Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Penetrating Keratoplasty
ABSTRACT
Introduction : Chemical injury to the eye represent a serious long-term
concequences relevant to vision and overall quality of life. Acid substance cause
protein coagulation in the epithelium, a process that limits further penetration into
the eye. Strong concentrated acids can penetrate the eye like alkaline solutions.
Early treatment ensures the best possible outcome for this potentially blinding
condition. In more severe conditions, patient may need a surgical treatments if
there is complication such as corneal ulceration or perforation with penetrating
keratoplasty to maintain the integrity of the globe.
Purpose : To report a complication chemical trauma that treated with penetrating
keratoplasty. Case Ilustration : A 35-year old female presented to Infection and
Immunology Unit at Cicendo Natinal Eye Hospital with a chief complaint pain in
his left eye and blurry vision after accidentally splashed by porselaine cleaner
solution 13 days before. The patient was refereed by an Ophtalmologist after given
several eyedrop as medication. The patient was diagnoses Acid Chemical Injury
after the 1 month patient had a complication corneal perforation and treated with
Penetrating Keratoplasty (PK) tectonic..
Conclusion: Chemical trauma is an emergency in the eye that requires immediate
treatment to prevent further damage. Irrigation directly and removing the
remaining chemicals that are still in contact with the eye The aims of medical
treatment are to enhance recovery of the corneal epithelium and augment collagen
synthesis, while also minimizing collagen breakdown and controlling inflammation.
Surgical therapy such as full thickness keratoplasty can be considered if further
damage occurs to provide tectonic function and maintain eyeball integrity.
Keyword: Chemical trauma, complications, acid substance, penetrating
keratoplasty
I. Pendahuluan
Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan masalah serius yang berpotensi
menggangu penglihatan dan kualitas hidup secara keseluruhan dalam jangka
panjang. Trauma kimia berhubungan dengan nyeri pada mata, penurunan tajam
penglihatan, ektropion dan risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi. Prognosis dari
visual bergantung terhadap seberapa luas area kornea, limbal dan konjungtiva yang
terkena trauma kimia. Gangguan tajam penglihatan berisiko terhadap masalah lain
1
2
seperi depresi, delirium, penyakit kronis dan kesehatan sosial terutama dalam hal
penurunan produktivitas dari pasien.1-3
Trauma kimia merupakan suatu kegawatdaruratan pada mata dan perlu
penanganan segera. Penyebab dari trauma kimia pada permukaan okuler
disebabkan bahan kimia yang bersifat asam maupun basa. Zat basa pada trauma
kimia memiliki efek lipofilik yang akan menyebabkan saponifikasi asam lemak dari
membran sel sel, menembus stroma kornea dan menghancurkan ikatan kolagen.
Jaringan yang rusak kemudian mengeluarkan enzim proteolitik, yang menyebabkan
kerusakan lebih lanjut. Zat asam pada trauma kimia menyebabkan kerusakan yang
superfisial dan secara umum kerusakan jaringan yang terjadi tidak seberat akibat
zat basa dikarenakan munculnya reaksi kerusakan dengan mendenaturasi dan
mengendapkan protein dalam jaringan. Protein yang terkoagulasi bertindak sebagai
penghalang untuk mencegah penetrasi lebih lanjut, namun zat asam yang
berkonsentrasi tinggi akan memberikan efek penetrasi yang dalam seperti efek
yang ditimbulkan zat basa dan dapat membahayakan tajam penglihatan. 2-4
Sebagian besar penderita dari trauma kimia adalah kaum muda serta mereka
yang berisiko terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja, rumah dan oleh
karena kriminalitas. Pada lingkungan rumah, trauma kimia pada mata sering
disebatkan oleh bahan kimia di rumah tangga seperti pembersih wc, deterjen,
pemutih pakaian, dan larutan pembersih lainnya. 1,2,4
Trauma kimia merupakan salah satu kegawatdaruratan mata yang apabila
ditangani secara tepat dan cepat akan mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.
Ulkus dan perforasi korneaskleral merupakan salah satu dari komplikasi akibat
trauma kimia. Penanganan segera dengan full thickness keratoplasty dapat
5-7
diperlukan sebagai fungsi tektonik dan menjaga integritas bola mata. Laporan
kasus ini membahas komplikasi trauma kimia asam pada mata dan penanganan
penetrating keratoplasty tektonik.
sebelah kiri terkena cairan pembersih kamar mandi (Vixal) tiga belas hari sebelum
masuk rumah sakit. Setelah mata terkena cairan pembersih kamar mandi pasien
langsung mencuci mata menggunakan air gayung. Pasien kemudian berobat ke
klinik dan diberi obat tetes mata. Setelah itu pasien berobat ke puskesmas dan mata
kiri dibilas menggunakan spuit. Pasien kemudian berobat ke dokter SpM di Banjar
dan diberikan terapi tetes mata air mata buatan dengan vitamin A per 2 jam, tetes
mata natrium diklofenak, natamicin, dan ketokonazole.
Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 16 Mei 2019 didapatkan tanda vital
dalam batas normal, visus mata kanan 1,0 dan visus mata kiri closed face finger
counting (CFFC). Kedudukan bola mata kanan dan kiri ortotropia, gerakan bola
mata kanan baik ke segala arah dan gerakan bola mata kiri -1 ke segala arah.
Tekanan bola mata kanan dan kiri normal per palpasi. Pada pemeriksaan segmen
anterior mata kiri terdapat blefarospasme, krusta, dan ptosis pada palpebra
superior, dan kesan simblefaron pada palpebral inferior, injeksi siliar dan kemosis
pada konjungtiva bulbi, edema, thining pada perifer kornea, dan tidak didapatkan
iskemik limbal pada kornea, bilik mata depan didapatkan Van Herrick grade III,
flare dan cell sulit dinilai, dan hipopion setinggi 2 mm, pupil bulat, dan lensa kesan
keruh. Pada hasil pemeriksaan USG didapatkan vitreous opacity ec fibrosis
vitreous dd/ sel radang . Pasien didiagnosa dengan Trauma Kimia Asam Ropper
Hall grade II OS cum Hipopion + blefaritis kronis OS + suspek panofthalmitis OS
+ simblefaron pi OS. Pasien mendapat terapi irigasi pada mata kiri hingga pH 7,
prednisolone acetate enam kali OS, siklopegik tiga kali OS, tetes air mata buatan
satu tetes per jam OS, antibiotic salep mata tiga kali OS, tetes mata levofloxacin
enam kali OS, dan Vitamin C dua kali 500 mg. Pasien dikonsulkan ke bagian retina
untuk konfirmasi diagnosis dan tatalakasana lanjutan. Pasien didiagnosis dengan
trauma kimia Asam Ropper Hall grade II OS + blefaritis kronis OS + Panoftalmitis OS
+ simblefaron Pi OS serta diberikan terapi Metilprendisolon satu kali 48 mg dan
ranitidin dua kali 150 mg. Pasien dikonsulkan ke bagian ROO dengan diagnosis dan
terapi yang sama dengan sebelumnya. Pasien di minta untuk kontrol 1 minggu yang
akan datang.
Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 20 Mei 2019 didapatkan tanda vital
4
dalam batas normal, visus mata kanan 1,0 dan visus mata kiri CFFC. Kedudukan
bola mata kanan dan kiri ortotropia, gerakan bola mata kanan baik ke segala arah
dan gerakan bola mata kiri -1 ke segala arah. Tekanan bola mata kanan dan kiri
normal per palpasi. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kiri terdapat
blefarospasme dan kesan simblefaron pada palpebral superior dan inferior, injeksi
siliar dan kemosis pada konjungtiva bulbi, edema dan abrasi luas pada kornea,
bilik mata depan didapatkan Van Herrick grade III, flare dan cell sulit dinilai,
pupil dilatasi farmakologis, tidak terdapat sinekia pada iris dan lensa kesan keruh.
Pasien didiagnosa dengan Trauma Kimia Asam Ropper Hall grade II OS +
Panoftalmitis OS + Simblefaron Ps et Pi OS. Pasien mendapat terapi prednisolone
acetate enam kali OS, siklopegik tiga kali OS, tetes air mata buatan enam kali OS,
sodium hyaluronate empat kali OS, jeli lubrikan mata empat kali OS,
methilprednisolon satu kali 48 mg dan ranitidine dua kali 150 mg. Pasien control 2
minggu yang akan datang.
Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 10 Juni 2019 pada anamnesa pasien
menyatakan tidak menggunakan obat selama 1 minggu. Pada pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal, visus mata kanan 1,0 dan visus mata kiri 1/300. Tekanan
bola mata dengan palpasi didapatkan nilai N+ pada mata kiri. Kedudukan bola
mata kanan dan kiri ortotropia, gerakan bola mata kanan baik ke segala arah dan
gerakan bola mata kiri -1 ke segala arah. Tekanan bola mata kanan dan kiri normal
per palpasi. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kiri terdapat blefarospasme,
ptosis, dan kesan simblefaron pada palpebral superior dan inferior, injeksi siliar
dan kemosis pada konjungtiva bulbi, abrasi pada setengah inferior kornea, bilik
mata depan, pupil, dan lensa sulit dinilai. Pasien didiagnosa dengan Trauma Kimia
Asam Ropper Hall grade II OS + Panofthalmitis OS + Simblefaron Ps et Pi OS.
Pasien mendapat terapi prednisolone acetate enam kali OS, siklopegik tiga kali
OS, tetes air mata buatan enam kali OS, sodium hyaluronate empat kali OS, jeli
lubrikan mata empat kali OS, methilprednisolon satu kali 48 mg dan ranitidine dua
kali 150 mg. Pasien dikonsulkan ke unit ROO dengan diagnosis tambahan berupa
glaukoma sekunder OS dan di konsulkan pada unit Glaukoma. Pada unit glaukoma
pasien diberikan terapi tambahan berupa timolol maleat 0,5% dua kali OS. Pasien
5
disarankan untuk rawat jalan dan kontrol ke poliklinik Infeksi dan Imunologi 1
minggu yang akan datang.
tetes perjam OS, serum otologus satu tetes perjam OS, siklopegik tiga kali OS,
salep antibiotic dan steroid tiga kali OS, ciprofloxacin dua kali 500 mg, dan
Vitamin C satu kali 1000 mg. Pasien disarankan untuk rawat jalan dan kontrol ke
poliklinik Infeksi dan Imunologi lima hari yang akan datang.
III. Diskusi
Trauma kimia asam adalah trauma pada kornea dan konungtiva yang disebabkan
adanya kontak dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan masalah dengan
tingkat kerusakan bervariasi dari iritasi ringan hingga kerusakan yang luas pada
epitel permukaan okuler, kornea, segmen anterior dan sel-sel punca limbal yang
7
dapat digunakan empat kali sehari. Pada cedera yang lebih berat, prednisolon dapat
digunakan setiap jam. Tujuan dari perawatan medis adalah untuk meningkatkan
pemulihan epitel kornea dan meningkatkan sintesis kolagen, dan meminimalisir
kerusakan kolagen serta mengendalikan peradangan.5,6,8
Selain itu, pada trauma kimia dapat diberikan terapi tambahan seperti asam
askorbat yang merupakan kofaktor dalam sintesis kolagen. Asam askorbat dapat
digunakan sebagai tetes topikal atau secara oral. Pemberian Vitamin C secara
sistemik membantu meningkatkan sintesis kolagen dan mengurangi tingkat
ulserasi. Doxycycline bekerja dengan mengurangi efek matrix metalloproteinases
(MMPs) yang dapat menurunkan kolagen tipe I. Golongan tetrasiklin menghambat
MMP dengan membatasi ekspresi gen neutrofil kolagenase dan gelatinase epitel,
menekan degradasi antitripsin alfa 1 dan mencari spesies oksigen reaktif, sehingga
mengurangi peradangan permukaan mata. 1% Medroxyprogesterone adalah steroid
progestasional dan memiliki potensi antiinflamasi yang lebih sedikit daripada
kortikosteroid, tetapi memiliki efek minimum pada perbaikan stroma.
Medroxyprogesterone dapat digantikan dengan steroid kortikal setelah 10-14 hari
pengobatan steroid. Tetes mata plasma kaya trombosit diketahui kaya akan faktor
pertumbuhan dan dapat membantu epitelisasi yang lebih cepat kelas luka bakar
tertentu.5,6,8
Komplikasi pada trauma kimia asam bervariasi dari ringan hingga berat. Bhoi
dkk pada penelitiannya, mengemukakan komplikasi yang paling sering secara
berurutan abrasi kornea, mata kering, deformitas pada palpebra, katarak,
simblefaron, dan perforasi kornea. Das dkk mengemukakan komplikasi yang terjadi
pada ulkus kornea yaitu edema stroma, kekeruhan kornea dengan atau tanpa
vaskularisasi, simblefaron, katarak, ulkus kornea, entropion, ectropion dan phthisis
bulbi. Pada kasus ini terdapat ulkus kornea dengan impending perforasi. Tindakan
dengan full thickness keratoplasty dapat digunakan untuk memberikan efek
tektonik dan menjaga integritas bola mata.4,6,7
Tindakan emergensi dengan therapeutic keratoplasty pada kondisi perforasi luas
pada kornea. Prognosis pasca graft tidak akan memberikan hasil yang memuaskan
untuk fungsi visual dikarenakan co-existent limbal stem cell dysfunction. Pada
10
IV. Simpulan
Trauma kimia adalah suatu kegawatdaruratan pada mata yang memerlukan
penanganan segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Terapi segera yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan irigasi secara langusng dan menghilangkan
sisa bahan-bahan kimia yang masih kontak dengan mata, Terapi medis awal
bertujuan agar permukaan bola mata akan segera mengadakan reepitelisasi dan
transdiferensiasi, mempercepat penyembuhan kornea dengan membantu produksi
keratosit dan kolagen untuk memperkecil terjadinya ulserasi, dan mengendalikan
inflamasi. Terapi pembedahan seperti full thickness keratoplasty dapat
dipertimbangkan apabila terjadinya kerusakan yang lebih lanjut untuk memberikan
fungsi tektonik dan menjaga integritas bola mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haring RS, Sheffield ID, Channa R, Canner JK, Schneider EB. Epidemiologic
trends of chemical ocular burns in the United States. JAMA ophthalmology.
2016;134(10):1119-24.
2. Rao NK, Goldstein MH. Acid and Alkali Burns. Ophthalmology. Edisi: Elsevier
Health Sciences; 2013. h. hlm 294-96.
3. Riordan-Eva P, Cunningham ET. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology,
19th Edition.McGraw-Hill Education; 2017.
4. Kanski JJ, Bowling B. Kanski's Clinical Ophthalmology E-Book: A Systematic
Approach.Elsevier Health Sciences; 2015.
5. Baradaran-Rafii A, Eslani M, Haq Z, Shirzadeh E, Huvard MJ, Djalilian AR.
surface. 2017;15(1):48-64.
6. Sharma N, Kaur M, Agarwal T, Sangwan VS, Vajpayee RB. Treatment of acute
ocular chemical burns. Survey of ophthalmology. 2018;63(2):214-35.
7. Schrage N, Burgher F, Blomet J, Bodson L, Gerard M, Hall A, et al. Chemical
Ocular Burns: New Understanding and Treatments.Springer Berlin Heidelberg;
2010.
8. Singh P, Tyagi M, Kumar Y, Gupta K, Sharma P. Ocular chemical injuries and
their management. Oman journal of ophthalmology. 2013;6(2):83.
9. Cantor LB RC, Cioffi GA. Clinical Aspect of toxic and traumatic injuries of
anterior segment. External eye disease. Edisi. San Francisco2018. h. hlm. 394-
44.
10. Eslani M, Baradaran-Rafii A, Movahedan A, Djalilian AR. The ocular surface
chemical burns. Journal of ophthalmology. 2014;2014.
11