Jurnal 1
Jurnal 1
Jurnal 1
Abstrak Angka kejadian dismenore didunia sangat besar. Lebih 50% perempuan
di setiap negara mengalami nyeri menstruasi, di Amerika 60%, dan di Swedia
72%, sementara di Indonesia sebesar 64.25%. Dismenore primer disebabkan oleh
diet atau pola makan makanan cepat saji. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan
kejadian dismenore di SMPN 1 Ponorogo. Desain penelitian ini adalah korelasi
dengan jumlah populasi 170 orang. Tehnik sampling menggunakan purposive
sampling dengan sampel 63 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner MSQ (Menstrual Symtom Questionnaire dan untuk frekuensi makanan
cepat saji menggunakan FFQ (Food Frequency Questionnaire). Uji Statistic Chi-
square dengan taraf signifikansi <0,05. Dari hasil penelitian terhadap 63
responden terdapat 35 responden (55.6%) sering menggonsumsi fast food dengan
kejadian dismenore 27 responden (42.9%) dan 8 responden (12.7%) tidak
dismenore, sedangkan 28 responden (44.4%) jarang menggonsumsi fast food
didapatkan 14 responden (22.2%) dismenore dan 14 responden (22.2%) tidak
dismenore. Hasil uji chi-Square diperoleh p value 0.025 (p < 0.05), yang berarti
ada hubungan mengonsumsi makanan cepat saji.
kecil (15.8%) atau sebanyak 10 responden berusia 15 Berdasarkan Dari Tabel 5 diketahui dari 63
tahun. responden menunjukkan bahwa hampir setengahnya
Tabel 2. Distriusi Responden (42.9%) atau sebanyak 27 responden mengalami
Berdasarkan Usia Menarche mestruasi sebanyak 7 hari dalam satu periode dan
Usia
Frekuensi Presentasi (%) sebagian kecil (6.3%) atau 6 responden mengalami
Menarche
10 6 9.5 menstruasi sebanyak 5 hari dalam satu periode.
11 19 30.2
12 36 57.1 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Mengonsumsi
13 2 3.2 Makanan Cepat Saji (fast food)
Jumlah 63 100
Fast food Frekuensi Presentase(%)
Sumber : Data Angket 2017
Sering 35 55.6
Jarang 28 44.4
Dari tabel Tabel 2 diketahui bahwa dari 63 Jumlah 63 100
Sumber : Data Angket 2017
responden menunjukkan bahwa sebagian besar
(57.1%) atau sebanyak 36 responden mengalami
Berdsarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 63
menarche pertama pada usia 12 tahun dan sebagian
responden yang sering mengkonsumsi fast food
kecil (3.12%) atau sebanyak 2 responden mengalami
sebagian besar (55.6%) atau sebanyak 35 responden
menarche pertama pada usia 13 tahun.
dan hampir setengahnya (44.4%) atau sebanyak 28
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sudah
responden jarang mengkonsumsi fast food.
Berapa Kali Menstruasi Sejak Menarche Pertama
Lama Tabel 7. Distribusi Kejadian Dismenore
Frekuensi Presentase (%)
Menstruasi Dismenore Frekuensi Presentase(%)
20-25 kali 36 57.1 Iya 41 65.1
26-30 kali 9 14.3 Tidak 22 34.9
31-35 kali 0 0 Jumlah 63 100
36-40 kali 15 23.8 Sumber : Data Angket 2017
41-45 kali 0 0
46-50 kali 3 4.8
Berdasarkan dari tabel 7 diketahui bahwa
Jumlah 63 100
Sumber : Data Angket 2017 dari 63 responden yang mengalami nyeri haid hampir
sebagian besar (65.1%) atau sebanyak 41 responden
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari
dan hampir setengahnya (34.9%) atau sebanyak 22
63 responden menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak mengalami nyeri haid setiap
(57.1%) atau sebanyak 36 responden sudah
bulannya.
mengalami haid sebanyak 20-25 kali setealah
menarche dan sebagian kecil (4.8%) atau sebayak 3
responden sudah mengalami haid sebanyak 46-50
kali sejak menarche
Tabel 4. Persentase Responden Berdasarkan
Berapa Hari Mengalami Menstruasi
Lama
Menstruasi Frekuensi Presentase (%)
(hari)
5 4 6.3
6 19 30.2
7 27 42.9
8 13 20.6
Jumlah 63 100
9
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.01, No.02, September 2017, hal. 10-16
Tabel 8. Hubungan Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food) dengan Kejadian Dismenore
Kejadian Dismenore
P
Frekuensi Makan Dismenore Tidak Dismenore
Jumlah % value
F % F %
Berdasarkan data pada tabel 8 diketahui sebagian besar (68.6%) atau sejumlah 24 responden
bahwa dari seluruh subjek penelitian hampir sering mengonsumsi makanan cepat saji. Menurut
setengahnya (42.9%) atau sejumlah 27 responden Aprilliyanti (2013) Masa remaja tengah (14-16
yang sering mengonsumsi fast food mengalami tahun) merupakan remaja yang mulai menyesuaikan
dismenore, sedangkan sebagian kecil (12.7%) atau diri dan merasa lebih aman dengan tubuh mereka
sejumlah 8 responden tidak dismenore. Pada hasil yang “baru”. Teman sebaya menentukan standart
analisis didapatkan nilai p = 0.025 (p < 0,05) dalam hal identifikasi, perilaku, aktifitas, dan mode
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pakaian, serta memberikan dukungan emosional.
antara mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
dengan kejadian dismenore. Dengan keeratan Astuti (2014) dalam penelitiaanya, menunjukkan
hubungan 0.272 yaitu lemah dengan pola hubungan bahwa 53 reponden menunjukkan bahwa yang paling
positif apabila frekuensi makan sering maka angka banyak mengonsumsi fast food kategori sering
kejadian dismenore tinggi. sebanyak 42 responden (79.25%) dan 11 responden
dalam kategori jarang sebesar (20.75%). Pada
3.1 Frekuensi Mengonsumsi Makanan penelitian [3] pada siswi di SMA N 13 Bandar
Cepat Saji (Fast food) Lampung bahwa dari 180 responden didapatkan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa hasil responden yang sering mengonsumsi fast food
sebagian besar subjek (55.6%) atau sejumlah 35 sebesar (83.3%) [3]. Menurut peneliti remaja mudah
responden sering mengonsumsi fast food, sedangkan sekali terpengaruh mengikuti zaman seperti mode
(44,4%) atau sejumlah 28 responden jarang dan trend yang sedang berkembang di masyarakat
mengonsumsi fast food. khususnya dalam hal makanan modern. Remaja
Nilsen (2008) menyatakan bahwa 69% cenderung untuk memilih makanan yang disukai
masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan cepat yaitu fast food. Kegemaran terhadah fast food
saji, sedangkan penelitian [10] bahwa menjelaskan disebabkan karena tidak membutuhkan waktu lama
bahwa golongan pelajar di Indonesia mengonsumsi dalam pengolahan, mudah didapatkan dan harganya
fast food sebesar 83%. murah dan terjangkau. Sehingga banyak remaja yang
Hanum, dkk (2015) juga 12 dari 15 lebih suka menggonsumsi makanan cepat saji
responden remaja mengonsumsi fast food setiap dibandingkan makanan yang lainnya.
harinya dengan presentase 80%. Usia remaja
10
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.01, No.02, September 2017, hal. 10-16
3.2 Kejadian Dismenore remaja umur >12 tahun yaitu (65.2%), dengan
Pada hasil penelitian diketahui bahwa demikian umur menarche dini memiliki pengaruh
sebagian besar subjek penelitian (65.15) atau penting terhadap terjadinya dismenore. Nilai p-value
sejumlah 41 responden mengalami dismenore (0.047) (p<0.05). Namun hasil penelitian ini
sedangkan hampir setengahnya (34.9%) atau menunjukkan bahwa umur menarche normal masih
sejumlah 22 orang tidak dismenore. Beberapa faktor mengalami dismenore primer dengan jumlah
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore responden yang banyak. Selanjutnya tabel 3 dalam
primer, diantaranya yaitu : usia, usia menarche dini, penelitian ini didapatakan hasil bahwa sebagian besar
lama menstruasi, riwayat keluarga, status gizi, (57.1%) atau 36 responden sudah mengalami
kebiasaan olahraga dan diet atau pola makan menstruasi sebanyak 20-25 kali setelah menarche
makanan fast food [3]. pertama, dan sebagian kecil (4.8%) atau 3 responden
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa usia sudah mengalami mesntruasi sebanyak 46-50 kali
responden sebagian besar berusia 14 tahun yaitu setelah menarche. [12] menyebutkan Dismenore
sebanyak 28 responden (68.3%) mengalami primer terjadi beberapa waktu setelah 12 bulan atau
dismenore. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang lebih, karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan
dikemukakan [3] bahwa terdapat korelasi antara usia pertama setelah menarche umunya berjenis
dengan salah satu faktor penyebab dismenore. anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa
Dismenore primer dimulai ketika seorang remaja nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-
wanita mengalami menstruasi pertama kali/menarche sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
dan prevalensi meningkat selama remaja wanita beberapa jam, walaupun dalam beberapa kasus dapat
berumur 15-17 tahun dan akan mencapai ke level berlangsung beberapa hari [1]. Hal ini sejalan dengan
tertinggi dalam 20-24 tahun dan menghilang setelah [11] menyebutkan dismenore bahwa primer
wanita hamil dan melahirkan pervaginam [3] Pada biasanya terjadi dalam waktu 6 sampai 12 bulan
penelitian ini didapatkan bahwa usia memepengaruhi setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8
kejadian dismenore. sampai 72 jam. Menurut peneliti semakin banyak
Berdasarkan tabulasi silang, pada penelitian mengalami menstruasi setelah menarche pertama,
ini diketahui bahwa sebagian besar (56.1%) atau rasa nyeri dismenore akan meningkat terus
sejumlah 23 responden yang mengalami dismenore, meningkat.
mengalami menarche pertama pada usia 12 tahun. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dismenore
Hal ini sesuai dengan pendapat Maisaroh (2009) primer sebagian besar (51.2%) atau 21 responden
menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada responden yang lama menstruasinya
terjadi dalam rentan usia 10-16 tahun atau pada masa selama 6 hari. Durasi pendarahan saat haid normalnya
remaja tengah. Hal ini berbeda dengan [11] dalam 4 sampai dengan 5 hari [11]. Pada penelitian (Kural
penelitiannya menyebutkan bahwa wanita dengan et al, dalam [11]) dilaporkan dari 100 wanita yang
usia menarche dibawah 12 tahun memiliki 23% lebih menderita dismenore didapatkan 20% wanita tersebut
tinggi kesempatan terjadi disemnore dibandingkan memiliki durasi perdarahan lebih dari 5-7 hari.
dengan wanita pada anak dengan menarche pada usia Dengan analisis tersebut menggambarkan wanita
12-14 tahun. dengan pendarahan durasi lebih dari 5-7 hari
Menurut penelitian Fitriana (2013) tentang memiliki 1,9 kali kesempatan untuk menderita
kejadian dismenore primer lebih besar terjadi pada dismenore [11]
umur <12 tahun yaitu (88.6%) dibandingkan dengan
11
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.01, No.02, September 2017, hal. 10-16
Lama durasi haid dapat disebabkan oleh sejumlah 8 responden sering mengonsumsi fast food
faktor psikologis maupun fisiologis. Secara dan tidak dismenore. Dikarenakan ada faktor lain
psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat yang membuat responden tidak mengalami
emosional wanita yang labil ketika akan haid [11]. dismenore. Seperti responden memiliki kebiasaan
Sementara secara fisiologis lebih kepada kontraksi olahraga tingkat stress yang ringan, dan tidak
otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan mempunyai riwayat keluarga [11] Menurut peneliti
sangat sensitive terhadap hormone, akibatnya dismenore tidak hanya disebabkan oleh faktor fast
endometirum dalam fase sekresi memproduksi food namun karena ada faktor lainnya.
hormone yang lebih tinggi [11]. Jadi, menurut peneliti Pada penelitian ini terdapat (44.4%)
senakin lama durasi haid, maka semakin sering uterus didapatkan hasil bahwa dari 28 responden sebagian
berkontraksi akibatnya semakin banyak pula kecil (22.2%) atau 14 responden jarang
prostlagandin yang dikeluarkan sehingga timbul rasa mengonsumsi fast food dan mengalami dismenore.
nyeri haid. Ini disebabkan karena adanya faktor lain seperti
Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat jarang melakukan aktivitas olahraga, usia menarche,
Saji (Fast food) dengan Kejadian riwayat keluarga, dan faktor stress. Dibuktikan dari
Dismenore. Latthe (2006), diketahui bahwa beberap faktor yang
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa berkaitan dengan dismenore adalah : usia < 30 tahun,
dari seluruh subjek penelitian hampir setengahnya IMT rendah, merokok, usia menarche dini (< 12
(42.9%) atau sejumlah 27 responden sering tahun), siklus menstruasi yang lebih panjang. Jadi
mengonsumsi fast food dan mengalami dismenore. dismonore disebakan oleh faktor lain selain
Berdasarkan hasil analisis frekuensi makan dan mengonsumsi makanan cepat saji. Pada studi
kejadian dismenore merupakan dua variabel yang epidemiologi menunjukan adanya hubungan antara
saling berhubungan ( p = 0.025, α= 0.05) . Alasan dismenore dengan beberapa faktor risiko
utama terjadinya dismenore karena dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk merokok dan konsumsi kopi.
faktor fast food. Fast food mengandung asam lemak Pada penelitian [11] meneyebutkan pada 165 wanita
trans yang merupakan salah satu radikal bebas. Salah yang terpapar asap rokok , 13,3% di antaranya
satu efek dari radikal bebas kerusakan membrane sel menderita dismenore. Sebuah penelitian
[13]. Membran sel memiliki beberapa komponen, menunjukkan adanya hubungan antara dismenore
salah satunya adalah fosfolipid [14]. dengan wanita yang terkena asap rokok secara
Salah satu fungsi fosfolipid adalah sebagai pasif. Dilaporkan pada wanita yang terpapar asap
penyedia asam arakidonat yang akan disintesis rokok secara pasif menderita dismenore dengan
menjadi prostaglandin (Satyanarayana, 2014). waktu yang lebih lama dibandingkan yang tidak
Prostaglandin berfungsi membantu rahim tepapar [11]. Pengaruh merokok pasif pada
berkontraksi dan mengeluarkan lapisan rahim selama dismenore diamati terjadi peningkatan sebesar 30%
periode menstruasi. Jadi, pada wanita yang dibandingkan dengan yang tidak merokok pasif.
mengalami nyeri haid atau dismenore ada Mekanisme biologis yang mempengaruhi kejadian
penumpukan prostaglandin dalam jumlah yang dismenore diakibatkan dari nikotin yang bersifat
terlalu banyak, sehingga menyebabkan terjadinya vasokonstriktor sehingga mengakibatkan
dismenore. berkurangnya aliran darah yang menuju
Berdasarkan pada hasil penelitian, endometrium. Selain itu, asap rokok juga dipercaya
didapatkan bahwa sebagian kecil (12.7%) atau memiliki sifat anti estrogenic [11]. Jadi menurut
12
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.01, No.02, September 2017, hal. 10-16
peneliti, responden mengalami dismenore [2] “Impact Of Fast Foods On Menstrual Health Of
School Going Adolescent Girls In West Bengal,
dikarenakan faktor lain selain mengonsumsi fast food. Eastern India,” Glob. Inst. Res. Educ., vol. 3(1),
Pada penelitian ini terdapat (44.4%) atau pp. 61–66, 2014.
[3] “Hubungan Status Gizi , Menarche Dini, dan
sejumlah 28 responden jarang mengonsumsi fast Perilaku Mengonsumsi Makanan Cepet Saji
(fast food) dengan Kejadian Dismenore Primer
food. Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa pada Remaja Putri di SMAN 13 Bandar
dari 28 responden tersebut 14 responden tidak Lampung,” 2015.
[4] F. T, S. N, S. H, and N. R, “Skipping breakfast
mengalami dismenore. Menurut [11] makanan saji adversely affects menstrual disorders in young
college students,” vol. 60(6), pp. 23–31, 2009.
memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu [5] “Hubungan Malnutrisi dengan Kejadian
kalori tinggi, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah Dismenorea Pada remaja Putri di SMAN 1
KamparH,” pp. 11–19, 2014.
serat. Kandungan asam lemak didalam makanan [6] D. Eka Widiyanti, “Pengaruh Nyeri Haid
(Dismenorhea) Terhadap Aktifitas Sehari-Hari
cepat saji mengganggu metabolisme progesterone Pada Remaja Di SMP N 2 Ponorogo,” Universitas
Muhammdiyah ponorogo, 2016.
pada fase luteal dari siklus menstruasi. Akibatnya
[7] Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 3rd ed.
terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan Jakarta: Salemba Medika, 2013.
[8] S. Negriff, L. D. Dorn, J. B. Hillman, and B.
menyebabkan rasa nyeri dismenore. Hasil tersebut Huang, “The measurement of menstrual
menunjukkan bahwa tidak ada penumpukan symptoms: Factor structure of the menstrual
symptom questionnaire in adolescent girls,” J.
prostaglandin didalam rahim karena responden Health Psychol., vol. 14, no. 7, pp. 899–908, Oct.
2009.
jarang mengonsumsi makanan cepat saji. [9] “Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan
Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber
4. Simpulan Kalsium Pada Remaja di tiga SMP diwialayah
DEpok,” UI Depok, Depok, 2008.
Berdasarkan pembahasan dari analisis data [10] “Kebiasaan Makanan Cepat Saji (fast food)
modern, Aktivitas fisik dan Faktor lainnya dengan
yang telah diolah pada bab sebelumnya, maka ada Status Gizi Pada Mahasiswa Penghuni Asrama UI
hubungan mengonsumsi makanan cepat saji (fast Depok tahun 2009,” UI Depok, Depok, 2009.
[11] T. A. Larasati and F. Alatas, “Dismenore Primer
food) dengan kejadian dismenore di SMP N 1 dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada
Remaja,” J. Major., vol. 5, no. 3, pp. 79–84, 2016.
Ponorogo. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini [12] Buku Ajar Keperawatn Medikal Bedah, Delapan.
dapat dilanjutkan dengan melihat jumlah dan jenis Jakarta, 2002.
[13] Introduction to Food chemistry. Florida: CRC
makanan apa yang membuat dismenore. Press, 2010.
[14] Biologi. Jakarta, 2010.
5. Daftar Pustaka
13