Hubungan Temuan MRI Dengan Klinis Nyeri Pasien Herniasi Nukleus Pulposus Lumbal
Hubungan Temuan MRI Dengan Klinis Nyeri Pasien Herniasi Nukleus Pulposus Lumbal
Hubungan Temuan MRI Dengan Klinis Nyeri Pasien Herniasi Nukleus Pulposus Lumbal
Author:
dr. Hendrawan Dian Agung Wicaksana
Co-author:
dr. Whisnu Nalendratama, SpS
dr. Nurhuda Hendra Setiawan, SpRad
Dr. dr. Cempaka Thursina, SpS(K)
Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2019
Correlation between MRI findings
and pain characteristics of lumbar disc herniation
Background: Low back pain is one of the most common reason for hospital visits and lumber
disc herniation, as one of the common cause of this disorder, have a range of clinical presentation and
severity. Magnetic resonance imaging is the most important method for assessment of intervertebral
disc pathology. Disc herniation of the same size from magnetic resonance imaging finding may be
present as minor symptom or asymptomatic in one patient and can lead to severe pain in another
patient.
Objective: To evaluate correlation between MRI findings with pain characteristics of lumbar
disc herniation.
Method: Neurology patient diagnosed with low back pain due to lumbar disc herniation with
lumbar magnetic resonance imaging in Sardjito Hospital from January 2017 to April 2019 were
included in this study. Numeric pain scale, ID pain, and other pain characteristics were taken at
admission. Magnetic resonance imaging were taken at a scheduled date. Statistical analysis were
calculated to measure correlation between MSU classification and pain.
Result: Thirty-two subject were enrolled in this study with mean age 54.8±11.7 years old and
17 (53.1%) subjects are female. Bivariate analysis shows statistical significance between MSU
classification in zone of the protrusion with radicular pain (r = 0.3913; p = 0.027). Other bivariate
analysis of MRI findings and pain intensity, ID pain, or motoric deficit did not reach statistical
significance.
Conclusion: There is no significance correlation between MSU classification, Pfirrmann
grading, Pathria grading, and flavum ligament hypertrophy with pain intensity which leads to
possibility of there are other process involved in pain mechanism beside nerve compression. There is
correlation between MRI findings with radicular pain characteristic.
Keywords: lumbar disc herniation, magnetic resonance imaging, MRI, low back pain, herniated nucleus
pulposus, HNP
Hubungan temuan MRI dengan klinis nyeri
pasien herniasi nukleus pulposus lumbal
Latar belakang: Nyeri punggung bawah merupakan salah satu alasan paling sering kunjungan
ke rumah sakit dan herniated nucleus pulposus, sebagai salah satu penyebab tersering kelainan ini,
memiliki rentang lebar pada gambaran klinis dan keparahan. Magnetic resonance imaging (MRI)
merupakan pemeriksaan penting pada penyakit diskus intervertebral. Herniasi diskus dengan ukuran
sama pada MRI mungkin muncul sebagai gejala minor atau bahkan asimtomatik pada satu pasien
namun dapat menyebabkan nyeri hebat pada pasien lain.
Tujuan: Untuk mengevaluasi hubungan antara klasifikasi MSU pada gambaran MRI dengan
intensitas nyeri pasien dengan herniasi nukleus pulposus lumbal.
Metode: Pasien yang dirawat bagian saraf dengan nyeri punggung bawah karena herniasi
nukleus pulposus lumbal dan dilakukan MRI di RSUP Dr Sardjito dari Januari 2017 hingga April 2019
ikut dalam penelitian ini. Numeric pain scale, ID pain dan karakteristik nyeri lain diambil pada saat
admisi. MRI dilakukan sesuai jadwal. Analisis statistik dilakukan untuk mengukur hubungan antara
klasifikasi MSU dengan klinis nyeri.
Hasil: Tiga puluh dua subjek ikut dalam penelitian ini dengan rerata usia 54.8±11.7 tahun dan
17 (53.1%) diantaranya adalah perempuan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa didapatkan hubungan
antara zona protusi diskus pada MSU dengan karakteristik penjalaran nyeri (r = 0.391; p = 0.027).
Analisis bivariat terhadap karakteristik gambaran MRI yang lain dengan intensitas nyeri juga tidak
didapatkan hubungan yang bermakna.
Kesimpulan: Klasifikasi MSU, derajat Pfirrmann, derajat Pathria, dan hipertrofi ligamentum
flavum tidak memiliki hubungan bermakna dengan intensitas nyeri yang bermakna secara statistik yang
menunjukkan kemungkinan adanya proses lain yang menyertai kompresi radiks yang dapat
menyebabkan nyeri. Meski demikian didapatkan hubungan antara gambaran MRI (zona MSU) dengan
karakteristik nyeri radikular.
Keywords: herniated nucleus pulposus, HNP, magnetic resonance imaging, MRI, nyeri punggung
bawah
Hubungan temuan MRI dengan klinis nyeri
pasien herniasi nukleus pulposus lumbal
Latar belakang
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang sangat sering ditemui di layanan kesehatan
dengan prevalensi global yang cukup tinggi mencapai 9,4%. Prevalensi dan beban penyakit nyeri
punggung bawah meningkat seiring dengan usia1. Prevalensi herniasi nukleus pulposus regio lumbal
(HNP lumbal) adalah 1-3% dengan prevalensi tertinggi berada pada kelompok usia dekade 30 hingga
50 tahun. Prevalensi HNP lumbal lebih tinggi pada laki laki daripada perempuan dengan rasio 2:1.
Sembilan puluh lima persen diskus yang terkena adalah pada diskus intervertebralis L4-L5 dan L5-S1,
namun pada usia diatas 55 tahun kejadian herniasi diskus diatas level ini lebih sering terjadi 2.
Herniasi diskus intervertebral regio lumbal merupakan perubahan posisi material diskus lokal
melebihi batas normal ruang diskus intervertebral yang mengakibatkan nyeri, kelemahan atau mati
rasa pada distribusi miotom atau dermatomal. Herniasi ini merupakan penyebab utama nyeri
punggung bawah yang berat dan kronis atau berulang. Pasien dengan herniasi diskus intervertebral
regio lumbal dapat hanya menimbulkan sedikit nyeri punggung bawah atau bahkan tidak terdapat
nyeri punggung bawah3,4. Dalam kasus-kasus HNP lumbal, penekanan radiks oleh herniasi diskus serta
inflamasi adalah proses yang menimbulkan nyeri yang dirasakan pasien4.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menguatkan impresi yang didapatkan secara klinis.
Pilihan pemeriksaan yang utama adalah MRI regio lumbal. Herniasi diskus dapat dilihat dengan
pemeriksaan MRI. MRI lebih dipilih dibandingkan dengan CT scan karena kelebihan yang didapat
dengan gambar potongan sagital dan kejelasan hubungan anatomis diskus dan radiks. MRI juga dapat
mengeksklusi herniasi pada lokasi lain atau adanya tumor. Pada MRI sering ditemukan abnormalitas
dan disebut sebagai herniasi, namun sebenarnya hanya merupakan tonjolan diskus dan dapat
dipertimbangkan sebagai temuan insidental dan tidak berhubungan dengan gejala pasien4.
Terdapat berbagai macam parameter yang dapat digunakan untuk menilai perubahan pada
MRI. Pada kasus herniasi diskus intervertebral dapat digunakan klasifikasi Michigan State University
(MSU) untuk mengukur herniasi secara objektif dan Pfirmann grading untuk menilai degenerasi diskus
intervertebral. Klasifikasi MSU membagi lokasi herniasi menjadi zona A, B, dan C (central, lateral, dan
far lateral) dan derajat herniasi menjadi derajat 1, 2, dan 3. Pfirrmann grading membagi degenerasi
diskus intervertebral menjadi 5 derajat berdasarkan gambaran MRI5–7.
Gambaran MRI ini memiliki korelasi yang baik dengan karakteristik gejala dan distribusi nyeri
punggung atau radikulopati8. Namun korelasi antara tingkat nyeri dengan gambaran herniasi diskus
pada MRI belum banyak diketahui.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi tingkat keparahan nyeri punggung bawah
dan radikulopati dengan temuan pada MRI.
Metode
Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang untuk mengetahui
hubungan antara intensitas nyeri punggung bawah pada herniasi nukleus pulposus dengan klasifikasi
MSU.
Klasifikasi MSU
Klasifikasi MSU merupakan metode yang sederhana untuk secara objektif mengukur herniasi
nukleus pulposus. Klasifikasi ini membagi baik dari segi ukuran dan lokasi dari diskus yang terherniasi.
Pengukuran dilakukan pada sekuens T2 MRI potongan aksial. Untuk mengukur ukuran ekstrusi dari
herniasi digunakan garis imajiner horizontal dari artikulasi facet sisi dalam (intrafacet) kanan dan kiri.
Jika ekstrusi kurang dari 50% dari jarak aspek posterior diskus normal hingga garis intrafacet maka
masuk dalam kelompok ukuran 1, ekstrusi yang membentang hingga lebih dari 50% masuk dalam
kelompok 2, dan ekstrusi yang melewati garis intrafacet masuk dalam kelompok 3. Pengukuran lokasi
lesi dilakukan dengan membagi garis intrafacet menjadi 4 bagian sama besar, garis tegak lurus pada
titik ini membagi lokasi ekstrusi menjadi zona central, lateral, dan far lateral. Pembagian zona pada
klasifikasi MSU adalah menjadi A, AB, B, dan C5 (gambar 1).
Analisis statistik
Korelasi dihitung dengan analisis statistik yang sesuai. Hasil dinyatakan bermakna jika nilai P <
0.05. Analisis dilakukan dengan software SPSS versi 22.
Hasil
Dari Januari 2017 hingga April 2019 didapatkan 39 pasien yang didiagnosis dengan (nyeri
punggung bawah atau radikulopati dengan) HNP lumbal yang dilakukan pemeriksaan MRI. Enam
pasien tidak dimasukkan dalam penelitian karena tidak didapatkan data MRI, dan 1 pasien tidak dapat
dianalisis data MRI karena kualitas gambar yang kurang baik. Total terdapat 32 subjek yang diikutkan
dalam penelitian ini, dengan rerata usia 54,8 tahun (SD 11,7). Dari semua subjek penelitian 17
diantaranya adalah perempuan (53,1 %) (tabel 1).
Dari semua subjek didapatkan rerata untuk nilai NPS adalah 6.25±1.77. Karakteristik nyeri lain
yang dicatat adalah ID pain (dibagi menjadi neuropatik dan nonneuropatik), penjalaran, defisit motorik,
dan onset. Delapan belas subjek (56.2%) memiliki nyeri neuropatik berdasarkan ID pain. Tiga puluh
satu pasien (96.9%) memiliki rasa nyeri menjalar (21 subjek menjalar pada salah satu sisi tungkai, 10
subjek menjalar pada kedua sisi tungkai, dan 1 subjek tidak memiliki penjalaran nyeri). Defisit motorik
didapatkan pada 7 subjek (21.9%) (gambar 2). Enam subjek (18.8%) memiliki onset nyeri subakut dan
sisanya memiliki onset kronis. Karakteristik nyeri disajikan dalam tabel 2.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan temuan pada klasifikasi MSU paling sering adalah 2AB
sebesar 56.3 %. Saat diteliti lebih lanjut pada derajat dan zona MSU juga didapat temuan paling sering
untuk derajat MSU adalah derajat 2 (68.8%) dan untuk zona MSU adalah zona AB (78.1%). Temuan
pada pemeriksaan MRI selengkapnya disajikan dalam tabel 3.
Pada analisis bivariat tidak didapakkan hubungan antara klasifikasi MSU dengan intensitas
nyeri (r = 0.083; p = 0.653) (gambar 3). Hasil analisis bivariat lain pada karakteristik temuan MRI lain
dengan nyeri juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna (derajat MSU, r = 0.016, p = 0.932; zona
MSU, r = 0.023, p = 0.903; derajat Pfirrmann, r = 0.149, p = 0.416; hipertrofi ligamentum flavum, r =
0.241, p = 0.184; dan derajat Pathria, r = 0.223, p = 0.219) (tabel 4). Sebagai analisis lebih lanjut
peneliti menganalisis hubungan antara temuan pada MRI dengan ID pain yang dikategorikan menjadi
nyeri neuropatik dan nonneuropatik serta karakteristik nyeri yang lain. Dari analisis bivariat tersebut
didapatkan zona MSU memiliki hubungan dengan penjalaran nyeri (r = 0.391; p = 0.027), sedangkan
temuan lain tidak didapatkan hubungan yang bermakna. Dilakukan pula analisis perbedaan rerata tiap
Perbedaan antar grup dilakukan untuk tiap temuan MRI. Hasil analisis menunjutkkan terdapat
perbedaan yang bermakna pada ID pain diantara grup derajat MSU, serta pada ada tidaknya
penjalaran diantara grup zona MSU. Dalam variabel temuan lain analisis tidak ditemukan perbedaan
yang bermakna antar grup (tabel 5).
Tabel 5. Perbedaan antar grup
NPS ID pain
2 2
ꭓ df P value ꭓ df P value
Klasifikasi MSU 4.502 5 0.480 7.600 5 0.180
Derajat MSU 2.269 2 0.322 6.691* 2 0.035
Zona MSU 2.035 2 0.361 0.820 2 0.664
Derajat Pfirrmann 5.010 3 0.171 1.462 3 0.691
Derajat Pathria 1.945 2 0.378 1.329 2 0.515
Hipertrofi lig flavum 1.803 1 0.179 0.633 1 0.426
Penjalaran Defisit motorik
ꭓ2 df P value ꭓ2 df P value
Klasifikasi MSU 4.333 5 0.502 3.602 5 0.608
Derajat MSU 3.571 2 0.168 1.406 2 0.495
Zona MSU 9.667* 2 0.008 2.430 2 0.297
Derajat Pfirrmann 0.303 3 0.960 5.080 3 0.166
Derajat Pathria 1.000 2 0.607 4.169 2 0.124
Hipertrofi lig flavum 1.286 1 0.257 0.633 1 0.426
*mengindikasikan bermakna
Diskusi
Dalam penelitian ini didapatkan rerata usia penderita HNP lumbal adalah pada dekade 50
dengan sedikit lebih banyak pada jenis kelamin perempuan, hasil ini seseuai dengan penelitian
mengenai prevalensi nyeri punggung bawah secara umum1,16. Lebih dari 90% subjek memiliki
penjalaran nyeri dengan penjalaran terbanyak terjadi hanya pada salah satu sisi saja sesuai dengan
karakteristik nyeri pada pasien dengan HNP lumbal4. Namun subjek yang mengeluhkan dari penjalaran
hanya separuh lebih yang memiliki karakteristik nyeri neuropatik berdasarkan pemeriksaan ID pain.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penjalaran yang dirasakan pasien sebenarnya bukan berasal
dari problem pada radiks namun merupakan suatu nyeri pseudoradikular17 meskipun masih mungkin
terdapat komponen neuropatik yang berperan dalam nyeri pada tungkai18.
Delapan puluh tujuh koma empat persen subjek memiliki lokasi herniasi pada tingkat
intervertebral L4-L5 dan L5-S1 berdasarkan pemeriksaan MRI, sedikit dibawah angka pada penelitian
sebelumnya yang menunjukkan lebih dari 90% pasien memiliki herniasi pada level tersebut2,19.
Temuan pada pemeriksaan MRI juga menunjukkan klasifikasi paling banyak pada herniasi diskus
adalah klasifikasi MSU 2AB, sesuai dengan temuan sebelumnya5. Yang menarik adalah didapatkan pula
facet joint arthropathy pada lebih dari 90% pasien yang dapat berkontribusi terhadap nyeri punggung
bawah maupun nyeri menjalar yang dirasakan pasien20.
Pada analisis hubungan antara gambaran MRI dengan intensitas nyeri tidak didapatkan
hubungan yang bermakna. Kompresi radiks oleh diskus yang terherniasi adalah salah satu penyebab
nyeri. Meski demikian ternyata derajat kompresi, yang diukur dengan klasifikasi MSU, tidak memiliki
korelasi dengan intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Pada tinjauan sistematis sebelumnya belum
dapat ditarik kesimpulan mengenai hubungan antara gambaran MRI dengan klinis dan prognosis
nyeri21. Hal ini dapat disebabkan karena nyeri yang dirasakan pasien memiliki banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Nyeri punggung bawah akibat HNP memiliki beberapa proses dapat yang menyebabkan nyeri.
Degenerasi nukleus pulposus, ligamen longitudinalis posterior, dan anulus fibrosus dapat terjadi
secara asimtomatik atau hanya dengan gejala yang ringan saja. Fragmen nukleus dapat menonjol
melalui robekan pada anulus (umumnya pada salah satu sisi namun dapat berada ditengah) yang
menekan radiks saraf ke lamina vertebra atau sendi apophysis, dan menyebabkan nyeri. Pada kasus
tertentu tonjolan ini dapat terlepas sebagai “fragmen bebas” dan mengenai radiks sekitarnya yang
menyebabkan gambaran nyeri yang tidak biasa. Fragmen ini dapat menyusut, akibat mengering, dan
pasien mengalami perbaikan klinis, namun seringkali terjadi iritasi kronis pada radiks dan
pembentukan osteofit yang menyebabkan nyeri berkepanjangan3,4.
Proses lain yang dapat menyebabkan nyeri adalah proses inflamasi. Pada diskus, terutama
pada anulus fibrosus diskus intervertebral, ditemukan adanya akhiran saraf, sehingga jika mengalami
kerusakan dapat menimbulkan nyeri. Lebih lanjut diskus dan radiks yang terpapar nukleus pulposus
akan mengalami peningkatan ekspresi agen proinflamatorik seperti interleukin-6, interleukin-8, dan
prostaglandin E222.
Sensitisasi sentral memiliki peran tersendiri dalam nyeri punggung bawah dan herniasi diskus
lumbal karena proses ini memiliki karakteristik penguatan penghantaran sinyal dalam sistem saraf
pusat yang menimbulkan hipersensitivitas23. Faktor psikososial juga disebutkan dalam literatur dapat
berkontribusi terhadap proses kronisitas nyeri punggung bawah. Faktor ini juga memiliki pengaruh
negatif terhadap terapi dan luaran paska operasi22.
Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri inilah yang mungkin menjadi dasar bahwa
intensitas nyeri pada kasus HNP lumbal tidak memiliki hubungan dengan ukuran dan arah jepitan yang
digambarkan dalam klasifikasi MSU. Peneliti lain yang melihat gambaran MRI pada populasi yang tidak
memiliki nyeri punggung bawah menemukan prevalensi kelainan diskus sebesar 28.2%, meski tidak
didapatkan kelainan berat (sequestrasi diskus)24. Hal ini mendukung bahwa tonjolan, protrusi, atau
ekstrusi diskus tidak selalu berhubungan dengan nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan herniasi
diskus.
Meski gambaran MRI tidak berhubungan dengan intensitas nyeri, namun pada penelitian ini
didapatkan adanya perbedaan dalam karakteristik nyeri pada subgrup karakteristik MRI. Didapatkan
adanya perbedaan penjalaran pada tiap grup zona MSU, serta adanya perbedaan tipe nyeri
berdasarkan ID pain pada tiap grup derajat MSU. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian
sebelumnya yang mendapati bahwa sisi defisit sensorik, kelemahan motorik, dan radikulopati
berhubungan dengan temuan herniasi diskus pada MRI25.
Kesimpulan
Klasifikasi MSU tidak memiliki hubungan dengan intensitas nyeri yang bermakna secara
statistik yang menunjukkan kemungkinan adanya proses lain yang menyertai kompresi radiks yang
dapat menyebabkan nyeri. Meski demikian terdapat hubungan antara gambaran MRI dengan
karakteristik nyeri.
Daftar Pustaka
1. Hoy D, March L, Brooks P, Blyth F, Woolf A, Bain C, et al. The global burden of low back pain: estimates
from the Global Burden of Disease 2010 study. Ann Rheum Dis. 2014;73:968–74.
2. Jordan J, Konstantinou K, O’Dowd J. Herniated lumbar disc. Clin Evid (Online). 2009;3(1118):1–34.
3. Kreiner DS, Hawng S, Easa J, Resnick D, Baisden J, Bess S, et al. North American Spine Society Evidence-
Based Clinical Guidelines for Multidisciplinary Spine Care: Diagnosis and Treatment of Lumbar Disc
Herniation with Radiculopathy. Illinois: North American Spine Society; 2012.
4. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP, Prasad S. Adams and Victor’s Principles of Neurology 11th Edition.
11th ed. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP, Prasad S, editors. New York: McGraw-Hill; 2019.
5. Mysliwiec LW, Cholewicki J, Winkelpleck MD, Eis GP. MSU Classification for herniated lumbar discs on
MRI: Toward developing objective criteria for surgical selection. Eur Spine J. 2010;19(7):1087–93.
6. Pfirrmann CWA, Metzdorf A, Zanetti M, Hodler J, Boos N. Magnetic Resonance Classification of Lumbar
Intervertebral Disc Degeneration. Spine (Phila Pa 1976). 2001;26(17):1873–8.
7. Andreisek G, Imhof M, Wertli M, Winklhofer S, Pfirrmann CWA, Hodler J, et al. A Systematic Review of
Semiquantitative and Qualitative Radiologic Criteria for the Diagnosis of Lumbar Spinal Stenosis. Am J
Roentgenol. 2013;201(5):W735–46.
8. Janardhana AP, Rajagopal, Rao S, Kamath A. Correlation between clinical features and magnetic
resonance imaging findings in lumbar disc prolapse. Indian J Orthop. 2010;44(3):263–9.
9. Johnson C, Lombard ERR. Measuring Pain. Visual Analog Scale versus Numeric Pain Scale: What is the
difference? J Chiropr Med. 2005;4(1):43–4.
10. Chiarotto A, Maxwell LJ, Ostelo RW, Boers M, Tugwell P, Terwee CB. Measurement Properties of Visual
Analogue Scale, Numeric Rating Scale, and Pain Severity Subscale of the Brief Pain Inventory in Patients
With Low Back Pain: A Systematic Review. J Pain. 2019;20(3):245–63.
11. Pathria M, Sartoris DJ, Resnick D. Osteoarthritis of the Facet Joints: Accuracy of Oblique Radiographic
Assessment. Radiology. 1987;164:227–30.
12. Weishaupt D, Zanetti M, Boos N, Hodler J. MR imaging and CT in osteoarthritis of the lumbar facet
joints. Skeletal Radiol. 1999;28(4):215–9.
13. Portenoy R. Development and testing of a neuropathic pain screening questionnaire: ID Pain. Curr Med
Res Opin. 2006;22(8):1555–65.
14. Meliala L. Nyeri Keluhan yang Terabaikan: Konsep Dahulu, Sekarang, dan Yang Akan Datang. Pidato
Pengukuhan Jab Guru Besar Fak Kedokt Univ Gadjah Mada. 2004;
15. Turk DC, Dworkin RH, Allen RR, Bellamy N, Brandenburg N, Carr DB, et al. Core outcome domains for
chronic pain clinical trials: IMMPACT recommendations. Pain. 2003;106(3):337–45.
16. Meucci RD, Fassa AG, Xavier Faria NM. Prevalence of chronic low back pain: Systematic review. Rev
Saude Publica. 2015;49:1–10.
17. Freynhagen R, Rolke R, Baron R, Tölle TR, Rutjes AK, Schu S, et al. Pseudoradicular and radicular low-
back pain - A disease continuum rather than different entities? Answers from quantitative sensory
testing. Pain. 2008;135(1–2):65–74.
18. Andrasinova T, Kalikova E, Kopacik R, Srotova I, Vlckova E, Dusek L, et al. Evaluation of the Neuropathic
Component of Chronic Low Back Pain. Clin J Pain. 2019;35(1):7–17.
19. Ma D, Liang Y, Wang D, Liu Z, Zhang W, Ma T, et al. Trend of the incidence of lumbar disc herniation:
Decreasing with aging in the elderly. Clin Interv Aging. 2013;8:1047–50.
20. Perolat R, Kastler A, Nicot B, Pellat JM, Tahon F, Attye A, et al. Facet joint syndrome: from diagnosis to
interventional management. Insights Imaging. 2018;9(5):773–89.
21. Steffens D, Hancock MJ, Maher CG, Williams C, Jensen TS, Latimer J. Does magnetic resonance imaging
predict future low back pain? A systematic review. Eur J Pain (United Kingdom). 2014;18(6):755–65.
22. Ohtori S, Inoue G, Miyagi M, Takahashi K. Pathomechanisms of discogenic low back pain in humans
and animal models. Spine J. 2015;15(6):1347–55.
23. Nijs J, Apeldoorn A, Hallegraeff H, Clark J, Smeets R, Malfliet A, et al. Low back pain: guidelines for the
clinical classification of predominant neuropathic, nociceptive, or central sensitization pain. Pain
Physician. 2015;18(3):E333-46.
24. Kuppuswamy DS, George DJC, Chemmanam DM. Prevalence of lumbar disc herniation and disc
degeneration in asymptomatic Indian subjects: An MRI based study. Int J Orthop Sci. 2017;3(4e):357–
60.
25. Bajpai J, Saini S, Singh R. Clinical correlation of magnetic resonance imaging with symptom complex in
prolapsed intervertebral disc disease: A cross-sectional double blind analysis. J Craniovertebr Junction
Spine. 2013;4:16–20.