7 8 1 PB

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005


Halaman: 104-109

Dekomposisi Bahan Organik Tanaman serta Pengaruhnya terhadap


Keanekaragaman Mesofauna dan Makrofauna Tanah di Bawah Tegakan Sengon
(Paraserianthes falcataria)
Decomposition of crop organic matters and their influence to diversity of soil mesofauna and
macrofauna under paraserianthes’stand (Paraserianthes falcataria)

SUTENI WULANDARI, SUGIYARTO, WIRYANTO


Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 11 Maret 2005. Disetujui: 1 Juli 2005.

ABSTRACT

The purposes of the research were to know the influences of crop organic matters to diversity of soil mesofauna and macrofauna under
paraserianthes’stand (Paraserianthes falcataria), rate of organic matters decomposition, as well as the relationship between the rate of
organic matters decomposition and diversity of soil mesofauna and macrofauna. The framework of thinking of this research was the
crop organic matters which were given to the soil would influence the soil mesofauna and macrofauna diversities. The presence of soil
fauna would help the decomposition process of organic matters which fertilize the soil. This research was established under
paraseanthes’stand, with 7 treatments of crop organic matters, i.e. cardamom, pineapple, cocoyam, cardamom-pineapple, cardamom-
cocoyam, pineapple-cocoyam, cardamom-pineapple-cocoyam, and the treatment without crop organic matters (control). The sampling
of mesofauna data used soil extraction “Barlessse-Tullgreen” method, meanwhile the macrofauna data were obtained from “Hand-
Sorting” method and “pit-fall trap” method. The data which have been obtained were analyzed by using Analysis of Variance
(ANOVA) and continued with DMRT test. The Correlation test was done to find out the relationship between the rate of decomposition
of crop organic matters and the soil mesofauna and macrofauna diversities. It can be concluded that the applying of crop organic matters
influenced the soil mesofauna and macrofauna diversities. The highest coefficient value index of soil mesofauna diversity was 1.36 by
using cardamom-cocoyam organic matters. The highest coefficient value index of the soil macrofauna diversity was 1.11 by using
pineapple organic matters. The highest coefficient value index of macrofauna diversity on the surface of the soil was 1.27 by using
pineapple organic matters. The crop organic matters of cardamom-cocoyam has the highest coefficient value decomposition rate, was
0.45. The crop organic matters of pineapple has the lowest coefficient value decomposition rate, was 0.15. The relation between the
decomposition rate of crop organic matters and the soil mesofauna diversity index, the macro fauna in the soil, and macrofauna on the
surface of the soil show the negative correlation, with the correlation coefficient value, were -0.01; -0.30; -0.001.

Key words: decomposition, crop organic matter, soil mesofauna, soil macrofauna.

PENDAHULUAN mengistirahatkan tanah untuk beberapa waktu, tidak diolah,


dan dibiarkan tertutup oleh rumput-rumputan. Pengolahan
Kebutuhan pangan dunia selalu meningkat sejalan tanah yang keliru dan pengelolaan tanaman yang kurang
dengan peningkatan jumlah penduduk. Sementara itu hasil baik, dapat menyebabkan menurunnya kesuburan dan
pertanian jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan produktivitas tanah sehingga tanah menjadi rusak. Untuk
penduduk, karena semakin sempitnya tanah pertanian dan mengurangi dan mengantisipasi terjadinya kerusakan tanah,
produktivitas yang rendah. Tanah pertanian yang diperlukan langkah yang tepat, aman sekaligus tidak
keberadaannya terbatas, seringkali digunakan secara terus- mengeluarkan banyak biaya, misalnya dengan pemberian
menerus tanpa memperhatikan pemeliharaanya, dan tidak bahan organik tanaman pada tanah. Pemberian bahan
memberi kesempatan pada tanah untuk memperbaharui diri organik tanaman pada tanah dapat memperbaiki sifat fisika,
secara alami, atau dipulihkan kembali kesuburannya kimia, dan biologi tanah.
sehingga dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanaman dimungkinkan dapat
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetro (1992), usaha meningkatkan aktivitas fauna tanah, karena bahan organik
memperbaiki tanah secara alami dapat dilakukan dengan digunakan sebagai sumber energi dan sumber makanan
untuk kelangsungan hidupnya (Foth, 1994). Fauna tanah
merupakan salah satu komponen biologi tanah yang me-
mainkan peran penting dalam proses penggemburan tanah.
 Alamat korespondensi: Peran aktif mesofauna dan makrofauna tanah dalam
 Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 menguraikan bahan organik dapat mempertahankan dan
Candikuning,
Tel. Baturiti, Tabanan, Bali 82191.
& Fax.: +62-271-663375.
Tel. & Fax.: +62-368-21273.
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected], [email protected]

 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


105 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 105
105 105

mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung  10 cm, kemudian dikombinasikan sesuai dengan
faktor lingkungan disekitarnya (Thamrin dan Hanafi, komposisi yang sudah ditentukan dan siap untuk
1992). Brussaard (1998) menjelaskan bahwa keberadaan didistribusikan pada plot percobaan.
dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah dapat
meningkatkan aerasi, infiltrasi air, agregasi tanah, serta
mendistribusikan bahan organik tanah sehingga diperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan keanekaragaman
mesofauna dan makrofauna tanah.
Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah
berkaitan erat dengan bahan organik tanaman yang
ditambahkan pada tanah. Menurut Susilo dkk. (1997)
aktivitas berbagai makrofauna tanah diketahui berkaitan
dengan dinamika bahan organik dan hara tanah. Dari hasil
penelitiannya, dikatakan bahwa perubahan tataguna lahan,
seperti perubahan dari lahan hutan menjadi pertanian, dapat
mempengaruhi keanekaragaman makrofauna tanah. Hal ini Gambar 1. Denah percobaan perlakuan bahan organik tanaman.
diduga karena bahan organik yang dihasilkan oleh hutan Keterangan: A = Sungai, B = Blok III, letak bersebelahan dengan
lebih beragam daripada lahan pertanian tanaman semusim. sungai pada salah satu sisinya, C = Blok II, letak berada di sisi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju sebelah dari Blok III (agak jauh dari sungai), D = Blok I, berada
dekomposisi bahan organik tanaman di bawah tegakan di sisi sebelah dari Blok II (jauh dari sungai). Kp = Kapulaga
(Ammomum cardamomum). N = Nanas (Ananas comosus). Ki =
sengon, mengetahui pengaruh bahan organik tanaman Kimpul (Xanthosoma sagittifolia). KpN = Kapulaga-Nanas,
terhadap keanekaragaman mesofauna dan makrofauna dengan perbandingan 1:1. KpKi = Kapulaga-Kimpul, dengan
tanah di bawah tegakan sengon, dan mengetahui hubungan perbandingan 1:1. NKi = Nanas-Kimpul, dengan perbandingan
antara laju dekomposisi bahan organik tanaman dengan 1:1. KpNKi = Kapulaga-Nanas-Kimpul, dengan perbandingan
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah. 1:1:1. Kont. = Kontrol (tanpa perlakuan bahan organik tanaman).

Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah


BAHAN DAN METODE Bahan-bahan yang sudah disiapkan masing-masing plot
sebanyak 12 Kg, kemudian disebarkan pada plot sesuai
Bahan dan alat dengan denah sampai merata pada seluruh permukaan plot.
Alat yang digunakan yaitu: cangkul, cetok, seperangkat
alat ekstraksi Corong Barlese-Tullgren, seperangkat alat Uji laju dekomposisi bahan organik tanaman
trapping metode Perangkap-Jebak (Barber), botol koleksi, Uji laju dekomposisi bahan organik tanaman ini
tempat menampung tanah, mikroskop binokuler, cawan mengacu pada metode dari Pudjiharta (1995), sebagai
petri, pinset, timbangan analitik, oven, polybag, kertas berikut: Bahan organik tanaman dikeringkan, kemudian
label, penggaris, dan buku-buku acuan untuk identifikasi. dimasukkan dalam kantong (polibag) masing-masing 10 g.
Bahan yang digunakan yaitu: formalin 4%, alkohol Kantong ditanam di dalam tanah dengan kedalaman  20 cm
70%, akuades, sampel tanah, bahan organik tanaman nanas dari permukaan tanah selama 2 minggu untuk tiap
(Ananas comosus), bahan organik tanaman kapulaga pengamatan.
(Ammomum cardamomum), bahan organik tanaman kimpul
(Xanthosoma sagittifolia). Teknik pengumpulan data
Keanekaragaman mesofauna tanah
Rancangan percobaan Mesofauna tanah dikoleksi dengan metode Ekstraksi
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tanah Corong Barlese-Tullgren: Sampel tanah diambil dari
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan 8 kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah dimasukkan dalam
perlakuan dan 3 blok (ulangan) perlakuan sehingga saringan, kemudian dimasukkan dalam corong yang ujung
seluruhnya terdapat 24 plot percobaan. Perlakuan yang bawahnya dipasang botol koleksi yang berisi alkohol 70%
diberikan berupa macam bahan organik tanaman seperti  4 cm dari dasar botol. Corong diletakkan di atas papan
pada denah percobaan (Gambar 1). ekstraktor yang berlubang-lubang dan bagian atas corong
ditutup dengan corong penutup yang bagian dalamnya
Cara kerja dipasang lampu listrik 10 watt. Sampel tanah diekstraksi
Lokasi berupa lahan yang sudah ditanami sengon dan selama 2 hari. Mesofauna yang turun pada botol koleksi
sudah berumur 4-5 tahun dengan jarak antar tanaman  1 kemudian diidentifikasi di laboratorium (Suin, 1997).
m. Lahan yang disiapkan seluas  (10x10) m2. Gulma di
sekitar tanaman sengon dibersihkan kemudian dibuat plot- Keanekaragaman makrofauna tanah
plot seperti, denah pada Gambar 1 dengan ukuran luas tiap Untuk mengoleksi makrofauna tanah dilakukan dengan
plot (1x3) m2 dan jarak antar plot  30 cm. Alat-alat yang 2 metode, yaitu metode sortir-tangan untuk mengoleksi
hewan yang hidup di dalam tanah dan metoda perangkap-
digunakan selama masa penelitian disiapkan. Bahan
jebak untuk mengoleksi hewan di permukaan tanah.
organik tanaman yang digunakan adalah tanaman kapulaga, Metode sortir-tangan (hand sorting). Titik sampling
nanas dan kimpul. Bahan dipotong-potong dengan ukuran ditentukan secara acak pada plot dengan ukuran (30x30)
106 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 106
106 106

cm2. Tanah digali dengan kedalaman 20 cm sehingga ukuran HASIL DAN PEMBAHASAN
titik sampling adalah (30x30x20) cm3. Tanah galian
ditampung dalam tempat yang sudah disediakan. Dari hasil pengamatan terhadap plot perlakuan bahan
Makrofauna yang terdapat di dalamnya langsung disortir organik tanaman maupun plot kontrol (tanpa perlakuan
(dihitung dan diidentifikasi) (Suin, 1997). bahan organik tanaman), mesofauna dan makrofauna tanah
Metode perangkap jebak (pit-fall trap). Titik sampling yang ditemukan berasal dari phylum Arthropoda, Annelida,
ditentukan secara acak pada plot kemudian dibuat lubang dan mollusca, yang terdiri dari 8 classis (Insecta,
sebesar ukuran gelas perangkap. Gelas perangkap yang Arachnida, Chilopoda, Dipolopoda, Malacostraca, Sym-
berisi formalin 4% dimasukan dalam lubang, permukaan hilla, Chaetopoda, dan Gastropoda), 22 ordo (Collembola,
gelas (bibir gelas) dibuat sejajar atau datar dengan tanah. Coleoptera, Hymenoptera, Diptera, Orthoptera, Blattaria,
Agar air hujan tidak masuk dalam gelas perangkap maka Zoroptera, Hemiptera, Lepidoptera, Isoptera, Psocoptera,
gelas perangkap diberi atap. Perangkap dibiarkan selama Homoptera, Acarina, Araneae, Opiliones, Geophilomorpha,
24 jam. Makrofauna yang terperangkap kemudian Lithobiomorpha, Polydesmida, Isopoda, Symphilla,
diidentifikasi di laboratorium (Suin, 1997). Oligochaeta, dan Megastropoda) dengan jumlah individu
Untuk menghitung Keanekaragaman dari mesofauna sebanyak 5.664.
dan makrofauna tanah digunakan rumus Indeks Diversitas
Shanon-Wiener sebagai berikut: Keanekaragaman mesofauna tanah
Dari hasil pengamatan pada plot percobaan terhadap
ID = -  Px log Px mesofauna tanah, diperoleh sebanyak 71 spesies, yang
termasuk dalam 45 familia, 10 ordo, dan 5 classis (Insecta,
Px = KERAPATAN JENIS X Arachnida, Chilopoda, Chaetopoda, dan Symphilla).
x 100%
JUMLAH KERAPATAN SEMUA JENIS Setelah dilakukan uji Anava dan DMRT, ternyata
terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan pemberian
Kerapatan jenisx= JUMLAH INDIVIDU JENIS X bahan organik tanaman terhadap jumlah jenis dan indeks
LUAS AREA ( m 2 ) keanekaragaman mesofauna tanah.
Px = Kerapatan relatif jenis x
Tabel 1. Nilai rata-rata jumlah individu, jumlah jenis, dan indeks
ID = Indeks Keanekaragaman (Indeks Diversitas)
keanekaragaman mesofauna tanah pada plot percobaan.
Laju dekomposisi bahan organik tanaman
Jumlah Jumlah Indeks
Pengambilan data untuk pengukuran laju dekomposisi Perlakuan
individu jenis keanekaragaman
bahan organik tanaman dilakukan dengan cara sebagai Kontrol 5,17a 3,17ab 0,98 ab
berikut: Kantong bahan organik tanaman (yang ditanam) Kapulaga 4,67 a 3,00 ab 0,88 ab
diambil, kemudian bahan organik dibersihkan dengan hati- Nanas 7,08 a 4,08 ab 1,13 ab
hati, dikeringkan (dengan oven selama 3 hari) dan Kimpul 4,75 a 3,17 ab 0,86 ab
ditimbang. Setiap hasil penimbangan dicatat, untuk Kapulaga-nanas 5,33 a 3,58 ab 1,05 ab
memperoleh laju dekomposisi dapat dihitung dengan Kapulaga-kimpul 8,08 a** 4,83 b** 1,39 b**

membagi berat bahan organik pada setiap penimbangan Nanas-kimpul 6,42 a 4,58 b 1,24 ab
Kapulaga-nanas- 4,33 a* 2,58 a* 0,73 a*
dengan berat awalnya, kemudian disetarakan dengan kimpul
bilangan logaritma alami (e), atau dapat dirumuskan:
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak
beda nyata pada uji DMRT dengan taraf signifikansi 5%. ** =
Wt = Wi e-KT menunjukkan nilai tertinggi. * = menunjukkan nilai terendah.

Wt: berat kering bahan organik tanaman setelah


periode waktu tertentu (g). Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa plot perlakuan bahan
Wi: berat kering bahan organik mula-mula (g). organik tanaman kapulaga-kimpul mempunyai nilai jumlah
E: angka dasar logaritma (2,7182). individu, jumlah jenis dan indeks keanekaragaman
K: nilai laju dekomposisi (g/minggu). mesofauna tanah tertinggi, yaitu 8,08; 4,83; dan 1,39;
T: periode waktu selama bahan organik ditanam sedangkan plot perlakuan bahan organik tanaman
(minggu) (Pudjiharta, 1995).
kapulaga-nanas-kimpul mempunyai nilai jumlah individu,
jumlah jenis dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah
Analisis data
terendah, yaitu 4,33; 2,58; dan 0,73.
Uji anava (analisis varian) untuk menganalisis data
percobaan Keanekaragaman mesofauna, makrofauna, dan Kombinasi bahan organik tanaman kapulaga-nanas-
laju dekomposisi bahan organik tanaman, dilanjutkan uji kimpul mungkin kurang disukai oleh mesofauna tanah
DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α 5%. Uji sehingga hanya mesofauna tertentu saja yang hadir pada plot
korelasi untuk mengetahui hubungan antara laju tersebut, sebaliknya pada kombinasi bahan organik
dekomposisi dengan Keanekaragaman mesofauna dan tanaman kapulaga-kimpul lebih disukai oleh mesofauna
makrofauna tanah. Uji Anava, DMRT, dan korelasi tanah, sehingga lebih banyak mesofauna yang hadir. Suin
dilakukan dengan program SPSS. (1997) mengatakan bahwa bahan organik tanaman sangat
107 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 107
107
menentukan kepadatan fauna tanah. Selain itu, pada 107
umumnya apabila bahan asalnya merupakan campuran dari
108 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 108
108 108

berbagai macam bahan tanaman, maka proses peruraiannya bahwa jenis bahan organik akan menentukan jenis
relatif lebih cepat daripada bahan-bahan yang berasal dari makrofauna tanah yang hidup. Indeks keanekaragaman
tanaman-tanaman sejenis, sehingga semakin beragam makrofauna dalam tanah pada plot perlakuan bahan
bahan organik yang diberikan semakin cepat perurainnya, organik tanaman nanas, menunjukkan perbedaan yang
padahal semakin lama proses peruraian bahan organik akan nyata dengan plot lainnya. Hal ini menunjukan bahwa
mempertahankan fauna tanah untuk tetap tinggal. perlakuan bahan organik tanaman tersebut pada plot
percobaan sangat menentukan keanekaragaman jenis
Keanekaragaman makrofauna dalam tanah makrofauna dalam tanah dan disusun oleh banyak jenis
Dari hasil pengamatan pada plot percobaan diperoleh dengan kelimpahan yang merata. Menurut Sugianto (1994)
jumlah 29 jenis makrofauna dalam tanah, yang termasuk dalam Partaya (2002) bahwa suatu komunitas dikatakan
dalam 20 familia, 13 ordo, dan 7 classis (Insecta, mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika
Chaetopoda, Malacostraca, Chilopoda, Diplopoda, komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan
Arachnida, dan Gastropoda). Jumlah individu yang paling kelimpahan yang sama atau hampir sama. Pada plot
banyak ditemukan adalah phylum Annelida. perlakuan bahan organik tanaman nanas ditemukan jumlah
Hasil uji Anava dan DMRT menunjukkan adanya individu dan jumlah jenis yang tinggi, walaupun bukan
pengaruh bahan organik tanaman terhadap jumlah individu, yang tertinggi, karena keanekaragaman yang tinggi bukan
jenis, dan indeks diversitas makrofauna dalam tanah. Dari saja ditentukan oleh jumlah jenis yang tinggi, melainkan
Tabel 2, dapat dilihat jumlah individu tertinggi terdapat pada juga oleh proporsi atau perbandingan antara jenis dan
plot perlakuan bahan organik tanaman kapulaga- kimpul, jumlah total individu secara keseluruhan hampir sama.
yaitu 50,75. Nilai jumlah individu terendah terdapat
pada plot kontrol, yaitu 27,42. Hal tersebut diduga Keanekaragaman makrofauna permukaan tanah
berhubungan dengan tingkat kesukaan makrofauna dalam Dari hasil pengamatan diperoleh jumlah jenis
tanah terhadap bahan organik tanaman tersebut karena makrofauna permukaan tanah sebanyak 91 species, yang
bahan organik tanaman bagi makrofauna dalam tanah termasuk dalam 57 familia, 18 ordo, dan 5 classis (Insecta,
berfungsi sebagai sumber energi (makanan). Makanan Arachnida, Malacostraca, Chilopoda dan Chaetopoda).
adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan banyaknya fauna tanah dan tempat hidupnya Tabel 3. Nilai rata-rata jumlah individu, jumlah jenis, dan indeks
keanekaragaman makrofauna permukaan tanah pada plot
(Borror dkk,1992). percobaan.
Untuk nilai jumlah jenis tertinggi terdapat pada plot
perlakuan bahan organik tanaman kapulaga-nanas dan
Jumlah Jumlah Indeks keane-
nanas-kimpul, yaitu 5,67; nilai indeks keanekaragaman Perlakuan
individu jenis karagaman
tertinggi terdapat pada plot perlakuan bahan organik Kontrol 12,92 a* 3,75 a* 0,84 ab
tanaman nanas, yaitu 1,11; plot perlakuan bahan organik Kapulaga 17,00 a 4,58 ab 1,05 ab
tanaman kimpu diperoleh nilai jumlah jenis dan indeks Nanas 14,50 a 5,17 ab 1,27 b**
keanekaragaman makrofauna dalam tanah yang terendah, Kimpul 16,25 a 3,83 ab 0,82 a*
yaitu 3,50; dan 0,66. Kapulaga-nanas 15,00 a 4,08 ab 1,10 ab
Kapulaga-kimpul 16,50 a 5,83 b** 1,12 ab
Tabel 2. Nilai rata-rata jumlah individu, jumlah jenis dan indeks Nanas-kimpul 20,08 a** 5,33 ab 1,21 ab
a ab
keanekaragaman makrofauna dalam tanah pada plot percobaan. Kapulaga-nanas-kimpul 14,17 4,33 0,98 ab
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak
individu jenis keanekaragaman menunjukkan nilai tertinggi, * = menunjukkan nilai terendah.
Kontrol 27,42a* 3,67a 0,81 ab
Kapulaga 46,75b 4,75 bc 0,85 ab
Nanas 36,67 ab 5,25 bc 1,11 c** Uji Anava dan DMRT menunjukkan bahwa pemberian
Kimpul 40,75 ab 3,50 a* 0,66 a* bahan organik tanaman memberikan pengaruh yang nyata,
ab c**
Kapulaga-nanas 40,92 5,67 1,03 bc terhadap jumlah jenis dan indeks keanekaragaman
Kapulaga-kimpul 50,75 b** 4,83 bc 0,83 ab
ab c** makrofauna permukaan tanah. Dari Tabel 3 dapat dilihat,
Nanas-kimpul 43,83 5,67 1,00 bc
Kapulaga-nanas-kimpul 32,75 ab 4,25 ab 0,78 ab nilai jumlah individu tertinggi terdapat pada plot perlakuan
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak bahan organik tanaman nanas-kimpul, yaitu 20,08. Nilai

menunjukkan nilai tertinggi. * = menunjukkan nilai keofisien yaitu 12,92 ditemukan pada plot kontrol. Pada kontrol juga
terendah. ditemukan nilai jumlah jenis makrofauna permukaan tanah
terendah, yaitu 3,75. Plot perlakuan bahan organik tanaman
kapulaga-kimpul mempunyai nilai jumlah jenis tertinggi,
Untuk jumlah jenis pada plot perlakuan bahan organik yaitu 5,83. Nilai indeks keanekaragaman makrofauna
tanaman kapulaga-nanas ternyata menunjukan perbedaan permukaan tanah tertinggi, yaitu 1,27 terdapat pada plot
yang nyata terhadap plot percobaan yang lain kecuali dengan perlakuan bahan organik tanaman nanas, dan nilai indeks
plot perlakuan bahan organik tanaman nanas- kimpul, berarti keanekaragaman makrofauna permukaan tanah terendah
pada plot tersebut lebih banyak jenis makrofauna dalam terdapat pada plot perlakuan bahan organik tanaman kimpul,
tanah yang hadir. Menurut Suin (1997) yaitu 0,82.
109 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 109
109 109

Pada plot perlakuan bahan organik tanaman kapulaga- yang tinggi (Asri dkk., 1999). Tingginya kandungan serat
kimpul ditemukan jumlah jenis lebih banyak daripada plot menyebabkan lambatnya proses dekomposisi.
lainnya. Hal ini diduga karena bahan organik tanaman itu Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik dan kimia
disukai oleh banyak makrofauna permukaan tanah. Untuk tanah diduga sebagai akibat adanya perubahan sifat bahan
indeks keanekaragaman terendah dijumpai pada plot organik setelah mengalami perombakan oleh fauna tanah.
perlakuan bahan organik tanaman kimpul, karena pada plot Fauna tanah berpengaruh terhadap proses-proses biologi
tanah di antaranya adalah proses pelapukan dan peruraian
tersebut tidak ditemukan proporsi atau perbandingan antara
bahan organik, hasil akhir dari proses ini akan berpengaruh
jumlah jenis dan jumlah total individu yang sama tetapi langsung terhadap kesuburan tanah (Partaya, 2002).
ditemukan jumlah jenis yang relatif rendah, sedang jumlah
individu yang ditemukan cukup tinggi walaupun bukan yang Hubungan antara laju dekomposisi dengan jumlah individu,
tertinggi. Untuk indeks keanekaragaman tertinggi terdapat jumlah jenis dan indeks keanekaragaman fauna tanah
pada plot perlakuan bahan organik tanaman nanas, hal ini Hasil uji korelasi hubungan antara laju dekomposisi
dimungkinkan karena nanas merupakan bahan organik yang bahan organik tanaman dengan jumlah individu, jumlah
mempunyai kandungan serat tinggi sehingga sulit jenis dan indeks keanekaragaman fauna tanah ditunjukkan
terdekomposisi (Asri dkk., 1999). Menurut Sugiyarto dkk pada Tabel 5.
(2002), bahan organik yang sulit terdekomposisi akan
berfungsi sebagai lapisan penutup tanah sehingga dapat Tabel 5. Nilai korelasi antara laju dekomposisi dengan jumlah
dijadikan sumber energi yang baik bagi komunitas individu, jumlah jenis dan indeks keanekaragaman fauna tanah.
makrofauna permukaan tanah. Lapisan penutup ini juga
Koefisien korelasi
berfungsi sebagai tempat berlindung dari cahaya matahari
langsung maupun serangan predator sehingga lebih disukai

oleh banyak jenis makrofauna permukaan tanah. Jumlah Mesofauna 0,06


individu Makrofauna dalam tanah 0,05
Kontrol mempunyai jumlah individu dan jumlah jenis
Makrofauna perm. tanah 0,10
yang rendah, hal ini menunjukan bahwa makrofauna Mesofauna 0,02
Jumlah
permukaan tanah memerlukan bahan organik sebagai jenis Makrofauna dalam tanah -0,15
sumber energi dan makanan, serta tempat berlindung (Foth, Makrofauna perm. tanah 0,17
1994) sehingga pada kontrol yang tidak diberi perlakuan Indeks Mesofauna -0,01
bahan organik tanaman hanya ditemukan sedikit jumlah keaneka- Makrofauna dalam tanah -0,30
individu dan jumlah jenis karena bahan organik yang ragaman Makrofauna perm. tanah -0,001
terdapat pada kontrol hanya berasal dari tanaman sengon.

Dekomposisi bahan organik tanaman Hubungan yang ditunjukkan antara laju dekomposisi
Dari hasil uji anava ternyata terdapat pengaruh yang bahan organik tanaman dengan jumlah individu mesofauna,
nyata antara perlakuan yang diberikan terhadap laju makrofauna dalam tanah dan makrofauna permukaan tanah
dekomposisi. Pemberian bahan organik tanaman cenderung adalah hubungan yang positif. Hubungan tersebut
akan meningkatkan laju dekomposisi, sehingga dengan menunjukkan hubungan secara langsung, yaitu apabila
ketersediaan bahan organik tanaman ini dapat terjadi kenaikan laju dekomposisi bahan organik tanaman,
mempertinggi kesuburan tanah. maka akan diikuti oleh kenaikan jumlah individu
mesofauna dan makrofauna tanah. Sebaliknya, apabila laju
Tabel 4. Nilai laju dekomposisi bahan organik tanaman. dekomposisi mengalami penurunan maka jumlah individu

mesofauna dan makrofauna tanah juga akan mengalami


Perlakuan Nilai laju dekomposisi penurunan. Kenaikan dan penurunan tersebut sebesar nilai
Kapulaga 0,31 b
korelasinya, masing-masing sebesar 0,06; 0,05; 0,01.
Nanas 0,15 a*
Hubungan yang terjadi antara laju dekomposisi bahan
Kimpul 0,41 c organik tanaman dengan jumlah jenis mesofauna dan
Kapulaga-nanas 0,17 a makrofauna permukaan tanah menunjukkan hubungan
Kapulaga-kimpul 0,45 c** yang positif, tetapi menunjukkan hubungan yang negatif
Nanas-kimpul 0,29 b dengan jumlah jenis makrofauna dalam tanah. Hal tersebut
Kapulaga-nanas-kimpul 0,26b berarti apabila terjadi kenaikkan laju dekomposisi bahan
Keterangan: huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak organik tanaman akan diikuti oleh kenaikkan jumlah jenis
beda nyata pada uji DMRT dengan taraf signifikansi 5%. ** = mesofauna dan makrofauna permukaan tanah, tetapi jumlah
menunjukkan nilai tertinggi. * = menunjukkan nilai terendah. jenis makrofauna dalam tanah akan mengalami penurunan.
Sebaliknya, apabila laju dekomposisi bahan organik
tanaman mengalami penurunan maka jumlah jenis
Dari Tabel 4 diketahui bahwa bahan organik tanaman mesofauna dan makrofauna permukaan tanah juga akan
kapulaga-kimpul mempunyai nilai laju dekomposisi mengalami penurunan sedangkan jumlah jenis makrofauna
tertinggi (tercepat), yaitu 0,45. Bahan organik tanaman dalam tanah akan mengalami kenaikan. Nilai korelasi dari
nanas mempunyai nilai laju dekomposisi terendah, yaitu kenaikkan dan penurunan tersebut sebesar 0,02; -0,15;
0,15. Kualitas bahan organik tanaman merupakan faktor 0,17.
yang mempengaruhi dekomposisi dan pelepasan unsur hara
(Priyadarshini, 1999). Nanas mempunyai kandungan serat
110 WULANDARI dkk. – Keanekaragaman
B i o S M A R T meso-
Vol. 7,dan
No.makrofauna
2, Oktober 2005,
tanahhal.
di bawah
104-109
Paraserianthes falcataria 110
110 110

Hubungan antara laju dekomposisi bahan organik organik tanaman dengan indeks keanekaragaman
tanaman dengan indeks keanekaragaman mesofauna, mesofauna tanah, makrofauna dalam tanah, dan
makrofauna dalam tanah dan makrofauna permukaan tanah makrofauna permukaan tanah menunjukkan hubungan
menunjukkan hubungan negatif. Hal tersebut menunjukkan yang lemah, dengan nilai korelasi rendah, yaitu -0,01; -
hubungan yang tidak langsung antara keduanya. Apabila 0,30; dan -0,001.
terjadi kenaikkan laju dekomposisi bahan organik tanaman
maka akan diikuti penurunan indeks keanekaragaman
mesofauna dan makrofauna tanah, dan sebaliknya apabila DAFTAR PUSTAKA
laju dekomposisi bahan organik tanaman mengalami
Asri, I.P., S. Rachman, dan S. Kabirun, 1999. Pengaruh penambahan
penurunan maka pada indeks keanekaragaman mesofauna biomassa algae terhadap penurunan C-organik pada dekomposisi
dan makrofauna tanah akan mengalami kenaikkan, dengan limbah tanaman nanas. Agrosains 12 (3): 269-279.
nilai korelasi sebesar -0,01; -0,30; -0,001. Borror, D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson, 1992. Pengenalan
Menurut Suwondo (2002) apabila nilai indeks keaneka- Pelajaran Serangga. Penerjemah: Soetiyono, P., dan D.B. Mukayat.
ragamannya lebih dari 3 maka laju dekomposisi yang Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Brussaard, L. 1998. Soil fauna, guilds, functional groups, and ecosystem
terjadi tinggi, apabila nilai indeks keanekaragamannya processes. Applied Soil Ecology 9: 123-136.
antara 1-3 maka laju dekomposisi yang terjadi sedang dan Foth, D.H. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerjemah: Adisoemarto, S.
bila nilai indeks keanekaragamannya kurang dari 1 maka Jakarta: Penerbit Erlangga.
laju dekomposisi yang terjadi rendah. Hubungan yang Partaya. 2002. Komunitas fauna tanah dan analisis bahan organik di TPA
terjadi antara laju dekomposisi dengan indeks keaneka- Kota Semarang. Seminar Nasional Pengembangan Biologi Menjawab
Tantangan Kemajuan IPTEK, 29 April 2002. Semarang: Universitas
ragaman yang terjadi pada hasil penelitian ini adalah
Negeri Semarang.
kurang dari 1 berarti terdapat hubungan yang lemah antara Priyadarshini, R. 1999. Estimasi Modal C (C-stock), Masukkan Bahan
laju dekomposisi dengan indeks keanekaragaman fauna Organik, dan Hubungannya dengan Populasi Cacing Tanah pada
tanah. Sistem Wanatani. [Tesis]. Malang: PPS Universitas Brawijaya.
Pudjiharta. 1995. Aspek biogeohidrologi pada jenis tegakan
Paraserianthes falcataria dan Acacia mangium. Buletin Penelitian
Kehutanan 587: 1-29.
KESIMPULAN Sugiyarto, D. Wijaya, dan Y.R. Suci. 2002. Biodiversitas hewan permukaan
tanah pada berbagai tegakan hutan di sekitar gua Jepang, BKPH
Nilai indeks keanekaragaman mesofauna tanah Nglerak, Lawu Utara, Kab. Karang Anyar. Biodiversitas 3 (1):
196-200.
tertinggi, pada plot perlakuan bahan organik tanaman Suin, N.M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Penarbit Bumi aksara.
kapulaga-kimpul, yaitu 1,39. Nilai indeks keanekaragaman Susilo, F.X., M. Utomo, I.G. Subawa, dan S. Murwani, 1997. Fauna
makrofauna dalam tanah tertinggi, pada plot perlakuan makro dalam tanah di ASB-Bencmark Area, Lampung Utara. Jurnal
bahan organik tanaman nanas, yaitu 1,11. Nilai indeks Penelitian Pengembangan Wilayah Lahan Kering (19): 1-8.
Sutedjo, M.M., dan G.A. Kartasapoetra. 1992. Pengantar Ilmu Tanah.
keanekaragam makrofauna permukaan tanah tertinggi, pada Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
plot perlakuan bahan organik tanaman nanas, yaitu 1,27. Suwondo. 2002. Komposisi dan keanekaragaman mikroarthropoda pada
Bahan organik tanaman yang mempunyai nilai laju tanah sebagai indikator karakteristik biologi pada tanah gambut.
Jurnal Natur Indonesia 4 (2): 112-186.
dekomposisi tertinggi, yaitu bahan organik tanaman Thamrin, M.dan Hanafi, H. 1992. Peranan mulsa sisa tanaman terhadap
kapulaga-kimpul, yaitu 0,45; sedangkan yang terendah, konservasi lengas tanah pada sistem budidaya tanaman semusim di
yaitu bahan organik tanaman nanas, dengan Nilai koefisien, lahan kering. Prosiding Seminar Hasil Penelitian P3HTA. Bogor:
P3HTA.
yaitu 0,15. Hubungan antara laju dekomposisi bahan

You might also like