ID Regulasi Keamanan Hayati Produk Rekayasa PDF
ID Regulasi Keamanan Hayati Produk Rekayasa PDF
ID Regulasi Keamanan Hayati Produk Rekayasa PDF
Herman 129
Naskah diterima: 22 Juli 2015 Direvisi: 4 September 2015 Disetujui terbit: 23 November 2015
ABSTRACT
Genetically Modified Organism (GMO) has been believed to enhance human life quality and prosperity. GMO
is any organism whose genetic material has been altered by the application of recombinant DNA technology or
genetic engineering. This technology can be used to improve plant resistance to biotic and abiotic stresses,
biofortification and production of pharmaceuticals. Rice resistant to stem borer, papaya resistant to papaya
ringspot virus, soybean resistant to herbicide, and Golden rice that contains beta carotene are the example of
GMOs. However, the use of GMO still raises public concern on whether the GMO might pose a risk to
environment, biodiversity, human, and animal health or not. For that reason, countries will enforce precautionary
approach in utilization of GMO either for research or commercial by implementing the existing or new
regulations in the country. In Indonesia, Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 21 year
of 2005 (PP No. 21/2005) on Biosafety of GMO, had been established. Biosafety of GMO includes
environmental safety, food safety and/or feed safety. The enforcement of PP No. 21/2005 is to prevent potential
adverse risks to biodiversity as a result of the utilization of GMO and to prevent the negative risks to human,
animal, and fish health as a result of production process, preparation, storage, distribution, and utilization of
GMO. This paper gives the overview of Indonesia’s regulation on the biosafety of GMO and the current status
of GMO in Indonesia.
ABSTRAK
Produk Rekayasa Genetik (PRG) diakui memiliki potensi besar untuk peningkatan kehidupan dan kesejahteraan
manusia. PRG adalah organisme yang telah mengalami modifikasi genetik dengan menggunakan teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetik. Teknologi rekayasa genetik dapat digunakan untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik, biofortifikasi dan produksi bahan farmasi. Padi tahan hama
penggerek batang, pepaya tahan penyakit papaya ringspot virus, kedelai toleran herbisida, dan Golden rice yang
mengandung beta carotene adalah contoh-contoh PRG yang telah dikembangkan. Namun demikian,
pemanfaatan tanaman PRG masih mengundang kekhawatiran masyarakat bahwa produk tersebut mungkin dapat
menimbulkan risiko terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati, kesehatan manusia dan hewan. Sehubungan
dengan itu, secara global pemanfaatan dan peredaran PRG baik untuk tujuan penelitian dan pengembangan
maupun komersial diatur oleh peraturan perundang-undangan atau pedoman yang baru atau yang sudah ada dan
berlaku dalam suatu negara. Di Indonesia, telah disahkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG yang diberlakukan baik untuk PRG yang diintroduksi dari luar
negeri maupun hasil riset nasional. Keamanan hayati PRG adalah kemanan lingkungan, keamanan pangan,
dan/atau keamanan pakan. Pemberlakuan PP No. 21/2005 ditujukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya
risiko yang merugikan bagi keanekaragaman hayati sebagai akibat pemanfatan PRG dan mencegah timbulnya
risiko yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia dan hewan dan ikan sebagai akibat dari proses
130 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
produksi, penyiapan, penyimpanan, peredaran, dan pemanfaatan pangan PRG. Dalam artikel ini diuraikan
mengenai regulasi yang berlaku di Indonesia terkait dengan keamanan hayati PRG beserta lembaga otoritas yang
dibentuk dan status PRG di Indonesia.
Kata kunci: PRG, rekayasa genetik, regulasi, PP No. 21/2005, keamanan hayati
Tahun 1996
METODE PENELITIAN
Untuk mengantisipasi masuknya PRG ke
Indonesia, maka pada tahun 1996 Indonesia
mengeluarkan peraturan perundang-undangan
Pendekatan yang digunakan dalam studi ini
yang pertama kali terkait dengan PRG, yaitu
adalah tinjauan pustaka (review) dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
menggali data dan informasi yang dikumpulkan
Tahun 1996 tentang Pangan. Pada Pasal 13
dari berbagai sumber. Sumber-sumber data dan
Undang-Undang Pangan ditentukan bahwa
informasi tersebut termasuk undang-undang,
setiap orang yang memproduksi pangan atau
peraturan pemerintah, surat keputusan, artikel
menggunakan bahan baku, bahan tambahan
dalam jurnal, laporan hasil penelitian, dan
pangan, dan atau bahan bantu lain dalam
working paper dalam bentuk hard copy.
kegiatan atau proses produksi pangan yang
dihasilkan dari proses rekayasa genetik wajib
HASIL DAN PEMBAHASAN terlebih dahulu memeriksakan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan; dan Pemerintah menetapkan
Perkembangan Regulasi Terkait Produk persyaratan dan prinsip penelitian,
Rekayasa Genetik di Indonesia pengembangan, dan pemanfaatan metode
rekayasa genetik dalam kegiatan atau proses
Indonesia sebagai salah satu dari negara yang produksi pangan, serta menetapkan persyaratan
kaya akan keanekaragaman hayati dan salah bagi pengujian pangan yang dihasilkan dari
satu negara yang memiliki keanekaragaman proses rekayasa genetik (Undang-Undang
hayati terbesar di dunia, telah mengesahkan Republik Indonesia No. 7/1996). Setelah itu,
Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH) dikeluarkan beberapa peraturan perundang-
dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994. undangan yang terkait dengan keamanan hayati,
KKH mengatur ketentuan mengenai keamanan
132 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
keamanan pangan, dan keamanan pakan PRG atau menggunakan bahan baku, bahan
baik dalam bentuk keputusan menteri, tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain
keputusan bersama menteri, peraturan dalam kegiatan atau proses produksi pangan
pemerintah, dan undang-undang (Herman, yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik
2009a). wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan
pangan bagi kesehatan manusia sebelum
diedarkan (Peraturan Pemerintah Republik
Tahun 1999 Indonesia No. 28/2004).
Pada tahun 1999 diberlakukan Keputusan Pada tahun yang sama, yaitu pada tanggal
Bersama (Kepber) Menteri Pertanian, Menteri 16 Agustus 2004, Pemerintah Indonesia
Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, melakukan pengesahan Cartagena Protocol on
serta Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Biosafety to the Convention on Biological
No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts- Diversity (Protokol Cartagena tentang
IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/99; 015A/ Keamanan Hayati atas Konvensi tentang
NmenegPHOR/09/1999 Tahun 1999 tentang Keanekaragaman Hayati) dengan Undang-
Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2004
Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetik, (Herman, 2009b). Dalam Protokol Cartagena
sebagai pengganti Keputusan Menteri Pertanian tersebut terkandung materi-materi pokok yang
No. 856/Kpts/HK.330/9/1997 tentang mengatur hal-hal tentang persetujuan
Ketentuan Keamanan Hayati Produk pemberitahuan terlebih dahulu (advance
Bioteknologi Pertanian Hasil Rekayasa informed agreements); prosedur pemanfaatan
Genetik. Keamanan hayati yang dimaksud PRG secara langsung; kajian risiko (risk
dalam Kepber Empat Menteri tersebut adalah assessment); manajemen risiko (risk
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk management); perpindahan lintas batas tidak
mencegah Produk Pertanian Hasil Rekayasa disengaja dan langkah-langkah darurat
Genetik (PPHRG) dari kemungkinan timbulnya (emergency measures); penanganan,
sesuatu yang dapat mengganggu, merugikan, pengangkutan, pengemasan, dan pemanfaatan;
dan membahayakan keanekaragaman hayati balai kliring keamanan hayati (biosafety
termasuk, hewan, ikan, tumbuhan, dan clearing house); pengembangan kapasitas; dan
lingkungan. Dalam Kepber tersebut telah kewajiban para pihak kepada masyarakat
dibentuk Komisi Keamanan Hayati dan (Undang-Undang Republik Indonesia No.
Keamanan Pangan PPHRG (KKHKP). 21/2004).
Kemudian KKHKP membentuk Tim Teknis
Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan
PPHRG (TTKHKP) yang terdiri atas lima Tahun 2005
Kelompok, yaitu Kelompok Pangan, Tanaman,
Pada tahun 2005, Kepber Empat Menteri tahun
Hewan, Ikan, dan Jasad Renik (Herman, 2010).
1999 telah diangkat menjadi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG
Tahun 2004
(Herman, 2009b). Dalam PP No. 21 Tahun
Pada tahun 2004, dikeluarkan Peraturan 2005, yang dimaksud dengan keamanan hayati
Pemerintah (PP) yang erat terkait dengan PRG adalah keamanan lingkungan, keamanan
pemanfaatan PRG, khususnya pangan PRG, pangan dan/atau keamanan pakan PRG.
yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Keamanan lingkungan PRG adalah kondisi dan
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, upaya yang diperlukan untuk mencegah
Mutu dan Gizi Pangan. PP ini merupakan kemungkinan timbulnya risiko yang merugikan
bentuk implementasi dari amanah Undang- keanekaragaman hayati sebagai akibat
Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 pemanfatan PRG. Keamanan pangan PRG
tentang Pangan. Pada Pasal 14 ditentukan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk mencegah kemungkinan timbulnya risiko
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 133
fisiologi dan reproduksi PRG, organisme yang (2010) dan Halsey (2006). Ketentuan tersebut
digunakan sebagai sumber gen harus meliputi 1) mencegah lepasnya gen novel dari
dinyatakan secara jelas dan lengkap, metode lokasi percobaan melalui serbuk sari, biji/benih,
rekayasa genetik yang digunakan mengikuti atau bagian tanaman lain (genetic confinement);
prosedur baku yang secara ilmiah dapat 2) mencegah bahan tanaman PRG untuk
dipertanggungjawabkan kesahihannya, dikonsumsi oleh manusia dan hewan ternak
karakterisasi molekuler PRG harus terinci jelas, (material confinement), 3) dan mencegah
ekspresi gen yang ditransformasikan ke PRG lepasnya tanaman PRG dari lokasi percobaan
harus stabil, dan cara pemusnahan bila terjadi (material confinement).
penyimpangan (PP No. 21/2005).
Informasi dasar sebagai petunjuk
Pemasukan PRG dari Luar Negeri
pemenuhan persyaratan keamanan pangan dan
keamanan pakan antara lain meliputi metode Setiap orang yang akan memasukkan PRG
rekayasa genetik yang digunakan mengikuti sejenis dari luar negeri untuk pertama kali,
prosedur baku yang secara ilmiah dapat wajib mengajukan permohonan kepada menteri
dipertanggungjawabkan kesahihannya. Kan- yang berwenang atau Kepala LPNK yang
dungan gizi PRG secara substansial harus berwenang. Permohonan tersebut wajib
sepadan dengan yang non-PRG. Kandungan dilengkapi dengan dokumen yang menerangkan
senyawa beracun, antigizi dan penyebab alergi bahwa persyaratan keamanan lingkungan,
dalam PRG secara substansial harus sepadan keamanan pangan dan/atau keamanan pakan
dengan yang non-PRG. Kandungan karbohidrat, telah dipenuhi.
protein, abu, lemak, serat, asam amino, asam Selain itu, pemasukan PRG dari luar
lemak, mineral, dan vitamin dalam PRG secara negeri wajib dilengkapi pula dengan surat
substansial harus sepadan dengan yang non- keterangan bahwa PRG tersebut telah
PRG, protein yang disandi gen yang diperdagangkan secara bebas di negara asalnya
dipindahkan tidak bersifat allergen, dan cara serta dokumentasi hasil pengkajian dan
pemusnahan bila terjadi penyimpangan harus pengelolaan risiko dari institusi yang
jelas (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia berwenang di mana pengkajian risiko pernah
No. 21/2005). dilakukan.
berwenang atau kepala LPNK yang berwenang Apabila hasil penilaian tidak memenuhi syarat,
menyampaikan permohonan rekomendasi Ketua BBN menolak pelepasan varietas, dan
keamanan lingkungan PRG kepada Menteri. Ketua BBN atas nama Menteri menolak usulan
Menteri adalah Menteri yang bertanggung tersebut. Namun apabila permohonan tersebut
jawab di bidang lingkungan hidup. memenuhi syarat, pelepasan varietas
dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri.
Dalam rangka pemberian rekomendasi
Sementara, untuk Pangan PRG yang sudah
keamanan hayati PRG, Menteri yang
dinyatakan aman untuk dikonsumsi dan dijual
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang
dalam bentuk kemasan, maka label pangan
dibantu oleh Komisi Keamanan Hayati (KKH)
wajib mengikuti PP Nomor 69 Tahun 1999
dan Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH)
pasal 35 tentang Label dan Iklan Pangan sesuai
untuk melakukan pengkajian dokumen teknis
dengan nilai threshold tertentu.
dan uji lanjutan apabila diperlukan. Balai
Kliring Keamanan Hayati (BKKH) selaku
perangkat KKH mengumumkan penerimaan Pengawasan dan Pengendalian PRG
permohonan, proses, dan ringkasan hasil
PRG yang telah dilepas, diedarkan dan/atau
pengkajian di tempat yang dapat diakses oleh
dimanfaatkan, pengawasan dan pengendalian
masyarakat untuk memberikan kesempatan
PRG diatur dalam Bab VI PP No. 21/2005. Bila
kepada masyarakat untuk menyampaikan
PRG yang telah dilepas, diedarkan, dan/atau
tanggapannya. KKH menyampaikan rekomen-
dimanfaatkan, ternyata di kemudian hari
dasi keamanan lingkungan kepada Menteri,
menimbulkan dampak negatif terhadap
rekomendasi keamanan pangan dan/atau
lingkungan hidup, kesehatan manusia dan/atau
keamanan pakan kepada Menteri yang
kesehatan hewan, maka pemohon wajib
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang.
melaporkan kejadian tersebut kepada menteri,
Menteri yang berwenang atau Kepala LPNK
menteri yang berwenang dan/atau Kepala
yang berwenang wajib mendasarkan
LPNK yang berwenang. Bagi konsumen atau
keputusannya pada rekomendasi keamanan
masyarakat yang mengetahui adanya dampak
hayati yang diberikan oleh Menteri atau Ketua
negatif terhadap lingkungan hidup, kesehatan
KKH.
manusia dan/atau kesehatan hewan yang
Terhadap PRG yang telah memperoleh disebabkan oleh PRG yang telah dilepas,
rekomendasi keamanan hayati, Menteri yang diedarkan, dan/atau dimanfaatkan, dapat
berwenang atau Kepala LPNK yang berwenang melaporkan kejadian tersebut kepada menteri,
memberikan izin pelepasan dan/atau peredaran menteri yang berwenang dan/atau Kepala
sesuai dengan peraturan perundang-undangan LPNK yang berwenang.
yang berlaku dan dapat dimanfaatkan untuk
Selanjutnya, menteri, menteri yang
kebutuhan di berbagai bidang sesuai dengan
berwenang dan/atau Kepala LPNK yang
izin peruntukannya. Tanaman transgenik
berwenang setelah menerima laporan, menu-
setelah dinyatakan aman lingkungan memiliki
gaskan KKH untuk melakukan pemeriksaan
status sebagaimana varietas tanaman umumnya.
dan pembuktian atas kebenaran laporan.
Apabila akan dibudidayakan di wilayah
Apabila hasil pemeriksaan membuktikan bahwa
Indonesia masih harus dilakukan proses
PRG yang dilaporkan ternyata menimbulkan
pengujian/pelepasan varietas berdasarkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 12
kesehatan manusia, dan/atau kesehatan hewan,
Tahun 1992 Pasal 12. Rencana pengujian
maka menteri yang berwenang atau Kepala
varietas harus disampaikan kepada Tim Penilai
LPNK yang berwenang dapat mencabut
dan Pelepas Varietas dan Badan Benih Nasional
keputusan pelepasan atau peredaran PRG dan
(BBN). Menurut Kepmentan, hasil pengujian
memerintahkan kepada penanggung jawab
tersebut dapat diajukan kepada Menteri
kegiatan wajib untuk melakukan tindakan
Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional
pengendalian dan penanggulangan, serta
untuk dinilai dalam pelepasan varietas. Hasil
menarik PRG yang bersangkutan dari
penilaian disampaikan kepada Ketua BBN.
peredaran.
136 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
lingkungan dan keanekaragaman hayati) oleh digunakan sebagai vaksin (atau dapat disebut
KKH pada tahun 2012 (Tabel 1). sebagai vaksin PRG) untuk hewan diajukan
untuk pengkajian keamanan lingkungan melalui
pengujian di FUT dan/atau LUT, dan
Status Pengajuan untuk Pengujian Keamanan pengkajian keamanan lingkungannya.
Lingkungan Jasad Renik PRG untuk Vaksin Pengujian keamanan lingkungan jasad renik
Hewan di FUT dan LUT Tahun 2007−2010, PRG untuk vaksin hewan telah dilakukan di
dan Pengkajian Keamanan Lingkungannya FUT atau LUT pada tahun 2007−2010. Setelah
Tahun 2015 pengujian, dilakukan pengkajian keamanan
Selain enzim yang berasal dari fermentasi jasad lingkungannya. Beberapa jasad renik PRG
renik PRG yang digunakan sebagai imbuhan untuk vaksin hewan telah memperoleh sertifikat
pakan, beberapa jasad renik PRG yang aman lingkungan pada tahun 2015 (Tabel 2).
Tabel 1. Status pengkajian keamanan hayati (keamanan lingkungan) produk enzim yang berasal dari fermentasi
jasad renik PRG, 2001−2012
Jasad renik
Nama produk Sumber gen Kegunaan Kandungan enzim Status
PRG
Ronozyme P Aspergillus Peniophora Imbuhan phytase Aman terhadap
oryzae lyci pakan lingkungan dan
ternak keanekaragaman
hayati
pada 2001
Finase P dan Trichoderm Escherichia Imbuhan phytase, β- Aman terhadap
Finase L a reesei coli pakan glucanase, lingkungan dan
ternak cellulose, dan keanekaragaman
xylanase hayati
pada 2001
Ronozyme AX Aspergillus Thermomyces Imbuhan alpha amylase, Aman terhadap
oryzae lanuginosus pakan endo β-glucanase, lingkungan dan
ternak dan endo-xylanase keanekaragaman
hayati
pada 2012
Sumber: Herman (2010, 2014)
Tabel 2. Status pengkajian keamanan lingkungan jasad renik PRG yang digunakan untuk vaksin hewan, 2015
Status
Nama produk Kegunaan vaksin
Keamanan No. SK
Ingelvac Untuk Ingelvac Circoflex Aman lingkungan S-348/MENLHK-KSDAE/2015
Circoflex porcine circovirus associated tanggal 6 Agustus 2015
disease (PCVAD) pada babi
Vectormune® Untuk pengendalian dan Aman lingkungan S-349/MENLHK-KSDAE/2015
HVTNDV penanggulangan penyakit tanggal 6 Agustus 2015
Marek’s disease (MD) dan
Newcastle disease (ND) yang
virulen pada ayam
Himmvac Untuk pengendalian penyakit Aman lingkungan S-350/MENLHK-KSDAE/2015
Dalguban BN Newcastle disease (ND) dan tanggal 6 Agustus 2015
plus oil vaccine infectious bronchitis (IB) pada
ternak ayam
Sumber: Balai Kliring Kemanan Hayati Indonesia (2015)
138 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
Status Pengkajian Keamanan Hayati gen interes, sistem transformasi, dan stabilitas
(Keamanan Lingkungan) Tanaman PRG genetic; sedangkan informasi keamanan
Tahun 1999 lingkungan terdiri atas dampak terhadap
organisme nontarget, dampak terhadap
Di bidang tanaman, setelah dikeluarkannya
keanekaragaman hayati, perpindahan gen, dan
beberapa peraturan perundang-undangan yang
potensi menjadi gulma.
terkait dengan keamanan hayati PRG baik
dalam bentuk keputusan menteri, peraturan Berdasarkan rekomendasi dari TTKH,
pemerintah, dan undang-undang, ada dua KKH menetapkan aman hayati terhadap lima
pemohon telah mengajukan pengkajian event tanaman PRG. Data tentang kelima
keamanan hayati (aman lingkungan) PRG, tanaman PRG yaitu kapas TSH event
yaitu tanaman tahan serangga hama (TSH) dan MON531/757/1076, kapas TH
tanaman toleran herbisida (TH). Kelima event MON1445/1698, jagung TSH MON810, jagung
tanaman PRG (kapas TSH event TH GA21, dan kedelai TH GTS40-3-2 dapat
MON531/757/1076, kapas TH dilihat pada Tabel 3.
MON1445/1698, jagung TSH MON810, jagung
TH GA21, dan kedelai TH GTS40-3-2) dari
pemohon pertama dan satu event (jagung TSH Status Penelitian Tanaman PRG di FUT dan
MON810) dari pemohon kedua tersebut telah LUT Tahun 2010-2014
diuji di FUT. Tanaman PRG yang dilanjutkan Setelah ditetapkannya Kepber empat Menteri
untuk percobaan di LUT hanya lima event milik Tahun 1999 tentang Keamanan Hayati dan
pemohon pertama. Setelah hasil percobaan Keamanan Pangan PPHRG dan PP No. 21
LUT dan dokumen keamanan hayati dievaluasi Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG,
oleh TTKH, maka TTKH merekomendasikan beberapa tanaman PRG seperti jagung PRG,
aman hayati (aman lingkungan) terhadap kentang PRG, padi PRG, papaya PRG, tebu
kelima event tanaman PRG tersebut kepada PRG, tomat PRG, dan ubi kayu PRG telah
KKH. Data dan dokumen keamanan diajukan untuk penelitian di FUT dan LUT.
lingkungan tanaman PRG meliputi informasi Status penelitian beberapa tanaman PRG dapat
genetik dan informasi keamanan lingkungan. dilihat pada Tabel 4.
Informasi genetik yang diperlukan antara lain
informasi mengenai elemen genetik, sumber
Tabel 3. Status pengkajian keamanan hayati (keamanan lingkungan) tanaman PRG, 1999
Status Pengkajian Keamanan Lingkungan dan jagung PRG tersebut telah memperoleh
Tanaman PRG di Indonesia Tahun 2011−2015 sertifikat keamanan lingkungan (Tabel 5).
Berdasarkan amanah PP 21 Pasal 20 ayat (4),
Dari sejumlah tanaman PRG yang telah diteliti
pada tahun 2012 telah dikeluarkan Peraturan
di FUT dan LUT, hanya dua tanaman PRG
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 25 tentang
yang sudah pada taraf pengkajian keamanan
Pedoman Penyusunan Dokumen Analisis
lingkungan, yaitu jagung PRG (TH NK603) dan
Risiko Lingkungan PRG.
tebu PRG (toleran kekeringan NXI-1T, NXI-
4T, dan NXI-6T), bahkan tiga event tebu PRG
140 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
Status Pengkajian Keamanan Pangan MON89788 (Tabel 6). Kemudian pada tahun
Tanaman PRG Tahun 2011-2015 2012-2013 dari 11 event tanaman PRG yang
dikaji ada enam event tanaman PRG yang
Menindak lanjuti amanah PP No. 21 Pasal 20
ditetapkan aman pangan (Tabel 7).
ayat (4), pada tahun 2008 dikeluarkan Peraturan
Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.23.3541
tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Status Pengkajian Keamanan Pakan
PRG. Pada tahun 2012, peraturan Kepala Badan Tanaman PRG Tahun 2013
POM tersebut direvisi menjadi Peraturan
Sehubungan dengan belum adanya Pedoman
Kepala Badan POM Nomor
Pengkajian Keamanan Pakan PRG, maka
HK.03.1.23.03.12.1563 tentang Pedoman
berdasarkan Kepber Menteri Pertanian, Menteri
Pengkajian Keamanan Pangan PRG oleh Badan
Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan,
POM yang kemudian direvisi pada tahun 2012.
dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura
Sejak tahun 2008, ada beberapa pemohon telah
No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kpts-IX/
mengajukan permohonan secara tertulis kepada
1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/99; 015A/
Kepala Badan POM untuk mengkaji keamanan
NmenegPHOR/09/1999 tentang Keamanan
pangan beberapa tanaman PRG. Tanaman PRG
Hayati dan Keamanan Pangan PRG, telah
yang diajukan adalah jagung PRG TH NK603,
dilakukan pengkajian keamanan pakan terhadap
jagung PRG TSH MON89034, jagung PRG TH
dua tanaman PRG. Dari hasil pengkajian oleh
GA21, jagung PRG TSH Bt11, jagung PRG
TTKHKP Kelompok Tanaman dan Kelompok
TSH MIR604, jagung PRG MIR162, jagung
Hewan maka telah direkomendasikan aman
PRG MA (modifikasi amilase untuk produksi
pakan terhadap jagung PRG NK603 dan jagung
etanol) event 3272, kedelai PRG TH GTS40-3-
PRG MON89034. Rekomendasi aman pakan
2, kedelai PRG TH MON89788, dan tebu PRG
tersebut disampaikan ke KKH untuk
TK tiga event (NXI-1T, NXI-4T, dan NXI-6T).
disidangkan yang kemudian memberikan
Pada tahun 2011, sudah ada delapan event
rekomedasi aman pakan ke Menteri Pertanian,
tanaman PRG yang telah ditetapkan aman
yang kemudian mengeluarkan sertifikat aman
pangan, yaitu jagung PRG TH NK603, jagung
pakan pada tahun 2013 (Tabel 8). Pedoman
PRG TSH MON89034, jagung PRG TH GA21,
Pengkajian Keamanan Pakan PRG sedang
jagung PRG TSH Bt11, jagung PRG TSH
dalam proses penandatanganan oleh Menteri
MIR604, jagung PRG MIR162, kedelai PRG
Pertanian (Herman, 2015).
TH GTS40-3-2, dan kedelai PRG TH
TTKHKP KKH
Tanaman Rapat kel. Reko- Aman
Sifat Event Rapat
PRG Sekre- tanaman Rapat mendasi Rapat pakan
tim BKKH
tariat dan kel. pleno aman ke pleno
kecil
hewan KKH
Jagung TH NK603 + + + + + +* +** +
Jagung TSH MON8 + + + + + +* +** +
9034
Keterangan: PRG = produk rekayasa genetik; TH = toleran herbisida; TSH = tahan serangga hama; + sudah dilaksanakan;
TTKHKP = Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan; KKH = Komisi Keamanan Hayati; * =
notifikasi publik sudah selesai dilaksanakan selama 60 hari; ** =rekomendasi aman pangan dari KKH ke Badan
POM.
Sumber: Herman (2012, 2014)
dikeluarkan Keputusan Menteri Pertanian dan sosial ekonomi, membuktikan bahwa kapas
Republik Indonesia No. 107/Kpts/KB.430/2/ Bt di Sulawesi Selatan aman terhadap
2001 tentang Pelepasan Secara Terbatas Kapas lingkungan, produktivitas tinggi, tahan terhadap
Bt DP5690B sebagai Varietas Unggul dengan hama dan menguntungkan bagi petani kapas di
nama NuCotn 35B (Bollgard) (Mentan, 2001a). wilayah Sulawesi Selatan. Keuntungan bersih
Keputusan tersebut dikeluarkan berdasarkan petani kapas Bt berkisar antara Rp3,1 juta
beberapa pertimbangan sebagai berikut: bahwa hingga Rp5,6 juta per ha dibandingkan hanya
tanaman PRG dapat memberikan manfaat yang Rp600.000 per ha pada kapas non Bt (Lokollo
besar, namun ada kemungkinan mempunyai et al. 2001). Selain itu petani kapas yang
dampak negatif terhadap keanekaragaman tergabung dalam Asosiasi Petani Kapas
hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia; Indonesia meminta agar penanaman kapas Bt
bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan tetap dilanjutkan dalam musim tanam 2002.
kapas dalam negeri diperlukan tanaman kapas
Berdasarkan dua hal tersebut maka
varietas unggul yang tahan terhadap hama
Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri
utama kapas; bahwa para petani kapas di
Pertanian No. 03/Kpts/KB.430/1/2002 tentang
Sulawesi Selatan sangat mengharapkan
Pelepasan Secara Terbatas Kapas Bt DP5690B
tersedianya varietas kapas yang tahan terhadap
Varietas Unggul dengan Nama Nuctr 35B
hama untuk pengembangan kapas pada musim
(Bollgand) melanjutkan pelepasan kapas Bt
tanam tahun 2001; bahwa berdasarkan hasil uji
untuk ditanam di tujuh kabupaten di Provinsi
adaptasi di Kabupaten Takalar, Gowa,
Sulawesi Selatan seperti tahun 2001 (Mentan,
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, dan
2002).
Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, kapas Bt
DP5690B tahan terhadap hama utama kapas
Helicoverpa armigera, produksinya tinggi, dan Pelepasan 2003
mutu seratnya baik. Hasil kajian tahun 2002 Tim Pengendalian
Pelepasan terbatas yang dimaksud Kapas Transgenik yang terdiri atas tiga bidang
Keputusan Menteri Pertanian tersebut adalah yaitu Bidang Produksi dan Pengembangan,
terbatas untuk dimanfaatkan oleh petani Bidang Pengkajian (yang terbagi menjadi tiga
pekebun di Provinsi Sulawesi Selatan yang sub bidang yaitu Subbidang Daya Hasil,
meliputi Kabupaten Bantaeng, Bone, Subbidang Analisis Risiko Lingkungan, dan
Bulukumba, Gowa Soppeng, Takalar, dan Wajo Subbidang Sosial Ekonomi), dan Bidang
dalam jangka pelepasan satu tahun sejak Pemantauan dan Pengawasan, telah melaporkan
tanggal ditetapkan. Varietas kapas Bt tersebut hasil pengujian analisis risiko lingkungan dan
dilarang untuk dikembangkan di daerah lain sosial ekonomi tahun 2002 yang menunjukkan
selain tujuh kabupaten tersebut di atas. bahwa kapas Bt tidak menimbulkan dampak
Penanaman dan pemanfaatan varietas kapas Bt negatif terhadap lingkungan dan 95,79% petani
harus dipantau dan dievaluasi secara terpadu di lokasi kajian berkeinginan menanam kembali
oleh Tim Pemantau dan Pengawasan kapas Bt pada musim tanam berikutnya karena
Penggunaan kapas Bt yang telah dibentuk oleh rata-rata keuntungan petani kapas Bt adalah
Gubernur Sulawesi Selatan, Tim Penilai dan Rp1.386.706 per ha dibandingkan hanya
Pelepas Varietas (TPPV), dan KKHKP. Di Rp756.299 per ha pada kapas non-Bt (Siregar
samping itu, suatu Tim Pengendalian yang dan Kolopaking, 2002). Laporan tersebut
disebut dengan Tim Pengendalian Kapas dipresentasikan dalam Diskusi Ilmiah tentang
Transgenik telah dibentuk oleh Menteri Evaluasi Pelepasan Terbatas Kapas Bt di
Pertanian (Mentan 2001b). Sulawesi Selatan, pada tahun 2002.
Berdasarkan hasil laporan tersebut
Pelepasan 2002 Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri
Pertanian No. 102/Kpts/KB.430/2/2003
Hasil evaluasi kapas Bt musim tanam 2001
melanjutkan pelepasan kapas Bt. Pelepasan
yang meliputi hasil analisis risiko lingkungan
tersebut tetap terbatas dalam hal waktu
(ARL), uji daya hasil, ketahanan terhadap hama
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 143
pelepasan yang hanya setahun dan untuk untuk Keamanan Hayati dan Pangan (KHP)
ditanam di sembilan kabupaten di Provinsi melalui surat tertanggal 4 Mei 2001 (MARI,
Sulawesi Selatan, yaitu Takalar, Gowa, 2004). Koalisi ORNOP (kata lain dari Lembaga
Bantaeng, Bulukumba, Bone, Soppeng, Wajo, Swadaya Masyarakat atau LSM) KHP terdiri
Jeneponto, dan Sinjai. Dua kabupaten yang atas beberapa ORNOP antara lain Indonesian
terakhir merupakan kabupaten baru Center for Environmental Law (ICEL),
dibandingkan dengan lokasi pada pelepasan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
tahun 2001 dan 2002 (Mentan, 2003). Namun (YLKI), Konsorsium Pelestarian Hutan Alam
demikian, walaupun telah mendapatkan izin Indonesia (KONPHALINDO), Yayasan
pelepasan, perusahaan pemilik kapas Bt Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan
memutuskan untuk menghentikan penanaman Masyarakat, dan Yayasan Biodinamika
kapas tersebut di Indonesia. Pertanian Indonesia. Pada bulan September
2001, Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Sewaktu kapas Bt dilepas secara terbatas
melalui putusannya tanggal 27 September 2001
di Sulawesi Selatan pada tahun 2001-2003,
No. 71/G.TUN/2001/PTUN.JKT, menolak
untuk keperluan pemantauan dan pemanfaatan
gugatan para Penggugat seluruhnya. Putusan
kapas Bt, serta dalam rangka pendekatan kehati-
tersebut dikuatkan dalam tingkat banding oleh
hatian, telah dibentuk suatu Tim Pengendalian.
Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya
Tim ini disebut dengan Tim Pengendalian
tanggal 12 Maret 2002 No. 16/B/2002/
Kapas Transgenik dan dibentuk melalui
PT.TUN.JKT (MARI, 2004). Keputusan
Keputusan Menteri Pertanian No. 305/Kpts/
penolakan gugatan tersebut lebih dikuatkan lagi
Kp.150/5/2001 pada tanggal 16 Mei 2001
oleh putusan Mahkamah Agung RI Nomor
(Mentan, 2001b). Keanggotaan Tim
336K/TUN/2002 tertanggal 31 Agustus 2004
Pengendalian berasal dari unsur Menteri Negara
yang menolak kasasi dari penggugat, yaitu
Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian
Koalisi ORNOP KHP (MARI, 2004).
Dampak Lingkungan Pusat, Departemen
Pertanian, Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan, Tim Penilai dan Pelepas
KESIMPULAN DAN SARAN
Varietas, Komisi Keamanan Hayati dan
Keamanan Pangan, Kelompok Pakar
Bioteknologi, Lingkungan, Sosial Ekonomi, Kesimpulan
dan Pemuliaan. Tim tersebut terdiri dari
berbagai bidang terkait, antara lain Bidang Indonesia adalah salah satu negara yang kaya
Produksi dan Pengembangan, Bidang akan keanekaragaman hayati dan salah satu
Pengkajian yang terbagi menjadi tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati
subbidang, yaitu Subbidang Daya Hasil, terbesar di dunia. Pemanfaatan keanekaragaman
Subbidang Analisis Risiko Lingkungan, dan hayati melalui pemuliaan secara konvensional
Subbidang Sosial Ekonomi, serta Bidang maupun teknologi rekayasa genetik memberi
Pemantauan dan Pengawasan. peluang untuk menunjang ketahanan pangan
dan peningkatan kualitas hidup manusia.
Gugatan tata usaha negara ke Mentan RI atas Teknologi rekayasa genetik di Indonesia
pelepasan kapas Bt tahun 2001 oleh Koalisi telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan saat
Organisasi Non Pemerintah untuk Keamanan ini telah banyak lembaga penelitian, perguruan
Hayati dan Pangan tinggi, badan usaha milik negara (BUMN) dan
perusahaan swasta yang terlibat dalam
Seperti telah diuraikan di atas bahwa Mentan RI penelitian dan pengembangan di bidang
melalui keputusan No. 107/Kpts/KB.430/2/ pertanian menggunakan teknologi rekayasa
2001 telah menyetujui pelepasan kapas Bt genetik. Salah satu tanaman tebu PRG telah
secara terbatas di Provinsi Sulawesi Selatan. ditetapkan sebagai tebu PRG aman lingkungan
Dengan dilepasnya kapas Bt tersebut, Mentan dan telah memperoleh sertifikat pelepasan
RI digugat ke pengadilan tata usaha negara oleh varietas dari Menteri Pertanian.
koalisi Organisasi Non-Pemerintah (ORNOP)
144 Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 13 Nomor 2, Desember 2015: 129-146
Dalam menyikapi PRG, baik yang berasal kelembagaan terkait; serta dukungan kebijakan
dari luar negeri maupun hasil litbang nasional, terhadap kajian dampak pengembangan
Pemerintah Indonesia menerapkan pendekatan tanaman PRG dan regulasi.
kehati-hatian. Pendekatan kehati-hatian adalah
suatu pendekatan dalam pengambilan keputusan
untuk melakukan tindakan pencegahan atas DAFTAR PUSTAKA
adanya kemungkinan terjadinya dampak
merugikan pada lingkungan dan kesehatan Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia.
manusia yang signifikan, bahkan sebelum http//www.indonesiabch.or.id/lingkungan/(15
bukti-bukti ilmiah konklusif mengenai dampak November 2015)
tersebut muncul. Oleh sebab itu, Indonesia
CropLife International. 2010. Compliance
telah mengeluarkan beberapa peraturan management of confined field trials for
perundang-undangan yang terkait dengan biotech-derived plants. 88 pp.
keamanan lingkungan, keamanan pangan, dan/
atau keamanan pakan PRG baik dalam bentuk Halsey, M.E. 2006. Integrated confined system for
genetically engineered plants. Program for
keputusan menteri, keputusan bersama menteri,
Biosafety Systems.
peraturan pemerintah, dan undang-undang
untuk menjamin pemanfaatan PRG yang aman Herman, M. 2003. Status perkembangan kapas Bt.
sebagai prioritas utama. Selain itu, telah Buletin AgroBio 5(1):1-13.
dibentuk pula Kelembagaan yang terdiri dari Herman, M. 2008. Tanaman produk rekayasa
Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa genetik dan kebijakan pengembangannya.
Genetik (KKH PRG), Balai Kliring Keamanan Dalam: B. Purwantara dan M. Thohari (eds.):
Hayati Produk Rekayasa Genetik (BKKH Teknologi Rekayasa Genetik dan Status
PRG), dan Tim Teknis Keamanan Hayati Penelitiannya di Indonesia. Volume 1.
Produk Rekayasa Genetik (TTKH PRG). Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Peraturan perundang-undangan terkait Daya Genetik Pertanian.
PRG tidak saja diberlakukan di Indonesia, akan Herman, M. 2009a. Pengaturan keamanan tanaman
tetapi di negara lain seperti AS, Australia, PRG di Indonesia. Dalam: B. Purwantara dan
Kanada, Afrika Selatan, Argentina, Meksiko, M. Thohari (eds.): Tanaman Produk Rekayasa
India, Cina, dan Filipina. Semua peraturan Genetik dan Kebijakan Pengembangannya.
perundang-undangan di negara-negara tersebut Volume 2: Status Global Tanaman Produk
memiliki satu tujuan yang sama, yaitu Rekayasa Genetik dan Regulasinya. Bogor:
menjamin pemanfaatan PRG yang aman di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
negara tersebut. Hal yang perlu ditekankan di Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
sini adalah terhadap produk rekaya genetik Pertanian.
tidak ada satu pun negara yang tidak Herman, M. 2009b. Pengaturan keamanan hayati
melaksanakan pendekatan kehati-hatian di dan keamanan pangan tanaman PRG di luar
dalam peraturan mereka. negeri. Dalam: B. Purwantara dan M. Thohari
(eds.): Tanaman Produk Rekayasa Genetik
dan Kebijakan Pengembangannya. Volume 2:
Saran Status Global Tanaman Produk Rekayasa
Genetik dan Regulasinya. Bogor: Balai Besar
Meskipun perangkat regulasi sudah ada, Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
perangkat kelembagaan sudah dibentuk, namun dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
pengembangan tanaman PRG di Indonesia Herman, M. 2010. Empat belas tahun perkembangan
masih memerlukan dukungan kebijakan sebagai peraturan keamanan hayati dan keamanan
berikut: kebijakan pengembangan tanaman pangan produk rekayasa genetik dan
PRG; kebijakan penelitian dan pengembangan, implementasinya di Indonesia. Jurnal
terutama SDM dan fasilitas; kebijakan bagi AgroBiogen 6(2):113-125.
advokasi, sosialisasi, penyusunan pedoman Herman, M. 2012. Progress and status of regulation
pengembangan regulasi PRG, dan koordinasi of the utilization of genetically engineered
REGULASI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DI INDONESIA Amy Estiati dan M. Herman 145