Identifikasi Lanskap Vernakular Di Kampung Kusamba, Klungkung, Bali - Yuantoro S., N. Kohdrata, C.G.A. Semarajaya 2019
Identifikasi Lanskap Vernakular Di Kampung Kusamba, Klungkung, Bali - Yuantoro S., N. Kohdrata, C.G.A. Semarajaya 2019
Identifikasi Lanskap Vernakular Di Kampung Kusamba, Klungkung, Bali - Yuantoro S., N. Kohdrata, C.G.A. Semarajaya 2019
1, APRIL 2019
Abstract
1. Pendahuluan
Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Pulau Bali yang di dalamnya hidup masyarakat Muslim
disamping mayoritas masyarakatnya yang memeluk agama Hindu. Kampung Muslim Kusamba yang terletak
di Desa Kampung Kusamba merupakan salah satu Kampung Muslim Bali kuno di Kabupaten Klungkung yang
mempunyai peran besar atas perkembangan Islam di Pulau Bali dengan pluralitas etnis di dalam
masyarakatnya. Mayoritas penduduk Kampung Kusamba adalah masyarakat pemeluk agama Islam yang
hidup rukun dan harmonis dengan masyarakat asli Bali yang memeluk agama Hindu. Keseimbangan dan
harmonisasi hubungan yang terjadi dalam masyarakat dengan pluralitas etnis didalamnya terjalin dengan baik
hingga saat ini. Interaksi masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda dalam kurun waktu yang lama di
Kampung Kusamba memberi pengaruh terhadap bentukan lanskap yang ada yakni pengaruhnya terhadap
pola tata ruang dan elemen lanskap termasuk pengaruh terhadap fasade bangunan sehingga menjadi sebuah
bentukan lanskap vernakular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana lanskap vernakular di
Kampung Kusamba sebagai representasi kebudayaan masyarakat akibat pengaruh dari proses interaksi
kebudayaan yang berbeda.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap JAL | 47
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
2. Metodologi Penelitian
2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kampung Muslim Kusamba yang secara administratif terletak di Desa
Kampung Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan
pada bulan Maret 2017 dan berakhir pada bulan Januari 2018.
JAL | 48 http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
3.1.3 Topografi
Kampung Kusamba merupakan daerah pesisir yang memiliki luas wilayah 10 Ha yang terletak pada
ketinggian 0-15 m diatas permukaan laut. Topografi Kampung Kusamba yaitu datar, miring hingga
bergelombang. Jenis tanah di Kampung Kusamba berupa tanah liat dan pasir (Monografi Desa Kampung
Kusamba, 2016).
3.1.4 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kampung Kusamba dengan luas 10 Ha berdasarkan manfaat dan kegunaannya
dibagi menjadi tiga, yakni tanah pekarangan atau perumahan (3,241 Ha), tanah tegalan (3,099 Ha), serta
fasilitas umum, perkantoran dan lain-lain (3,660 Ha) (Monografi Desa Kampung Kusamba, 2016).
3.1.5 Demografi
Jumlah Penduduk Desa Kampung Kusamba tahun 2016 sebanyak 690 jiwa yang terhimpun dalam 190
KK dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 333 jiwa dan perempuan sebesar 357 jiwa. Mayoritas
masyarakatnya memeluk agama Islam sebesar 98,6%, sisanya memeluk agama Kristen sebanyak 1,4%. Mata
pencaharian mayoritas masyarakat Desa Kampung Kusamba adalah pedagang, pegawai swasta, wiraswasta
dan buruh tani atau buruh harian lepas (Monografi Desa Kampung Kusamba, 2016).
3.1.6 Kehidupan Budaya
Kampung Kusamba terbentuk dari berbagai etnisitas, yakni etnis Bugis, Banjar, Jawa, Sasak dan Bali.
Pluralitas etnis yang terdapat di Kampung Kusamba tidak menjadi problem sosial. Terdapat satu faktor
integrasi yang menyatukan berbagai etnis yang berbeda tersebut, yakni masyarakat menganut agama yang
sama, yaitu agama Islam.
Lebih lanjut lagi, di samping integrasi yang terjadi dari berbagi etnis di Kampung Kusamba, relasi
dengan masyarakat luar yakni dengan desa-desa Hindu terbangun melalui ikatan sosial-kekerabatan dan
berbagai interaksi sosial. Interaksi tersebut antara lain dapat dijumpai dalam pasar, perkawinan, kuliner dan
ruang publik.
3.1.7 Kesenian yang Berkembang dalam Masyarakat
Masyarakat Kampung Kusamba memiliki kesenian yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari
para leluhurnya, yakni kesenian Rodat. Kesenian Rodat memiliki kesamaan dengan shalawatan bila
diperhatikan dari maknanya yakni berupa doa dan pujian kepada Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW,
berserta keluarga dan kerabatnya. Kesenian Rodat dibacakan oleh sekumpulan orang secara bersamaan dan
bersahut-sahutan diiringi dengan gerakan-gerakan tarian yang mirip dengan gerakan silat. Kesenian Rodat
diiringi oleh seperangkat alat musik pukul berupa jidur. Kesenian Rodat biasanya dipertunjukkan pada saat
memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Hari Raya Idul Adha dan acara-acara hajatan seperti
pernikahan (Parimartha et al, 2012).
3.1.8 Kegiatan Keagamaan
Terdapat ritual-ritual keagamaan yang menonjol di Kampung Kusamba. Ritual yang biasa dilakukan
olah masyarakat Kampung Kusamba antara lain tradisi Saparan, kegiatan Maulid Nabi SAW dan kegiatan
tahlilan.
3.2 Sejarah Terbentuknya Desa dan Artefak Peninggalan
3.2.1 Asal Usul Nama Desa Kampung Kusamba
Hasil wawancara dengan Kepala Desa Kampung Kusamba, Abdul Gafar (2017), nama Kampung
Kusamba bersumber dari sebuah dialog antara seseorang bersuku Bugis dengan seseorang bersuku Banjar.
Ketika seorang bersuku Bugis melaksanakan sholat menjadi perhatian orang bersuku Banjar. Setelah
melaksanakan sholat orang bersuku Bugis didekati dan ditanyai oleh orang bersuku Banjar, “Agamamu apa?”,
maka jawab orang bersuku Bugis “Saya Islam”. Orang bersuku Bugis kemudian berbalik tanya, “Agamamu
apa?”, dijawab oleh orang bersuku Banjar “Aku sama”. Dari kata “Ku sama”, lama-lama mengalami perubahan
sehingga menjadi “Kusamba”. Kata “kampung” pada masyarakat Bali merupakan ungkapan untuk
menyatakan bahwa daerah tersebut merupakan kantong-kantong masyarakat Muslim (Monografi Desa
Kampung Kusamba, 2016).
3.2.2 Sejarah Desa Kampung Kusamba
Wilayah permukiman yang selanjutnya menjadi Kampung Islam Kusamba tersebut berasal dari tanah
catu pemberian Raja bagi para perantau (wawancara dengan Hambali, 2017). Penguasa kerajaan dengan
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap JAL | 49
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
sengaja menempatkan mereka dalam wilayah permukiman yang terpisah dengan warga Bali yang beragama
Hindu. Wilayah itu umumnya wilayah baru, yang sebelumnya hutan atau wilayah-wilayah pesisir dekat dengan
pelabuhan. Warga Muslim diberi kebebasan dan otonomi untuk beribadat dan memiliki pemerintahan sendiri
dalam wilayah tersebut.
3.2.3 Makam Habib Ali bin Abubakar Umar Al-Hamid
Hasil wawancara dengan Hambali (2017), Habib Ali adalah seseorang yang ditunjuk sebagai
penerjemah atau ahli bahasa yang bertugas mengajarkan bahasa Melayu kepada Raja Dewa Agung Jambe.
Menduduki jabatan penting Habib Ali mendapat perlakuan istimewa dan diberi seokor kuda putih. Perlakuan
istimewa tersebut menimbulkan suasana permusuhan di internal kerajaan hingga menimbulkan pertempuran
hingga Habib Ali terbunuh. Raja Dewa Agung Jambe memerintahkan prajurit kerajaan untuk memakamkan
jasad Habib Ali di tepi Pantai Kusamba. Berawal dari kisah tersebut kemudian diyakini bahwa makam tersebut
adalah makam seorang Habib. Untuk mempertegas versi sejarah itu, dibangun patung yang berada tepat di
depan makam tersebut.
3.2.4 Al-Qur’an Kuno
Al-Qur’an ini diakui telah berusia hampir 400 tahun. Al-Qur’an tertua di Bali tersebut diperkirakan ditulis
tangan oleh ulama besar asal Bugis. Al-Qur’an tersebut merupakan salah satu Al-Qur’an kembar tiga yang
ditulis dan dibuat sebanyak tiga buah dalam kurun waktu yang berbeda oleh ulama yang sama (Parimartha et
al, 2012).
4.2.5 Musholla dan Masjid
Terdapat dua ciri khas penanda dari perkampungan Islam di Bali, yaitu adanya masjid dan makam
keramat. Berdasarkan wawancara dengan Hambali (2017), rumah ibadah warga Muslim di Kampung
Kusamba dahulu masih terpencar-pencar berbentuk langgar sesuai dengan etnis yang ada. Hingga kemudian
pada tahun 1945, langgar-langgar tersebut disatukan dan dibangun satu masjid yang diberi nama Masjid Al-
Mahdi. Saat ini pelaksanaan aktivitas keagamaan, masyarakat menggunakan Masjid Al-Mahdi dan Mushalla
Al-Syarea sebagai pusat kegiatan keagamaan.
3.2.6 Pelabuhan Kusanegara
Strategisnya posisi Kusamba, pada abad ke-18 dimasa kekuasaan Raja Klungkung, I Dewa Agung
Putra Kusamba membangun keraton di Kusamba yang diberi nama Kusanegara (Parimartha et al, 2012).
Dijadikannya Kusamba sebagai ibukota kedua turut mendorong perkembangan Bandar Kusamba. Pada
perkembangannya Bandar Kusamba tidak lagi dikembangkan menjadi pelabuhan besar dan modern.
Pelabuhan regional berpindah ke Padang Bai (Karangasem), Benoa (Denpasar), dan Gilimanuk (Jembrana).
3.3 Lanskap Vernakular di Desa Kampung Kusamba
3.3.1 Lanksap Privat
3.3.1.1 Pola tata ruang
Pola tata ruang rumah tinggal milik Muhammad Syaifullah yang diidentifikasi melalui observasi,
menunjukkan bahwa pola tata ruang tersebut mengadaptasi pola tri mandala dimana biasanya diterapkan pada
rumah-rumah tradisional masyarakat Hindu Bali. Pola tata ruang pada rumah tersebut dibagi menjadi tiga,
yakni nista mandala, madya mandala, dan utama mandala. Nista mandala merupakan bagian paling profan
yang terdiri dari gerbang masuk, parkir kendaraan sepeda motor, dapur, kamar mandi dan sebuah kamar.
Madya mandala merupakan peralihan dari bagian profan (nista) ke bagian yang lebih prifat atau sakral (utama)
yang terdiri dari 5 ruang kamar tidur untuk tamu serta terdapat sebuah bale untuk bersantai. Utama mandala
merupakan bagian paling prifat atau sakral pada rumah tersebut. Terdiri dari 4 ruang kamar tidur yang
digunakan oleh pemilik rumah dan terdapat musholla sebagai tempat ibadah.
Pengadaptasian pola tata ruang dengan konsep tri mandala pada rumah tersebut tidak diikuti dengan
penggunaan orientasi arah mata angin dalam penentuan penempatan bangunan, hal ini dilakukan mengingat
ibadah umat Islam tidak didasarkan atas orientasi terhadap arah mata angin. Pengadaptasian konsep tri
mandala tidak serta merta diterapkan begitu saja, namun direpresentasikan sesuai dengan kepercayaan dan
kebutuhan pemilik rumah. Gambar pola tata ruang dapat dilihat pada Gambar 2.
JAL | 50 http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap JAL | 51
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
Terdapat rumah yang masih mempertahankan dinding dengan memakai ciri khas Bali, seperti pada
rumah milik Dedi. Penggunaan material alam seperti bata merah dan kayu dipilih untuk menonjolkan ciri khas
Bali. Keunikan rumah tersebut dapat dilihat pada ragam hias yang digunakan pada dinding bangunan. Ragam
hias yang digunakan berupa ornamen berbentuk bulan - bintang yang terletak diatas pintu masuk (Gambar 5).
JAL | 52 http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
3.3.1.4 Sumur
Kampung Kusamba dahulu merupakan sebuah masyarakat tradisional yang belum mengenal mesin
pompa air, hal ini kemudian mendorong masyarakatnya untuk membuat sumur di rumah mereka. Selain
berguna sebagai keperluan rumah tangga seperti memasak, menyiram dan kegiatan MCK, juga menunjukkan
bahwa sumur memiliki fungsi sosial dalam masyarakat. Para tetangga yang tidak mempunyai sumur dapat ikut
mengambil air dengan cuma-cuma. Secara langsung maupun tidak, aktivitas ini mempererat hubungan sosial
dalam masyarakat (Parimartha et al, 2012). Saat ini sumur-sumur tersebut sebagian sudah tidak digunakan
lagi oleh masyarakat, mereka kemudian menutupnya secara permanen maupun tidak (Gambar 11).
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap JAL | 53
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
Gambar 8. Tempat Wudhu yang Masih Dijumpai di Rumah Masyarakat Kampung Kusamba
3.3.1.6 Tanaman
Berdasarkan hasil observasi, tidak terdapat tanaman khusus yang tumbuh di Kampung Kusamba.
Sebagai sebuah desa pesisir, jenis tanaman yang hidup di Desa Kampung Kusamba tidak berbeda dengan
daerah pesisir pada umumnya. Tanaman yang banyak tumbuh adalah jenis tanaman yang dapat bertahan
hidup dengan baik di daerah pesisir seperti diantaranya Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus
tiliceus), Kelapa (Cocos nucifera L.), Cemara (Araucaria sp.), Pandan (Cordyline australis), Jepun Bali
(Plumeria rubra), Kenanga (Cananga odorata), dan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi).
3.3.2 Lanskap Publik
3.3.2.1 Tempat ibadah
Bentuk minaret pada Masjid Al-Mahdi di Kampung Kusamba mendapat sentuhan arsitektur Bali,
dengan memodifikasi bentuk arsitektur atap meru yaitu atap tumpang. Modifikasi bentuk atap tumpang pada
minaret masjid diadopsi karena aspek keindahannya dan meru juga melambangkan bangunan suci yang ada
di Bali. Tidak ada filosofi atau arti khusus dari jumlah tingkatan atapnya. Ragam hias pada minaret berupa
kubah yang terletak pada puncak minaret dengan berhiaskan lafadz Allah SWT pada ujung atas kubah.
Ragam hias bada bagian tengah tiap tingkatannya berupa ventilasi dengan motif-motif geometris. Warna cat
yang digunakan didominasi warna putih, hijau dan merah bata. Pengadopsian bentuk atap tumpang pada
minaret masjid Al-Mahdi di Kampung Kusamba terbilang unik karena pada umumnya minaret berbentuk
persegi, lingkaran atau kebanyakan berbentuk octagonal. Gambar minaret Masjid Al-Mahdi dapat dilihat pada
Gambar 9.
JAL | 54 http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
3.3.2.2. Makam
Keberadaan patung seseorang sedang menunggang kuda pada makam Habib Ali bin Abubakar Umar
Al Hamid di Kampung Kusamba merupakan hal yang jarang dijumpai pada perkampungan masyarakat Islam
karena penggunaan elemen patung yang menyerupai hewan dan manusia tidak diperbolehkan karena di
khawatirkan dapat menimbulkan aktivitas mempersekutukan Allah SWT (QS 7:191) (Gambar 10). Keberadaan
patung yang masih ada hingga saat ini dan terawat dengan baik menunjukkan bahwa proses interaksi yang
terjadi antara kebudayaan yang berbeda berjalan dengan harmonis. Perbedaan pandangan yang ada di dalam
masyarakat dianggap sebagai mozaik yang memperindah kehidupan masyarakat di Desa Kampung Kusamba.
Perjumpaan kebudayaan yang berbeda semacam ini dalam waktu yang lama diperkirakan menyebabkan
terjadi ubahan konsep dalam kehidupan mereka. Apabila ini disepakati, maka hal tersebut bukanlah satu
paduan yang harus dituding sebagai sinkretisasi Islam dalam konteks budaya lokal pada umumnya (Ambary,
1998).
4. Simpulan
Lanskap vernakular di Kampung Kusamba merupakan representasi dari kehidupan budaya
masyarakatnya berupa pola tata ruang, fasade bangunan dan elemen lanskap. Pola tata ruang pada salah
satu rumah warga memperlihatkan adanya peleburan dua kebudayaan, yakni pengadaptasian konsep Tri
Mandala namun mengalami perubahan disesuaikan dengan keyakinan pemilik rumah yang menganut agama
Islam. Pada Fasade bangunan sebagian besar terlihat memiliki kesan modern dan minimalis, namun masih
dapat dijumpai fasade bangunan yang menunjukkan adanya pengaruh akulturasi budaya ataupun
pengadopsian dari kebudayaan lain.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap JAL | 55
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: 2442-5508 VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019
Elemen lanskap yang ada di Kampung Kusamba dibedakan atas hardscape dan softscape. Elemen
hardscape yang merepresentasikan kebudayaan masyarakat Kampung Kusamba antara lain patung Habib Ali
bin Abubakar Umar Al-Hamid, sumur dan tempat wudhu. Elemen softscape yang ada di Kampung Kusamba
adalah tanaman-tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah pesisir. Elemen softscape tidak
menunjukkan adanya pola khusus yang dapat dijadikan ciri khusus dari Kampung Kusamba. Morfologi lanskap
vernakular di Kampung Kusamba tidak hanya dipengaruhi oleh masyarakatnya yang bersifat multikultur,
namun juga dipengaruhi faktor lain yakni faktor ekonomi, perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk.
5. Daftar Pustaka
Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung. 2015. Kecamatan Dawan dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Klungkung. Klungkung.
Desa Kampung Kusamba. 2016. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Tahun 2016. Desa
Kampung Kusamba. Klungkung.
Parimartha, I. G., I. B. G. Putra, L. P. K. Ririen. 2012. Bulan Sabit di Pulau Dewata Jejak Kampung Islam
Kusamba-Bali. Huma Printing & Design Graphic. Yogyakarta.
JAL | 56 http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap