Jurnal Olistostrome 2016
Jurnal Olistostrome 2016
Jurnal Olistostrome 2016
1
Geology Engineering Department, Faculty of Engineering, Hasanuddin University, Makassar 90245, Indonesia
*Corresponding Address: [email protected]
2
Geology Engineering Department, Faculty of Earth Science and Technology, Bandung Technology Institute,
Bandung 40116, Indonesia
Abstract : The study aims to determine the presences and spreads of the olistostrome as one
components of the tectonic complex of Bantimala area. The Bantimala tectonic complex
composed by various basement rocks i.e.Triassic metamorphic, Jura-Cretaceous olistostrome
consisting of schists, quartzites, metacherts and metabasalts blocks; Cretaceous sedimentary
rocks such as sandstones, mudstones and radiolarian cherts.The basement rocks of Bantimala
area is a metamorphic rocks, which are unconformably overlain by Balangbaru Formation and
radiolarian chert. Beneath in between cherts and basement rocks are presence breccia schists
which give rise to various presumptions and interpretations of the environment and conditions
of formation as submarine deposit, ideally cherts in the area underlain by oceanic crust.Schist
breccias presence underneath of cherts in the Bantimala Complexes were suggested an
olistostrome deposit. It was characterized by poorly sorting, unfoliation, shows deformed
textures and composed olisthtolits which are embedded in sandy matrices, and in the cherts
are presence layer sandstones and schist fragments. Olistostrome is sedimentary deposit as
precipitate in the trench, they will give us an interpretation that prior to formed cherts in the
Bantimala area, initially tectonic subduction activity which are deforming and brecciation of
the basement rocks subsequently as the constituent material of olistostrome.
tersebut yang saling berbenturan dan material (debris fall) pada lereng yang
bergesekan. Pada kondisi ini menurut teori relatif terjal di daerah palung laut (trench),
Hall (1976) dapat terjadi longsoran
dimana material komponennya dapat kontinen dan oseanik, menyatu dalam
berasal dari material hancuran lempeng sedimen kacau gravity flow. Sedimen ini
kemudian tertutupi oleh sedimen yaitu sortasi sangat jelek, bagian bawah
pelagicrijang radiolarian sebagai lanjutan tidak berlapis, gradasi butir menghalus ke
sedimentasi laut dalam. atas, berselang seling dengan rijang,
terdapat bongkah – bongkah besar yang
mengambang dalam matriks pasiran, pada
bongkah – bongkah olistolit terdapat kesan
deformasi tektonik (tekstur tektonit), dan
pada lapisan rijang di atasnya terkadang
ditemukan bongkah kerakal dan sekis di
dalamnya.
2. Metode Penelitian
Pengumpulan data ini dilakukan
melalui :
a. Studi Pustaka
Mengumpulkan data pendahuluan
yang berkaitan atau mendukung
penelitian, berupa data geologi
regional termasuk stratigrafi,
Gambar 1. Peta lokasi daerah peneitian tektonik, dan struktur.
b. Penelitian Lapangan
Meliputi pengamatan dan
Batuan tertua yang tersingkap di daerah pengambilan sampel batuan,
pengukuran aspek-aspek struktur
Kompleks Tektonik Bantimala yaitu dan stratigrafi serta pengambilan
batuan metamorf yang terdiri dari sekis foto dan sketsa singkapan.
glaukofan, sekis mika-hornblende, eklogit, c. Analisis Laboratorium
granulit, filit dan kuarsa meta berumur Analisis laboratorium dilakukan
Trias (Sukamto,1975). Di atas batuan alas dengan dua cara yaitu :
ini ditindih oleh batuan breksi sekis - Analisis petrografis yang bertujuan
untuk mengetahui jenis dan tekstur
(olistostrome), batupasir dan rijang
mineral - mineral penyusun lainnya
radiolaria berumur Jura – Kapur (Sukamto, pada sayatan tipis yang kemudian
1982). dilakukan identifikasi kemudian
Breksi sekis yang merupakan lapisan perhitungan jumlah presentase setiap
terbawah? dari pada rijang radiolaria jenis mineral. Analisis ini dilakukan di
Kompleks Bantimala yang oleh peneliti laboratorium petrografi Jurusan
disebut sebagai endapan olistostrome yang Teknik Geologi Universitas
Hasanuddin.
belum pernah diekspos oleh peneliti
terdahulu dengan ciri – ciri sangat spesifik
3
menyusul pembentukan struktur geologi, dengan mélange dan ultrabasa dalam satu
menyebabkan posisi stratigrafi batuan di sistem penunjaman pra-Kapur (Trias –
daerah ini terganggu yang selain Jura?) oleh lempeng Pasifik Barat terhadap
merumitkan kondisi geologinya juga dapat tepian kontinen Kalimantan yang
menambah keragaman fenomena geologi menghasilkan kompleks akresi di tepian
di daerah ini. Aktifitas tektonik di kala timur lempeng kontinen Asia pada Zaman
Neogen menghasilkan batuan terobosan Jura – Kapur kompleks akresi mengalami
yang bersifat asam hingga basa berupa deformasi hingga membentuk batuan
diorite, sienit, granodiorit dan basal melange (Kaharuddin, 1995, 2010). Dan
berumur Miosen-Pliosen(Sukamto, 1982) pada Zaman Kapur Atas terjadi breksiasi
(Gambar 2). kompleks akresi tersebut membentuk
Breksi – Sekis (Wakita, dkk., 1994) atau
b. Tektonik disebut olisostrom (Kaharuddin, 2015),
Proses tektonik kompleks sementara terendapkan rijang dan material
Bantimala terbentuk dalam dua model terrigen dilingkunagn trench.
yaitu sistem subduksi lempeng Tektonik Tersier lebih cenderung
oseanikyang berlangsung sejak memperlihatkan kondisi subsiden yang
Mesozoikum hingga Tersierdan sistem disusul pengendapan batuan sedimen
obduksi ofiolit di kala Tersier hingga Mallawa, Tonasa dan volkanik Paleosen.
Kuarter.Tektonik kompleks Bantimala
bongkah (2 – 40 cm), relatif lebih halus - Pengendapan ketiga, juga diantarai oleh
dibanding longsoran pertama, ketebalan lapisan rijang dengan tebal sekitar 60
sekitar 150 cm. cm. Lapisan ketiga ini tersusun oleh
- pasir sekis berukuran kasar dengan endapan olistostrome Bantimala
ketebalan 25 cm. melensa/membaji dalam rijang
- Pengendapan keempat diatas lapisan radiolaria (Gambar 5). Susunan dan
rijang (tebal 120 cm), berupa lapisan struktur endapan olistostrome ini
tipis pasir sekis dengan ketebalan menunjukkan ukuran butir menghalus
sekitar 20 cm. Dan selanjutnya tertutupi keatas sebagai endapan debris
lapisan rijang yang menunjukkan tubuh flow/turbidity (Tabel 1).
W E
Sea Level
Y
X
Rfs
Ms
Chl Qtz
Ab
a.4 Batupasir (ST. 13A)
Batupasir tersusun oleh mineral
Gambar Fotomikrograf schist muscovite muskovit 70%, kuarsa 25%,
(Qtz = Quartz ; Chl = Chlorite ; Ms mineral opak 5%, nama batuan
= Muscovite ; Ab = Albite) batupasir muskovit (Gambar ST.13
A).
- Olistolit (ML, 3B), tekstur
lepidoblastik tersusun oleh mineral
aktinolit 90%, kuarsa 5%, klorit
3%, mineral opak 2%, nama batuan
sekis aktinolit Ms
Qtz
Act
Act
Review, Vol. 52, Nos. 10 – 12, October Maulana, A., Mamma, K., Imai, A., 2010,
– December 2010, 1040 – 1105. Petrological Characteristic and
Metamorphic Evolution of the
Garrard, R.A., Supandjono,J.B., Surono, 1988, Bantimala Complex, South Sulawesi
The Geology of the Banggai Sula Indonesia.
Microcontinent, Eastern Indonesia,
Indonesian Petroleum Association, Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J., 2015,
Jakarta. Petrology, Geochemistry and Tectonic
Significance of Serpentinized
Hall, R., 1976, Ophiolite Emplacement and
Ultramafic Rocks from the South Arm
the Evolution of the Taurus Suture
of Sulawesi, Indonesia, Chemie der
Zone, Suthern Turkey, The Geological
Erde 75(2015) 1. 1-154, ISSN 0009 –
Society of America, Benchmark Paper
2819.
in Geology/66, p. 275 – 285.
Priadi, B., 2011, Sulawesi Geology, Field Trip
Hsu, K.J., 1970, Melanges and Their
Guide of South Sulawesi, Geodynamic
Distinction from Olistostrome,
Research Group, ITB, Bandung.
Benchmark Papers in Geology/66, pp.
50 – 62. Reineck, H.E., Singh, I.B., 1980, Depositional
Sedimentary Environtments, with
Kaharuddin, M., 1992, Geotectonic of the
Reference to Terrigeneous Clastics,
Sulawesi Region, Toyama University,
Springer – Verlag, Berlin, Heidelberg,
Japan
New York.
Kaharuddin, 2010, Perkembangan Tektonik
Priadi, B., 2011, Sulawesi Geology, Field Trip
dan Stratigrafi Kompleks Bantimala,
Guide of South Sulawesi, Geodynamic
Sulawesi Selatan, Prosiding Hasil
Research Group, ITB, Bandung.
Penelitian Fakultas Teknik Unhas,
vol.4,hal.TG 5-1-TG5-9 Reineck, H.E., Singh, I.B., 1980, Depositional
Sedimentary Environtments, with
Kaharuddin, Jaya, A., Sirajuddin, H., 2015,
Reference to Terrigeneous Clastics,
Olistostrome dan Batu Mulia Kompleks
Springer – Verlag, Berlin, Heidelberg,
Tektonik Bantimala Kabupaten
New York.
Pangkajene dan Kepulauan, Prosiding
TPT XXIV dan Kongres IX Perhapi Sapiie, B., Priadi, B., Abdullah, Ch.,I.,
2015, Jakarta. Noeradi, D., Djuhaeni, Sucipta, I.G.E.,
2011, Cenozoic Tectonic Evolution and
Leonov, M.G., 1978, Olistostromes and their
Petroleum System, Field Trip Guide for
Origin, Benchmark Papers in
South Sulawesi Geodynamic Research
Geology/66, pp.125-134.
Group, ITB Bandung, pp.4-10.
Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J.,
Setiawan, N.I., Osanai, Y., Nakano, N.,
Kaharuddin, M., Tonggiroh, A., 2009,
Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto,
Petrology, Geochemistry and Tectonic
A., Setiadji, L.D., Kaharuddin,
Significance of the South Sulawesi
Wahyudiono, J., 2014, Geochemical
Ultramafic, Indonesia, Proceedings PIT
Characteristic of Metamorphic Rocks
IAGI 38th, Semarang, 13-14 Oktober
From South Sulawesi, Central Java,
2009.
South and West Kalimantan in
13