Prosiding Semnas
Prosiding Semnas
Prosiding Semnas
Abstract
Background . From several research results revealed that many patients while hospitalized
have hospital malnutrition. Food produced and served for patients in the hospital serves as
an effort to maintain endurance and speed up the healing process. The food served for the
patient should be accordance with the disease and condition of the patient. Food dishes that fit
the patient’s disease diet if consumed runs out will speed healing and shorten the day of care.
Assesment of acceptance patient of food is one indicator of hospital nutrition service success.
The factors of acceptance of diet foods are intrinsic factor and eksterinsic factor. Intrinsic
factor is patient disase type, eating habit, patient appetite, environment, while eksterinsik
factor is food flavor, presenter attitude and presentation time. Aim. Knowing and analyzing
the relationship between the acceptance of diet foods with food flavors, presentation time of
food, presenter of food attitudes and hospital area. Method. The desaign of this study was cross
sectional with the sampel choosen by consecutive sampling. The sample size is 83people. The
research was conducted at Raden Mattaher General Hospital at Jambi in August 2012. To
know the relationship between variables used Chi square test.
Result. Acceptance of diet food 43,37% good, and 51,81% less good, and 4,89% bad. 51,81 of
sample stated like the taste of diet food and 48,19% did not like the flavor. 68,70% of sample
stated food was served on time and 31,30% stated food wasserved not on time. 61,45% sample
stated the attitude of the friendly officer and 38,55% are not friendly, 55,40% stated good for
hospital area and 44,60% stated hospital area not good.
Conclusion. There is a significant relationship between food flavor, the attitude of the the food
presenter with acceptance. But there was no significant relationship between presentation time
of , hospital area with acceptance.
A. Pendahuluan
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit. Sering terjadi kondisi
pasien dirawat di rumah sakit semakin memburuk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya
(Almatsier, 2009).
Di Indonesia, hospital malnutrition masih merupakan masalah besar di rumah sakit di
Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada 10 rumah sakit di DKI Jakarta didapatkan hasil bahwa
92% rumah sakit belum menyajikan makanan yang sesuai dengan pedoman dan penuntun diet,
75% rumah sakit belum melakukan evaluasi berkala tentang asupan makanan pasien dan status
gizi, serta 43% responden menyatakan mutu makanan yang disajikan kurang baik (Almatsier,
Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS 203
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
1992).
Makanan yang dihasilkan dan disajikan di rumah sakit berfungsi sebagai salah satu
komponen kegiatan dalam upaya penyembuhan pasien. Makanan yang disajikan harus sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien karena keadaan gizi yang adekuat memegang peranan penting
dalam proses penyembuhan dan memperpendek masa rawat (Barker, Gout, & Crowe, 2011).
Pemberian diet harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan laboratorium (Depkes RI, 2006).
Pada penelitian di RSUD Kertosono Nganjuk Jawa Timur menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara penampilan lauk hewani, rasa lauk nabati, variasi sayur, nafsu makan
pasien, kesukaan pasien, kebersihan ruang rawat dan waktu penyajian dengan sisa makanan
(Adi, 2003). Ketepatan jam distribusi makanan dan sikap penyaji makananan sangat penting
dalam memberikan kepuasaan dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi. Hal ini terungkap dari
kuisioner yang dibagikan untuk penilaian pelayanan gizi di RSUPN Cipto, semua responden
mengharapkan untuk memperbaiki ketepatan jam distribusi makanan dan sikap penyaji makanan
(Karimah, 2009).
Pelayanan gizi merupakan salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang saat ini mulai
dijadikan tolak ukur kualitas pelayanan di rumah sakit, karena pelayanan gizi yang baik akan
memenuhi kebutuhan kesehatan dan rasa kepuasan. Mutu pelayanan gizi dapat dilihat dari
perubahan status gizi gizi pasien dan banyaknya sisa makanan. Penilaian hidangan merupakan
salah satu cara untuk mengevaluasi mutu pelayanan gizi dengan cara mencatat banyaknya
makanan yang tersisa, karena sisa makanan merupakan salah satu indikator keberhasilan
pelayanan gizi di ruang rawat inap rumah sakit (Adi, 2003).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semua rawat inap dari kelas vip sampai kelas III, kecuali
ruang rawatan khusus ICU/ICCU dan ruang Anak. Dilaksanakan bulan Agustus 2012. Desain
penelitian ini dengan cross sectional. Populasi adalah semua pasien rawat inap dari kelas vip
sampai kelas III yang mendapatkan makanan diet. Pemilihan sampel dipilih secara consecutive
sampling yaitu pengambilan dengan pertimbangan peneliti dan memenuhi criteria inklusi dan
eksklusi. Jumlah sampel 83 didapat menggunakan rumus Lemeshow, sampel dari masing-
masing ruangan disesuaikan dengan metode proportional random sampling (jumlah pasien
yang mendapatkan diet/jumlah pasien ruangan x total sampel ).
Kriteria inklusi :
1. Pasien bersedia mengikuti penelitian dan menanda tangani informed consent.
2. Usia diatas 18 tahun, kesadaran baik dan dapat berkomunikasi dengan baik
3. Mendapatkan diet dalam bentuk nasi atau bubur, seperti Nasi DM 1700 kalori
4. Pasien telah dirawat di rumah sakit lebih dari atau sama dengan 2 hari.
a. Variabel terikat, pada penelitian ini daya terima makanan diet. Makanan yang dimakan
sampel menggunakan instrumen visual Comstock dengan membagi skala 0-5, skala 0 =
tidak disentuh sama sekali, skala 1 = jika hanya ± 1 sendok makan dimakan atau 5% porsi,
skala 2= jika 20% dari porsi dimakan (1/5 porsi), skala 3= jika 50% dimakan (½ porsi),
skala 4= jika 80% dari porsi dimakan (80%), skala 5 = jika 100% dimakan (1 porsi).
b. Variabel bebas, cita rasa makanan (warna, tekstur, bentuk, besar porsi, aroma), sikap
penyaji makanan, waktu penyajian dan lingkungan rawatan. Instrumen yang digunakan
kuisioner. Hasil jawaban kuisioner dibuat dalam kategori.
Analisis data dari variabel terikat dan data dari variabel bebas menggunakan chi square.
204 Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
C. Hasil dan Pembahasan
a. Gambaran Umum
RSUD Raden Mattaher Jambi merupakan rumah sakit pendidikan tipe B. Kapasitas
tempat tidur 321. Pelayanan makan pasien RSUD Raden Mattaher dibawah tanggung
jawab Instalasi Gizi, yang melayani makan pasien terdiri dari makan pagi, selingan pagi,
makan siang, selingan sore dan makan malam.
b. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karateristik Responden pada Pasien Rawat Inap
di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
No. Karateristik Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 39 46,98
Perempuan 44 53,02
2. Umur (tahun)
20-40 30 36,14
41-59 44 53,02
≥60 9 10,84
3. Pekerjaan
Swasta 31 37,35
PNS 22 26,50
Pensiunan 5 6,03
Lain-lain 25 30,12
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Daya Terima Makanan Diet pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
No. Daya Terima Makanan Diet Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Baik 36 43,37
2. Kurang Baik 47 56,63
Total 83 100
Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS 205
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
keberhasilan pelayanan gizi di setiap rumah sakit Indonesia (Depkes, 2008).
Pada penelitian ini pengukuran daya terima menggunakan alat bantu formulir visual
Comstock, dimana mengamati secara visual sisa makanan masing-masing golongan
makanan yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, dan selingan.
Daya terima melihat dari sisa makanan yang tersisa di piring pada masing-masing golongan
makanan dengan 5 skor (skor 0-5) (Febriani, 2007).
Pada penelitian daya terima makanan diet ini daya terima baik lebih rendah. Hasil
wawancara dari responden yang daya terima kurang menyatakan bahwa rasa makanan
diet itu tidak enak, tidak berasa garam, tidak pedas, kurang bumbu. Rasa makanan akan
meningkatkan daya terima seseorang, karena rasa makanan ditentukan oleh sensori indera
perasa dan penciuman. Rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap
sebagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera penciuman dan
indera pengecap (Moehyi, 1992).
2. Gambaran Cita Rasa Makanan Diet pada Pasien Rawat Inap di RSUD Raden
Mattaher Jambi.
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa 43 responden (51,81%) menyukai cita rasa
makanan yang disajikan dan 40 responden (48,19%) tidak menyukai cita rasa makanan
yang disajikan.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Cita Rasa Makanan Diet pada Pasien Rawat
Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
No. Cita Rasa Makanan Diet Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Suka 43 51,81
2. Tidak Suka 40 48,19
Total 83 100
Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap sebagai indera
dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera penciuman dan indera pengecap.
Makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi adalah makanan yang menarik, menyebarkan
bau yang sedap dan memberikan rasa yang lezat (Moehyi, 1992).
3. Gambaran Waktu Penyajian Makanan Diet pada Pasien Rawat Inap di RSUD
Raden Mattaher Jambi
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa 57 responden (68,70%) menyatakan waktu
penyajian makanan sudah tepat waktu dan 26 responden (31,30%) menyatakan waktu
penyajian tidak tepat waktu.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Penyajian Makanan Diet pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
No. Waktu Penyajian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tepat Waktu 57 68,70
2. Tidak Tepat Waktu 26 31,30
Total 83 100
Apabila jadwal distribusi makanan mengalami penundaan maka makanan yang
seharusnya sudah disajikan ke pasien mengalami waktu penungguan sehingga dapat
206 Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
merubah suhu makanan. Suhu makanan berubah dapat merubah tampilan makanan yang
disajikan (Moehyi, 1992).
4. Gambaran Sikap Petugas Penyaji Makanan Diet pada Pasien Rawat Inap di
RSUD Raden Mattaher Jambi
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa 51 responden (61,45%) menyatakan sikap
petugas penyaji ramah dan 32 responden menyatakan sikap petugas penyaji tidak ramah.
Salah satu faktor utama kepuasaan pasien terletak pada pramusaji atau petugas penyaji
makanan. Pramusaji diharapkan dapat berkomunikasi, baik dalam bersikap, maupun dalam
berekspresi. Wajah dan senyum akan mempengaruhi pasien untuk menikmati makanan
dan akhirnya menimbulkan rasa puas (Mahaffey, 2006).
Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS 207
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
1. Hubungan antara Cita Rasa Makanan dengan Daya Terima Makanan Diet pada
Pasien Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi
Hasil analisis hubungan antara cita rasa makanan dengan daya terima makanan diet
pada pasien rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi dapat dilihat pada table 7
Tabel 7. Hubungan Cita Rasa Makanan dengan Daya Terima Makanan Diet pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
Daya Terima Makanan Diet Jumlah
Cita Rasa Makanan Baik Kurang p-value
Jml % Jml % Jml %
Suka 25 58,1 18 41,9 43 100
Tidak Suka 11 27,5 29 72,5 40 100 0,010
Total 36 43,4 47 56,6 83 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang menyukai cita rasa makanan
ada 25 responden (58,1%) daya terima makanan dietnya baik dan 18 responden (41,9%)
daya terima makanan dietnya kurang. Selanjutnya dari 40 responden yang tidak menyukai
cita rasa makanan ada 11 responden (27,5%) daya terima makanan dietnya baik dan 29
responden (72,5%) daya terima makanan dietnya kurang.
Analisis Chi square menunjukkan nilai p-value = 0,010 (p<0,05) berarti ada hubungan
yang bermakna antara cita rasa makanan yang disajikan dengan daya terima makanan diet.
Dari hasil penelitian di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa lauk nabati
merupakan makanan yang paling banyak tidak dikonsumsi sama sekali (utuh) yaitu 42,3%,
sedangkan sayur 34,6%, lauk hewani 11,5% dan makanan pokok 9,6% (Febriani, 2007).
Rasa makanan dipengaruhi beberapa faktor antara lain suhu makanan, bumbu, aroma
dan tingkat kematangan (Moehyi, 1992). Cita rasa makanan tidak saja menampilkan rasa
tetapi juga penampilan makanan secara bentuk, besar porsi dan kombinasi warna. Kombinasi
warna, konsistensi dan bentuk porsi yang pas akan membangkitkan selera makan pasien
(Febriani, 2007). Selain itu adanya interaksi antara obat dan makanan juga mempengaruhi
indera pengecapan pasien, sehingga ketika pasien menerima makanan yang bumbu, aroma,
suhu, dan tingkat kematangannya berubah maka pasien dapat mempengaruhi daya terima
makanan pasien tersebut (Sahin, 2006). Pada orang sakit yang dirawat tentu akan mengalami
tekanan psikologis, karena rasa takut akan penyakitnya dan sakit yang ditimbulkan karena
penyakitnya. Manifestasinya sering berupa hilangnya nafsu makan dan rasa mual. Oleh
karena itu penampilan warna makanan dan cita rasa harus menimbulkan kesan menarik
dan senang pada orang sakit, yang tujuannya untuk meningkatkan daya terima diet dalam
upaya penyembuhan mengingat di rumah sakit, makanan merupakan salah satu upaya
penyembuhan (Soenardi, 2005).
208 Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
Tabel 8. Hubungan Waktu Penyajian Makanan dengan Daya Terima Makanan Diet pada
Pasien Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Tahun 2012
Daya Terima Makanan Diet
Waktu Penyajian Jumlah
Baik Kurang p-value
Makanan
Jml % Jml % Jml %
Tepat Waktu 27 47,4 30 52,6 57 100
Tidak Tepat waktu 9 34,6 17 65,4 26 100 0,396
36 43,4 47 56,6 83 100
3. Hubungan antara Sikap Penyaji dengan Daya Terima Makanan Diet pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi
Hasil analisis hubungan antara sikap penyaji makanan diet dengan daya terima
makanan diet pada pasien rawat inap di RSUD Raden Mattaher dapat dilihat pada table 9
Tabel 9. Hubungan Sikap Penyaji Makanan dengan Daya Terima Makanan Diet pada
pasien Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
Daya Terima Makanan Diet
Jumlah
Sikap Penyaji Baik Kurang p-value
Jml % Jml % Jml %
Ramah 27 52,9 24 47,1 51 100 0.046
Tidak Ramah 9 28,1 23 71.9 32 100
Total 36 43,4 47 56,6 83 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 51 responden yang menyatakan sikap petugas
penyaji ramah ada 27 responden (52,9%) daya terima makanan dietnya baik dan 24
responden (47,1%) daya terima makanan dietnya kurang. Selanjutnya dari 32 responden
yang menyatakan sikap petugas penyaji tidak ramah ada 9 responden (28,1%) daya terima
makanan dietnya baik dan 23 responden (71,9%) daya terima makanan dietnya kurang.
Analisis Chi Square menunjukkan nilai p-value = 0,046 (p<0,05) berarti ada hubungan
yang bermakna antara sikap petugas penyaji makanan dengan daya terima makanan diet.
Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS 209
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
Salah satu faktor utama kepuasaan pasien terletak pada pramusaji. Pramusaji di
harapkan dapat berkomunikasi, baik dalam bersikap, maupun dalam berekspresi. Wajah
dan senyum akan mempengaruhi pasien untuk menikmati makanan dan akhirnya dapat
menimbulkan rasa puas. Sebaliknya pramusaji dapat tidak memuaskan pasien ketika
pramusaji kurang perhatian dalam memberikan perlakuan pasien sebagaimana manusia
yang selalu ingin diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya. Pramusaji sebagai pegawai
sebaiknya menghindari pemaksaan pelayanan makanan kepada pasien akan tetapi harus
berusaha untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap hidangan makanan (Sahin,
2006). Penelitian di RSUPN Cipto Mangunkusumo mengungkapkan bahwa semua
responden menjawab kuisioner survey kepuasaan dengan menginginkan petugas penyaji
makanan perlu lebih tanggap terhadap keluhan pasien dan meningkatkan keramahan
penyaji (Karimah, 2009). Masalah penyajian makanan kepada pasien yang sakit akan lebih
kompleks, karena selera makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit
yang diderita, aktifitasnya yang terbatas dan menurun serta adanya reaksi obat tertentu
yang semuanya berdampak terhadap penurunanselera makan (Moehyi, 1992).
Tabel 12. Hubungan Lingkungan Rawatan dengan Daya Terima Makanan Diet pada Pasien
Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
Daya Terima Makanan Diet Jumlah
p-value
Lingkungan Rawatan Baik Kurang
Jml % Jml % Jml %
Baik 20 43,5 26 56,5 46 100
1,00
Kurang Baik 16 43,2 21 56,8 37 100
Total 36 43,4 47 56,6 83 100
210 Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
nyaman demi menunjang kesembuhan pasien. Ruangan rawatan yang tidak membuat selera
(misalnya satu ruangan dengan pasien yang kerap batuk berdahak, bau luka gangren akibat
diabetes mellitus) sehingga porsi makan yang disediakan rumah sakit tidak habis dimakan
oleh pasien (Mahaffey, 2006). Selain itu perubahan lingkungan yang drastis hadir disekitar
pasien seperti pasien lain, perawat, dokter atau keluarga pasien lain akan membuat orang
sakit mengalami tekanan secara psikologis. Tekanan psikologis ini akan membuat turunnya
selera makanan dan rasa mual (Sahin, 2006). RSUD Raden Mattaher sendiri saat dilakukan
penelitian ini kondisi fisiknya sedang dalam perbaikan dan pembangunan ulang, sehingga
ruangan menjadi tidak teratur, berpindah tempat. Akhirnya pasien memaklumi keadaan
dan kondisi. Hal ini mungkin menyebabkan hasil pengukuran tidak bermakna.
e. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah :
Dalam penelitian ini belum mewakili siklus menu 10 hari yang digunakan di Instalasi Gizi
RSUD Raden Mattaher karena keterbatasan waktu penelitian dan adanya sampel yang
tidak dapat dilanjutkan karena pasien sudah pulang
D. Kesimpulan
1. Responden yang mempunyai daya terima baik terhadap makanan diet di RSUD Raden
Mattaher Jambi sebesar 43,37%.
2. Responden yang menyatakan suka denga cita rasa makanan diet di RSUD Raden Mattaher
Jambi sebanyak 43 responden (51,8%).
3. Responden yang menyatakan waktu penyajian makanan diet di RSUD Raden Mattaher
Jambi tepat waktu sebanyak 57 responden (68,7%).
4. Responden yang menyatakan sikap petugas penyaji makanan diet di RSUD Raden Mattaher
ramah sebanyak 51 responden (61,4%).
5. Responden yang menyatakan lingkungan rawatan baik di RSUD Raden Mattaher Jambi
sebanyak 46 responden (55,4%).
6. Terdapat hubungan bermakna antara cita rasa makanan diet yang disajikan dengan daya
terima makanan diet di RSUD Raden Mattaher Jambi
7. Tidak terdapat hubungan bermakna antara waktu penyajian makanan dengan daya terima
makanan diet di RSUD Raden Mattaher Jambi
8. Terdapat hubungan bermakna antara sikap penyaji makanan dengan daya terima makanan
diet di RSUD Raden Mattaher Jambi
9. Tidak terdapat hubungan bermakna antara lingkungan rawatan dengan daya terima
makanan diet di RSUD Raden Mattaher Jambi.
E. Daftar Pustaka
Adi, A. catur. (2003). Hubungan Antara Faktor Menu, Pasien dan Lingkungan dengan Besarnya
Sisa Makanan. In Pertemuan Ilmiah Nasional AsDi Yogyakarta. Yogyakarta.
Adisasmito. (2007). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Almatsier, S. (1992). Persepsi Terhadap Makanan di Rumah Sakit (Survey pada 10 Rumah
Sakit di DKI Jakarta). Gizi Indonesia 17, 1(2), 87–96.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. http://
doi.org/17383934
Annis Catur Adi, N. N. R. (2003). Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Makanan di Ruang Rawat
Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS 211
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”
ISSN: 2579-9622
Inap Penyakit Dalam RSUD Tabanan Bali. In Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional AsDI.
Yogyakarta.
Barker, L. A., Gout, B. S., & Crowe, T. C. (2011). Hospital Malnutrition : Prevalence ,
Identification and Impact on Patients and the Healthcare System. Inyernational Journal of
Enviroment Research Anh Public Health, 8, 514–527. http://doi.org/10.3390/ijerph8020514
Depkes. (2008). Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. In D. B. G. Masyarakat
(Ed.), Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Febriani, D. (2007). Daya Terima Makanan Menggunakan Metode Comstock di Bangsal Bedah
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. In Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional AsDI. Semarang.
Karimah, N. (2009). Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Gizi di Ruang Rawat
Inap RSUPN Cipto Mangunkusumo Januari-Juli 2009. In Prosiding Kongres Persagi XIV
Surabaya. Surabaya.
Mahaffey. (2006). Food Service Manual For Health Care Institution. Chicago: Hospital
Association Chicago.
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sahin, B. (2006). Factors Affecting Satisfaction Level with The Food Services in A Military
Hospital. Journal of Medical System, 1(3).
Soenardi, T. (2005). Meningkatkan Mutu Makanan Rumah Sakit. In Prosiding Pertemuan
Ilmiah Nasional II AsDI. Bandung.
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Pertama adalah mahasiswa di Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, dapat dihubungi melalui
risdasari [email protected]
212 Seminar Nasional Gizi 2017 Program Studi Ilmu Gizi UMS
“Strategi Optimasi Tumbuh Kembang Anak”