Middle Storage Treatment To Extend Soybean (Glycine Max (L.) Merr.) Seed Longevity

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Bul.

Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

Perlakuan Benih diantara Periode Penyimpanan untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kedelai
(Glycine max (L.) Merr.)

Middle Storage Treatment to Extend Soybean (Glycine max (L.) Merr.) Seed Longevity

Shinta Nugraheni Kusumastuti, Maryati Sari* dan Eny Widajati

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
*Penulis untuk korespondensi: [email protected]

Disetujui 17 Mei 2017/Published online 22 Mei 2017

ABSTRACT

The objective of this research was to get middle storage treatment to extend soybean seeds
longevity. The research was conducted at Seed Technology Laboratory, Department of Agronomy
and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University in December 2013 to April
2014. Treatments were applied, i.e (1) washing with warm water, (2) washing with cold
water, (3 ) washing with mancozeb fungicide, (4) drying in the sun. Seeds that had been treated
(1), (2) and (3) dried until the moisture content reaches 8-9% by drying in the sun. Seeds were
stored in a low temperature (± 5 °C) and in ambient temperature (26-30 °C) packed in
polypropylene plastic (0,08 mm). The results showed that the untreated seed be able to retain 80%
germination percentage just for 6 weeks. Seed treatment washing with mancozeb fungicide,
washing with cold water and drying the seeds without washing first could increase seed viability
and germination percentage could be maintained>80% until 16 weeks after treatment either at low
temperature storage or ambient storage. Drying seed in the sun could be the best choice
as seed enhancement for middle storage treatment because it was cheap and easy to do and give
good results.

Key words : invigorasi, viability, vigor

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan perlakuan benih diantara periode


penyimpanan untuk meningkatkan daya simpan benih kedelai. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakutas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2013 hingga April 2014. Perlakuan benih yaitu (1)
pencucian dengan air hangat , (2) pencucian dengan air dingin, (3) pencucian dengan fungisida
mankozeb, (4) penjemuran di bawah matahari. Benih yang telah diberi perlakuan (1), (2) dan (3)
dikeringkan hingga mencapai kadar air 8 - 9% dengan cara dijemur di bawah matahari. Benih
disimpan di ruang suhu rendah (± 5 °C) dan di ruang kamar (26-30 °C) menggunakan plastik
polipropilen (0.08 mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang tidak diberi perlakuan
hanya mampu mempertahankan daya berkecambah 80% hingga 6 minggu. Perlakuan pencucian
benih dengan fungisida mankozeb, pencucian dengan air dingin dan penjemuran benih tanpa
dicuci terlebih dahulu dapat meningkatkan viabilitas benih serta dapat mempertahankan daya
berkecambah >80% hingga akhir penyimpanan, 16 minggu setelah perlakuan baik pada
penyimpanan suhu rendah maupun suhu kamar. Perlakuan penjemuran di bawah sinar matahari
dapat menjadi pilihan terbaik sebagai perlakuan invigorasi benih diantara periode penyimpanan
karena murah dan mudah dilakukan serta memberikan hasil yang baik.

Kata Kunci : invigorasi, viabilitas, vigor


Perlakuan Benih diantara … 242
Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

PENDAHULUAN namun sangat riskan untuk benih kedelai jika


benih akan disimpan kembali. Hasil penelitian
Kedelai merupakan salah satu komoditi Utami (2013) menunjukkan benih yang diberi
pangan utama setelah padi dan jagung. Kedelai perlakuan priming perendaman dalam air, CaCl2,
termasuk dalam kacang-kacangan yang memiliki KNO3, dan asam askorbat disimpan pada kadar
tingkatan nutrisi sangat tinggi terutama protein air 12-13% karena pengeringan lebih lanjut
nabati. Tahu dan tempe merupakan hasil olahan mengakibatkan retak-retak pada permukaan benih.
kedelai yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai Retak-retak pada permukaan kulit benih
lauk pauk atau cemilan. Selain karena kandungan menjadikan penampilan benih kurang menarik
gizinya yang tinggi, harga olahan kedelai dapat dan menurunkan mutu fisik dari benih itu sendiri.
dikatakan murah, sehingga olahan kedelai sangat Hal ini menjadi kelemahan dari teknik
cocok untuk masyarakat Indonesia. Produksi hydropriming dan priming/Osmoconditioning
kedelai dalam negeri hanya mencukupi sekitar untuk penyimpanan.
40% dari kebutuhan nasional yang sebesar 2 juta Penelitian Erinnovita et al. (2008) pada
ton/tahun, sehingga kekurangannya harus benih kacang panjang menunjukkan bahwa
dipenuhi melalui impor (Puslitbangtan 2013). perbedaan perlakuan metode invigorasi
Berdasarkan kenyataan di lapangan berpengaruh terhadap kadar air akhir yang dicapai
diketahui bahwa benih kedelai yang dijual oleh setelah perlakuan. Invigorasi dengan perendaman
toko-toko penyalur benih adalah benih-benih air (soaking) selama 15 jam meningkatkan
yang telah melewati masa simpan lebih dari 3 kadar air dari ±8% menjadi 31-34%, perlakuan
bulan dan disimpan pada kondisi suhu kamar matriconditioning dengan mengunakan media
sehingga menyebabkan mutu benih menurun. serbuk gergaji pada tekanan -1.25 MPa selama
Kondisi tersebut menyebabkan ketika benih 20 jam meningkatkan kadar air menjadi 14-17%,
ditanam di lapangan oleh petani, benih tidak sedangkan benih dengan perlakuan priming
menunjukkan perkecambahan yang baik dengan media pasir pada tekanan -1.25 MPa
(Ruliyansyah 2011). Rendahnya mutu selama 20 jam memiliki kadar air benih 8-10%.
perkecambahan benih disebabkan oleh turunnya Perlakuan invigorasi yang telah banyak
vigor dan viabilitas benih kedelai selama memberikan manfaat bagi petani, masih perlu
penyimpanan. Peningkatkan daya simpan benih lebih banyak diteliti, khususnya invigorasi
dapat diupayakan melalui perlakuan pada benih diantara periode penyimpanan (middle storage
baik diawal penyimpanan maupun diantara treatment). Pada perlakuan invigorasi sebagai
periode simpan. Benih kedelai biasa disimpan middle storage treatment manfaat invigorasi
dalam ruang simpan terbuka. diharapkan dapat tetap dipertahankan selama
Penjemuran atau pencucian benih dengan periode tertentu dalam penyimpanan atau selama
air hangat maupun air dingin diharapkan dapat periode distribusi hingga sampai ke tangan petani.
menekan perkembangan mikroorganisme, Perubahan kadar air (KA) pada proses
disamping adanya efek positif lain yang mungkin invigorasi dan saat benih dikeringkan kembali
diperoleh sehingga viabilitas benih setelah untuk disimpan diduga akan berpengaruh pula
disimpan tetap tinggi. Perlakuan tersebut terhadap daya simpannya. Pemilihan metode
merupakan bagian dari invigorasi karena invigorasi yang tepat perlu dilakukan tidak
invigorasi sendiri adalah perlakuan yang hanya untuk memperbaiki perkecambahan tetapi
diberikan untuk meningkatkan vigor benih yang juga untuk meningkatkan daya simpan benih
ditunjukkan oleh perbaikan performansi benih kacang panjang, karena perbedaan metode
baik secara fisiologis maupun biokemis, dengan invigorasi menyebabkan perbedaan peningkatan
berbagai perlakuan benih pasca panen atau pra kadar air (Chiu et al. 2002; Erinnovita et al.
tanam (Ilyas 2001). 2008).
Beberapa perlakuan invigorasi benih juga Penelitian ini bertujuan untuk
digunakan untuk menyeragamkan pertumbuhan mendapatkan perlakuan benih diantara periode
kecambah dan meningkatkan laju pertumbuhan penyimpanan (middle storage treatment) untuk
kecambah. Invigorasi benih dapat dilakukan meningkatkan daya simpan benih kedelai (Glycine
dengan cara perendaman benih dalam air max (L.) Merr.)
(Rudrapal dan Nakamura dalam Ruliansyah
2011), priming dengan berbagai macam larutan BAHAN DAN METODE
(Heydecker dalam Ruliansyah 2011), dan
penggunaan matriconditioning (Khan et al. Penelitian dilaksanakan pada bulan
dalam Ruliansyah 2011). Teknik ini banyak Desember 2013 hingga April 2014 di
memberikan manfaat pada berbagai komoditas, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,

243 Shinta Nugraheni Kusumastuti, Maryati Sari dan Eni Widajati


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertanian Bogor, Darmaga Bogor. Bahan utama
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Perlakuan Benih antar Periode Simpan
benih kedelai varietas baluran yang sudah terhadap Viabilitas Benih di Penyimpanan Suhu
disimpan selama 4 bulan pada ruang kamar Rendah (± 5° C).
dengan daya berkecambah awal ± 85%. Bahan
untuk perlakuan benih adalah air dan fungisida Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1)
fungisida mankozeb. Plastik polipropilen (tebal menunjukkan bahwa faktor perlakuan
0.08 mm) untuk wadah penyimpanan, dan kertas berpengaruh sangat nyata pada semua tolok ukur
merang sebagai media pengecambah. Alat yang pengamatan. Faktor periode simpan berpengaruh
digunakan untuk penelitian ini adalah oven, alat sangat nyata terhadap tolok ukur daya
pengepres kertas, alat pengecambah benih IPB berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh
72-1, timbangan, gelas ukur dan kotak mika. serta nyata pada tolok ukur kadar air.
Penelitian dibagi menjadi dua percobaan.
Percobaan pertama penyimpanan benih yang
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh
sudah diberi perlakuan dalam ruang suhu rendah
perlakuan dan periode simpan terhadap
(± 5 °C) dan percobaan kedua penyimpanan benih
tolok ukur DB, IV, K CT dan KA benih
yang sudah diberi perlakuan dalam ruang kamar
kedelai pada penyimpanan suhu
(26-30 °C). Masing – masing percobaan
rendah (± 5 °C)
dilakukan dengan rancangan petak tersarang
(Nested Design) dengan dua faktor, yaitu faktor KK
perlakuan benih dan periode simpan. Perlakuan Tolak Ukur Perlakuan Periode
(%)
benih meliputi (1) pencucian dengan air hangat Daya
(50 °C) selama 3 menit, (2) pencucian dengan air
berkecambah * * 5.89
dingin selama 3 menit, (3) pencucian dengan
(DB)
fungisida mankozeb konsentrasi 2 g L-1 selama Indeks vigor
3 menit, (4) dan penjemuran dibawah matahari * * 12.48
(IV)
selama 6 jam. Benih yang telah diberi perlakuan
(1), (2), dan (3) dikeringkan dengan cara dijemur Kecepatan
di bawah matahari hingga mencapai kadar air 8 - tumbuh * * 6.53
9% . Benih kontrol dan benih yang telah diberi (KCT)
perlakuan kemudian dikemas menggunakan Kadar air
* * 4.38
plastik polipropilen dan direkatkan dengan (KA)
menggunakan sealer. Benih disimpan pada 2 Keterangan :**= berpengaruh sangat nyata pada α = 1%; *=
ruang simpan, suhu dan RH kamar serta suhu berpengaruh nyata α = 5%; KK= Koefisien
kolerasi
dan RH pendingin (refrigerator). Pengujian
viabilitas dilakukan setiap 2 minggu hingga 16
minggu penyimpanan. Pengujian viabilitas Tabel 2 menunjukkan pengaruh periode
dilakukan di laboratorium menggunakan metode simpan selama 16 MSP terhadap tolak ukur
UKDdp (uji kertas digulung didirikan dalam pengamatan kadar air, daya berkecambah, indeks
plastik). Setiap perlakuan diulang tiga kali vigor serta kecepatan tumbuh benih kedelai
(ulangan tersarang pada periode simpan) dan yang telah diberi perlakuan. Kadar air pada
setiap ulangan terdiri atas 25 butir benih. penyimpanan refrigerator cenderung stabil,
Pengujian kadar air benih juga dilakukan pada perubahan hanya terjadi pada 2 MSP untuk
setiap akhir periode simpan dengan metode tercapai keseimbangan. Kadar air yang stabil
langsung oven suhu rendah 103 ± 2 °C selama 17 dalam penyimpanan suhu rendah disebabkan
± 1 jam dengan sampel ± 5 g. kondisi suhu dan RH ruang simpan yang juga
Data hasil percobaan dianalisis stabil dengan suhu ± 5 °C dan RH 60-70%. Hasil
menggunakan sidik ragam menggunakan uji F penelitian Purwanti (2004) menunjukkan laju
pada taraf 5%, kemudian dilakukan uji lanjut kenaikan kadar air benih kedelai pada suhu
menggunakan Duncan Multiple Range Test rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu
(DMRT) untuk masing-masing tempat tinggi yaitu rata-rata 0.3% perbulannya. Oleh
penyimpanan. karena itu pada suhu rendah, aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan, sehingga
perombakan cadangan makanan juga ditekan,
proses deteriorasi dapat ditekan. Matinya sel-sel
meristematis dan habisnya cadangan makanan dan

Perlakuan Benih diantara … 244


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

degradasi enzim dapat diperlambat, sehingga kecepatan tumbuh juga mengalami penurunan dari
viabilitas dan vigor masih tinggi. 29.73% etmal-1 menjadi 22.43% etmal-1.
Daya berkecambah mengalami penurunan Berdasarkan hasil ini maka dapat dikatakan
dari 91.60% menjadi 84.67% benih kedelai pada bahwa waktu penelitian cukup untuk
selama penyimpanan 16 MSP dengan sedikit menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh
fluktuasi. Penyimpanan selama 16 MSP juga perlakuan benih dalam mempertahankan viabilitas
mengakibatkan penurunan vigor benih, indeks benih selama penyimpanan.
vigor turun dari 85.60% menjadi 41.20% dan

Tabel 2. Pengaruh periode simpan terhadap tolak ukur DB, IV, K CT dan KA benih kedelai pada
penyimpanan suhu rendah (± 5 °C)
Tolak ukur
Periode simpan
DB (%) IV (%) KCT (% etmal-1) KA (%)
0 MSP 91.60a 85.60a 29.73a 8.75b
2 MSP 88.40abc 84.67 28.97a 9.34a
4 MSP 88.80ab 73.60b 27.57b 9.22a
6 MSP 90.00a 66.40c 26.85b 9.09a
8 MSP 88.13abc 43.60de 23.44c 9.19a
10 MSP 85.73bc 45.47de 23.21c 9.13a
12 MSP 84.67c 35.07f 21.61d 9.29a
14 MSP 85.20bc 39.20ef 22.27dc 9.11a
16 MSP 84.67c 41.20dc 22.43dc 9.22a
KK (%) 5.89 12.48 6.53 4.38
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; KA=
Kadar Air; IV = Indeks Vigor; DB= Daya Berkecambah; KCT= Kecepatan Tumbuh; Msp= minggu setelah
perlakuan benih; KK= Koefisien kolerasi.
Pengaruh jenis perlakuan benih terhadap perlakuan jemur memiliki nilai yang paling tinggi,
tolak ukur pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. selanjutnya disusul benih yang diberi perlakuan
Kadar air paling rendah dari semua perlakuan pencucian air panas dan benih yang diberi
adalah perlakuan kontrol disusul perlakuan perlakuan pencucian air dingin. Benih yang tidak
pencucian air dingin dan perlakuan jemur yang diberi perlakuan (kontrol) memiliki nilai daya
memiliki hasil tidak berbeda nyata. Kadar air berkecambah paling rendah. Perlakuan
paling tinggi adalah benih yang diberi perlakuan pencucian dengan fungisida mankozeb memiliki
pencucian dengan fungisida mankozeb kemudian nilai paling tinggi pada tolak ukur pengamatan
disusul benih yang diberi perlakuan pencucian indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Perlakuan
dengan air panas. Hasil percobaan menunjukkan kontrol memiliki nilai paling rendah pada tolak
daya berkecambah benih yang diberi perlakuan ukur pengamatan indeks vigor dan kecepatan
pencucian fungisida mankozeb dan diberi tumbuh.
Tabel 3. Pengaruh jenis perlakuan benih terhadap tolok ukur DB, IV, KCT dan KA pada penyimpanan suhu
rendah (± 5 °C)
Tolak ukur
Perlakuan benih
DB (%) IV (%) KCT (% etmal-1) KA (%)
Kontrol 78.52c 46.59c 21.92c 8.07d
Fungisida
mankozeb 91.85a 65.93a 27.16a 10.28a
Air panas 87.11b 58.44b 25.22b 10.03b
Air dingin 88.44b 57.56b 25.36b 8.70c
Jemur 91.41a 57.48ab 25.95b 8.67c
KK (%) 5.89 12.48 6.53 4.38
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%;
KA= Kadar Air; IV = Indeks Vigor; DB= Daya Berkecambah; K CT = Kecepatan Tumbuh; KK= Koefisien
kolerasi.

245 Shinta Nugraheni Kusumastuti, Maryati Sari dan Eni Widajati


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

Pengaruh Perlakuan Benih antar Periode Simpan lingkungan antara lain iklim dan cuaca, intensitas
terhadap Viabilitas Benih di Penyimpanan Suhu cahaya, ventilasi udara dan aktivitas manusia di
Kamar (26– 30 °C) dalam ruangan yang mempengaruhi kondisi udara
ruang penyimpanan (Justice dan Bass 2002).
Ruang kamar memiliki suhu dan RH yang Benih yang disimpan selama 16 minggu pada
fluktuatif. Suhu berfluktuasi antara 26 - 30 °C, suhu ruang kamar kadar airnya cenderung
sedangkan RH berfluktuasi antara 60 – 78 % terfluktuasi antara 8.76% –10.43% (Tabel 5),
dikarenakan kondisi yang tidak terkontrol dan meskipun benih disimpan dalam kemasan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Viabilitas polipropilen kadar air masih terfluktuasi. Hal ini
benih kedelai yang disimpan selama 16 minggu di karena perubahan RH yang sering kali terjadi
ruang suhu kamar disajikan pada Tabel 4. Hasil pada kondisi alami, sesuai dengan pernyataan
sidik ragam menunjukkan faktor perlakuan benih Asni (2010) bahwa kadar air benih akan
dan periode simpan berpengaruh sangat nyata meningkat atau menurun seiring dengan
pada semua tolok ukur pengamatan. meningkat atau menurunnya kelembapan relatif.
Tabel 4. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh Perubahan ini akan terus berlangsung sampai
perlakuan dan periode simpan tercapai keseimbangan. Menurut Justice dan Bass
terhadap tolok ukur DB, IV, K CT (2002), adanya fluktuasi kadar air disebabkan oleh
dan KA pada kondisi simpan sifat benih yang higroskopis sehingga akan selalu
kamar (26-30 o C) mengadakan keseimbangan dengan udara di
sekitarnya.
Perlakuan Periode KK
Tolok ukur Daya berkecambah, indeks vigor dan
Benih Simpan (%)
kecepatan tumbuh mengalami peningkatan pada
Daya awal penyimpanan lalu berangsur mengalami
berkecambah ** ** 5.89
penurunan meskipun sempat terjadi fluktuasi.
(DB) Perlakuan invigorasi pada kondisi simpan kamar
Indeks Vigor mampu mempertahankan daya berkecambah
** ** 12.48
(IV) benih selama 6 MSP. Indeks vigor dan kecepatan
Kecepatan tumbuh hanya mampu dipertahankan selama 2
Tumbuh ** ** 6.53
MSP baik pada kondisi simpan suhu rendah
(KCT) maupun suhu kamar. Vigor benih merupakan
Kadar air kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
** ** 4.38
(KA) keadaan lingkungan yang sub optimum. Menurut
Sadjad (1993) keadaan sub optimum yang tidak
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada menguntungkan di lapangan dapat menambah
α = 1%; KK= Koefisien kolerasi. segi kelemahan benih dan mengakibatkan
turunnya persentase perkecambahan serta
Kondisi ruang suhu kamar yang tidak lemahnya pertumbuhna selanjutnya.
terkontrol dapat dipengaruhi oleh pengaruh

Tabel 5. Pengaruh periode simpan terhadap tolak ukur DB, IV, KCT dan KA pada kondisi simpan kamar
(26–30 oC)
Tolak ukur
Periode simpan
DB (%) IV (%) KCT (% etmal-1) KA (%)
0 MSP 90.13ab 84.00a 29.23a 8.76f
2 MSP 91.07a 88.27a 29.98a 9.34e
4 MSP 86.00cd 71.87b 26.78b 9.41de
6 MSP 88.53abc 59.73c 25.67b 9.75c
8 MSP 86.53bc 35.73ef 22.07d 10.12b
10 MSP 84.93cde 49.07d 23.53c 9.79b
12 MSP 81.73e 37.60e 21.36de 10.43bc
14 MSP 78.00f 32.67ef 19.96f 9.99bc
16 MSP 82.40cd 30.80f 20.59ef 9.68
KK (%) 5.89 12.48 6.53 4.38
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; KA= Kadar
Air; IV = Indeks Vigor; DB= Daya Berkecambah; KCT= Kecepatan Tumbuh; Msp= minggu setalah perlakuan benih;
KK= Koefisien kolerasi.

Perlakuan Benih diantara … 246


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

Pengaruh jenis perlakuan benih terhadap pencucian fungisida dengan bahan aktif
tolok ukur pengamatan viabilitas benih setelah mankozeb, air panas, air dingin, dan benih yang
disimpan pada kondisi simpan suhu kamar diberi perlakuan dijemur memiliki nilai daya
menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh
simpan suhu rendah. Benih yang diberi perlakuan yang lebih tinggi dibanding kontrol (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh jenis perlakuan terhadap tolak ukur DB, IV, KCT dan KA pada kondisi simpan kamar
(26-30 oC)

Tolak ukur
Perlakuan benih
DB (%) IV (%) KCT (% etmal-1) KA (%)
Kontrol 77.11c 45.70c 21.52c 8.91c
Fungisida
mankozeb 89.85a 59.63a 25.92a 10.63a
Air panas 85.56b 55.85ab 24.56b 10.44a
Air dingin 87.33ab 56.67ab 25.02b 9.27b
Jemur 87.56ab 54.22b 24.74b 9.23b
KK (%) 5.89 12.48 6.53 4.38
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; KA= Kadar
Air; IV = Indeks Vigor; DB= Daya Berkecambah; KCT= Kecepatan Tumbuh; KK= Koefisien kolerasi.
maupun suhu tinggi. Perlakuan kontrol hanya
Secara umum dapat dilihat bahwa mampu mempertahankan daya berkecambah
daya kecambah terbaik adalah pada perlakuan > 80% sampai 6 MSP. Benih yang sudah
pencucian dengan fungisida dengan bahan disimpan lama kemungkinan mengalami
aktif mankozeb, pencucian dengan air dingin kemunduran, selain itu apabila disimpan pada
dan perlakuan jemur (Tabel 7). Perlakuan kondisi ruang simpan dengan kelembaban
pencucian dengan fungisida dengan bahan tinggi akan mudah terserang cendawan dan
aktif mankozeb, pencucian dengan air dingin bakteri. Menurut Justice dan Bass (2002)
dan perlakuan jemur dapat mempertahankan pada kondisi yang lembab peningkatan panas
daya berkecambah (DB) > 80% hingga 16 hasil respirasi dapat menimbulkan banyak
MSP baik pada penyimpanan suhu rendah kerusakan pada benih yang disimpan.
Tabel 7. Daya berkecambah (%) benih yang disimpan selama 16 minggu pada kondisi simpan suhu rendah
(± 5° C) dan kamar (26-30 oC)
Perlakuan Periode (MSP)
Ruang
benih 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kontrol 82.67 82.00 81.33 84.67 76.00 78.00 78.00 74.00 70.00
Fungisida 94.67 91.33 94.00 92.00 94.00 89.33 87.33 94.00 90.00
Mankozeb
R1 Air panas 92.67 84.00 92.00 88.00 88.67 84.00 85.33 84.67 84.67
Air dingin 94.00 90.00 88.00 89.33 86.00 90.00 84.00 85.33 89.33
Jemur 94.00 94.67 88.67 96.00 96.00 87.33 88.67 88.00 89.33
Kontrol 82.67 83.33 74.00 80.67 71.33 79.33 78.67 68.67 75.33
Fungisida 96.67 94.67 90.00 95.33 90.67 87.33 89.33 80.67 84.00
Mankozeb
R1 Air panas 89.33 92.00 90.00 90.00 90.00 86.67 80.33 75.33 76.67
Air dingin 92.67 94.00 89.33 88.00 89.33 82.00 78.67 84.00 88.00
Jemur 89.33 91.33 86.67 88.67 91.33 89.33 82.00 81.33 88.00
R1= ruang simpan refrig erator; R2= ruang simpan kamar; Msp= minggu setelah perlakuan benih

Fungisida dengan bahan aktif mankozeb pertanian, hortikultura, florikultur, dan tanaman
merupakan bahan aktif fungisida berbentuk pangan. Perlakuan pencucian dengan fungisida
tepung yang biasa digunakan untuk dengan bahan aktif mankozeb terbukti
mengendalikan penyakit yang berasal dari jamur memberikan hasil positif terhadap viabilitas
(fungal borne disease) berspektrum luas pada benih. Benih yang diberi perlakuan fungisida
247 Shinta Nugraheni Kusumastuti, Maryati Sari dan Eni Widajati
Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

dengan bahan aktif mankozeb mampu lebih baik dibanding air dingin karena dianggap
mempertahankan DB 90% hingga akhir periode mampu membersihkan benih dengan lebih baik
simpan (16 MSP) pada kondisi ruang simpan suhu dari kotoran dan mikroba. Pada kenyataan hasil
rendah. Hasil penelitian Mariam (2006) penelitian perlakuan pencucian dengan air panas
menunjukkan bahwa perendaman benih cabai (50 °C) menunjukkan hasil yang serupa dengan
dengan fungisida dengan bahan aktif mankozeb perlakuan pencucian air dingin bahkan
memiliki daya berkecambah lebih tinggi daripada berdasarkan nilai DB pada benih yang
kontrol. Perlakuan matriconditioning + fungisida disimpan di suhu kamar setelah perlakuan
dengan bahan aktif mankozeb efektif menurunkan menunujukkan kecenderungan perlakuan air
tingkat infeksi penyakit hingga 100%. Sesuai dingin lebih baik dibanding air panas.
dengan hasil penelitian Suryani (2003), fungisida Perlakuan jemur menunjukkan hasil
dengan bahan aktif mankozeb dalam perlakuan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
matriconditioning dapat menurunkan tingkat pencucian dengan fungisida dengan bahan aktif
kontaminasi Colletotrichum capsici pada benih mankozeb dan pencucian dengan air dingin.
cabai. Paulsrud et al. (2001) menyatakan bahwa Perlakuan jemur sama efektifnya dengan
perlakuan benih dengan fungisida sintetik perlakuan pencucian air dingin karena mudah
memiliki manfaat penting, akan tetapi juga dilakukan selain itu tidak membutuhkan biaya
menimbulkan resiko tertentu. Salah satu resiko yang mahal. Tujuan penjemuran adalah untuk
adalah paparan disengaja pekerja saat membunuh cendawan dan bakteri pada benih.
memproduksi atau menerapkan perawatan benih. Menurut Agrios (2005) dan Mari et al. (2009),
Resiko kedua adalah kontaminasi lingkungan perlakuan fisik terhadap komoditas pertanian
melalui penanganan yang tidak tepat pada sebagai perlakuan pra dan pasca panen
perlakuan benih atau bahan kimia yang menggunakan panas dan iradiasi sinar UV
terkandung pada fungisida sintetik itu sendiri. merupakan perlakuan yang direkomendasikan
Resiko yang paling berat dapat terjadi jika benih karena murah, mudah, dapat mematikan patogen
yang diberi perlakuan fungisida salah yang ada di permukaan komoditas, serta ramah
dikonsumsi. Hal ini menjadi sangat berbahaya lingkungan. Hasil percobaan Suherman dan
pada benih kedelai, sehingga diharapkan ada Suwandi (2011) perlakuan UV-C dengan kontak
perlakuan lain yang memberikan hasil yang sama langsung selama 5 menit dengan dosis 2 J/cm2
atau lebih baik. menunjukkan bahwa konidia Colletotrichum
Perlakuan pencucian air dingin gloeosporioides efektif tidak tumbuh. Siddiqui et
menunjukkan hasil DB lebih tinggi dibandingkan al. (2011) melaporkan bahwa iradiasi dengan ultra
kontrol dan mampu mempertahankan DB 89.33% violet (UV–C) pada benih kacang hijau dan
hingga 16 MSP pada kondisi ruang simpan suhu kacang tanah selama 0, 5, 10, 15, 20, 30 dan 60
rendah. Perlakuan ini dapat membersihkan benih menit terbukti dapat mengurangi infeksi pada akar
dari cendawan dan bakteri. Sedikit yang disebabkan oleh cendawan Macrophomina
peningkatan kadar air dilanjutkan dengan phaseolina, Rhizoctonia solani dan Fusarium spp.
pengeringan kembali diharapkan dapat Hasil penelitian Cristin et al. (2013)
memberi manfaat invigorasi tanpa adanya menunjukkan perlakuan iradiasi UV–C selama
resiko sebagaimana perlakuan soaking pada 12 jam pada jarak 15 cm mampu
benih yang akan disimpan kembali. Hasil menghambat pertumbuhan koloni cendawan
penelitian Utami (2013) melaporkan kelemahan model Microcyclus ulei. Menurut EAAE (2000)
metode soaking terletak pada kesulitan untuk spektrum sinar matahari terdiri dari sinar tampak
menurunkan kadar air benih kembali. Benih dan tidak tampak. Sinar tampak meliputi: merah,
hanya dapat dikeringkan hingga kadar air 12– oranye, kuning, hijau dan ungu (diketahui sebagai
13% dan bila dikeringkan lebih lanjut akan warna pelangi). Sinar-sinar tidak tampak antara
mengalami keretakan pada kulit benih. Kadar air lain adalah Sinar Ultraviolet, Sinar-X, Sinar
yang relatif tinggi di ruang penyimpanan Gamma, Sinar Kosmik, Mikrowave, Gelombang
dikhawatirkan menjadi pintu terjadinya serangan listrik dan Sinar Inframerah.
cendawan jika benih akan disimpan kembali Diantara perlakuan yang mampu
dalam jangka waktu yang lama pada kondisi mempertahankan viabilitas benih dengan baik,
simpan ruang kamar. Hasil penelitian Yullianida perlakuan fungisida dengan bahan aktif
dan Murniati (2005) terhadap bunga matahari mankozeb adalah perlakuan yang paling beresiko
menunjukkan bahwa perlakuan soaking dengan karena fungisida dengan bahan aktif mankozeb
air maupun larutan antioksidan hanya efektif pada termasuk fungisida sintetik. Penggunaan
periode simpan 0 bulan. Pencucian dengan air fungisida sintetik yang berlebihan dapat
panas (50 °C) diharapkan memberi pengaruh menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,

Perlakuan Benih diantara … 248


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

polusi lingkungan dan berkembangnya jamur [EAAE] The European Association for
patogen yang resisten terhadap fungisida Astronomy Education. 2000. Sunlight
(Prapagdee et al. 2008). Perlakuan pencucian spectra [Internet]. (diunduh 2014 Agustus
dengan air dingin diikuti dengan penjemuran 28]. Tersedia pada :[http://eaae-
dan perlakuan penjemuran tanpa pencucian astronomy.org/WG3SS/WorkShops/SunS
memberikan hasil yang tidak berbeda (sama pect.html
baiknya), sehingga perlakuan penjemuran menjadi
perlakuan yang disarankan untuk Erinnovita, Sari, M., Guntoro, D. 2008. Invigorasi
mempertahankan viabilitas benih kedelai sebagai benih untuk memperbaiki perkecambahan
perlakuan antar periode simpan karena kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi
perlakuan ini paling mudah dan relatif tanpa ex Hask ) pada cekaman salinitas. Bul
resiko. Agron. 36(3):213-219.

KESIMPULAN Ilyas, S. 2001. Mutu Benih, Makalah dalam


Studium Generale Fakultas Pertanian
Benih kedelai mengalami kemunduran Universitas Tanjungpura. Fakultas
selama penyimpanan. Perlakuan benih dengan Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
pencucian dengan fungisida dengan bahan aktif
mankozeb, pencucian dengan air dingin, dan Ilyas, S. 2006. Review: Seed treatments using
penjemuran benih di bawah sinar matahari dapat matriconditioning to improve vegetable
meningkatkan viabilitas benih kedelai serta dapat seed quality. Bul Agron. 34(2):124 – 132.
mempertahankan daya berkecambah > 80%
hingga akhir penyimpanan (16 MSP) baik pada Justice, O, L., Bass, L, N. 2002. Prinsip dan
penyimpanan suhu rendah (±5 °C) maupun kamar Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R,
(26–30 °C), sementara pada kontrol hanya penerjemah.. Terjamahan dari: Principles
bertahan hingga 6 MSP. and Practic of Seed Storage, Jakarta (ID) :
PT Raja Grafindo Persada
DAFTAR PUSTAKA
Mari, M., Neri, F., Bertolini, P. 2009. New
Agrios, G, N. 2005. Plant Pathology . Elsevier approach for postharvest diseases
Aca, Amsterdam. control in europe. Plant Pathology.
2:119-130.
Asni, N. 2010. Kadar air yang aman untuk
penyimpanan benih tanaman pangan Mariam. 2006. Pengaruh perlakuan
(jagung, kedelai, dan kacang tanah) matricondioning plus fungisida nabati
[Internet]. [diunduh 2014 Juni terhadap pertumbuhan dan hasil cabai
10]. Tersedia pada : merah (Capsicum annuum L.). Skripsi.
http://www.digilib.litbang.deptan.go.id/~j Institut Pertanian Bogor, Bogor.
ambi/getiptan.php?src=makalah/kaman.pd
f&format=application/pdf Moosavi, S, S., Alaei, Y., Khanghah, A, M. 2014.
The effect of water seed pre-treatment on
Basra, S, M, A., Farooq, M., Wahid, A., Khan, M, soybean vegetatif and reproductive traits.
B. 2006. Rice seed invigoration by IJA. 4(3A): 12-17.
hormonal and vitamin priming. Seed Sci
and Technolog. 34:753-758. Paulsrud, B, E., Martin, D., Babadoost, M.,
Malvick, D., Weinzierl, R., Lindholm, D,
Chiu, K, Y., Chen, C, L.,Sung, J, M. 2002. Effect C., Steffey, K., Pederson, W., Reed, M.,
of priming temperature on storability of Maynard, R. 2001. Oregon Pesticide
primed sh-2 sweet corn seed. Crop Sci. Applicator Training Manual, Seed
42:1996-2003. Treatment. University of Illinois Broad of
Trustees, Urbana.
Cristin, A., Sinaga, M, S., Adnan, A, M. 2013.
Keefektifan perlakuan panas kering dan Prapagdee, B., Akrapikulchart, U., Mongkolsuk,
iradiasi UV-C untuk mematikan S. 2008. Potential of a soil-borne
cendawan model Microcylus ulei. J Streptomyces hygroscopicus for
Fitopatol Ind. 9(2):59-67. biocontrol of anthracnose disease caused

249 Shinta Nugraheni Kusumastuti, Maryati Sari dan Eni Widajati


Bul. Agrohorti 5 (2) : 242-250 (2017)

by 14 Colletotrichum gloeosporioides in Suherman, B., Suwandi, T. 2011. Perlakuan


Orchid. J Bio Sci. 8(7):1187-1192. iradiasi sinar UV-C terhadap kedelai
untuk mengeradikasi cendawan model
Purwanti, S. 2004. Kajian suhu ruang simpan Microcyclus ulei [Internet]. [diunduh
terhadap kualitas benih kedelai hitam dan 2014 Juni 11]. Tersedia pada:
kedelai kuning. Ilmu Pertanian. 11(1):22- http://data.buttmkp.org/news/image/storie
31. s/docs/uv-c.pdf

[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Suryani, N. 2003. Pengaruh perlakuan


Pengembangan Tanaman Pangan. 2013. matriconditioning plus fungisida pada
Invigorasi, alternatif atasi penurunan benih cabai merah (Capsicum annuum
mutu benih kedelai. [Internet]. L.) dengan berbagai tingkat
(diunduh 2013 November 21). kontaminasi Colletotrichum capsici
Tersedia (Syd). Bult. Et Bisby. terhadap viabilitas
pada:http://www.litbangdeptan.go.id dan vigor benih. [skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Ruliansyah, A. 2011. Peningkatan performa
benih kacangan dengan perlakuan Utami, E, P. 2013. Perlakuan priming benih
invigorasi. J Tek Perkebunan & PSDL. untuk mempertahankan vigor benih
1:13-18. kacang panjang (Vigna unguiculata)
selama penyimpanan. Bul Agrohorti.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. 1(4):75 – 82.
Jakarta (ID) : Gramedia
Yullianida, Murniati, E. 2005. Pengaruh
Siddiqui, A., Dawar, S., Zaki, M, J., Hamid, N. antioksidan sebagai perlakuan priming
2011. Role of ultra violet (UV-C) benih sebelum simpan terhadap daya
radiation in the control of root infecting simpan benih bunga matahari (Helianthus
fungi on groundnut and mung bean. Pak J annuus L.) Hayati 12(4):145-150.
Bot. 43(4): 2221-2224.

Perlakuan Benih diantara … 250

You might also like