Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa Kelas XI SMA Untuk Merancang Modul Kimia Berbasis REACT

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JEP | Volume 2 | Nomor 2| November 2018

e-ISSN 2579-860X
p-ISSN 2614-1221
Doi: https://doi.org/10.24036/jep/vol2-iss2/249

Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa Kelas XI SMA untuk Merancang
Modul Kimia Berbasis REACT

Fauzana Gazali1) Eka Yusmaita 2)


1))
Staf Pengajar Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Staf Pengajar Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang
[email protected]

ABSTRACT
This study is a define phase of 4D model used in Research and Development (R&D) that aims
to explore initial concept of grade XI students on acid-base topic before studying the material.
Instrument used in this study was a two-tiered diagnostic test in the form of multiple-choice questions
with choice of reasons that consisted of 16 items. The test was given to 100 grade XI students from
various schools in West Sumatra. Students’ answers were processed by grouping them into 3
categories: understand, have misconceptions and do not understand. Data were then analyzed
descriptively by calculating the percentage of students' learning difficulties in all of competency
achievement indicators that had been compiled. The results showed that students had difficulty in
understanding some concepts of acid base such as acid base theory of Arrhenius (75.2%), of
Bronsted-Lowry (81.43%), and of Lewis (100%); pH (94.04%); and acid base ionization constant
(97.33%). Results of this research are then used as a consideration in the development of acid-base
module designed for grade XI Senior High School learning.

Keywords :prior knowledge, acid base,two tier diagnostic test


This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN mengubahnya sesuai dengan informasi baru


yang mereka peroleh. Dengan demikian peserta
Teori belajar konstruktivisme menuntut
didik mengkonstruksi apa yang ia pelajari
agar peserta didik mampu memiliki kontribusi
sendiri berdasarkan pengetahuan awal (prior
aktif dari dalam dirinya terhadap proses belajar
knowledge) mereka.
dengan membangun pengetahuannya sendiri
Berdasarkan pengetahuan dan pengalam
dengan cara mengkombinasikan antara
an awal siswa, maka pada saat pemaknaan
informasi baru dan pengalaman dengan struktur
konsep berlangsung, informasi yang diterima
pengetahuan yang sudah ada (Zainal A, 2015).
berubah secara perlahan dari konteks umum ke
Senada dengan hal itu, pembelajaran bermakna
dalam konteks khusus bidang ilmu, kemudian
menurut Ausubel merupakan suatu proses
dihubungkan dengan beragam aktivitas atau
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
kejadian yang akan memacu untuk terus mencari
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
dan menemukan. Kemampuan siswa yang
seseorang (Slameto, 2010). Pembelajaran yang
dicapai melalui proses pembelajaran, pemaham
berorientasi pada pengetahuan awal akan
an, dan kebermaknaan dapat diwujudkan oleh
memberikan dampak pada proses dan perolehan
siswa dalam berbagai bentuk perolehan belajar
belajar yang memadai. Sesuai dengan
(Brahmantara, 2013).
pandangan konstruktivistik, pembelajaran
Prior knowledge merupakan kombinasi
bermakna akan terwujud jika peserta didik sudah
antara pengetahuan dan keterampilan yang
mampu menghubungkan fenomena baru yang
dibangun oleh siswa sebelum melalui proses
dipelajari kedalam struktur pengetahuan mereka.
pembelajaran yang akan mempengaruhi
Artinya, konsep baru yang dipelajari siswa harus
informasi baru untuk ditambahkan kestruktur
sesuai dengan keterampilan siswa dan dikaitkan
pengetahuan yang sudah ada (Hailikari, 2009).
dengan konsep-konsep yang sudah mereka
Menciptakan kesempatan yang menantang
miliki sebelumnya. Dalam proses belajar
kepada para peserta didik dengan cara
bermakna ini, seseorang dapat mengembangkan
memanggil kembali prior knowledge merupakan
pengetahuan yang sudah ada, atau dapat
upaya yang penting dilakukan agar pendidik
(Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa………….) 203

dapat mengubah pola fikir dari mengingat dikembangkan berdasarkan pertimbangan


informasi yang pernah dimiliki peserta didik sejauh mana prior knowledge siswa tentang teori
menjadi proses belajar yang penuh makna. asam basa ini.
Dalam proses belajar, prior knowledge Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006)
merupakan kerangka dimana peserta didik menyatakan “prior knowledge dapat ditentukan
menyaring informasi baru dan mencari makna dengan memberikan tes awal”. Penilaian prior
tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. knowledge siswa pada awal pembelajaran
Proses membentuk makna melalui membaca di merupakan suatu tindakan penting untuk
dasarkan pada prior knowledge akan mencapai dukungan instruksional (Hailikari, 2008).
tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga Dengan mengetahui prior knowledge siswa,
dapat dikatakan bahwa prior knowledge memungkinkan guru untuk mengidentifikasi
merupakan elemen esensial yang menciptakan konsep penting apa saja yang diperlukan siswa
proses belajar menjadi sesuatu yang bermakna terkait pembelajaran yang akan dilakukan
(Razi, 2012). sehingga, guru dapat memberikan materi ajar
Jonassen dan Gabrowski dalam Muisman yang tepat, tidak terlalu mudah, dan tidak terlalu
(2003) menyatakan pengetahuan awal sukar bagi siswa. Namun, penilaian prior
merupakan pengetahuan, keterampilan, atau knowledge siswa saja tidak cukup, siswa juga
kemampuan yang dibawa peserta didik ke dalam harus diberikan umpan balik tentang kinerja
proses belajar, sedangkan pengetahuan awal itu mereka dan guru mesti menyadari bagaimana
sendiri merupakan suatu bentukan yang terus hasil penilaian tersebut dapat digunakan dalam
menerus oleh peserta didik setiap saat desain instruksional.
mengalami reorganisasi karena adanya Salah satu cara untuk mengetahui prior
pengalaman-pengalaman baru. knowledge siswa mengenai suatu konsep adalah
Pengetahuan awal siswa yang tidak dengan memberikan tes (pilihan ganda dan
memadai atau terfragmentasi merupakan uraian) dan non tes (wawancara, observasi, dan
masalah penting yang harus dipertimbangkan angket) terkait materi yang akan dipelajari.
karena jika ada ketidaksesuaian antara harapan Dalam pembelajaran sains, tes pilihan ganda
guru terkait pengetahuan siswa dan pengetahuan sering digunakan dibandingkan wawancara dan
dasar siswa yang sebenarnya, maka proses angket. Namun, dalam tes pilihan ganda guru
pembelajaran akan terhambat sejak awal tidak dapat menjamin siswa benar-benar paham
(Hailikari, 2008). Mempelajari sesuatu tanpa dengan konsep yang ditanyakan atau hanya
memiliki pengetahuan awal yang cukup, kurang, menjawab soal dengan menebak. Untuk
atau bahkan mengalami miskonsepsi terhadap meminimalisir hal ini, maka soal tes yang
suatu konsep dapat mengakibatkan diberikan dapat berupa tes diagnostik bertingkat
pembelajaran dengan menghafal konsep tanpa dua, dimana tingkat pertama menyatakan pilihan
memaknainya. Pembelajaran seperti ini dapat jawaban dan tingkat kedua menyatakan alasan
terjadi jika siswa tidak dapat menghubungkan siswa memilih jawaban tersebut.
pengetahuan baru dan pengetahuan awal yang Hasil penilaian prior knowledge siswa ini
telah ada dalam kerangka berfikir mereka. selanjutnya dianalisis dan berguna bagi guru
Dengan demikian jelas tergambar bahwa untuk mempersiapkan bahan ajar yang
pengetahuan awal sangat penting dalam rangka diperlukan oleh siswa, sehingga materi kimia
mengkonstruk pengetahuan siswa. SMA yang tadinya padat dengan teori cukup
Secara garis besar, setiap peserta didik menampilkan cuplikan materi esensial yang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dibutuhkan siswa. Salah satu bahan ajar yang
sehingga kecepatannya dalam menyelesaikan dapat digunakan dalam pembelajaran kimia di
tujuan pembelajaran pun berbeda juga. Oleh SMA adalah modul. Namun ketersediaan modul
sebab itu selain pembelajaran di sekolah, siswa yang sesuai dengan teori belajar konstruktivistik
juga memerlukan bahan ajar yang membantu di lapangan masih belum ada. Oleh karena itu,
mereka memahami konsep-konsep untuk deskripsi prior knowledge siswa yang diperoleh
mencapai tujuan pembelajaran sesuai kecepatan dari penilaian hasil tes diagnostik bertingkat dua
masing-masing. Namun ketersediaan bahan ajar ini dijadikan dasar awal pengembangan
yang sesuai dengan teori kontruktivisme masih konten/isi dari modul yang dibuat. Konsep
terbatas. Oleh karena itu, perlu dirancang bahan materi yang bermasalah dan sulit bagi siswa
ajar berupa modul materi asam basa yang dijadikan penekanan materi /konten dari modul

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208


Fauzana Gazali, Eka Yusmaita 204

yang dibuat. Dengan demikian, bahan ajar reliabilitas tinggi dimana koofisien korelasi
berupa modul dibuat sesuai dengan pengetahuan masing-masing adalah sebesar 0,471 dan 0,769
awal siswa dan mendukung teori belajar (Rositasari, 2014). Adapun beberapa contoh butir
kontruktivisme. soal tes diagnotik yang diberikan adalah seperti
yang ditampilkan pada Gambar 1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan tahap awal dari
penelitian dan pengembangan (R&D). Tahapan
pertama pada penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis prior knowledge siswa tentang
konsep asam basa sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan bahan ajar berupa modul
asam basa model REACT (Relating,
Experiencing, Applying dan Transfering) untuk
siswa kelas XI SMA.
Adapun instrumen pengumpul data yang
digunakan adalah tes diagnostik bertingkat dua
yang disertai dengan pilihan alasan. Menurut
Arikunto (2009: 34) tes diagnostik merupakan tes
yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan
perlakuan yang tepat. Tes diagnostik adalah alat
atau instrumen yang digunakan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar (Suwarto, Gambar 1. Contoh butir soal tes diagnostik
2012: 113). Menurut depdiknas (2007), tes
diagnostik memiliki dua fungsi yaitu untuk Siswa yang mampu menjawab soal pada
mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang gambar 1 dengan benar dan memberikan alasan
dialami siswa dalam belajar dan untuk yang benar pada tingkat 2, berarti mereka
merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya mengetahui bahwa senyawa asam dan basa
pemecahan masalah sesuai dengan kesulitan masuk ke sungai dapat mempengaruhi pH air
yang telah terindentifikasi. Dalam penelitian ini, sungai. Sehingga jika air sungai tercampur
tes diagnostik two tier yang diberikan berfungsi dengan senyawa yang bersifat asam maka nilai
untuk merencanakan tindak lanjut berupa pH akan berkurang. Sebaliknya jika senyawa
pemecahan masalah yang ditemukan melalui yang tercampur kedalam air sungai adalah basa,
perancangan content/ isi bahan ajar berupa modul maka pH air sungai akan meningkat. Dari
yang sesuai dengan prior knowledge siswa. sebagian besar alasan jawaban yang diberikan
Adapun tujuan penggunaan tes diagnostik siswa pada soal Gambar 1, dapat diketahui bahwa
ini adalah untuk menentukan pengajaran yang siswa masih belum mampu menentukan sumber-
perlu dilakukan di masa mendatang baik berupa sumber polutan yang bersifat asam dan basa yang
penggunaan metode mengajar yang tepat, bahan berasal dari lingkungan.
ajar yang diperlukan, maupun pemanfaatan Tes diagnostik bertingkat dua seperti
media yang sesuai dengan materi pokok dan Gambar 1 diberikan kepada 100 orang siswa yang
karakteristik siswa. Dengan mempertimbangkan berasal dari 3 sekolah berbeda di Sumatera Barat.
prior knowledge siswa peneliti berharap dapat Sekolah yang dijadikan sebagai subjek penelitian
merancang bahan ajar berupa modul yang berisi adalah SMAN 1 Padang Panjang, SMAN 2
materi ajar yang diperlukan siswa untuk Payakumbuh, dan SMAN 5 Sijunjung. Sekolah-
pembelajaran kimia SMA. sekolah tersebut dianggap sudah mewakili
Data penelitian ini, dikumpulkan dengan masing-masing tingkatan SMA di Sumatera
menggunakan soal tes diagnostik two-tier yang Barat yang dipilih berdasarkan informasi
sudah standar dan sudah diuji validitas dan perengkingan dari dinas terkait.
reliabilitasnya. Soal yang diberikan terdiri dari 16 Adapun kelebihan tes diagnostik two-tier
butir soal dengan kriteria validitas cukup dan menurut Tuysuz ( 2009) adalah pada tingkat 1

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208


(Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa………….) 205

terjadi penurunan kesalahan pengukuran. Dalam % K = Persentase siswa yang mengalami


pertanyaan objektif satu tingkat dengan 5 option kesulitan belajar (miskonsepsi + tidak paham)
jawaban, terdapat kemungkinan 20% siswa tiap indikator soal (Sriningsih, 2015:3).
menjawab soal tersebut dengan menebak
jawaban yang benar. Pertanyaan dengan dua HASIL DAN PEMBAHASAN
tingkat dianggap benar hanya jika siswa berhasil
menjawab soal dan memberikan alasan dengan Hasil Penelitian
benar. Dengan demikian seseorang siswa yang Berdasarkan hasil tes diagnostik two-tier
menjawab sebuah pertanyaan dengan 5 option yang diberikan, maka tingkat pemahaman siswa
jawaban ditingkat 1 dan 5 option jawaban terhadap konsep asam basa dikategorikan
ditingkat 2 hanya memiliki 4% kemungkinan menjadi tiga bagian, yaitu siswa yang memahami
tebakan yang benar secara acak. (P), mengalami miskonsepsi (M) dan tidak
Prior Knowledge siswa tentang konsep memahami (TP). Data yang diperoleh
asam basa dapat diketahui dari jawaban siswa ditampilkan dalam Tabel 2.
pada 16 butir soal tes diagnostik diberikan. Pada
metode ini, setiap item soal terdiri dari dua Tabel 2. Data Hasil Tes Diagnostik Tiap Indikator
Pembelajaran
tingkat soal, yaitu pilihan jawaban soal dan
pilihan alasan. Bagian pertama dari setiap item No
pilihan ganda merupakan suatu pertanyaan
dengan lima pilihan jawaban. Bagian kedua Indikator Soal %P %M %TP M+TP
terdiri dari beberapa pilihan jawaban yang 1 29.2 35.7 35.0 70.7
menjadi alasan pemilihan jawaban pada bagian
1 3 28.6 27.7 43.7 71.4
pertama. Untuk mengidentifikasi kesulitan siswa
dalam memahami konsep, maka jawaban yang 7 16.7 58.2 25.1 83.3
diberikan oleh siswa tersebut dikategorikan 2 12.5 20.0 67.5 87.5
seperti pada tabel 1 berikut.
2 5 10.8 35.5 53.7 89.2
Tabel 1. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa dan 6 18.6 30.0 51.4 81.4
Kategorinya 3 4 0.0 32.4 67.6 100.0
KategoriTingkat
Pola Jawaban Siswa 4 16 32.7 54.7 12.6 67.3
Pemahaman
Jawaban inti tes benar-alasan benar Memahami 11 27.8 39.9 32.3 72.2
Jawaban inti tes benar-alasan salah Miskonsepsi 5
9 15.2 33.0 51.7 84.8
Jawaban inti tes salah-alasan benar Miskonsepsi
Jawaban inti tes salah-alasan salah Tidak memahami 6 8 100.0 0.0
Jawaban inti tes salah-alasan tidak Tidak memahami 10 8.9 32.6 58.5 91.1
diisi 7 12 5.1 24.3 70.5 94.9
Tidak menjawab inti tes dan alasan Tidak memahami
13 3.9 24.0 72.1 96.1
(Sumber: Salirawati,2010)
14 2.8 29.3 68.0 97.2
Untuk mengetahui kemampuan pemahaman 8
siswa dianalisis dengan menggunakan rumus 15 2.6 24.9 72.5 97.4

jumlah siswa benar


P=
jumlah siswa keseluruhan
100% .............(1) Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa
persentase siswa yang memahami konsep,
% K = 100% - P .......(2) mengalami miskonsepsi dan tidak paham pada
Keterangan: masing-masing item soal berbeda-beda.
Persentase siswa yang memahami konsep
P = Persentase siswa yang tidak mengalami tertinggi adalah pada soal no 8 yaitu sebesar
kesulitan belajar tiap indikator soal 100% dan terendah yaitu soal no 4 sebesar 0%
artinya semua peserta tes teridentifikasi tidak
paham dengan konsep yang ditanyakan pada soal

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208


Fauzana Gazali, Eka Yusmaita 206

nomor 4. Sedangkan persentase siswa yang Pembahasan.


mengalami miskonsepsi tertinggi terdapat pada Pengetahuan awal siswa diperoleh saat
soal nomor 7 yaitu sebesar 58,2% dan persentase mereka berada pada tingkat pendidikan yang
miskonsepsi terendah terdapat pada soal 8 yaitu lebih rendah (SD/SMP), berdasarkan kejadian-
sebesar 0%. Miskonsepsi dapat terjadi ketika kejadian yang mereka alami, serta melalui
siswa mengkonstruksi pemahamannya sendiri pengamatannya saat berinteraksi dengan
terhadap suatu konsep dan tidak ada jaminan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Konsep
bahwa mereka sudah mengkonstruksi awal siswa yang kurang tepat karena tidak sesuai
pemahaman yang akurat. Akibatnya konsepsi dengan konsep ilmiah dapat pula bertahan lama
siswa yang terbentuk tidak sesuai dengan dan sulit diubah/diperbaiki pada tingkat
pengertian ilmiah dan konsepsi para ilmuan pendidikan formal. Dari penelitian yang telah
(Suparno, 2013). dilakukan, diberikan tes diagnostik bertingkat
Untuk persentase siswa yang tidak paham dua (two-tier) untuk mengetahui persentase
konsep (TP) tertinggi terdapat pada soal nomor miskonsepsi siswa dari segi pemahaman konsep.
15 yaitu senilai 72,5% dan persentase terendah Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
adalah pada soal nomor 8 yaitu senilai 0%. Dari mengetahui secara tepat dan memastikan
semua data pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kelemahan dan kekuatan siswa pada pelajaran
sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam tertentu. Tes diagnostik yang digunakan pada
memahami hampir semua konsep pada tiap penelitian ini yaitu tes diagnostik dengan
indikator. Siswa yang mengalami kesulitan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan
memahami konsep terlihat dari jumlah persentase alasan. Tes diagnostik ini terdiri dari 16 item soal
siswa yang tidak paham (TP) dan siswa yang yang mewakili 8 indikator pencapaian
mengalami miskonsepsi (M) dalam menjawab kompetensi.
soal tersebut. Konsep yang sulit bagi siswa
adalah soal yang jumlah %M + %TP nya a. Indikator 1
menunjukan nilai 75% keatas. Indikator 1 terkait dengan konsep asam basa
Berdasarkan pengolahan data hasil tes arrhenius. Soal yang mengukur indikator 1 ini
diagnostik siswa seperti yang terlihat dalam adalah soal nomor 1, 3, dan 7. Persentase
Tabel 2, dapat diketahui bahwa konsep yang sulit kesulitan siswa dalam menjawab soal terkait
bagi siswa antara lain soal terkait teori asam basa indikator 1 ini adalah sekitar 75,1%. Dari 100
arrhenius (indikator 1), bronsted lowry (indikator siswa peserta tes, 40,5% siswa mengalami
2), dan lewis (indikator 3), kekuatan asam basa miskonsepsi dan 34,6% siswa tidak paham
(indikator 5) ,menghitung pH larutan (indikator dengan konsep asam basa arrhenius. Hal ini
7) serta derajat ionisasi asam dan basa (indikator disebababkan karena ditingkat pendidikan
8). Untuk lebih jelasnya, informasi ini sebelumnya mereka memang belum pernah
digambarkan dalam grafik batang pada Gambar belajar tentang teori asam basa. Jadi pengetahuan
2. awal atau prior knowledge siswa tentang teori
asam basa masih sangat kurang.
Persentase Kesulitan Siswa
b. Indikator 2
Memahami Tiap Indikator Indikator 2 yaitu menjelaskan asam basa
Series1 menurut Bronsted-Lowry. Soal yang terkait
dengan indikator 2 ini adalah soal nomor 2, 5, dan
100 6. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian
94 97,35
75,1 86,03 67,3 78,45 besar siswa mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal tersebut. Data menunjukkan
0 bahwa hanya 14% siswa yang mampu menjawab
soal-soal itu dengan benar, sisanya sekitar
1 2 3 4 5 6 7 8
86,03% siswa mengalami miskonsepsi.
Gambar 2 Persentase Kesulitan Siswa Tingginya nilai persentase siswa yang
Memahami Tiap Indikator mengalami miskonsepsi pada indikator 2 ini
disebabkan karena sebagian besar siswa belum
mampu membedakan konsep asam basa

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208


(Analisis Prior Knowledge Konsep Asam Basa Siswa………….) 207

Arrhenius dan konsep asam basa Bronsted e. Indikator 5


Lowry. Selain materi ini tergolong baru bagi Indikator 5 yaitu menjelaskan kekuatan
siswa kelas XI SMA, pengetahuan awal mereka asam basa. Soal yang diberikan terkait indikator
juga belum memadai atau dapat dikatakan belum ini adalah soal no 11 dan 9. Pada soa tersebutl,
ada terkait konsep ini. Dengan demikian, siswa diminta membandingkan kekuatan asam
pemahaman konsep asam basa menurut ahli ini asetat 0,1 M dengan asam klorida 0,1 M. Dari 100
harus lebih ditekankan dalam pembelajaran yang orang peserta tes, hanya 21,5% peserta yang
dilakukan atau dijabarkan dalam bahan ajar mampu menjawab soal tersebut dengan
sedemikian rupa. memberikan alasan yang berhubungan dengan
kemampuan larutan terionisasi dalam air
c. Indikator 3
mempengaruhi kekuatan asam. Sementara
Indikator 3 ini yaitu menjelaskan asam basa
menurut Lewis. Soal terkait indikator 3 ini hanya 78,45% peserta tes lainnya mengalami kesulitan
ada 1 soal yaitu soal nomor 4. Konsep asam basa menjawab soal tersebut dengan teridentifikasi
arhenius ini terindikasi paling sulit bagi siswa. 36,45% siswa yang mengalami miskonsepsi dan
Hal ini disebabkan karena tidak ada peserta tes 42% siswa yang tidak paham sama sekali tentang
yang dapat menjawab soal ini dengan benar. konsep kekuatan asam basa.
Sebagian besar siswa yaitu sekitar 67,6 % tidak
paham dalam menyelesaikan soal ini, sisanya f. Indikator 7 dan 8
32,4% peserta tes mengalami miskonsepsi. Jadi Indikator 7 dan 8 adalah indikator yang
secara keseluruhan, soal ini tergolong sulit bagi tingkat kesulitannya sangat tinggi bagi siswa.
siswa dengan persentase kesulitannya adalah Berdasarkan hasil analisis tes diagnostik yang
100%. Miskonsepsi dan ketidakpahaman siswa diberikan diketahui tingkat kesulitan masing-
mengenai teori asam basa lewis juga dijumpai masing indikator ini adalah 94% dan 97,35%. Hal
dalam penelitian Suyono 2010 dan meylindra dkk ini menunjukkan prior knowledge siswa tentang
(2013) dimana persentase miskonsepsi yang menghitung pH dan derajat ionisasi asam basa
teridentifikasi lebih dari 50%. Hal ini berarti masih sangat kurang atau dapat dikatakan belum
bahwa sebagian besar siswa masih mengalami ada. Dari jawaban yang diberikan siswa
kesulitan dalam memahami teori asam basa tergambar bahwa mereka belum mengetahui apa
lewis. itu pH larutan dan bagaimana cara
menghitungnya. Sebagian besar siswa tidak
d. Indikator 4 dan 6 memahami bahwa dalam larutan asam selalu
Indikator 4 adalah menjelaskan pengaruh mengandung ion H+ dan dalam larutan basa
pengionan asam basa terhadap kesetimbangan air selalu mengandung ion OH- dengan konsentrasi
dan indikator 6 yaitu menghitung tetapan tertentu. Apabila konsentrasi ion H+ dan ion OH-
kesetimbangan asam basa. Konsep dikalikan maka akan diperoleh angka 10-14.
kesetimbangan air dan tetapan kesetimbangan Begitu juga yang terjadi pada soal-soal yang
merupakan dua konsep yang tingkat kesulitannya berhubungan dengan konsep derajat ionisasi
paling kecil bagi siswa yaitu 67,3%. Artinya asam basa pada indikator 8. Karena belum
diantara konsep yang lain, banyak siswa yang mengerti tentang pH, mereka juga tidak bisa
mampu menjawab soal terkait konsep ini dengan menghitung derajat ionisasi asam basa, sebab
benar. Dari jawaban yang diberikan siswa, soal-soal yang diberikan berhubungannya juga
terlihat mereka mampu mengaplikasikan konsep dengan konsep pH. Jawaban yang diberikan
kesetimbangan air pada peristiwa dalam siswa kebanyakan merupakan hasil tebakan
kehidupan sehari-hari. Mereka mengetahui semata, hal ini terlihat dari pilihan jawaban dan
bahwa dengan berubahnya pH air sungai akan pilihan alasan yang diberikan tidak berhubungan
berpengaruh pada kualitas air sungai tersebut. sama sekali.
Sebagian besar siswa mampu menghubungkan
alasan kenapa pH air dihulu sungai berbeda KESIMPULAN
dengan pH air di muara sungai. Mereka dapat
menjawab bahwa limbah sabun rumah tangga Berdasarkan analisis hasil tes diagnostik
bertingkat dua yang telah dilakukan maka dapat
merupakan salah satu penyebab pH air sungai di
disimpulkan bahwa, sebagian besar siswa SMA
muara lebih basa dibanding pH air sungai di hulu.
yang menjadi subjek penelitian mengalami

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208


Fauzana Gazali, Eka Yusmaita 208

kesulitan dalam memahami beberapa konsep Pascasarjana Universitas Pendidikan


asam basa seperti teori asam basa arrhenius Ganesha, Volume 3 Tahun 2013
dengan persentase kesulitan belajar siswa yaitu Hailikari, T. (2009). Assessing university
75,2%, konsep asam basa bronsted lowry dengan students’ prior knowledge: Implications for
persentase kesulitan 81,43% dan konsep asam theory and practice. Finland: Helsinki
basa lewis dengan persentase kesulitan 100%. University
Konsep lainnya yang terindikasi sulit bagi siswa Hailikari, T. (2008). The Relevance of Prior
adalah konsep yang menyangkut perhitungan Knowledge in Learning and Instructional
derajat keasaman (pH) dan derajat ionisasi asam Design. American Journal of
basa dengan persentase kesulitan siswa Pharmaceutical Education 2008; 72 (5)
memahami masing-masing konsep ini yaitu Article 113
94,04%, dan 97,33%. Selain itu, miskonsepsi Muisman. 2003. Analisis jalur hasil belajar mata
paling banyak ditemukan dalam menjawab soal- pelajaran berdasarkan kecerdasan, strategi
soal yang berkaitan dengan contoh asam basa metakognitif, dan pengetahuan awal. Tesis.
menurut lewis, indikator asam basa, serta PPs IKIP Negeri Singaraja
menghitung pH larutan. Konsep yang sulit bagi Razi, P, dkk. 2012. Analisis Pengetahuan awal
siswa ini selanjutnya harus dijadikan penekanan mahasiswa tahun pertama jurusan fisika
dalam bahan ajar berupa modul yang sedang FMIPA UNP. Laporan penelitian DIPA
dirancang. UNP.
Rositasari, D, dkk. 2014. Pengembangan Tes
UCAPAN TERIMAKASIH Diagnostik Two-Tier untuk Mendeteksi
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Miskonsepsi Siswa SMA pada Topik Asam
terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Basa. Journal Edusains Vol 6 no 2 hal. 169-
Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas 176
Negeri Padang yang telah mendanai penelitian ini Salirawati, Das. (2010). Pengembangan Model
melalui Dana DIPA Universitas Negeri Padang Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kimia
Tahun Anggaran 2018 Nomor: SP-DIPA pada Peserta Didik SMA. Yogyakarta : PPs
042.01.2.400929/2018 tanggal 5 Desember 2017. Universitas Negeri Yogyakarta
Penulis juga mengucapan terimakasih kepada Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang
Kepala sekolah dan majelis guru SMAN 1 mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Padang Panjang, SMAN 2 Payakumbuh, dan Sriningsih. (2015). Analisis Kesalahan Konsep
SMAN 5 Sijunjung yang telah mengizinkan kami Mahasiswa pada Pokok Bahasan Reaksi
mengumpulkan data di sekolah yang Oksidasi Reduksi. Jurnal Penelitian.
bersangkutan, serta semua pihak yang telah Universitas Negeri Gorontalo
membantu dalam penyelesaian penelitian dan Suwarto. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik
penyusunan artikel ini. dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA Tuysus, C. (2009). Development of Two-Tier
Instrument And Asses Student
Arifin, Zainal. (2015). Analisis dan Perancangan Understanding in Chemistry. Scientific
Modul Representasi Knowledge Building Research and Essay, 4(6): 623-628.
dalam Student Centered e-Learning Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Environment. Jurnal online. Tersedia: Tahun 2003. Sistem Pendidikan
https://www.researchgate.net/publication/2 Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
66584515 Nasional.
Arikunto, S. (2009). Dasar- Dasar Evaluasi .
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Algensido.
Brahmantara, dkk. (2013). Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Berbasis
Pengetahuan Awal Untuk Mata Pelajaran
Fotografi Bagi Siswa Kelas X Smk Ti Bali
Global Singaraja. e-Journal Program

JEP| Volume 2| Nomor 2|November 2018| Page 202-208

You might also like