Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kota Jambi: Lipinwati, Armaidi Darmawan, Erni Kusdiyah, Maria Estela Karolina
Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kota Jambi: Lipinwati, Armaidi Darmawan, Erni Kusdiyah, Maria Estela Karolina
Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kota Jambi: Lipinwati, Armaidi Darmawan, Erni Kusdiyah, Maria Estela Karolina
Email: [email protected]
Abstract
Background: Clean water for drinking is rare where the source has been contaminated with various kinds of
waste, such as disposal of organic waste, household and toxic waste from the industry, so that ground water is
also not safe to become a drinking water because it has been contaminated from the septic tank or surface
water. Bottled drinking water is a choice for clean drinking water but the price of bottled drinking water is high
enough and makes consumers look for the cheaper and the new alternatives such as refill drinking water. Depo
drinking water refills continue to increase in line with the public needs of drinking water quality and safe for
consumption, though cheaper, not all depo of drinking water refills are guaranteed product security. This study is
to know quality test of the drinking water refill in Jambi City
Method: This descriptive study with experimental research laboratory design was conducted in Jambi city with 62
samples from 11 sub-districts in Jambi city and conducted in Biomedical Laboratory of FKIK UNJA. Water
samples were conducted by 3 stages of examination, ie the prediction test, the strengthening test and the
complementary test with 5 tubes. This research was conducted in May - October 2016. Data study were shown in
tables.
Result: The results showed that the drinking water refill category either amounted to 20 depots (32.26%) and
drinking water refill the bad category amounted to 42 depots (67.74%). of 42 samples of refill drinking water with
positive probability test results, there were 16 samples (38,10%) containing faecal coliform, and 27 samples
(64,29%) containing non-faecal coliform.
Conclusion: Drinking Water Refills in Jambi City are not all free from koliform bacteria.
Keywords: Drinking Water Refill, Bacteriological Test, Most Probable Number
Abstrak
Latar Belakang: Air bersih yang layak minum kian langka untuk dijumpai dimana sungai-sungai yang menjadi
sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, seperti buangan sampah organik, rumah tangga hingga
limbah beracun dari industri. Air tanah juga sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah
terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Air minum dalam kemasan (AMDK) kini
menjadi pilihan pemakaian air bersih namun harga AMDK cukup tinggi dan membuat konsumen mencari
alternatif baru yang murah seperti air minum isi ulang. Depo air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan
keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, meski lebih murah, tidak
semua depo air minum isi ulang ini terjamin keamanan produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji
Kualitas bakteriologis Air Minum isi Ulang di Kota Jambi.
Metode: Penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian eksperimen laboratorium ini dilakukan pada 62
sampel dari 11 kecamatan kota Jambi. Pengujian bateriologis dilakukan menggunakan Most Probable Number
yang terdiri dari 3 tahap (uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap) dengan seri 5 tabung pada sampel air
minum yang dilaksanakan di Laboratorium Biomedik FKIK UNJA. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei –
Oktober 2016. Data disajikan dalam bentuk tabel.
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
Hasil:. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa air minum isi ulang kategori baik berjumlah 20 depot (32,26%)
dan air minum isi ulang kategori buruk berjumlah 42 depot (67,74%). Dari 42 sampel air minum isi ulang dengan
hasil uji penduga positif, terdapat 16 sampel (38,10%) yang mengandung koliform fekal, dan 27 sampel (64,29%)
yang mengandung koliform non-fekal.
Kesimpulan: Air Minum isi Ulang yang ada di Kota Jambi tidak semuanya bebas dari koliform fekal.
Kata Kunci: Air Minum Isi Ulang, Uji Bakteriologis, Most Probable Number
204
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
1. Uji penduga dilakukan dengan Adanya asam dan gas pada tabung BGLB
masing-masing terdiri atas tiga kelompok menandakan air minum isi ulang tersebut
(total tabung per seri adalah 15 tabung) tercemar dengan bakteri fecal coli. Selain
didalam suatu rak tabung uji. Tandai setiap itu, tandai cawan lempeng agar Eosin
205
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
Methylene Blue (EMB) dengan nama sumber random sampling dan sampel depot dilakukan
sampel air. Dengan menggunakan biakan secara accidental sampling. Cara
LB hasil uji duga positif berumur 24 jam, pengambilan sampel dengan teknik asepsis,
goreslah permukaan satu lempeng agar yaitu dengan memanaskan mulut botol sampel
EMB, kemudian inkubasi biakan lempeng dengan korek api dan keran pengisian air, dan
dengan posisi terbalik selama 24 jam pada pada saat pengisian sampel air, antara botol
suhu 37°C. sampel dan keran pengisian tidak saling
3. Uji Pelengkap dilakukan untuk bersentuhan. Botol yang telah berisi sampel
memeriksa koloni koliform yang tampak air minum isi ulang dimasukkan ke tempat
pada media BGLB dan lempeng agar EMB dengan suhu 4 °C dan dibawa ke laboratorium
pada uji penegasan. Uji pelengkap dilakukan Biomedik FKIK UNJA, untuk selanjutnya
dengan prosedur sebagai berikut, yaitu dilakukan pemeriksaan Bakteriologis air
tandai setiap tabung dengan nama sampel, dengan metode Most Probable Number
kemudian inkulasikan isolat koloni E-coli (MPN).
yang berasal dari lempeng agar EMB dari Tahap Pertama uji bakterologis (Uji Penduga)
sampel air yang di uji pada satu media LB dimana hasil positif ditandai dengan
dan nutrien agar miring. Nutrien agar miring terbentuknya asam dan gas pada tabung
di inkubasi pada suhu 35°C selama 18-24 durham. Jumlah kandungan bakteri E. coli
jam. dapat dilihat dengan menghitung tabung yang
menunjukkan reaksi positif dan dirujuk ke tabel
Data yang didapatkan berupa suatu
MPN seri 5 tabung. Bila inkubasi 1 x 24 jam
perhitungan untuk menghitung jumlah bakteri
hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan
pada air khususnya untuk mendeteksi adanya
inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37 ᵒC. Jika
bakteri koliform dan E. coli yang merupakan
dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas
kontaminan utama sumber air dengan metode
dalam tabung durham, dihitung sebagai hasil
MPN. Analisis data dilakukan secara kualitatif
negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung
yaitu dengan cara menghitung total koliform
pada masing-masing seri dan MPN penduga
dan E-coli dengan menggunakan tabel MPN.
dapat dihitung dengan merujuk pada tabel
Setelah dihitung jumlah bakteri koliform dan E-
MPN.
coli, kualitas air minum tersebut dibandingkan
dengan Permenkes No. Pada tahap kedua yaitu uji penguat, Hasil
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat positif pada uji penduga ditanamkan pada
dan pengawasan kualitas air dan ketentuan media EMB dan BGLB secara aseptik
yang dikeluarkan oleh Dirjen Pengawasan menggunakan ose. Pada media EMB, c Koloni
Obat dan Makanan tentang batas maksimum bakteri E. coli tumbuh berwarna merah
cemaran mikroba dalam makanan. kehijauan dengan kilat metalik hijau. Media
BGLB diinkubasi pada suhu 37 °C dan 44 °C
HASIL
selama 1 – 2 x 24 jam. Kuman yang tumbuh
Pengambilan Sampel air minum isi ulang telah
pada media BGLB suhu 37 ᵒC termasuk
dilakukan di 11 kecamatan yang ada di kota
golongan koli nonfekal, dan kuman yang
Jambi dengan metode proportionate stratified
206
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
tumbuh pada media BGLB suhu 44 °C pada media Nutrient Agar dan dilakukan
termasuk golongan koli fekal. pewarnaan gram. Pada pewarnaan gram,
bakteri E. coli akan menunjukkan gram negatif
Pada Tahap ketiga, uji pelengkap, hasil kultur
berbentuk batang pendek.
yang tumbuh pada media EMB diinokulasikan
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Bakteriologis sampel air minum isi ulang di Kota Jambi
Jumlah 62 100
Air minum isi ulang kategori baik bila menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48
pemeriksaan uji penduga pada semua tabung jam pada suhu 35 °C. adanya bakteri koliform
memberikan hasil negatif sehingga uji penguat di dalam air menunjukkan kemungkinan
dan uji pelengkap tidak dilakukan. Tabel 1. adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik
memperlihatkan bahwa air minum isi ulang dan atau toksigenik yang berbahaya bagi
kategori baik berjumlah 20 depot (32,26%) kesehatan.
dan air minum isi ulang kategori buruk
berjumlah 42 depot (67,74%). Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2
grup, yaitu: koliform fekal (E.coli) dan koliform
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang nonfekal (Enterobacter aerogenes). Adanya
digunakan sebagai indikator adanya polusi E.coli dalam air menunjukkan bahwa air
kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap minum itu pernah terkontaminasi feses
air, makanan, susu dan produk susu. Koliform manusia dan mungkin dapat mengandung
sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai patogen usus, sehingga standar air minum
bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak mensyaratkan E. coli harus nol dalam 100 ml
membentuk spora, aerobik dan anaerobik air.
fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan
Tabel 2. Air minum isi ulang yang terkontaminasi oleh koliform fekal dan koliform nonfekal
Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 42 sampel gas pada media BGLB yang diinkubasi pada
air minum isi ulang dengan hasil uji penduga suhu 44 C dan 27 sampel (64,29%) yang
positif, terdapat 16 sampel (38,10%) yang positif dan 15 sampel (35,71%) yang negatif
positif dan 26 sampel (61,90%) yang negatif mengandung koliform non-fekal yang ditandai
mengandung koliform fekal, yang ditandai dengan keruhnya media BGLB pada suhu 37
dengan keruhnya media BGLB dan terdapat °C.
207
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
Jumlah 62 100
3. Ozonisasi 1 1,61
Jumlah 62 100
Tabel 4. memperlihatkan bahwa cara bebas dari bakteri coliform. Menurut Standar
pemrosesan air minum isi ulang menggunakan WHO, 95% dari sampel tidak boleh
cara ultra violet, reverse osmosis dan mengandung coliform dalam 100 cc, tidak ada
ozonisasi secara berturut-turut 54 depot sampel yang mengandung E. coli dalam 100
(87,10%), 7 depot (11,29%) dan 1 depot cc, tidak ada sampel yang mengandung
(1,16%). coliform lebih dari 10 dalam 100 cc, tidak
boleh ada koliform dalam 100 cc dalam 2
PEMBAHASAN sampel berurutan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Bakteri koliform adalah golongan bakteri
diperoleh 3 macam data, yaitu: kategori air intestinal yang hidup dalam saluran
minum isi ulang, air minum yang pencernaan manusia. Bakteri koliform adalah
terkontaminasi koliform fekal dan koliform bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik
nonfekal, dan sumber air baku dan cara lain. Penentuan koliform fekal menjadi
pemrosesan air minum isi ulang. indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa
keberadaan bakteri patogen dan mendeteksi
terdapat 42 sampel air minum isi ulang
koliform lebih murah, cepat dan sederhana
(67,74%) yang masih terjadi fermentasi
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain.
laktosa oleh bakteri yang tergolong dalam
Makin sedikit kandungan koliform, artinya
kelompok koliform. Standar air minum,
kualtias air semakin baik.
menurut standar WHO semua sampel tidak
boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga
208
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
Hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa gali dan 16 depot (25,81%) menggunakan
sampel air minum isi ulang masih ada yang sumur bor sebagai sumber airnya. Cara
belum memenuhi syarat syarat mikrobiologis pemrosesan air minum isi ulang
untuk air minum adalah MPN koliform/100 cc menggunakan cara ultra violet, reverse
sampel = 0. Hal ini dapat disebabkan oleh osmosis dan ozonisasi secara berturut-
sumber air baku yang digunakan kemungkinan turut 54 depot (87,10%), 7 depot (11,29%)
sudah tercemar serta proses sterilisasi yang dan 1 depot (1,16%).
digunakan belum memenuhi standar.
SARAN
Berdasarkan tabel 2. masih terdapat sampel 1. Agar dapat dilakukan pemeriksaan
air minum isi ulang yang mengandung koliform bakteriologis air minum isi ulang secara
fekal dan koliform nonfekal. Keberadaan E. berkala pada semua depot air minum isi
coli dalam air dapat menjadi indikator adanya ulang.
pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan 2. Untuk sampel air minum yang tercemar
sebagai indikator pemeriksaan kualitas koliform fekal, sebaiknya dilakukan
bakteriologis secara universal dalam analisis. pengecekan sumber air baku dan proses
Adanya E. coli dalam air minum menunjukkan sterilisasi air minum ataupun hal lain yang
bahwa air minum itu pernah terkontaminasi dapat mempengaruhi adanya koliform
kotoran manusia dan mungkin dapat fekal dalam air minum.
mengandung patogen usus, sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi.
KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan penelitian ini dapat
disimpulan sebagai berikut:
1. Air minum isi ulang yang termasuk
kategori baik (air minum yang memenuhi
syarat uji bakteriologis) berjumlah 20
depot (32,26%) dan air minum isi ulang
kategori buruk berjumlah 42 depot
(67,74%).
209
JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 203 – 210 Lipinwati dkk. Uji Kualitas...
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulia, R. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu; 2005.
2. Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
3. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.
4. Slamet, Juli S. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2007.
5. Sutrisno, Totok C. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
6. Irianto, Koes. Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology). Jakarta: Alfabeta CV; 2013.
7. Effendi, Hefni. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius; 2003.
8. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Jambi Tahun 2014.
9. Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.
10. Cabral, Joao P.S. Water Microbiology Bacterial Pathogens and Water. International Journal of
Environmental Research and Public Health (serial online) 2010 (diakses pada 20 Des
2014);98(31):0266-8254 Di Unduh dari: URL: http://www.mdpi.com/journal/ijerp
11. Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press; 2006.
12. Joshua W Campell, Anna Watson, Cindy Watson, Hannah Ball, Richard Pirkle. Escherichia Coli, Other
Coliform and Environmental Chemoheterotrophic Bacteria In Isolated Water Pools From Six Caves In
Nothern Alabama And Northwestern Giorgia. Journal of Cave and Karst Studies (serial online) 2011
August (diakses 25 Jan 2015);73(2):75–82. Di Unduh dari: URL : http://www.caves.org
13. Sumarsih, Sri. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran; 2003.
14. Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 1992.
15. Sana Shafi, Azra N Kamili, Manzoor A Shah, Suhaib A Bandh. Coliform bacterial estimation: A tool for
assessing water quality of Manasbal Lake of Kashmir Himalaya. African Journal of Microbiology
research (serial online) 2013 August 2 (diakses 25 Jan 2015);7(31):3996-4000. Di Unduh dari: URL :
http://www.academicjournals.org
16. James G Cappucino, Natalie Sherman. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi 8. Jakarta: EGC; 2014.
17. Gwimbi, P. The Microbial Quality of Drinking Water in Manonyane Community Maseru District, Lesotho.
African Health Sciences; 2011. Vol 11 hal 474-480.
18. Purbowarsito, Haryono. Uji Bakteriologis Air di Kecamatan Semampir Surabaya. Universitas Airlangga;
2011.
19. Sarah RE, AprilianaE, Soleha TU, WarganegaraE. Uji Most Probable Number (MPN) Bakteri Koliform
pada Sumber Air Minum Rumah Tangga di Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;2013.
20. Razzolini, Maria Tereza Pepe, Wanda Maria Risso Gunther, Francisca Alzira dos Santos Peternella,
Solange Martone Rocha, Verdiana Karman Bastos, Thais Filomena da Silva Santos, Maria Regina
Alves Cardos. Quality of Water Sources Used as Drinking Water in A Brazilian Peri-Urban Area.
Brazilian Journal of Microbiology; 2010 Vol 42 Hal 560- 56.
210