workshop on Food 2003. Keputusan Menteri Pertanian No.
and Feed Safety of Genetically Engineered 102/Kpts/KB.430/2/2003 tentang Pelepasan
Crops Containing Stacked Traits. ILSI- Secara Terbatas Kapas Bt DP5690B sebagai
NADFC-USSEC. Jakarta, 3 February 2015. Varietas Unggul dengan nama NuCotn 35B
(Bollgard). Jakarta: Kementerian Pertanian
James, C. 2014. Global review of commercialized
RI.
Biotech/GM crops: 2013. ISAAA Brief No.
49. Ithaca, New York: ISAAA. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
[KKH] Komisi Keamanan Hayati. 1999a. Surat
Produk Rekayasa Genetik. 2005. Jakarta:
penetapan Komisi Keamanan Hayati No.
Kementerian Sekretariat Negara Republik
LB.150.905.155 tentang aman lingkungan
Indonesia.
tanaman kedelai transgenik Roundup Ready,
tanaman jagung transgenik Roundup Ready, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69
dan tanaman jagung transgenik Bt. Jakarta: Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Komisi Keamanan Hayati. 1999. Jakarta: Kementerian Sekretariat
Negara Republik Indonesia.
[KKH] Komisi Keamanan Hayati. 1999b. Surat
penetapan Komisi Keamanan Hayati No. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39
LB.150.905.156 tentang aman lingkungan Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan
tanaman kapas transgenik Roundup Ready Hayati Produk Rekayasa Genetik. 2010.
dan tanaman kapas transgenik Bt. Jakarta: Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara
Komisi Keamanan Hayati. Republik Indonesia.
Lokollo, E.M., A. Syam, and A.K. Zakaria. 2001. Siregar, H. dan L.M. Kolopaking. 2002. Telaah
Kajian Sosial Ekonomi Pengembangan Kapas sosial ekonomi usaha tani kapas Bt: temuan
PRG di Sulawesi Selatan. Laporan kajian awal dari Sulawesi Selatan. Laporan Kajian
kapas Bt Subbidang Sosial Ekonomi. Makalah Kapas Bt Subbidang Sosial Ekonomi.
dipresentasikan dalam Diskusi Ilmiah tentang Makalah dipresentasikan dalam Diskusi
Evaluasi Pelepasan Terbatas Kapas Bt di Ilmiah tentang Evaluasi Pelepasan Terbatas
Sulawesi Selatan. Bogor, 21 November 2001. Kapas Bt di Sulawesi Selatan. Bogor, 14
November 2002.
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI).
2004. Putusan Reg. No. 336 K/TUN/2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Perkara Kasasi Tata Usaha Negara. Jakarta: Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Tanaman. 1992. Jakarta: Kementerian
Sekretariat Negara Republik Indonesia.
[Mentan] Menteri Pertanian Republik Indonesia
(Mentan). 2002. Keputusan Menteri Pertanian
146 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2012 tentang Pangan. 2012. Jakarta: Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Kementerian Sekretariat Negara Republik Hidup. 1997. Jakarta: Kementerian
Indonesia. Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Tahun 1996 tentang Pangan. 1996. Jakarta:
Protocol on Biosafety to the Convention on Kementerian Sekretariat Negara Republik
Biological Diversity. 2004. Jakarta: Indonesia.
Kementerian Sekretariat Negara Republik
Indonesia.

You might also like