Penentuan Tarif Jasa Kamar Hotel Dengan Metode Activity Based Costing System Pada Hotel Grand Victoria Di Samarinda
Penentuan Tarif Jasa Kamar Hotel Dengan Metode Activity Based Costing System Pada Hotel Grand Victoria Di Samarinda
Penentuan Tarif Jasa Kamar Hotel Dengan Metode Activity Based Costing System Pada Hotel Grand Victoria Di Samarinda
Indri Kristiani
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman
Set Asmapane
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman
Fibriani Nur Khairin
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman
Abstract
Keyword : Activity Based Costing System, Cost Pool, and Cost Driver
156
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa pariwisata, seperti jasa
perhotelan. Persaingan dalam usaha pelayanan terlihat dari banyaknya hotel yang
didirikan oleh pihak swasta di Indonesia. Dari banyaknya penawaran terhadap
pelayanan hotel, semua itu adalah fasilitas yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam melakukan kegiatan bisnis, hotel harus mengutamakan kepentingan
sosial dan bukan hanya untuk mencari keuntungan semata. Keberhasilan dalam
memenangkan persaingan tersebut ditentukan oleh beberapa hal antara lain quality,
cost, dan services.
Services adalah kuantitas atau ragam pelayanan yang disediakan pihak hotel
terhadap pelanggannya misalnya fasilitas restoran, fitness center, bar dan lain sebagainya.
Quality merupakan kualitas pelayanan terhadap konsumen, hal ini lebih menekankan
pada kepuasan konsumen terhadap satu jenis pelayanan. Rasa masakan yalang sesuai
dengan selera konsumen, alat-alat fitness yang lengkap dan berfungsi dengan baik,
keramahan karyawan hotel merupakan contoh dari kualitas pelayanan yang disediakan
pihak hotel terhadap tamu atau konsumennya.
Selain quality dan services, cost merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
perebutan hati para konsumen maupun calon konsumen. Cost adalah jumlah nominal
yang harus dibayarkan oleh konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh pihak hotel
atau penyedia jasa. Jika ada perbandingan antara beberapa hotel dengan quality dan
services yang sama dalam hal penentuan harga dan mengabaikan faktor loyalitas
konsumen terhadap produsen atau penyedia jasa, konsumen akan cenderung memilih
hotel yang lebih murah.
Oleh karena itu, hotel memerlukan manajer-manajer yang handal dalam
mengambil keputusan-keputusan strategik yang berorientasi untuk menjadikan hotel
tersebut semakin terdepan dan dapat dipercaya masyarakat. Kondisi ini menuntut pihak
manajemen untuk memikirkan strategi agar dapat bersaing dengan hotel-hotel lainnya.
Salah satu strategi manajemen untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan
menentukan tarif yang lebih rendah dan kualitas atau jasa yang lebih tinggi daripada
pesaing, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung secara akurat biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk mengendalikan biaya, pihak hotel
memerlukan metode perhitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya
yang akurat berkenaan dengan biaya aktivitas pelayanannya.
Selama ini pihak hotel dalam menentukan tarif hanya menggunakan system biaya
konvensional dan tidak mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori
biaya yang bersifat tidak langsung. Dalam sistem biaya tradisional, pembebanan biaya
dilakukan atas biaya langsung dan tidak langsung. Hal ini akan menimbulkan banyak
masalah karena tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya, sehingga akibatnya
akan muncul under costing atau over costing (Hansen & Mowen, 2005). Over costing terjadi
pada beberapa produk yang relatif lebih sederhana dan under costing terjadi pada
beberapa produk yang lebih rumit
Activity Based Costing menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh
adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver
(pemicu biaya) yang berdasarkan pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih
baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk
seperti hotel. Activity Based Costing System dapat menyediakan informasi perhitungan
biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara
157
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan dan kelemahan
perusahaan, sehingga dengan Activity Based Costing informasi harga pokok produk atau
jasa dapat tersaji dengan lebih akurat.
Hotel Grand Victoria di Samarinda merupakan salah satu hotel yang melayani
jasa penginapan untuk semua kalangan masyarakat yang ada di sekitar kota Samarinda.
Hotel Grand Victoria memiliki empat jenis kamar yaitu superior, deluxe, junior suite,
dan victoria suite dengan berbagai macam jenis pelayanan kamar. Selama ini Hotel Grand
Victoria dalam menentukan biaya kamar hotel masih menggunakan sistem
konvensional dengan cara menghitung biaya tidak langsung dan biaya langsung.
Mengingat persaingan yang semakin ketat antar hotel, sistem yang digunakan oleh Hotel
Grand Victoria belum mampu menyediakan informasi yang akurat, sehingga dapat
mempengaruhi profitabilitas hotel, maka penentuan tarif jasa kamar hotel dengan metode
Activity Based Costing sangat tepat untuk perkembangan Hotel Grand Victoria. Activity
Based Costing memiliki keyakinan bahwa setiap biaya itu ada penyebabnya dan
penyebabnya dapat dikelola sehingga untuk periode jangka panjang, Hotel Grand Victoria
dapat menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik memilih judul mengenai
“Penentuan Tarif Jasa Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing System
pada Hotel Grand Victoria di Samarinda, Kalimantan Timur”.
158
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Kerangka Pikir
Akutansi Manajemen
Hotel Grand Victoria
Rumusan Masalah:
“Bagaimana penentuan tarif jasa kamar hotel dengan menggunakan Activity Based
Costing System pada Hotel Grand Victoria di Samarinda ?”
Alat Analisis
Activity Based Costing System
Hasil Penelitian
METODE PENELITIAN
Rincian Data yang Diperlukan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah dan pemecahannya serta
mempermudah pembahasan, maka data-data yang diperlukan untuk melengkapi tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum Hotel Grand Victoria di Samarinda.
2. Data jenis kamar, jumlah semua kamar, luas kamar, dan fasilitas serta pelayanan kamar
Hotel Grand Victoria di Samarinda.
3. Data fasilitas pendukung Hotel Grand Victoria di Samarinda.
4. Data biaya jasa kamar untuk masing-masing tipe kamar Hotel Grand Victoria.
5. Data jumlah pengguna dan hari pemakaian kamar Hotel Grand Victoria.
6. Data lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Activity Based Costing
System. Activity Based Costing System adalah sistem pembebanan biaya pada objek biaya
melalui dua tahap, yaitu
Tahap 1: Menelusuri biaya pada aktivitas-aktivitas.
1. Biaya Langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya-biaya yang terkendalikan dan menjadi tanggung jawab
manajer. Karena biaya langsung ini akan mengalami kenaikan atau penurunan dengan
tingkat tertentu apabila penjualan meningkat atau menurun. Biaya produksi langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya langsung
departemen adalah semua
159
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja
yang bekerja dalam Departemen Pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen
bagi Departemen Pemeliharaan.
2. Biaya Tak Langsung (indirect cost)
Biaya tak langsung adalah biaya-biaya yang biasanya tidak terkendalikan dan tidak
menjadi tanggung jawab manajer. Biaya-biaya ini pada umumnya sedikit sekali
terpengaruh oleh penjualan. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak
langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh
lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi di Departemen
Pembangkit Tenaga Listrik, biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam
perusahaan, baik untuk penerangan maupun untuk maupun untuk menggerakkan mesin.
Langkah-langkah dalam tahap 1 antara lain:
1. Mengindentifikasi akvitas dan level aktivitas.
2. Menghitung persentase jumlah kamar.
3. Menghitung biaya langsung dengan dasar persentase alokasi jumlah kamar.
Tahap 2: Menelusuri biaya aktivitas pada masing-masing produk yang menggunakan cost
driver.
Menurut Tunggal (2000:145) menyatakan bahwa suatu cost driver adalah
suatu tolak ukur dari frekuensi dan intensitas dari permintaan yang ditempatkan pada
aktivitas oleh objek biaya.
Sedangkan Simamora (2002:114) menjelaskan bahwa pemicu biaya (cost driver)
adalah setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan.
Langkah-langkah dalam tahap 2 antara lain:
1. Mengindentifikasi akvitas dan level aktivitas.
2. Menghitung persentase jumlah kamar.
3. Menghitung biaya langsung dengan dasar persentase alokasi jumlah kamar.
4. Membuat pengelompokkan cost pool dan mengendifikasi cost driver.
5. Membebankan biaya overhead kedalam berbagai aktivitas berdasarkan
pengelompokkan cost pool.
6. Menghitungkan tarif cost pool.
7. Menghitung harga pokok tiap jenis kamar. Langkah-langkah analisis dalam penelitian
ini:
8. Menghitung harga pokok kamar menggunakan metode konvensional
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mencari data room rate
b. Mencari data jenis kamar, jumlah kamar, ukuran kamar, dan tarif untuk setiap jenis
kamar.
c. Menghitung jumlah kamar tersedia untuk dijual dengan cara mengalikan jumlah
setiap jenis kamar dengan jumlah kamar dalam setahun.
d. Mencari data jumlah hari hunian kamar
e. Menghitung persentase tingkat hunian untuk masing-masing jenis kamar
(occupancy rate) dengan cara membagi jumlah kamar terjual dengan jumlah kamar
tersedia.
f. Menghitung pendapatan jasa kamar untuk masing-masing jenis kamar dengan cara
mengalikan jumlah kamar terjual dengan harga jual masing-masing kamar.
g. Menghitung persentase pendapatan penjualan jasa kamar.
160
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
161
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Kamar
a. Superior Room. 8 set
Jumlah kamar Superior 45 kamar dengan uk ,
uran 6 0 3 iap
8 kamarnya.
set
b. Deluxe Room.
Jumlah kamar Deluxe 23 kamar dengan ukuran 6 ,4 35 i ap marnya.
ka
c. Junior Suite Room.
Jumlah kamar Junior Suite 8 kamar dengan ukuran 6,10 ,5 0
9 iap kamarnya
set
Daftar Biaya Langsung dan biaya overhead (dalam Rp) Tahun 2013
162
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
163
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
164
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
165
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Guest supplies
1 Aktivitas penginapan Room amenities
Cleaning supplies
2 Aktivitas laundry Laundry
Full breakfast
3 Aktivitas pemberian makan
buffet Jumlah Kamar
Aktivitas Listrik Unit level
Terjual
4 Aktivitas listrik Listrik
Bahan Bakar
Generator
5 Aktivitas air Air
Advertising and
6 Aktivitas pemasaran Promotion
Penyusutan
7 Aktivitas penyusutan Penyusutan
Peralatan hotel
Gaji Karyawan
8 Aktivitas penggajian Makan Karyawan
Seragam Jumlah Luas
Facility level
Bulbs and Lamps Lantai
Pemeliharaan
Kendaraan
9 Aktivitas pemeliharaan
Pemeliharaan AC
Perbaikan dan
Pemeliharaan
166
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
167
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Tabel 4.12
Gaji Karyawan
(868.971.020) 488.796.199 10.862.138 249.829.168 10.862.138 86.897.102 10.862.138 43.448.551 10.862.1
38
Makan Karyawan
130.952.067 2.910.046 66.931.056 2.910.046 23.280.367,40 2.910.046 11.640.184 2.910.04
(232.803.674) 6
Seragam Karyawan
19.329.546 429.545 9.879.546 429.545 3.436.364 429.545 1.718.182 429.545
(34.363.638)
Total Biaya
639.077.812 14.201.729 326.639.770 14.201.729 113.613.833 14.201.729 56.806.917 14.201.7
Langsung 29
Sumber: Hasil Pengolahan Data
168
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Cost Pool I
Aktivitas Biaya (Rp)
Aktivitas Penginapan:
Guest supplies 63.935.308
Room amenities 192.000.000
Aktivitas Laundry:
Laundry 216.000.000
Aktivitas Listrik:
Listrik (78% x 1.982.243.104) 1.546.149.621
Aktivitas Air:
Air ( 78% x 360.000.000) 280.800.000
Aktivitas pemasaran
Advertising and promotion (78% x 312.000.000) 243.360.000
169
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Cost Pool II
Aktivitas Biaya
Makan Karyawan
148.317.796
(60% x 247.196.326)
Seragam Karyawan
21.381.817
(60% x 35.636.362)
Total Cost Pool II 3.746.430.128
170
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Total Cost Pool (Rp) Cost Driver Tarif Cost Pool (Rp)
Cost Pool
(1). (2). (1):(2)=(3)
Cost Pool I 5.227.510.241 22.648 230.816
Cost Pool II 3.746.430.128 2.133 1.756.414
Sumber: Hasil Pengolahan Data
171
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
172
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Tabel 4.22
173
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode Activity Based Costing System dalam perhitungan harga pokok
kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang akurat, karena biaya-biaya yang
terjadi dibebankan pada produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang
dikonsumsikan oleh produk dan juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver.
2. Hasil dari perhitungan harga pokok kamar dengan menggunakan metode Activity
Based Costing System yaitu, untuk kamar superior sebesar Rp 402.005. Untuk kamar deluxe
sebesar Rp 453.188. Untuk kamar junior suite sebesar Rp 606.246. Dan untuk kamar
victoria suite sebesar Rp 1.063.762. Terdapat selisih harga yang lebih rendah dari
penetapan harga oleh pihak manajemen Hotel Grand Victoria dengan hasil
perhitungan menggunakan metode Activity Based Costing yaitu, untuk kamar superior
sebesar Rp 189.504. Untuk kamar deluxe sebesar Rp 215.538. Untuk kamar junior suite
sebesar Rp 256.139. Dan untuk kamar victoria suite dengan selisih sebesar Rp 181.756.
Saran
Dengan menggunakan metode Activity Based Costing System, hotel dapat mengendalikan
biaya lebih baik karena metode Activity Based Costing System merupakan system analisis
biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam pengambilan
keputusan, baik yang bersifat strategik maupun operasional. Maka saran yang dapat
diberikan oleh penulis adalah:
1. Agar pihak manajemen hotel mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
penerapan Activity Based Costing System dalam perhitungan harga pokok kamarnya,
sehingga informasi mengenai harga pokok kamar yang lebih akurat dapat diperoleh.
2. Apabila pihak manajemen hotel ingin menetapkan tarif kamar, diharapkan benar-
benar membebankan biaya-biaya tersebut ke tiap masing-masing jenis kamar, sehingga
tarif kamar yang ditetapkan menjadi lebih kompetitif dibandingkan hotel lain yang sejenis.
3. Jika pihak manajemen hotel ingin menerapkan Activity Based Costing System sebaiknya
didukung dengan sistem informasi dan tenaga kerja yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Armanto, Witjaksono, 2006, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W.Lin, 2007, Manajemen Biaya
dengan Tekanan Strategik, Edisi Ketiga, Terjemahan, Jilid Satu, Jakarta, Salemba
Empat.
Dunia, Firdaus Ahmad, dan Wasilah, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi kedua, Salemba Empat.
Fauzijah, Ami., Zain, M.Nasir, 2005, Aplikasi Penentuan Harga Jual Kamar Pada
Perusahaan Jasa Perhotelan Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC),
Skripsi S1 Yogyakarta, Jurusan
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Femala, Fieda, 2007, Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan
Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi pada RSUD Kabupaten Batang),
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., 2000, Managerial Accounting; Akuntansi
Manajerial, Buku 1, Salemba Empat. --------------------------------------------------.,
2001, Managerial Accounting; Akuntansi Manajerial, Buku 2, Salemba
174
Akuntabel; Volume 12 No 2 Tahun 2015
Empat.Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., dan Brewer, Peter C., 2006,
Managerial Accounting; Akuntansi Manajerial, Buku 1, Edisi Kesebelas, Salemba
Empat.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., 2000, Manajemen Biaya; Akuntansi dan
Pengendalian, Buku 1, Salemba Empat. -----------------------------------------------------.,
2006, Management Accounting; Akuntansi Manajemen, Buku 1, Edisi Ketujuh,
Salemba Empat.
Hariadi, Bambang, 1992, Akuntansi Manajemen; Suatu Pengantar, Edisi Pertama,
Yogyakarta, BPFE.
Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya;
Penekanan Manajerial, Jilid 1, Edisi Kesebelas, Indeks.
Jamil, Ahmad Habib, 2011, Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam
Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi pada UD. Kartika Sari Malang)., Skripsi
S1 Malang, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Mulyadi, 2007, Activity-Based Costing System, Edisi Keenam, Cetakan Kedua, Yogyakarta,
BPFE. Nuryanti, Yuni 2011, Analisis Harga Pokok Kamar dengan Activity Based
Costing System pada Kusuma Sahid Prince Hotel., Skripsi S1 Surakarta, Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret.
Prakoso, Koko Yuli, 2011, Penerapan Metode Activity Based Costing (ABC) dengan
Pendekatan Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) di PT. Kawan
Sejati Akurasi (KSA Yogya)., Skripsi S1 Yogyakarta, Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Putri, Dhania Anggarani, 2011, Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing sebagai
Alternatif dalam Menentukan tarif SPP SMP-SMA pada YPI Nasima Semarang
tahun 2010., Skripsi S1 Semarang, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Saputri, Dani, 2012, Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan
Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap pada RS Hikmah., Skripsi S1 Makassar,
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.
Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemeni. Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Supriyono. 1994. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok
Produksi, Edisi 2,Yogyakarta: BPFE. . 2000. Akuntansi Manajemen, Proses
Pengendalian Manajemen. STIE YKPN, Yogyakarta. Tunggal, Amin Wijaya. 2000.
Activity Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran. Rineke Cipta. Jakarta.
Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama, Cetakan Pertama.
Graha Ilmu, Yogyakarta.
175