Artikel Rumput Laut SKB

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

EUCHEUMACOTTONII DENGAN METODE LONG LINE

Tarmaji Antowijoyo
(Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat)
e-mail : [email protected]
Yuliyanto
(Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat)
e-mail : [email protected]
RR. Yulianti Prihatiningrum
(Universitas Lambung Mangkurat)
e-mail : [email protected]
Fifi Swandari
(Universitas Lambung Mangkurat)
e-mail : [email protected]

ABSTRACT
The purpose of this study is twofold. First, assess the feasibility of seaweed
cultivation. Second, identify the key internal and external factors affecting
the cultivation of seaweed. The hope can be formulated business development
strategy to be applied seaweed cultivators. The method used in this study is a
research approach that is both quantitative and qualitative descriptive analysis
to describe and analyze the prospects, potential and direction of development of
seaweed cultivation. Data collection was conducted through a survey directly
to businesses through the research questionnaire and also through interviews
and discussion groups (Focus Group Discussion /FGD) with farmers. The
results of the feasibility assessment methods NPV, Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), IRR, Payback Period and BEP show that seaweed cultivation is feasible.
SWOT assessment results show that the cultivation is in quadrant S-O (Strength-
Opportunity), so that strategies can be done is Aggressive. This means that the
powers that be should seek to take advantage of existing opportunities. Some do
like: seaweed produces higher quality and made of processed seaweed products
such as candy and dodol seaweed. The market for both types of products is
relatively large. Some stakeholders can help farmers master the necessary skills.

Keywords:
Eucheuma cottonii seaweed cultivation, feasibility study. NPV and IRR.

73
74 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ada dua. Pertama, menilai kelayakan usaha budi daya
rumput laut. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha budidaya rumput laut. Harapannya dapat dirumuskan
strategi pengembangan usaha yang sesuai untuk diterapkan pembudidaya
rumput laut.Metode yang d igunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian yang bersifat analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk
menggambarkan dan menganalisis prospek, potensi dan arah pengembangan
budidaya rumput laut. Pengumpulan data dilakukan melaui survei langsung
kepada para pelaku usaha melalui kuesioner penelitian dan juga melalui
wawancara dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion/FGD) dengan
pelaku usaha. Hasil penilaian kelayakan dengan metode NPV, Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), IRR, Payback Period dan BEP menunjukkan bahwa budidaya
rumput laut layak untuk dilakukan. Hasil penilaian SWOT menunjukkan bahwa
usaha budidaya berada pada kuadran S-O (Strength-Opportunity), sehingga
strategi yang dapat dilakukan adalah Agresif. Artinya dengan kekuatan yang
ada harus berupaya memanfaatkan kesempatan yang ada. Beberapa caranya
seperti: menghasilkan rumput laut dengan kualitas lebih tinggi dan membuat
produk olahan rumput laut seperti permen dan dodol rumput laut. Pasar untuk
kedua jenis produk ini relatif besar. Beberapa pihak terkait sebaiknya membantu
pembudidaya menguasai ketrampilan yang diperlukan.

Kata Kunci:
Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii , analisis kelayakan usaha. NPV dan
IRR.

PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu komoditas penting hasil perikanan yang memiliki
nilai ekonomis. Kebutuhan rumput laut dunia yang semakin meningkat mendorong
peningkatan usaha budidaya rumput laut. Pada tahun 2013, Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) berupaya untuk meningkatkan sektor rumput laut dengan menargetkan
produksi rumput laut basah sebanyak 10 juta ton atau setara 1 juta ton rumput laut kering
pada 2014. Target itu naik dua kali lipat dibanding realisasi 2012 yang hanya 5 juta ton dan
naik 42% dari target tahun ini yang mencapai 7 juta ton (KKP RI, 2013).
Rumput laut mempunyai fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi
secara langsung, rumput laut menyediakan makanan bagi ikan dan invertebrata terutama
thallus muda (Mann, 1982 dalam Soenardjo, 2011). Secara tidak langsung rumput laut
digunakan dalam berbagai industri yaitu pangan, kosmetik, obat-obatan, pupuk, tekstil,
kulit dan industri lainnya (Indriani dan Sumiarsih, 1991).
Kabupaten Kotabaru khususnya perairan Sarang Tiung merupakan daerah yang sangat
potensial sebagai tempat membudidayakan rumput laut. Luas lahan yang potensial dalam
pengembangan budidaya rumput laut sebesar 300 Ha, sementara yang termanfaatkan baru
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 75

seluas 5 Ha dengan 2 kelompok pembudidaya (Dinas Kelautan dan Perikanan Kotabaru,


2014). Budidaya yang mereka terapkan menggunakan metode longline dengan sistem
pondasi. Metode tersebut belum dapat mencapai produksi yang diharapkan. Hal ini bisa
disebabkan oleh kurangnya informasi tentang usaha budidaya rumput laut.
Sebagian besar hasil rumput laut di Indonesia masih diekspor dalam bentuk rumput
laut kering. Indonesia juga masih mengimpor hasil olahan rumput laut untuk keperluan
industri. Rumput laut masih mempunyai prospek cerah di masa mendatang mengingat
potensi pasar dan lahan yang masih cukup luas serta usaha budidaya saat ini yang masih
rendah. Kendala dalam pengembangan usaha budi daya rumput laut di perairan Sarang
Tiung Kabupaten Kotabaru diantaranya adalah masih terbatasnya data dan informasi
mengenai ketepatan kelayakan usahanya yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan
sumber daya tersebut secara optimal. Oleh karena itu, kajian kelayakan usaha budi daya
rumput laut di perairan Sarang Tiung ini perlu dilakukan dalam membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir, dan juga agar dapat dirumuskan strategi pengembangan
usaha yang sesuai untuk diterapkan pembudi daya rumput laut.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, menilai kelayakan usaha
budi daya rumput laut. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha budidaya rumput laut.
Eucheuma cottonii adalah rumput laut yang memiliki kemampuan untuk menyerap
Pb dalam thallusnya. Hal ini dikarenakan pada Eucheuma cottonii terdapat karaginan yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki fungsi hampir sama dengan alginat
yaitu dapat mengikat ion logam berat (Sadhori, 1990).
Eucheuma cottonii merupakan sumber penghasil karaginan untuk daerah tropis.
Keraginan memiliki peranan penting sebagi stabilisator (pengatur keseimbangan),
thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi, dan lain-lain. Sifat ini banyak
dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi, dan
industri lainnya (Winarno, 1990). Pada bidang farmasi, Eucheumacottonii dimanfaatkan
dalam pembuatan obat-obatan, seperti adanya kandungan zat anti HIV dan anti herpes.
Rumput laut dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang selanjutnya diproses
menjadi biodiesel. Setelah diambil minyaknya, sisa ekstraksinya yang berupa karbohidrat
dapat difermentasikan menjadi alkohol, baik dalam bentuk methanol maupun ethanol
(Sheehan,1998).
Penanganan dan pengolahan rumput laut pada pasca panen memegang peranan yang
sangat penting dalam industri rumput laut. Kegiatan pasca panen sangat menentukan mutu
rumput laut kering yang dihasilkan sebagai bahan baku industri selanjutnya. Kegiatan
penanganan ini harus dilakukansecara seksama baik dari pemanenan, pencucian, pengeringan
bahkan sampai pengepakan dan penyimpanannya. Perlakuan sebelum pengeringan dilakukan
sesuai permintaan pasar, yaitu: langsung dijemur sesudah panen, terlebih dulu dicuci dengan
air tawar atau dilakukan fermentasi terlebih dahulu.
Penanganan hasil panen ini juga harus disesuaikan dengan kegiatan pengolahan
selanjutnya. Kegiatan pengolahan ditujukan untuk menciptakan suatu produk yang lebih
bernilai ekonomis daripada bahan mentahnya.
76 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

Aspek Pasar
Menurut Kotler dan Amstrong (2001) tercapainya tujuan organisasi tergantung pada
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan memuaskan pelanggan secara lebih
efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing. Aspek pemasaran meliputi kondisi
permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar serta proyeksi pemasaran
produk.
Aspek Keuangan
Investasi membutuhkan permodalan dan besar-kecilnya modal bergantung pada skala
dan luas usaha yang akan dikerjakan. Modal sebagai salah satu fungsi investasi dapat
diperoleh dari pinjaman atau modal sendiri. Investasi yang memberikan pengembalian modal
tinggi dan jangka waktu pengembalian yang relatif pendek menjadi harapan setiap investor.
Sebaliknya, jika pengembalian modal rendah apalagi jika lebih rendah dibandingkan tingkat
bunga yang berlaku, investor akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak
suatu gagasan usaha.
Analisis keuangan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut
layak atau tidak dengan melihat lima kriteria investasi yaitu Net PresentValue (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),Pay Back Period (PBP) dan
Break Even Point (BEP).
Analisis Finansial
a. Net Present Value (NPV)
Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besarnya arus kas yang diperoleh
dari selisih penerimaan dan biaya. Arus penerimaan bersih sekarang (NPV) menunjukkan
keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan
arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu
tertentu. Notasinya sebagai berikut:
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Menurut Gittinger (1996), Net B/C menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat
pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Dapat juga dikatakan untuk mengetahui
sejauh mana hasil/penerimaan yang diperoleh dari penggunaan biaya usaha selama periode
tertentu. Notasinya sebagai berikut:
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 77

c. Internal Rate of Return (IRR)


Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan tingkat bunga maksimum yang
dapat dibayar oleh kegiatan usaha untuk sumberdaya yang digunakan dan ditunjukkan
dengan persentase serta menunjukkan tolok ukur keberhasilan proyek (Gittinger 1996).
IRR adalah tingkat bunga yang membuat arus penerimaan bersih sekarang (NPV) sama
dengan nol(Kadariah et al. 1999). Notasinya sebagai berikut :

Keterangan:
NPV1 = Nilai NPV yang positif (Rp)
NPV2 = Nilai NPV yang negative (Rp)
i1 = tingkat suku bunga nilai NPV yang positif (%)
i2 = tingkat suku bunga nilai NPV yang negative (%)
i* = IRR (%)
d. Pay Back Period (PBP)
Penghitungan PBP untuk mengetahui jumlah periode (tahun) yang
diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat
pengembalian tertentu (Giyatmi et al. 2003). Perhitungan PBP ini menggunakan rasio
keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai perbandingan keuntungan dengan
biaya lebih besar atau sama dengan 1, proyek tersebut dapat dijalankan (Umar 1997).
Notasinya sebagai berikut:

Keterangan:
n= periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt – Ct negatir terakhir
m= nilai kumulatif Bt – Ct negative terakhir
Bn+1 = nilai sekarang penerimaan bruto pada tahun n + 1
Cn+1 = nilai sekarang biaya bruto tahun n+1
e. Break Even Point (BEP)
BEP adalah suatu cara untuk dapat menetapkan tingkat produksi saat penjualan sama
dengan biaya-biaya. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada
suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung, sehingga proyek tersebut
tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk
tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan
laba (Kadariah et al. 1999). Notasinya sebagai berikut:
78 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

Analisis Sensitifitas
Analisis sensitifitas dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan proyek saat bterdapat
perubahan factor-faktor penting. Parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat
mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat
pajak dan sebagainya. Analisis sensitifitas juga dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan
pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat (Pramudya 2002).
Pengembangan Usaha Budi Daya Rumput Laut
Menurut Hubeis (2008), pengembangan usaha kecil, menengah dan
koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (1) Kemampuan usaha kecil,
menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal;
(2) kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan produktivitas,
efisiensi dan daya saing; (3) menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar
domestik maupun ekspor; (4) berbasis bahan baku domestik; dan (5) substitusi impor.
Salah satu pengembangan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir yang sedang digalakkan
pemerintah adalah pengembangan budi daya rumput laut. Melalui program ini diharapkan
dapat merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi wilayah akibat meningkatnya
pendapatan masyarakat setempat dan juga dapat digunakan untuk mempertahankan
kelestarian lingkungan perairan pantai (DJPB KKP 2004b).
Pengembangan budi daya rumput laut merupakan salah satu alternatif pemberdayaan
masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal: (1) produk yang dihasilkan
mempunyai kegunaan yang beragam, (2) tersedianya lahan untuk budi daya yang cukup
luas, serta (3) mudahnya teknologi budi daya yang diperlukan (Pusdatin KKP 2009).
Menurut Sudradjat (2008), pengembangan budi daya rumput laut yang ada saat
ini masih terfokus pada aspek teknis produksi dan belum banyak memperhatikan aspek
pemasaran dan keuangan. Budi daya laut yang berkelanjutan harus memperhatikan tahapan
perencanaan meliputi tatanan praproduksi, teknik produksi, penanganan hasil, pemasaran
dan keuangan.
Menurut Rangkuti (2006), organisasi bisnis apapun bahkan termasuk organisasi
masyarakat berbasis komoditi dapat dianalisis untuk mencari posisi dan titik kelebihan
dan kekurangan mereka untuk mencapai tujuan yang dikehendaki bersama. David (2004)
mengatakan bahwa ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi
pengembangan perusahaan, yaitu: tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan
keputusan. Tahap input merangkum informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi
strategi dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan dengan
matriks InternalFaktor Evaluation (IFE) dan External Faktor Evaluation (EFE). Tahap
selanjutnya adalah analisis matriks matriks Internal-External (IE) untuk melihat kondisi dan
posisi usaha saat ini. Langkah selanjutnya adalah analisis matriks Strengths, Weaknesses,
Opportunities and Threats (SWOT) untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi usaha.
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Matriks ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis
SWOT terdiri dari Strengths (kekuatan), yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan-
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 79

keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan.
Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan
pasar. Weaknees (kelemahan), yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan
seperti keterampilan pemasaran dan keterikatan hubungan kerja. Opportunities (peluang)
yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang seperti segmen pasar yang
tadinya terabaikan. Threats (ancaman) yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan
pasar dan sebagainya (Rangkuti, 2006).
Matriks SWOT menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi
S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T,seperti terlihat pada tabel berikut.
Eksternal
Opportunity Threats
Internal
Strength Comparative Advantage Mobilization
Weaknesses Divestment/Investment Damage Control
Sumber: Pierce dan Robinson (2000)

METODE PENELITIAN
Penentuan lokasi kajian secara sengaja (purposive) yaitu pada sentra budi daya rumput
laut di perairan Sarang Tiung Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan dengan pertimbangan
bahwa diSarang Tiung merupakan lokasi budidaya rumput laut yang hanya ada di Provinsi
Kalimantan Selatan dan cukup potensial. Waktu kajian berlangsung selama 3 bulan dari
bulan September sampai November 2016.
Jumlah petani rumput laut di perairan Sarang Tiung Kotabaru sebanyak 2 (dua)
kelompok. Dimana tiap kelompok terdiri dari 10 orang petani. Sehingga jumlah responden
yang digunakan dalam kajian ini sebanyak 20 orang yang berdomisili di Desa Sarang
Tiung Kotabaru. Responden terdiri dari pedagang, pengumpul, dan ketua kelompok usaha.
Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling yaitu
memilih responden yang paling tepat untuk dimintai informasi yang dibutuhkan. Responden
ditentukan berdasarkan anggapan bahwa mereka masih bisa mewakili karakteristik populasi
pembudidaya rumput laut di peraairan Sarang Tiung Kotabaru.
Sumber data untuk kajian ini adalah data internal dan data eksternal. Data internal
berasal dari responden dan menggambarkan keadaan responden, yaitu pembudidaya,
pedagang pengumpul dan ketua kelompok usaha. Data eksternal diperoleh dari luar
responden, seperti para penampung bahan baku rumput laut dan instansi pemerintah. Instansi
pemerintah yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner adalah pejabat Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Kotabaru dan dosen Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung
Mangkurat, Kalimantan Selatan yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas dalam hal
pengembangan usaha budidaya rumput laut.
80 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) kajian kepustakaan. Kajian
kepustakaan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data tertentu berupa hasil kajian/
penelitian, buku-buku ilmiah, suratkabar, buletin, brosur dan artikel yang merupakan
sumber ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kelayakan usaha budidaya rumput laut
di Sarang Tiung, Kotabaru; (2) kajian lapangan. Kajian ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara langsung pada sentra-sentra usaha budi daya rumput laut di Sarang
Tiung, Kotabaru. Data dan informasi yang diambil antara lain deskripsi usaha, kegiatan
usaha, sejarah singkat usaha, profil pembudidaya dan pembiayaan usahabudidaya rumput
laut.
Data dan informasi yang dibutuhkan berupa data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer diperoleh melalui survei lapangan dan wawancara. Survei
lapangan dengan penyebaran kuesioner, yang meliputi: (1) kuesioner untuk data profil dan
komponen biaya usaha budidaya rumput laut di Sarang Tiung, Kotabaru; (2) kuesioner
untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis internal dan eksternal. Pengumpulan data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen atau monografi instansi-instansi berwenang
seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kabupaten Kotabaru, Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kotabaru, dinas dan instansi terkait lainnya baik
ditingkat kabupaten maupun provinsi dan laporan hasil studi dari berbagai lembaga/instansi
yang relevan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) wawancara, yaitu cara
pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan panduan daftar
pertanyaan yang diajukan antara penulis dengan pembudidaya rumput laut, pedagang
pengumpul dan ketua kelompok usaha bersama serta instansi terkait yang memiliki data
yang berhubungan dengan masalah yang dikaji; (2) pengamatan, yaitu suatu pengamatan
secara langsung terhadap masalah yang dikaji dan penyebaran kuesioner dengan maksud
untuk memperoleh keterangan-keterangan selama kajian.
Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang
digunakan : NPV, B/C ratio, IRR, PBP dan BEP. Data yang dikumpulkan meliputi laporan
pembiayaan usaha budidaya rumput laut di Sarang Tiung, Kotabaru. Tahap selanjutnya
dilakukan análisis sensitifitas untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap
perubahan faktor atau parameter yang mempengaruhi pada setiap pengambilan keputusan.
Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap
aspek teknis produksi, lingkungan pemasaran dan pengembangan usaha budidaya rumput
laut. Hasil identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal usaha budidaya rumput laut
di Sarang Tiung, Kotabaru selanjutnya dievaluasi dengan matriks SWOT.
Analisis Kualitatif SWOT dari Pierce dan Robinson (2000) akan digunakan
1. (S-O) Mendukung strategi agresif. Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuasaan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
2. (S-T) Mendukung strategi Disverifikasi.Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 81

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka


panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
3. (W-O) Mendukung strategi Turn Around.Perusahaan menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Markpada BCG
matrik
4. (W-T) Mendukung strategi Defensif. Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kelompok pembudidaya rumput laut yang diteliti adalah kelompok Serumpun
Bersama dan Amanah. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 anggota.
Perhitungan proyeksi arus kas selama perioda investasi terlihat pada Tabel 7 berikut
ini. Arus kas diperoleh sesudah terlebih dahulu menghitung laba usaha.

Tabel 7 Perhitungan Arus Kas


Penjualan hasil 7 kali X Rp
panen = 2.500.000,00 (Rp) Rp 17.500.000,00
Modal Kerja
1 Tali sedang = 562.500,00
2 Tali kcil =7/4 X 3750000 = 6.562.500,00
3 Bibit 7 X18000 = 126.000,00
4 TK 7 X 375000 = 2.625.000,00
Total Modal Kerja Rp 9.876. 000,00

Cash Flow
Penjualan Rp 17.500,000,00
Modal Kerja (9.876.000,00)
Depresiasi (1.000.000,00)
Laba 6.624.000,00

Laba bersih 6.624.000,00


Depresiasi 1.000.000,00
Cash
inflow Rp 7.624.000,00
82 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

Tabel 8 Aliran Kas Investasi


Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Aliran Kas Keluar
Investasi Awal -5000000
Modal Kerja -9876000

Total Kas Keluar -14876000 0 0 0 0 0

Aliran Kas Masuk


1. Kas Masuk
Operasional 7624000 7624000 7624000 7624000 7624000
2. Modal Kerja yg
kembali 9876000

Total Kas Masuk


(Rp) -14.876.000 7624000 7624000 7624000 7624000 17500000

a. Net Present Value (NPV)


Analisis aliran kas dilakukan untuk mengetahui besaran arus kas yang diperoleh
dari selisih penerimaan dan biaya. Arus penerimaan bersih sekarang (NPV) menunjukkan
keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan
arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu
tertentu. Hasil Penilaian NPV terlihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Hasil Perhitungan NPV
Tahun Aliran Kas (Rp) Diskonto ( Cost of Capital 9% ) Present value (Rp)
1 7.624.000,00 0.917431193 6994495.413
2 7.624.000,00 0.841679993 6416968.269
3 7.624.000,00 0.77218348 5887126.852
4 7.624.000,00 0.708425015 5401032.317
5 17.500.000,00 0.649931367 11373798.93

Total Present Value 36.073.421.78


Investasi Awal -14.876.000,00
Net Present Value 21.197.422,00
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 83

Tabel 9 adalah perhitungan NPV dengan menggunakan tingkat diskonto sebesar 9%.
Angka ini dipilih karena petani dianggap menggunakan dana dengan biaya modal sebesar
tingkat bungan KUR yaitu 9%. Angka ini berlaku untuk seluruh penilaian tingkat diskonto
dari penelitian ini.
Hasil perhitungan NPV menunjukan nilai NPV sebesar Rp 21.197.422,00 artinya
aliran kas masuk bersih dari hasil budidaya rumput laut, jika dinilai dengan nilai sekarang
melebihi jumlah uang yang dikeluarkan untuk investasi awal. Aliran kas masuk dari
budidaya rumput laut selama perioda investasi lebih besar dibanding aliran kas keluar.
Artinya budidaya rumput laur tersebut layak dilakukan.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan
biaya sebesar satu satuan. Net B/C juga berguna untuk mengetahui sejauh mana hasil/
penerimaan yang diperoleh dari penggunaan biaya usaha selama periode tertentu. Hasilnya
terlihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
PV net
Tahun Cost (Rp) Benefit (Rp) Net Benefit (Rp) Df benefit (Rp)
0 -14876000 0 -14876000 -14876000
1 9876000 17500000 7624000 0.917431193 6994495.413
2 9876000 17500000 7624000 0.841679993 6416968.269
3 9876000 17500000 7624000 0.77218348 5887126.852
4 9876000 17500000 7624000 0.708425015 5401032.317
5 9876000 27376000 17500000 0.649931367 11373798.93
Net B/C lebih dari 1 sehingga
Net Benefit = 36073421.78 = 2.42494 dinyatakan layak
Cost 14876000

c. IRR
Tingkat pengembalian internal (IRR) merupakan tingkat bungamaksimum yang
dapat dibayar oleh kegiatan usaha untuk sumber daya yang digunakan dan ditunjukkan
dengan persentase serta menunjukkan tolok ukur keberhasilan proyek (Gittinger 1996). IRR
adalah tingkat bunga yang membuat arus penerimaan bersih sekarang (NPV) sama dengan
nol, dengan kata lain IRR adalah tingkat bunga yang akan menyamakan nilai sekarang
penerimaan investasi dengan investasi awal.
Perhitungan IRR dengan menggunakan rumus dengan program Exel mengahasilkan
nilai IRR sebesar 49%. Nilai IRR ini lebih besar dibanding cost of capital yang sebesar 9%.
Hal ini berarti budidaya rumput laut layak untuk dilaksanakan.
d. Payback Period
Payback Period mengukur seberapa lama investasi kita akan kembali. Semakin cepat
kembali maka akan semakin baik dan dikatakan layak. Berikut ini adalah perhitungan
payback period budidaya rumput laut.
84 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

(Rp)
Kas keluar tahun 0 (14.876.000,00)
Kas masuk tahun 1 6.994.495,40
(7.881.505,00)
Kas Masuk tahun 2 6.416.968,30
(1.464.536,00)
Kas masuk tahun 3 5.887.126,90
PP 2 tahun Lebih
Kas masuk tahun ketiga lebih besar dari kebutuhan dana untuk menutup kekurangan
investasi dari dua tahun sebelumnya. Waktu yang diperlukan untuk menutup investasi di
tahun ke tiga hanya selama 3 bulan (Rp 1.464.536,00/Rp 5.887.127,00 X 12 bulan). Total
waktu yang diperlukan untuk kembali modal selama 2 tahun 3 bulan.
e. BEP
BEP atau Break Even Point adalah suatu cara untuk dapat menetapkan tingkat
produksi dimana penjualan sama dengan biaya-biaya. Proyek dikatakan impas jika jumlah
hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya-biaya
yang ditanggung. Biaya tetap usaha budidaya sebesar Rp 142.857.14. Biaya tetap diperoleh
dari biaya tetap per tahun dibagi 7 kali masa panen.Biaya modal kerja dianggap sebagai
biaya variabel yang dapat dijadikan biaya variabel per satuan. Biaya variable per unit
sebesar Rp 14.108,00. Harga jual Rp 25.000,00. BEP sebagai berikut.

BEP =

=
= 13 kg
Artinya, BEP diperoleh saat pembudidaya menghasilkan rumput laut sebanyak 13
kg. Angka ini relatif kecil dan hal ini berarti target produksi untuk berada pada level impas
relatis mudah tercapai.
Analisis sensitifitas sebaiknya dilakukan, hal ini untuk melihat seberapa jauh proyek
dapat dilaksanakan mengikuti perubahan harga, baik biaya produksi maupun harga jual
produk atau kelemahan estimasi hasil produksi. Parameter yang biasanya berubah dan
perubahannya dapat mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai
sisa, tingkat bunga, tingkat pajak dan sebagainya. Faktor-faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam analisis sensitifitas adalah: harga jual, tingkat inflasi dan tingkat
bunga kredit (cost of capital).
Berikut ini adalah hasil analisis SWOT yang dilakukan tim Peneliti.
1. Strength (Kekuatan)
a. Lahan budidaya rumput laut masih luas
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 85

b. Pembudidaya memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk budidaya


c. Pembudidaya tergabung dalam kelompok budidaya rumput laut sehingga lebih
mampu mengakses sumberdaya yang diperlukan.
d. Lingkungan sangat layak untuk budidaya rumput laut.
e. Masyarakat/pembudidaya memiliki astusiasme dan semangat yang tinggi dalam
melaksanakan budidaya.
f. Masyarakat/pembudidaya memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk budidaya
rumput laut.
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Terkadang pembudidaya mengalami kesulitan dalam memperoleh bibit rumput laut.
b. Kurang mampu menyusun laporan keuangan usaha budidaya rumput laut.
c. Belum memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk meningkatkan niali tambah
rumput laut.
3. Threats (Ancaman)
a. Gelombang tinggi yang merusak rumput lau di bulan-bulan: Juli, Agustus dan
September.
b. Kurangnya minat generasi muda melanjutkan bisnis/usaha budidaya rumput laut.
c. Harga rumput laut bisa mengalamai penurunan saat panen raya.
4. Opportunity (Kesempatan)
a. Permintaan industry untuk rumput laut selalu meningkat.
b. Pemerintah mendukung usaha budidaya (misalnya dengan bunga KUR yang hanya
9%).
c. Penjualan rumput laut relatif mudah.
d. Permintaan relatif tinggi untuk produk olahan rumput laut seperti dodol dan permen
rumput laut.
Eksternal Opportunity Threats
Internal
Strength Comparative Advantage (S-O) Mobilization
Mendukung strategi Agresif
Weaknesses Divestment/Investment Damage Control
Hasil analisis tim peneliti menunjukkan bahwa kondisi pembudidaya yang memiliki
usaha budidaya rumpur laut ada pada kuadran Strength-Opportunity (S-O) Strategi yang
bisa dipilih adalah sebagai berikut:
(S-O) Mendukung Strategi Agresif
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuasaan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(Growth oriented strategy).
86 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

Pembudiya rumput laut memiliki keuatan yang relatif besar. Permintaan pasar di
berbagai segmen juga tinggi. Mulai segmen indutri sampai segmen retail. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan anatara lain: memproduksi rumput laut
dengan kualitas tinggi. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah karena pembudidaya dapat
menjual harga diatas rata-rata, Pilihan berikutnya adalah memproduksi olahan makanan
berbahan dasar rumput laut. Jenis makanan olahan yang disarankan adalah makanan yang
dapat tahan lama seperti permen rumput laut maupun dodol rumput laut. Kedua jenis
makanan ini relative mudah dibuat dan merupakan jenis makanan yang bisa diterima oleh
masyarakat luas.Hal ini didukung dengan tingginya tren berwisata masyarakat disertai
dengan permintaan produk kuliner masyarakat setempat.
Produksi olahan rumput laut dapat dilakukan saat pembudidaya tidak melakukan
budidaya rumput laut, yaitu di bulan Juli, Agustus dan September. Hal ini dilakukan agar
pembudidaya memperoleh pendapatan yang berkesinambungan.

SIMPULAN DAN SARAN


Budidaya rumput laut di Sarang Tiung telah dikembangkan dua kelompok
pembudidaya yang bernama Serumpun Bersama dan Amanah. Masing-masing kelompok
beranggotakan 10 orang. Kegiatan budidaya rumput laut merupakan kegiatan investasi
yang baru akan menghasilkan imbal hasil dalam beberapa tahun ke depan, oleh karenanya
perlu dilakukan penilaian kelayakan usahanya. Kriteria penilaian kelayakan investasi yang
digunakan adalah: NPV, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), IRR, Payback Period dan BEP.
Hasil perhitungan dengan metoda-metoda tersebut menunjukkan bahwa budidaya rumput
laut layak untuk dilakukan.
Hasil penilaian SWOT menunjukkan bahwa usaha budidaya berada pada kuadran S-
O (Strength-Opportunity), sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah Agresif).
Pembudidaya harus memanfaatkan peluang yang ada semaksimal mungkin Artinya dengan
kekuatan yang ada harus berupaya memanfaatkan kesempatan yang ada. Caranya antara
lain, menghasilkan rumput laut kualitas tinggi dan membuat produk olahan rumput laut
seperti permen dan dodol rumput laut. Pasar untuk kedua jenis produk ini relatif besar.
Pelaksanaannya dapat dilakukaan saat panen raya atau saat pembudidaya tidak melakukan
budidaya karena cuaca buruk. Budidaya rumput laut perlu dilanjutkan karena menurut
kriteria kelayakan investasi sangat layak.
Strategi yang dapat dilakukan adalah mobilisasi atau diferensiasi produk. Salah
satu pilihannya adalah membuat olahan rumput laut, namun pembudidaya pasti belum
mengetahui cara mengolahnya. Oleh karenanya pembudidaya sebaiknya belajar membuat
olahan dari berbagai sumber. Dinas terkait dapat juga membantu dengan cara mengajari
pembudidaya membuat olahan rumput laut. LSM yang peduli dengan pembudidaya dapat
juga membantu melatih pembudidaya. Harapannya pendapatan pembudidaya menjadi
kontinu sepanjang tahun.
Tarmaji A. Yuliyanto, Rr. Yulianti P. & Fifi Swandari, Kelayakan Usaha.. 87

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E dan EviL. 1993. Budidaya Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta
Akma, SugengR, Ilham. 2008. Teknologi Manajemen Budidaya Rumput Laut (Kapphaphycus
alvarezii). Takalar
Anggadiredja JT, A Zatnika, H Purwoto, S. Istini. 2006. Rumput Laut: Pembudidayaan,
Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya.
Jakarta. 147.
AslanLM. 1998. Budidaya Rumput Laut.Yogyakarta: Kanisius. 97 hal
David FR. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Penerjemah: Hamdy Hadi. Edisi VII.
Prenhallindo, Jakarta.
(DJPBKKP) Direktorat Jendera lPerikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan. 2004a. Pedoman Umum Budidaya Rumput Laut di Laut. Jakarta
(DJPBKKP) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan. 2004b. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Nasional untuk
Mendukung Usaha Pembudidayaan dan Pengolahan Hasil Rumput Laut. Jakarta
Garrison RH dan EW Noreen. 2001. Akutansi Manajerial. Salemba Empat. Jakarta
Giyatmi, AH Purnomo, M Hubeis. 2003. Analisis Produk Unggulan Agro industri Perikanan
Laut di Kabupaten Rembang. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia: 9 (6): 75 – 8
Ismail T, LailiI, Nanik DJ. 2009. Etanol dari Molases Menggunakan Zymomonas Mobilis
yang Dimobilisasi dengan k-Karaginan dengan Faktor Tertentu. Prosiding Seminar
Nasional XIV Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS. Surabaya
Kotler P dan AB Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta.
Kotler P dan G Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Terjemahan). Erlangga.
Jakarta.
Mustafa H. 2000. TeknikSampling. home.unpar.ac.id/~hasan/sampling.doc (12 Februari
2010)
(Pusdatin KKP) Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2009. Indikator Kelautan dan Perikanan Agustus 2009. Jakarta
Pierce H. John, dan Richard B. Robinson. 2000. Strategic Management: Formulation,
Implementation and Control, International Edition, Mc. Graw Hill, New York.
Sudradjat A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Jakarta: Penebar
Swadaya. 171p
Sutomo B. 2006. Manfaat Rumput Laut, Cegah Kanker dan Antioksidan.
http://budiboga.blogspot.com/2006/05/manfaat-rumput-laut-cegah-kanker-dan.html
(23Juli2009)
88 Jurnal Wawasan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, Februari 2017

SyaputraY.2005. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Budidaya Rumput Laut


Eucheuma cotonii pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda dan Perlakuan Jarak
Tanam di Teluk LhokSeudu. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. 91p
Umar H.1997. Studi Kelayakan Bisnis.Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis
Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

You might also like