A S K Z M E M A: Structure Analysis Hefty Late Miocene Zones OF Gold Mineralization
A S K Z M E M A: Structure Analysis Hefty Late Miocene Zones OF Gold Mineralization
A S K Z M E M A: Structure Analysis Hefty Late Miocene Zones OF Gold Mineralization
1
Dudi Nasrudin Usman, 2Nana Sulaksana, 3Febri Hirnawan, 4Iyan Haryanto, dan
5
Nurdin Saeful Bahri
1,2,3,4,5
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
1
Pascasarjana,2,3,4,5 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadajaran
email : [email protected]; [email protected]; [email protected];
1
4
[email protected]; [email protected]
Abstract. Tectonic Java - Sumatra undergone many developments through the latest
scientific publications in particular, the orientation of the island of Java has some
similarities with the island of Sumatra. Both islands are separated from the Mio-
Pliocene. Java Island to change direction in anti-clockwisely while terputarkan
Sumatra Island in clockwisely affecting the Sunda Strait widens towards the south
similar to the triangle zone. In the research area of geological structure are closely
linked in the process of mineralization, especially the type of sediment hydrothermal,
due to the geological structure of the area being filled or trapping solution
hydrothermal, where the zone that is rich in mineralization and alteration zones, one
type of gold-type gold epithermal low sulfidation. Straightness of the indication of
the presence of a structure and direction of the geological force, in other words
lineament is a geological force that has not experienced a movement that is
characteristic of the location where the occurrence of a fracture. Lineament points
density was obtained with the highest density of 21 / Km2 and the lowest value was 4
/ Km2 which was described with map of straightness density, rosette and general
direction of the three variables above shows that the direction of mineralization,
structure and alignment have the same direction NW – SE.
392
Analisis Struktur Kekar Zona Mineralisasi Emas Miosen Akhir | 393
1. Pendahuluan
Aktivitas tektonik di bagian barat Pulau Jawa secara geologi wilayah tersebut masuk
dalam Banten Block. Bemmelen (1949) menyebutkan wilayah ini sebagai Banten Block
dengan batasan berupa garis yang terbentang selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu
hingga Teluk Jakarta termasuk didalamnya batas secara geologi (Lina Handayani dan
Hery Harjono, 2008).
Tektonik Jawa – Sumatera banyak mengalami perkembangan melalui publikasi-
publikasi ilmiah terbaru khususnya, orientasi Pulau Jawa mempunyai kemiripan dengan
Pulau Sumatera. Kedua pulau tersebut terpisah sejak Mio-Pliosen. Pulau Jawa
mengalami perubahan arah secara anti-clockwisely sedangkan Pulau Sumatera
terputarkan secara clockwisely yang berdampak terhadap semakin melebarnya Selat
Sunda kearah selatan mirip triangle zone. Pola tumbukan yang terjadi adalah normal
terhadap Jawa membentuk Trench Jawa dengan arah N 100oE dan oblique terhadap
Sumatra membentuk Trench Sumatra dengan arah N 140oE (Budi Mulyana, 2006).
Secara geologi, kesamaan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dapat dideskripsikan,
adanya segmented basements di Banten dan Lampung dengan arah utara-selatan.
Ditemukannya Horst – Graben Systems seperti di Ujung Kulon High – Ujung Kulon
Low – Honje High – West Malingping Low.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa Mangku Alam - Padasuka
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandedglang – Provinsi Banten. Khususnya wilayah
Tambang emas Cibaliung dan sekitarnya terletak di ujung Barat Daya Pulau Jawa
khususnya Wilayah Kecamatan Cimanggu, Pandeglang – Provinsi Banten, di sebelah
Timur Taman Nasional Ujung Kulon.
Berkaitan dengan pemetaan geologi, maka langkah awal yang harus diperhatikan
yaitu mempelajari data-data sekunder lokasi kajian berdasarkan peta geologi, topografi,
citra satelit dan peta pendukung lainnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu ;
a. ORIENTASI : Menentukan posisi singkapan pada peta, dapat dilakukan dengan :
1. GPS
2. Tanda alam + orientasi (dengan memperhatikan keadaan sekeliling)
3. Orientasi dengan kompas + peta
b. PEREKAMAN DATA KE DALAM BUKU LAPANGAN
1. Hari – tanggal, Penamaan Lokasi singkapan (keadaan geografi sekitar);
2. Dimensi dan bentuk singkapan, dan Kondisi singkapan (segar/lapuk);
3. Variasi batuan (homogen atau heterogen);
4. Hubungan dengan batuan sekitar (keselarasan, perubahan yang berangsur/
gradisional, terganggu sesar, intusive, dll);
5. Kedudukan lapisan & ketebalan, dan deskripsi masing-masing litologi;
6. Struktur geologi (struktur bidang maupun garis);
7. Sketsa, Dokumentasi, dan No. Conto.
c. Interpretasi dan Informasi Data
Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan
pemetaan geologi antara lain :
1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara),
2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan,
3. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau
formasi),
penelitian dilakukan dengan grid tetap dan interval grid 1 km, struktur geologi yang
dipergunakan merupakan struktur geologi lokal wilayah penelitian yang didapatkan dari
data struktur geologi lokal wilayah penambangan emas PT Cibaliung Sumberdaya.
Hasil dari interpretasi ini akan berupa anomaly tingkat kerapatan dari struktur geologi
tersebut.
Fenomena geologi yang terjadi akibat perbedaan pola tumbukan ini adalah,
berkembangannya Sistem sesar sumatra (Sesar Semangko dan sesar Mentawai),
membujur pada sumbu pulau Sumatra yang akhirnya menghilang di selat Sunda
membentuk sesar normal atau graben, Volcanic line sekitar selat Sunda yang bersamaan
dengan magmatisme Jawa. Perbedaan sudut sebesar 40o dari dua trench ini berpengaruh
besar pada poduk yang dihasilkannya. Azimut konvergensi N24o -N25o sepanjang arc
trench memberikan perbedaan kecepatan penumbukan lempeng IndoAustralia terhadap
Eurasia, yaitu 6.7 cm/tahun dibagian baratlaut Sumatra dan 7.8 cm/tahun dibagian
Timur Jawa. Oleh karena itu kerak kontinen Jawa akan mengalami penebalan akibat
pola subduksi normal dengan kecepatan tumbukan relatif lebih cepat dibandingkan
dengan yang terjadi di sisi barat pulau Sumatra (Budi Mulyana, 2006).
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian data lapangan dan analisis yang dilakukan maka dapat
dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut ;
1. Struktur geologi yang berkembang di lokasi berupa kekar dengan arah dominan
baratlaut-tenggara. Kekar umumnya tersisi urat kuarsa dengan ketebalan
bervariasi, 0,5 hingga 5 cm;
2. Kekar gerus hadir berpasangan dan bagian rekahannya tidak terisi mineral
sekunder. Kekar tarik cenderung soliter, memiliki arah jurus relatif seragam, dan
terisi mineral sekunder yang kemudian membentuk urat-urat kuarsa (quartz
veins);
Daftar Pustaka
Sudana dan Santosa, 1992, Peta Geologi Lembar Cikarang, Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, Bandung.
Bemmelen, van, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland.
Budi Mulyana, 2006, Extension Tektonik Selat Sunda, Bulletin of Scientific
Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 137-145.
Handayani, Lina, Harjono, Hery. (2008). Perkembangan Tektonik Daerah Busur Muka
Selat Sunda dan Hubungannya dengan Zona Sesar Sumatera (Vol. 18 No.
2). Bandung:Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.
Nurdin Saeful Bahri, 2017, APLIKASI METODE PENGINDERAAN JAUH
(REMOTE SENSING) UNTUK EKSPLORASI ENDAPAN EMAS DI WILAYAH
KECAMATAN CIMANGGU KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI
BANTEN, Prosiding Teknik Pertambangan, Volume 3, No.2, Tahun 2017, ISSN:
2460-6499.