0% found this document useful (0 votes)
116 views18 pages

Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain Dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, Dan Moral/Karakter Anak

This document summarizes a study on psycho-social stimulation provided at selected play groups in Bogor, Indonesia and its effect on the motor, cognitive, socio-emotional, and moral development of children. The study observed 89 children aged 2-4 years old for 3 months who participated in one of two types of play groups - one for children from upper middle class families and one for lower class families. The study found that while stimulation programs, facilities and teaching methods were generally better at the upper middle class play group, only facilities differed significantly between the two. It also found improvements in children's development in all areas during the 3 months. Factors like age, home stimulation and play group facilities influenced motor and cognitive development, while home

Uploaded by

sitaresmi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
116 views18 pages

Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain Dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, Dan Moral/Karakter Anak

This document summarizes a study on psycho-social stimulation provided at selected play groups in Bogor, Indonesia and its effect on the motor, cognitive, socio-emotional, and moral development of children. The study observed 89 children aged 2-4 years old for 3 months who participated in one of two types of play groups - one for children from upper middle class families and one for lower class families. The study found that while stimulation programs, facilities and teaching methods were generally better at the upper middle class play group, only facilities differed significantly between the two. It also found improvements in children's development in all areas during the 3 months. Factors like age, home stimulation and play group facilities influenced motor and cognitive development, while home

Uploaded by

sitaresmi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 18

Jur. Ilm. Kel. dan Kons., Januari 2009, p : 41-56 Vol. 2, No.

1
ISSN : 1907 - 6037

STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN


DAN PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGAN MOTORIK,
KOGNITIF, SOSIAL EMOSI, DAN MORAL/KARAKTER ANAK
Psycho Social Stimulation in Play Groups and Its Effect to Motor, Cognitive,
Socio-Emotional, and Character Development Child’s

DWI HASTUTI1*
1
Staf Pengajar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor, Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga,
Bogor 16680

ABSTRACT. The study aimed to identify psycho social stimulation given at


selected play groups in Bogor and its effect to motor, cognitive, socio-emotional,
and moral development of children participated in the play groups. The play
groups were classified into two groups which were play groups for children from
upper middle class family’s (namely group KB1) and play groups for children
from lower class family’s (namely group KB2). The study design was
prospective cohort study, which observed child’s development of 89 children for
3 months. Psycho social stimulation at play group including facilities at play
group, programs for development competencies, and variation of learning
method. The facilities, programs and methods of KB1 was better than KB2, but
only facilities was statistically significant. During 3 months there where an
increase of scores in term of child’s motor, cognitive, socio-emotional, and
moral development of children from the both group. Age of child, psycho social
stimulation at home and facilities at play groups influenced significantly to motor
development and cognitive development of children at both group. Factors
influenced to child’s socio emotional development were psycho social
stimulation at home and facilities provided at play groups, while moral
development was possitively influenced by facilities and method at play groups.
In contrast an increasing of program for child’s competency was likely to
decrease moral development score of children.

Key words: cognitive development, moral development, motor


development, play groups, socio-emotional development

PENDAHULUAN relatif kurang mendapatkan stimulasi


edukatif disebabkan keterbatasan
Pembentukan kelompok prasekoah sumberdaya dari orang tua. Dalam
dan taman kanak-kanak yang bermutu kerangka “The Extended Model of Care”
umumnya ditujukan bagi anak usia dini yang dibuat oleh UNICEF misalnya
yang berasal dari keluarga yang mampu. keterbatasan ini disebut resources for
Sedangkan anak usia prasekolah dari care (Engle et al. 1997). Kenyataan
keluarga miskin tidak atau sulit bahwa cukup banyak ibu dari anak
menjangkau kelompok prasekolah atau keluarga tak mampu yang turut bekerja di
taman kanak-kanak tersebut. Hal ini sektor publik untuk mendapatkan
karena investasi bagi pembentukan tambahan pendapatan keluarga bukanlah
kelompok bermain bermutu bukanlah hal yang baru. Dari hasil action research
investasi yang murah, akibatnya anak dari yang dilakukan di Kota Bogor pada tahun
keluarga miskin tidak memiliki 2002 misalnya, diketahui bahwa terdapat
kesempatan untuk mengecap pendidikan sekitar 15,7% ibu yang bekerja di luar
prasekolah yang berkualitas. rumah. Sementara itu, kegiatan Posyandu
Menurut UNICEF, anak-anak dari dan program kelompok bermain bagi
keluarga miskin merupakan anak yang anak usia prasekolah diserahkan kepada
42 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

pengasuh pengganti, baik itu nenek menengah bawah (KB2) di Kota Bogor
ataupun anaknya yang lain (Hartoyo et al. yang bersedia menjadi tempat penelitian.
2002). Permasalahan mulai muncul jika Waktu penelitian termasuk
selama ditinggalkan di rumah anak dari persiapan, intervensi, pengumpulan data,
keluarga miskin ini tidak mendapatkan pengolahan dan analisis data, serta
stimulasi dan pendidikan yang layak, penulisan laporan adalah satu tahun
bahkan seringkali diabaikan dengan terhitung mulai bulan Januari 2005 hingga
dititipkan pada kakak, saudara, atau bulan Desember 2005. Adapun
tetangga, yang relatif tidak memiliki cukup pengumpulan data primer berupa
bekal pendidikan untuk pengasuhan yang wawancara kepada ibu dan pengamatan
memadai. serta wawancara kepada anak
Penelitian ini secara umum bertujuan berlangsung mulai bulan Juli hingga
untuk menganalisis penyelenggaraan November 2005.
stimulasi psikososial pada anak di
Kelompok Bermain (KB) Kota Bogor dan Cara Pemilihan Contoh
pengaruhnya terhadap tumbuh kembang Populasi penelitian ini adalah anak
anak. Secara khusus penelitian ini usia dini yang menjadi peserta Kelompok
bertujuan untuk: 1) membandingkan Bermain di Kota Bogor, yang dikelompok-
kualitas lingkungan sekolah dari KB kan berdasarkan kelas sosial ekonomi-
menengah atas (KB1) dengan KB nya, yaitu kelas menengah atas dan kelas
menengah bawah (KB2); 2) menengah bawah. Dari setiap Kelompok
membandingkan kualitas lingkungan Bermain yang menjadi lokasi penelitian
rumah dari anak peserta KB1 dan KB2; 3) kemudian dipilih anak berusia 2-4 tahun
mengidentifikasi tumbuh kembang anak dan berasal dari keluarga utuh (intact
(status gizi dan kesehatan, family), yaitu anak yang berasal dari
perkembangan fisik motorik, kognitif, keluarga lengkap terdiri dari ayah dan ibu
sosial emosi dan moral/karakter) selama dan tidak berasal dari keluarga orang tua
mengikuti KB (kelompok bermain); dan 4) tunggal (single parents), serta bersedia
menganalisis faktor yang mempengaruhi untuk menjadi responden dalam
tumbuh kembang anak. penelitian ini.
Dengan kriteria demikan maka
METODE jumlah keluarga yang bersedia menjadi
terbatas, sehingga hanya 91 anak dan
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian keluarganya yang bersedia menjadi
Desain penelitian ini adalah Cohort contoh. Kebanyakan ibu dari anak
study yang bersifat 3 bulan ke depan (3 peserta KB1 adalah ibu bekerja sehingga
months prospective cohort study), dimana terdapat alasan bagi mereka untuk
terdapat pengamatan terhadap menolak menjadi contoh penelitian. Pada
penerapan stimulasi psikososial kepada pengambilan data kedua (setelah
anak usia dini di KB (Kelompok Bermain) mengikuti KB selama tiga bulan) terdapat
dan pengaruhnya kepada tumbuh 2 contoh yang mengundurkan diri
kembang anak setelah 3 bulan di KB sehingga contoh berjumlah 89 orang,
(kelompok bermain). Dengan demikian, terdiri atas 42 anak dari KB1 dan 47 anak
dari setiap anak contoh dikumpulkan data dari KB2.
kualitas tumbuh kembang anak pada
bulan pertama masuk Kelompok Bermain Jenis dan Cara Pengumpulan Data
(pre-test) dan sesudah tiga bulan masuk Data yang dikumpulkan dalam
Kelompok Bermain (post test). penelitian ini terdiri atas data primer dan
Penelitian dilakukan di KB data sekunder. Data primer diperoleh dari
(Kelompok Bermain) yang mewakili hasil wawancara dengan ibu dari anak
kelompok sosial masyarakat kelas peserta dengan menggunakan alat bantu
menengah atas dan kelas menengah kuesioner. Data kualitas pengasuhan di
bawah. Berdasarkan hasil survey rumah dilakukan dengan menggunakan
pendahuluan dari data Dinas Pendidikan alat bantu instrumen HOME (Home
Kota Bogor terdapat 6 Kelompok Bermain Observation and Measurement of
menengah atas (KB1) dan 5 KB Environment dari Caldwell & Bradley,
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 43

1986). Sementara pengamatan dan Keterangan:


wawancara dengan anak peserta Y1 = perkembangan motorik; Y2 =
dilakukan dengan menggunakan checklist perkembangan kognitif; Y3 =
observasi perkembangan anak mencakup perkembangan sosial-emosi;
perkembangan motorik, kognitif, sosial Y4 = perkembangan
emosi, dan moral/karakter. Checklist moral/karakter
perkembangan anak ini adalah adopsi
dari Panduan Pengukuran Perkembangan X1 = umur anak; X2 = jenis kelamin;
Anak Direktorat PAUD, Depdiknas RI. X3 = pendapatan keluarga; X4
Data lingkungan sekolah dan = pendidikan orang tua; X5 =
stimulasi psikososial yang berlangsung di besar keluarga; X6 = perilaku
KB diperoleh dari pengamatan dan hidup sehat anak; X7 =
wawancara dengan guru dan atau kepala kelekatan emosi ibu-anak; X8 =
sekolah dengan menggunakan alat bantu kualitas pengasuhan; X9 =
checklist dan kuesioner yang juga telah sarana dan prasarana
diuji coba. Stimulasi psikososial di pembelajaran di KB; X10 =
sekolah dilihat dari sarana dan prasarana metode pembelajaran di KB;
yang ada di sekolah, program X11 = program pembelajaran di
pembelajaran, dan metode pembelajaran KB.
yang berlangsung di sekolah. Sementara
itu data sekunder dikumpulkan dari KB, HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinas Pendidikan, dan instansi lain yang
terkait. Karakteristik Anak
Pada penelitian ini, usia anak yang
Pengolahan dan Analisis Data diteliti berkisar antara 27 bulan (2 tahun 3
Data yang diperoleh, diolah melalui bulan) hingga 48 bulan (4 tahun). Rata-
proses editing, coding, scoring, entry data rata umur anak pada KB1 lebih muda
ke komputer, cleaning data, dan analisis dibandingkan dengan KB2, dengan rata-
data. Pemberian skor dilakukan untuk rata umur contoh berkisar 33-36 bulan.
data yang pengukurannya menggunakan Berdasarkan jenis kelamin, secara umum
skala Likert. Data dianalisis secara persentase anak perempuan lebih banyak
deskriptif menggunakan rata-rata dan dibandingkan laki-laki, yaitu 58,4%
tabulasi silang, serta analisis inferensia sementara laki-laki 41,6%.
statistika. Uji beda Mann-whitney dan
Wilcoxon dilakukan untuk melihat adanya Karakteristik Keluarga
perbedaan variabel independen antara Umur orang tua. Umur ayah contoh
Kelompok Bermain dari kelas menengah berkisar antara 22 hingga 51 tahun
ke atas dengan kelas menengah ke dengan rata-rata 35±8 tahun. Dilihat dari
bawah. Uji Paired samples t-student proporsi umur ayah contoh sebagian
dipakai untuk melihat perbedaan sebelum besar berada pada kisaran 30-39 tahun.
dan sesudah mengikuti KB. Analisis Berdasarkan rata-ratanya, umur ayah
korelasi dilakukan untuk melihat pada KB2 lebih muda dibandingkan
hubungan antar variabel yang diteliti, dengan KB1. Umur ibu berkisar antara 20
selanjutnya untuk melihat pengaruh faktor hingga 43 tahun dengan rata-rata 30±7
lingkungan rumah dan lingkungan tahun. Sama halnya dengan umur ayah,
sekolah terhadap kualitas tumbuh rata-rata umur ibu pada KB1 lebih tua
kembang anak dilakukan uji multipel dibandingkan dengan KB2. Umur ibu
regresi. pada KB1 sebagian besar antara 30-39
Model regresi variable penelitian tahun (61,9%), sedangkan pada KB2
didefinisikan dalam persamaan berikut ini: sebagian besar umur ibu antara 20-29
tahun (68,9%).
Pendidikan Orang tua. Rata-rata
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 lama pendidikan ayah pada KB1 adalah
+ β5X5 + β6X6 + .... + β11X11 + ε 16±2 tahun, yaitu setingkat perguruan
tinggi dan KB2 adalah 11±3 tahun, yaitu
setingkat SLTA. Rata-rata tersebut
berbeda nyata pada taraf uji p<0,01.
44 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

Rata-rata lama pendidikan ibu pada keluarga dalam memberikan kehangatan,


KB1 lebih tinggi dibandingkan pada KB2. suasana penerimaan, pemberian
Rata-rata lama pendidikan ibu pada KB1 teladan/contoh, pemberian pengalaman,
adalah 16±2 tahun dan KB2 10±3 tahun. dorongan belajar dan berbahasa serta
Pada KB1 sebagian besar ibu berpen- dorongan bagi kemampuan akademik
didikan terakhir sampai perguruan tinggi anak. Menurut Satoto (1988) dan Zeitlin
(85,7%) sedangkan pada KB2 persentase et al. (1990), kualitas asuh anak yang
terbesar sampai tingkat SLTP (34,0%) baik mempengaruhi kualitas anak, yang
dan SLTA (29,8%). Perbedaan tingkat diukur atas status gizi dan kesehatannya
pendidik-an ibu pada dua kelompok atau perkembangan kematangan
bermain tersebut sangat nyata pada taraf sosialnya. Stimulasi psikososial di rumah
uji p<0,000. pada anak dari KB1 secara rata-rata lebih
Pendapatan Keluarga. Rata-rata baik daripada anak dari KB2, namun
pendapatan keluarga contoh per kapita demikian secara statistik perbedaan
per bulan adalah Rp 1.029.000,00. Rata- tersebut tidak signifikan (Tabel 2).
rata pendapatan per kapita per bulan
pada KB1 Rp 1.625.000,00 dan KB2 Tabel 2. Sebaran skor capaian home
Rp 490.000,00. Sebagian besar keluarga inventory berdasarkan subskala
KB2 mempunyai pendapatan kurang dari dan kelompok
Rp 500.000,00 (85,1%) sedangkan pada KB1 (%) KB2 (%)
Subskala HOME n = 42 n =47
Tabel 1. Sebaran contoh berdasarkan Rataan SD Rataan SD
pendapatan keluarga per kapita Belajar 83,4 13,2 48,5 23,4
dan kelompok Bahasa 94,3 11,9 89,0 15,6
Lingkungan fisik 85,4 18,3 74,1 24,7
Pendapatan KB1 KB2
Hangat 77,9 25,1 77,9 26,1
(Rp) n % n % Akademik 85,2 14,0 88,6 34,4
≤500.000 2 4,8 40 85,1 Modeling 82,4 23,4 80,4 18,0
500.000-1.000.000 14 33,3 4 8,5 Variasi pengalaman 74,6 15,0 64,3 17,9
1.000.000-2.000.000 15 35,7 1 2,1 Hukuman 92,3 18,8 89,3 19,3
≥2.000.000 11 26,2 2 4,3 Total 83,6 10,7 72,8 14,4
Total 42 100,0 47 100,0 P-Value 0,187
Rata-rata (Rp) 1.625.000 495.000
P-Value 0,000***
Stimulasi Psiko Sosial di KB
Sarana dan Prasarana
KB1 sebagian besar mempunyai Lingkungan. Ketersediaan sarana dan
pendapatan antara Rp 500.000,00 prasarana KB sudah lebih dari 50,0%,
sampai Rp 2.000.000,00. Secara statistik kecuali ruang makan, ruang tidur, dan
pendapatan keluarga antar kedua ruang ganti. Ruang makan dan ruang
kelompok berbeda sangat signifikan ganti tidak tersedia secara khusus karena
(p<0,000). biasanya mereka menggunakan toilet
Besar Keluarga. Rata-rata besar untuk ruang ganti dan kelas untuk ruang
keluarga contoh adalah 5 orang (keluarga makan. Sementara itu ruang tidur tidak
sedang). Lebih dari separuh contoh tersedia karena sebagian besar sekolah
masuk dalam keluarga kecil (55,1%) yang contoh mengadakan kegiatan belajar
terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. hanya sampai jam 10.00-11.00, sehingga
Pada KB2 sebagian besar contoh tidak ada program tidur disekolah (Tabel
termasuk keluarga kecil (61,7%) 3). Sarana dan prasarana pada KB1 lebih
sedangkan pada KB1 lebih banyak lengkap dibandingkan dengan KB2. Hal
keluarga berukuran sedang (50,0%), ini terjadi karena kedua kelompok
dengan rata-rata besar keluarga pada bermain ini berbeda berdasarkan status
KB1 lebih besar (5 orang) daripada pada sosial ekonominya, sehingga KB1 lebih
KB2 (4 orang). Hasil uji statistik juga tidak mampu melengkapi sarana dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan prasarana yang diperlukan anak-anak.
dalam hal besar keluarga. Pada KB1 masih terdapat sarana yang
Stimulasi Psikososial di Rumah. dimiliki kurang dari 50,0%, yaitu
Kualitas lingkungan asuh anak adalah ketersediaan ruang ganti secara khusus,
stimulasi yang diberikan orang tua dan UKS, perpustakaan, ruang makan dan
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 45

ruang tidur, kebun, dan perlengkapan diantaranya dengan bermain, bercerita,


keseimbangan (Tabel 3). bernyanyi, bermain peran, darmawisata,
kerja kelompok, maupun latihan.
Tabel 3. Sebaran ketersediaan sarana Sebagian besar sekolah contoh
dan prasarana sekolah menggunakan metode-metode tersebut.
berdasarkan kelompok Metode bermain, bercerita, bernyanyi,
Sarana & Prasarana
KB1 (%) KB2 (%) dan bermain peran dipakai di semua
n=6 n=5 sekolah contoh, kecuali darmawisata,
Alat permainan aktif 100 80
Perlengkapan keseimbangan 100 20 kerja kelompok, dan latihan (Tabel 5).
Tempat berkejaran 100 60
Tempat di luar gedung yang teduh 100 60 Tabel 4. Penerapan program pembe-
Kebun sekolah 83 40 lajaran di sekolah
Tempat berinteraksi sosial 100 100
Sarana belajar berkebun 67 40
KB1 (%) KB2 (%)
Program Pembelajaran
Sarana belajar memelihara hewan 83 20 n=6 n=5
Aneka tanaman dalam pot 100 60 Moral dan nilai-nilai agama 98 100
Poster/gambar di kelas 100 80 Fisik 98 84
Ruang makan 67 20 Bahasa 95 80
Ruang tidur 50 20 Kognitif 95 100
Toilet 100 100 Sosial emosi 100 88
Ruang ganti 33 20
Seni 100 64
UKS 83 20
Perpustakaan 83 40 Total 98 87
Lainnya 50 0
Total 82 46
Tabel 5. Metode penyampaian materi
pembelajaran berdasarkan
Program Pembelajaran. Berdasar- kelompok
kan acuan menu pembelajaran pada KB1 KB2
Metode Pengajaran
kelompok bermain yang dikeluarkan oleh n=6 n=5
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, Bermain 100 100
Depdiknas RI pada tahun 2002, program Bercerita 100 100
pembelajaran dini usia mengacu pada Bernyanyi 100 100
Bermain Peran 100 100
aspek-aspek pengembangan, yaitu
Darmawisata 83 60
pengembangan moral dan nilai-nilai Kerja kelompok 67 40
agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial Latihan 83 100
emosional, dan seni. Lebih dari 75%
program pembelajaran dilaksanakan Berdasarkan wawancara dan
sesuai acuan PAUD. Program observasi dari ketujuh metode tersebut
pembelajaran KB1 lebih lengkap yang paling efektif dalam menyampaikan
dibandingkan dengan KB2. Hampir materi pembelajaran adalah bermain,
seluruh program pembelajaran berada di bercerita, bernyanyi, dan latihan.
atas 75% kecuali program pembelajaran Pelajaran yang disampaikan dengan
seni pada KB2 hanya mencapai 64%. metode-metode tersebut mudah dicerna
Rendahnya pelaksanaan program dan anak-anak fokus dalam belajarnya.
pembelajaran seni pada KB2 karena Selain itu metode bermain dan bernyanyi
keterbatasan alat dan pengetahuan banyak disukai karena sifatnya santai tapi
pengajar sehingga pembelajarannya bermakna, sehingga anak-anak tersebut
kurang beragam. Akan tetapi, program tidak cepat bosan. Menurut Elia (2000)
pembelajaran moral dan nilai-nilai agama melalui permainan dapat melatih
dan kognitif pada KB2 lebih banyak keterampilan dan kecerdasan anak, turut
dibandingkan pada KB1, dimana anak- memperkenalkan aturan-aturan sosial
anak lebih banyak diajarkan kegiatan bagi kepada anak, melatih disiplin diri pada
pencapaian kompetensi moral dan anak, serta membuka minat dan peluang
kognitif (Tabel 4). bagi anak untuk memasuki dunia dewasa.
Metode Penyampaian Materi Sarana dan prasarana yang tersedia
Pembelajaran. Program pembelajaran di KB sebagian besar termasuk kategori
yang telah dirumuskan disampaikan sedang dimana pada KB1 terdapat 83%
dalam berbagai metode agar sesuai dan pada KB2 terdapat 60% sarana dan
dengan tujuan yang diharapkan. Metode prasarana yang termasuk kategori
penyampaian materi pembelajaran
44 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

sedang. Meskipun demikian pada KB2 jalan mundur, berlari tanpa jatuh, gerakan
masih terdapat 40% anak kurang binatang, dan masuk gorong-gorong anak
mendapat stimulasi melalui sarana dan KB2 lebih unggul. Sementara dari ke-
prasarana. Kelompok bermain tersebut mampuan motorik halus antara KB1 dan
kurang memiliki fasilitas yang diperlukan KB2 cukup berimbang, dimana anak KB1
karena terbentur dana (Tabel 6). unggul dalam menuang, dan merobek
Lebih dari 50% contoh mendapat sedangkan anak KB2 unggul dalam me-
stimulasi melalui program pembelajaran lipat kertas dengan sembarang (Tabel 7).
dengan baik. Pada KB1 83% anak-anak Namun demikian, secara rata-rata
contoh mendapat stimulasi baik dan 17% dapat dikatakan bahwa anak KB1 relatif
mendapat stimulasi program pem- lebih unggul daripada anak dari KB2
belajaran termasuk sedang. Pada KB2 dalam aspek perkembangan motorik. Hal
hanya mencapai 40% yang mendapat ini perlu dilihat lebih lanjut dengan
stimulasi baik dan 20% sedang, namun kualitas stimulasi yang diterima oleh anak
masih terdapat 40% yang mendapat baik di rumah maupun di sekolah. Secara
stimulasi kurang. rata-rata terdapat perbedaan nilai skor
Pada KB1 seluruhnya menggunakan stimulasi yang diterima oleh anak di
metode pengajaran dengan baik. Sedang- rumah, dimana skor HOME anak dari KB1
kan pada KB2 masih terdapat 40% yang lebih unggul daripada anak KB2 (Tabel
kurang dalam metode pengajaran yang 2).
disampaikan (Tabel 6). Perkembangan Kognitif. Secara
umum perkembangan kognitif anak pada
Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun KB1 lebih unggul dibandingkan anak
Perkembangan Motorik. Dilihat dari pada KB2. Hampir semua item
kemampuan fisik baik motorik kasar dan perkembangan kognitif anak KB1 unggul
halus terdapat variasi dalam kemampuan daripada KB2, kecuali menirukan suara
ini pada anak dari dua kelompok. Pada binatang dan membedakan benda besar
kemampuan motorik seperti memanjat, atau kecil. Anak kelompok bermain usia
berjalan lurus, menendang, dan menang- 2-3 th pada penelitian ini sudah mampu
kap bola anak dari KB1 relatif lebih melaksanakan satu perintah dari orang
unggul, sedangkan pada kemampuan tuanya (Tabel 8).

Tabel 6. Sebaran stimulasi psikososial di KB berdasarkan kelompok


KB1 KB2
Stimulasi Psikososial n=6 n=5
n % n %
Sarana Prasarana*) Kurang (<39) 0 0 2 40
Sedang (39-93) 5 83 3 60
Baik (>93) 1 17 0 0
Total 6 100 5 100
p-Value 0,016*
Program Pembelajaran*) Rendah (<83) 0 0 2 40
Sedang (83-93) 1 17 1 20
Tinggi (>93) 5 83 2 40
Total 6 100 5 100
p-Value 0,132
Metode Pengajaran*) Kurang (<81) 0 0 2 40
Sedang (81-92) 0 0 1 20
Baik (>92) 6 100 2 40
Total 6 100 5 100
p-Value 0,157
Keterangan : * Kategori kurang, sedang, dan baik ditentukan berdasarkan intervalnya
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 47

Tabel 7. Sebaran capaian perkembang- anak KB2 diantaranya mampu memilih


an motorik anak usia 2-3 tahun baju sendiri, mulai mahir menggunakan
menurut kelompok toilet, sudah dapat ditinggalkan orang tua,
% Skor dan mudah bermain dengan siapa saja.
Aspek Perkembangan Harapan
Motorik Tetapi, hampir semua anak akan
KB1 KB2 menangis dan marah apabila permintaan-
Jalan stabil 100 100 nya tidak dikabulkan, terutama pada anak
Jalan mundur 96 100 KB2 (Tabel 9).
Naik turun tangga 100 100
Manjat 100 94 Tabel 9. Sebaran capaian perkembang-
Berjalan lurus 100 94 an sosial emosi anak usia 2-3
Berlari tanpa jatuh 91 100 tahun menurut kelompok
Gerakan binatang 91 100 % Skor
Menendang, menangkap, Perkembangan Sosial Emosi Harapan
96 94 2-3 th
melempar bola KB1 KB2
Melompat 100 100 Anak dapat menceritakan
96 94
Masuk gorong-gorong 96 100 perasaannya
Menuang 100 87 Memilih baju sendiri 96 100
Menunjuk benda kecil 100 100 Memberitahu ibu hal yang
100 94
ditakutkan
Merobek lurus 48 31
Mengenal etiket makan 96 81
Melipat sembarang 87 87
Mulai mahir menggunakan toilet 91 100
Membuat garis acak 100 100
Sudah dapat ditinggalkan ortu 78 81
Total 94 92
Menjadi pendengar yang baik 100 63
Membereskan alat permainan 96 81
Marah jika tidak dikabulkan 91 100
Tabel 8. Sebaran capaian skor harapan Tidak membalas memukul 61 19
perkembangan kognitif anak 2-3 Mudah bermain dengan siapa saja 78 87
tahun menurut kelompok Mau bekerjasama 91 94
% Skor Harapan Mau bermain dengan orang baru 78 69
Perkembangan Kognitif 2-3 th
KB1 KB2 Ramah pada orang baru dikenal 78 63
Suara binatang 96 100 Total 80 73
Menyatakan dalam kalimat pendek 100 94
Melaksanakan 1 perintah 100 100
Menyebutkan nama sendiri 100 87 Perkembangan Moral/Karakter.
Menyebutkan nama benda 100 87 Dilihat dari perkembangan moral/karakter
Tertarik gambar cerita 96 87 anak yang diukur dari kecintaan terhadap
Mengelompokkan benda 96 81 Tuhan YME dalam kebiasaan berdo’a,
Mengelompokkan bentuk 2 geometri 78 63 kemandirian (makan sendiri, memakai
Membedakan besar kecil 78 94 celana sendiri, dan buang air kecil
Menyebutkan bilangan 1-5 100 94
sendiri), kerjasama dan tolong menolong
(mampu meminjamkan alat permainan),
Mengelompokkan warna 74 75
anak dari KB2 relatif lebih baik
Total 93 88
dibandingkan anak dari KB1 (Tabel 10).
Dari karakter kemandirian tampak
bahwa anak KB2 relatif lebih baik, dilihat
Perkembangan Sosial Emosi. dari kebiasaan makan sendiri, memakai
Beberapa indikator perkembangan sosial celana sendiri, dan mengatakan buang air
emosi anak KB1 lebih unggul kecil. Hal ini diduga berhubungan dengan
dibandingkan KB2, diantaranya anak latihan kemandirian yang diberikan orang
dapat menceritakan perasaannya, tua karena umumnya anak KB2 adalah
memberitahu ibu tentang hal yang anak dari golongan menengah ke bawah,
ditakutkan, mengenal etiket makan, dengan pendapatan total relatif lebih
menjadi pendengar yang baik, mampu rendah dibandingkan anak KB1, serta
membereskan alat-alat permainan, tidak proporsi keluarga yang merupakan
membalas memukul apabila dipukul keluarga luas lebih banyak. Diduga anak-
temannya, serta mau bermain dan ramah anak KB2 memiliki teladan kemandirian
dengan orang yang baru dikenalnya. yang lebih banyak dari anggota keluarga
Sementara indikator yang unggul pada lainnya, atau memiliki dorongan lebih
50 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

untuk hidup mandiri dan tidak dibiasakan anak secara optimal. Anak dari KB1 pada
untuk dilayani oleh pembantu. umumnya memiliki skor stimulasi
psikososial yang lebih baik daripada anak
Tabel 10. Sebaran capaian perkembang- KB2 (Tabel 2), sehingga dapat
an moral/karakter anak usia 2-3 mempengaruhi perkembangan keteram-
tahun menurut kelompok pilan motorik dan kognitifnya terutama
Perkembangan Moral dan
% Skor karena umumnya dapat lebih
Harapan menyediakan aneka permainan edukatif
Karakter 2-3 th
KB1 KB2
Berdoa 87 94
dan kegiatan bagi anak yang pada
Mencium tangan 100 94 akhirnya menentukan kualitas tumbuh
Makan sendiri 91 94 kembang anak. Perbedaan yang
Memakai celana sendiri 78 87 signifikan antar KB ditemukan pada
Membawa tas sendiri 91 87
Bilang buang air kecil 87 100
perkembangan sosial emosi dan
Merapikan mainan disekolah 96 81 moral/karakter anak KB1 dan KB2,
Menghabiskan makanan tuntas 83 75 demikian pula pada skor total
Mengucapkan terimakasih 91 75 perkembangan anak. Hal ini memerlukan
Mengucapkan salam 87 81
Santun 100 87
analisis lanjutan apakah perkembangan
Tidak bicara pada saat makan 100 50 ini dipengaruhi oleh stimulasi yang
Minta tolong dengan santun 87 75 dilakukan oleh guru atau oleh orang tua.
Meminta ijin 87 69
Mencium tangan pewawancara 74 69
Tidak suka bertengkar 70 50
Tabel 11. Sebaran rata-rata skor perkem-
Berani tampil 78 75 bangan anak usia 2-3 tahun
Bisa mewarnai tuntas 65 44 menurut kelompok bermain
Mandiri dengan menyusun puzzle Rataan
83 69
tuntas Perkembangan p-value
Bergiliran bermain 96 87 KB1 KB2
Mau meminjamkan mainan 96 94 Motorik 94 92 0,523
Tidak suka menyakiti teman 95 87 Kognitif 93 88 0,812
Total 87 78
Sosial Emosi 80 73 0,045*
Moral/Karakter 87 78 0,034*
Sementara itu, keterampilan Total 88 82 0,028*
mengucapkan terima kasih, mengucap-
kan salam, meminta ijin, bergiliran ber-
main yang mencerminkan karakter Perkembangan Anak Usia 3-4 tahun
hormat dan santun serta tidak suka Perkembangan Motorik. Pada anak
menyakiti teman yang mencerminkan usia 3-4 tahun anak KB1 relatif lebih baik
karakter tolong-menolong dari anak KB1 dalam perkembangan motorik dibanding-
relatif lebih baik dibandingkan KB2. kan anak KB2 (Tabel 12). Tetapi terdapat
Menurut Aristoteles (Lickona 1992), beberapa indikator seperti naik turun
karakter adalah pembiasaan seperti ”body tangga, menendang, menangkap, dan
builder” yang dibentuk atas hasil pelatihan melempar bola serta melompat dengan
dan pembentukan terus menerus. Oleh satu kaki anak KB2 relatif lebih unggul.
karena itu karakter yang dimiliki anak KB1
maupun KB2 mencerminkan hasil dari Tabel 12. Sebaran capaian perkembang-
proses pembentukan yang terus menerus an motorik anak usia 3-4 tahun
dari pihak orang tua dan keluarga menurut kelompok
maupun pihak sekolah selama proses % Skor Harapan
belajar di kelompok bermain. Perkembangan Motorik
KB1 KB2
Secara keseluruhan, rata-rata skor
Berjalan stabil 100 100
perkembangan motorik, kognitif, sosial Naik turun tangga 95 97
emosi, dan moral/karakter anak KB1 lebih Memanjat 100 100
tinggi dibandingkan anak KB2. Perbedaan Berjalan di titian 100 90
tersebut nyata pada p<0,05 (Tabel 11). Berlari stabil 100 100
Menirukan gerakan binatang 100 100
Hal ini mencerminkan bahwa anak-anak Menendang, menangkap,
yang berasal dari KB1 relatif lebih baik 95 100
melempar bola
tingkat perkembangannya daripada anak Melompat dengan satu kaki 95 100
KB2. Menurut Caldwell dan Bradley Total 99 97
(1986), adanya stimulasi yang memadai
bagi anak dapat menumbuhkembangkan
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 51

Perkembangan Kognitif. Berdasar- perasaan dan emosi kepada orang lain


kan nilai skor perkembangan kognitif anak anak dari KB1 juga lebih baik, anak-anak
usia 3-4 tahun dari anak KB1 relatif lebih ini juga tidak menangis lagi jika ditinggal
baik dibandingkan anak KB2 (Tabel 13). orang tua, mampu menunjukkan ekspresi
Hal ini memperlihatkan bahwa secara marah dan takut, serta sedih. Dalam
tidak langsung kondisi sosial ekonomi aspek sosial, anak KB1 juga lebih baik
yang lebih baik memberikan stimulasi dalam mengenal peraturan dan akibat
yang lebih baik kepada kualitas kognitif pelanggaran peraturan, mampu menjadi
anak. Namun demikian faktor yang pendengar dan pembicara yang baik,
mempengaruhi perkembangan kognitif serta mau bekerja sama dan ramah pada
seorang anak tidak sederhana karena orang lain. Anak-anak KB1 juga lebih
faktor lain seperti keturunan, stimulasi mengenal etiket makan dan
dan interaksi anak dengan orang tua, menggunakan toilet, sehingga dapat
dengan kakak atau adik juga dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
mempengaruhi. Selain itu faktor gizi dan anak KB1 lebih baik daripada anak KB2
kesehatan anak juga dapat menentukan dalam perkembangan sosial emosinya
kualitas kognitif seseorang. (Tabel 14). Sementara itu, anak KB2 lebih
mampu mengatakan perasaannya
Tabel 13. Sebaran capaian perkembang- (curhat) kepada orang tuanya.
an kognitif anak 3-4 tahun
menurut kelompok Tabel 14. Sebaran capaian nilai skor
% Skor perkembangan sosial emosi
Perkembangan Kognitif Harapan anak usia 3-4 tahun menurut
KB1 KB2 kelompok
Suara binatang 100 100 % Skor Harapan
Perkembangan Sosial Emosi
Menyatakan dalam KB1 KB2
95 94
kalimat pendek Etiket makan 95 65
Melaksanakan 2 perintah 100 100 Terbiasa menggunakan toilet 100 97
Menyebutkan nama Tidak menangis jika ditinggal ortu 95 68
95 87 Memilih kegiatan sendiri 100 97
sendiri
Mampu menunjukkan ekspresi
Menyebutkan nama 100 100
100 87 marah,takut,sedih dll
benda Menjadi pendengar dan pembicara
Tertarik gambar cerita 100 74 94 65
yang baik
Mengelompokkan benda 95 71 Membereskan mainan setelah
84 71
Mengelompkkan bentuk 4 bermain
100 48
geometri Mau menunggu giliran 84 77
Membedakan besar kecil 100 94 Mengenal peraturan dan
95 87
Menyebutkan bilangan 1- mengikutinya
95 68 Mengerti akibat melanggar
10 95 74
peraturan
Mengelompokkan warna 100 84 Anak curhat 89 97
Total 98 83 Memberi tahu apa saja yang
79 100
menyebabkan takut
Dalam perkembangan kemampuan Tidak marah/menangis apabila
26 6,45
tidak dikabulkan
bahasa, misalnya dalam menyebutkan Membalas memukul 42 23
nama sendiri, nama suatu benda, dan Mudah bermain 84 90
tertarik gambar cerita, anak dari KB1 Mau bekerja sama 100 97
memiliki kemampuan lebih baik. Demikian Ramah pada tiap orang 89 77
Total 85 76
pula dalam kemampuan matematika
seperti mengelompokkan benda, menge-
lompokkan bentuk 4 geometri, mem- Perkembangan Moral/Karakter.
bedakan besar dan kecil, menyebutkan Dalam perkembangan moral/karakter
bilangan 1-10, serta mengelompokkan anak usia 3-4 tahun, anak yang berasal
warna, anak-anak dari KB1 lebih baik dari KB1 ternyata memiliki karakter yang
daripada anak KB2 (Tabel 13). lebih baik dibandingkan anak KB2. Dari
Perkembangan Sosial Emosi. pilar pertama Cinta Tuhan dan Segenap
Dalam perkembangan sosial emosi anak Ciptaan-Nya, anak KB1 memiliki
contoh usia 3-4 tahun, hasil yang serupa kebiasaan berdoa dan mencium tangan
juga ditemukan dimana anak dari KB1 lebih baik. Pada pilar kemandirian anak
lebih unggul dalam perkembangan sosial dari KB2 relatif lebih baik dalam
emosi. Dalam kemampuan menunjukkan kemampuan memakai celana dan pergi
50 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

ke toilet. Akan tetapi dalam keberanian menerus dilakukan orang tua, meskipun
tampil serta mewarnai dan menyelesaikan cukup banyak orang tua dari KB1 yang
puzzle dengan tuntas anak dari KB1 bekerja di luar rumah. Kemungkinan
relatif lebih baik (Tabel 15). tingkat pendidikan orang tua yang
berbeda juga menentukan, karena lama
Tabel 15. Sebaran capaian perkembang- pendidikan ibu dari anak KB1 relatif lebih
an karakter anak usia 3-4 tahun tinggi daripada anak KB.
menurut kelompok Secara rata-rata, kualitas perkem-
Perkembangan Karakter
% Skor Harapan bangan anak usia 3-4 tahun dari KB1
KB1 KB2 lebih baik daripada anak KB2, baik dari
Berdoa 100 94 aspek perkembangan motorik, kognitif,
Mencium tangan 100 94 sosial emosi dan karakter (Tabel 16).
Makan sendiri 100 87 Secara statistik terdapat perbedaan yang
Memakai celana sendiri 84 94
signifikan dalam seluruh dimensi
Membawa tas sendiri 100 84
Mengatakan ingin buang air kecil 95 97 perkembangan anak antara KB1 dan
Merapikan mainan disekolah 95 74 KB2, kecuali pada perkembangan motorik
Menghabiskan makanan tuntas 84 61 anak. Diduga faktor internal seperti latar
Mengucapkan terimakasih 100 74 belakang sosial ekonomi keluarga,
Mengucapkan salam 100 87 pendidikan orang tua, pengetahuan orang
Bersikap santun 89 90 tua tentang pengasuhan dan tumbuh
Tidak bicara pada saat makan 100 71 kembang anak, serta kualitas
Minta tolong dengan santun 95 61 pengasuhan orang tua pada anak juga
Meminta ijin 95 100
turut menentukan kualitas tumbuh
Mencium tangan pewawancara 79 74
Tidak suka bertengkar 100 71 kembang anak.
Berani tampil 95 74
Bisa mewarnai tuntas 74 52 Tabel 16. Nilai rata-rata skor perkembang-
Menyusun puzzle tuntas 84 58 an anak usia 3-4 tahun menurut
Bergiliran bermain 95 94 kelompok bermain
Mau meminjamkan mainan 95 94 Rataan
Tidak suka menyakiti teman 95 74 Perkembangan p-value
KB1 KB2
Total 93 80 Motorik 99 96 0,274
Kognitif 98 82,7 0,000***
Pada karakter sopan dan santun, Sosial Emosi 85 76 0,008**
anak dari KB1 lebih terbiasa Moral/Karakter 93 80 0,001**
mengucapkan salam, lebih santun, lebih Total 53,7 47,3 0,000***
mampu mengucapkan terima kasih, dan
juga dalam minta pertolongan kepada
orang lain. Hal ini berhubungan dengan Analisis Pengaruh Stimulasi
pembiasaan yang dilakukan di rumah Psikososial terhadap Perkembangan
sebelumnya dan stimulasi yang diberikan Anak
dari sekolah. Dengan demikian dapat Perkembangan motorik anak contoh
dikatakan bahwa anak dari KB1 relatif setelah mendapatkan stimulasi
lebih baik dalam perkembangan psikososial baik di sekolah maupun di
karakternya dibandingkan anak dari KB2, rumah tampak pada Gambar 1, dimana
dan diduga hal ini berhubungan dengan terjadi perubahan keterampilan motorik.
pembiasaan yang dilakukan di rumah Anak dari KB1 maupun KB2 memiliki
masing-masing (Tabel 15). keterampilan motorik yang meningkat
Pada karakter kerjasama terlihat pula setelah berada di KB.
bahwa anak dari KB1 mau meminjamkan Jika dibandingkan antara KB1 dan
mainan dan tidak suka menyakiti teman. KB2, hasil penelitian ini menunjukkan
Hal ini menggembirakan mengingat anak bahwa tidak ada perbedaan antara
dari KB1 adalah anak yang berasal dari keduanya dalam hal perkembangan
kelompok sosial ekonomi menengah ke motorik anak. Hal ini sekaligus
atas (Tabel 15). Diduga terdapat memperlihatkan bahwa keberadaan anak
hubungan antara moral/karakter yang dalam tiga bulan pertama di KB
dimiliki anak dengan latar belakang orang memberikan dampak pada
tuanya baik dalam bentuk teladan, perkembangan motorik, namun faktor
interaksi serta pembiasaan yang terus kualitas sekolah tampaknya tidak
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 51

menghasilkan perbedaan. Namun Selain itu, pada perkembangan


demikian hal ini akan dibuktikan pada uji moral/karakter anak yang berada di KB1
analisis selanjutnya. maupun KB2 memperlihatkan skor yang
Sementara itu, perkembangan sama pada saat awal kegiatan di KB,
kognitif anak meningkat setelah anak namun setelah 3 bulan keberadaannya di
berada 3 bulan di kelompok bermain, KB perkembangan moral/karakter anak
baik pada KB1 maupun KB2 (Gambar 1). mengalami peningkatan (Gambar 1). Pe-
Peningkatan skor perkembangan kognitif ningkatan perkembangan moral/karakter
ini terjadi cukup besar sehingga untuk sebelum dan sesudah berada di
sementara dapat dilihat adanya efek dari kelompok bermain cukup tinggi, karena
keberadaan kelompok bermain pada itu diperlukan analisis lebih lanjut untuk
perkembangan kognitif anak. Dampak memastikan pengaruh stimulasi psiko-
positif kelompok bermain ini belum sosial di sekolah dan rumah terhadap
memperhitungkan faktor-faktor lain moral dan karakter anak. Diduga ada
seperti adanya peningkatan umur anak hubungan pula antara perkembangan
ataupun pengaruh stimulasi psikososial moral dan karakter anak dengan
di rumah. Oleh sebab itu analisis peningkatan usia (Megawangi & Hastuti
selanjutnya akan difokuskan untuk 2005).
membuktikan efek kelompok bermain Selanjutnya, untuk mengetahui faktor
pada perkembangan kognitif anak. dominan yang mempengaruhi
Perkembangan sosial emosi anak perkembangan anak maka analisis
pada KB1 sejak awal sudah lebih baik lanjutan akan dilakukan. Beberapa
dibandingkan anak dari KB2. literatur telah mengungkapkan adanya
Keberadaan anak di kelompok bermain efek pendidikan prasekolah pada
telah meningkatkan perkembangan sosial perkembangan anak (Brewer 2006),
emosi anak, baik pada KB1 maupun KB2, demikian pula hasil penelitian Megawangi
akan tetapi peningkatan perkembangan dan Hastuti (2006) di Kota Bogor dan
sosial emosi anak relatif sama. Oleh Depok. Untuk itu, uji analisis lanjutan
karena itu analisis akan ditujukan untuk akan dilakukan untuk membuktikan hal
membuktikan pengaruh stimulasi tersebut pada anak yang berada di
psikososial di KB terhadap kelompok bermain di Kota Bogor.
perkembangan sosial emosi anak.

Gambar 1. Perubahan perkembangan anak sebelum dan sesudah di KB


52 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

Faktor yang Berpengaruh terhadap motorik anak. Semakin tinggi skor


Tumbuh Kembang Anak pengasuhan (yang diukur dengan
Perkembangan motorik anak dilihat instrumen HOME) berpengaruh positif
dari kemampuan gerak motorik kasar terhadap skor perkembangan fisik motorik
seperti melompat, berlari, bersepeda, dan yang dicapai anak. Hal ini
memanjat serta gerak motorik halus yang memperlihatkan bahwa peran ibu dan
melibatkan jari jemari seperti meng- keluarga dalam pemberian stimulasi
gambar, melipat, dan menggunting. Dari psikososial di rumah adalah amat penting
hasil penelitian terlihat bahwa umur anak tanpa membedakan asal sekolahnya.
adalah faktor paling dominan yang Dilihat dari program sekolah yang
mempengaruhi perkembangan motorik diterima anak, tampak bahwa sarana di
anak. Dari seluruh contoh penelitian ini Kelompok Bermain (KB) yang semakin
yang berkisar antara dua hingga empat baik juga berpengaruh positif pada
tahun, tampak bahwa semakin tua umur perkembangan motorik anak. Artinya
anak maka semakin baik perkembangan kelompok bermain dengan sarana yang
motoriknya (Tabel 17). Pada Tabel 7 dan semakin beragam dan lengkap akan
Tabel 12 dapat dilihat bahwa tanpa meningkatkan perkembangan motorik
membedakan asal kelompok bermain, dengan lebih baik dibandingkan kelompok
maka anak yang berusia 3-4 tahun bermain yang sarananya kurang. Hal ini
memiliki skor yang relatif lebih tinggi sesuai dengan acuan yang dikeluarkan
dalam keterampilan fisik dan motoriknya oleh Direktorat PAUD, Depdiknas RI agar
dibandingkan anak yang berusia 2-3 kelompok bermain didukung oleh sarana
tahun. Menurut Craig (1986) dan Berk prasarana yang memadai bagi tumbuh
(2002), anak yang berusia di bawah tiga kembang anak.
tahun lebih sering menderita sakit dan Program pengajaran yang diberikan
lebih beresiko terkena infeksi sehingga di kelompok bermain kepada anak
kemungkinan mengganggu pertumbuhan ternyata berpengaruh pula kepada
badan dan kemampuan gerak motorik perkembangan motorik anak (Tabel 17).
kasar maupun halusnya. Namun seiring Namun pengaruh program pengajaran
dengan meningkatnya usia anak maka justru bersifat negatif. Pada bab
status kesehatan semakin baik dan anak sebelumnya telah dijelaskan bahwa
lebih lincah serta mampu melakukan program pengajaran antara kedua KB
gerak motorik dengan lebih baik pula. tidak berbeda signifikan, namun terdapat
Pengasuhan stimulasi psikososial kecenderungan KB1 memiliki program
yang diberikan ibu kepada anak di rumah pengajaran yang lebih baik daripada KB2.
ternyata tetap memberikan pengaruh Diduga semakin tinggi variasi jenis
positif pada perkembangan fisik dan

Tabel 17. Faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak
Perkembangan Fisik Anak Perkembangan Kognitif
Model
β Tvalue Sign-T β Tvalue Sign-T
Konstanta - 6,497 0,000*** - 2,216 0,030*
X1 Jenis kelamin -0,055 -0,526 0,601 0,051 0,518 0,606
X2 Umur anak 0,357 3,096 0,003*** 0,099 0,920 0,360
X3 Pendidikan ibu -0,026 -0,165 0,869 0,221 1,521 0,132
X4 Pendapatan klg 0,124 1,060 0,293 0,221 2,021 0,047*
X5 Besar keluarga -0,199 -1,557 0,124 -0,035 -0,296 0,768
X6 Perilaku hidupsehat -0,022 -0,191 0,849 0,004 0,035 0,972
X7 Stimulasi psikososial 0,317 2,248 0,027* 0,337 2,553 0,013*
di rumah
X8 Kelekatan emosi -0,111 -0,910 0,366 -0,069 -0,603 0,549
X9 Sarana sekolah 0,352 2,471 0,016* 0,358 2,689 0,009**
X10Metode pengajaran 0,025 0,189 0,850 0,088 0,720 0,474
X11Program pengajran -0,325 -2,341 0,022* -0,481 -3,708 0,000***
2 2
R (R adj) 0,211 (0,098) 0,309 (0,210)
F (Sig) 1,873 (0,056) 3,124 (0,002**)
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 53

program pengajaran akan menimbulkan Hasil penelitian ini juga


kompleksitas dalam pengajaran yang memperlihatkan konsistensi pengaruh
justru tidak merangsang anak untuk faktor program pengajaran hampir di
berkembang karena belum sesuai dengan seluruh dimensi tumbuh kembang anak
usia dan kepantasannya menerima materi (perkembangan motorik, kognitif, sosial
ajar. Elkind (1988), Katz (1987), Zigler emosi dan moral/karakter anak). Namun
(1986), dan para wakil dari the National pengaruh program pengajaran seluruhnya
Association for the Education of Young negatif terhadap tumbuh kembang anak,
Children (1986) menyatakan bahwa sehingga perlu dipikirkan kembali
terdapat bahaya pendidikan prasekolah kompleksitas dan jenis program
yang terlalu formal, yaitu pendidikan yang pengajaran yang terlalu formal kepada
terstruktur (highly structured education) anak usia kurang dari 4 tahun.
bagi anak usia dini. Sebagaimana Sarana dan prasarana di kelompok
diringkas oleh Katz (1987), terdapat bermain juga berpengaruh positif pada
beberapa isu yang berkaitan dengan seluruh aspek perkembangan anak
dampak pendidikan usia dini kepada (motorik, kognitif, sosial emosi, dan
tumbuh kembang anak antara lain bahwa moral/karakter), yang menunjukkan
banyaknya program yang diselenggara- pentingnya peranan sarana bagi sebuah
kan umumnya meniru pendidikan sekolah kelompok bermain. Hasil penelitian ini
dasar, sehingga mengadopsi metode telah membuktikan bahwa dengan
pengajaran formal. Para ahli menilai hal semakin baik keberadaan dan
ini tidak sesuai untuk perkembangan anak kelengkapan sarana dan prasarana akan
di bawah usia 6 tahun. berpengaruh positif bagi perkembangan
Kontribusi variabel yang diteliti pada motorik, kognitif, sosial emosi, dan
perkembangan fisik-motorik anak adalah moral/karakter anak (Tabel 18). Hasil ini
kurang dari 10% (R2 adj=0,098) juga memperlihatkan bahwa KB1 yang
sedangkan kontribusi variabel lain yang relatif memiliki sarana dan prasarana
tak diteliti cukup besar. Diduga pengaruh relatif lebih baik memiliki anak atau
sarana dan prasarana penunjang peserta yang perkembangan motorik,
pelatihan kemampuan motorik yang kognitif, sosial emosi dan moral/karakter
dimiliki di rumah turut menentukan yang relatif lebih baik daripada KB2.
kemampuan perkembangan motorik Sementara itu, faktor pengasuhan
anak, disamping keberadaan ibu, parti- juga merupakan faktor dominan kedua
sipasi dan keterlibatan orang tua dalam yang mempengaruhi tumbuh kembang
bermain yang juga menentukan perkem- anak (kecuali pada aspek perkembangan
bangan motorik anak. moral/karakter). Kualitas pengasuhan
Dalam penelitian ini ditemukan yang diberikan orang tua melalui aneka
bahwa besar keluarga, pengasuhan, jenis stimulasi dan interaksi orang tua
sarana dan prasarana kelompok bermain dengan anak, memperlihatkan pengaruh
memberikan pengaruh positif kepada yang positif kepada tumbuh kembang
perkembangan kognitif anak (Tabel 17). anak, baik dari aspek perkembangan
Ini berarti jika seorang anak belajar atau motorik, kognitif, maupun perkembangan
berada di KB yang sarananya baik, sosial emosi. Hasil ini sejalan dengan
ditambah menerima pengasuhan temuan Hastuti (2006) yang melakukan
(stimulasi psikososial) yang memadai di penelitian pada anak usia 4 hingga 10
rumah maka ia akan memiliki tahun di Taman Kanak kanak dan
perkembangan kognitif yang lebih baik Sekolah Dasar yang menunjukkan
pula. adanya pengaruh positif dan dominan
pengasuhan orang tua terhadap
kecerdasan majemuk dan karakter anak.
54 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

Tabel 18. Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosi dan moral anak
Perkembangan Sosial Emosi Perkembangan Moral
Model
β Tvalue Sign-T β Tvalue Sign-T
Konstanta - 2,674 0,009** - 1,342 0,184
X1 Jenis kelamin 0,075 0,735 0,464 0,174 1,927 0,058
X2 Umur anak 0,042 0,371 0,711 0,131 1,316 0,192
X3 Pendidikan ibu 0,020 0,130 0,897 -0,069 -0,516 0,607
X4 Pendapatan klg 0,042 0,373 0,710 0,146 1,451 0,151
X5 Besar keluarga -0,006 -0,049 0,961 0,047 0,421 0,675
X6 Perilaku hidupsehat 0,158 1,421 0,159 -0,007 -0,075 0,941
X7 Pengasuhan 0,439 3,193 0,002*** 0,162 1,334 0,186
X8 Kelekatan emosi -0,124 -1,046 0,299 0,042 0,397 0,693
X9 Sarana sekolah 0,346 2,493 0,015* 0,580 4,723 0,000***
X10Metode pengajaran 0,101 0,796 0,429 0,282 2,509 0,014*
X11Program pengajran -0,409 -3,022 0,003*** -0,494 -4,134 0,000***
2 2
R (R adj) 0,249 (0,142) 0,413 (0,329)
F (Sig) 2,325 (0,016*) 4,924 (0,000***)

Hasil penelitian ini tidak moral/karakter anak adalah gaya


memperlihatkan adanya pengaruh pengasuhan yang diterapkan orang tua
pengasuhan terhadap perkembangan pada anak, perilaku modelling yang
moral anak usia kurang dari 4 tahun. Hal diberikan orang tua dalam perilaku moral
ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat karakter sehari-hari dan sebagainya. Hal
pengaruh positif dari variabel keluarga ini karena pada anak usia kurang dari
yang diteliti terhadap perkembangan empat tahun anak berada pada fase yang
moral/karakter anak. Diduga terdapat memperlihatkan sifat egosentrisme pada
faktor lain yang mempengaruhi anak. Menurut Kohlberg dan Lickona
perkembangan karakter anak, seperti dalam Megawangi (2004) pada masa 0-2
keharmonisan keluarga, yang menjadi tahun hingga anak usia 4 tahun, anak
faktor pendorong terjadinya stimulus tak berada pada fase egosentris dimana
langsung melalui perbuatan dan perilaku mereka akan berusaha mendapatkan apa
nyata yang dicontohkan oleh kedua orang saja yang mereka mau dan melakukan
tuanya. segala sesuatu agar mendapatkan
Pengaruh proses belajar di sekolah imbalan/pujian serta untuk menghindari
ternyata cukup signifikan dan positif hukuman.
kepada perkembangan moral dan Berdasarkan kajian teori social-
karakter anak, hal ini terlihat dari learning, anak juga akan meniru perilaku
pengaruh positif yang signifikan dari orang tua dan orang-orang di sekitar
sarana prasarana KB dan keragaman kehidupan mereka, sehingga pada
metode pengajaran. Semakin lengkap penelitian mendatang yang berhubungan
sarana yang dimiliki sekolah dan semakin dengan pembentukan karakter anak,
bervariasi metode pengajaran yang perilaku orang tua dan orang di sekitar
diberikan kepada anak (mencakup keluarga, gaya pengasuhan orang tua,
kebebasan anak memilih, mengajukan riwayat pengasuhan, tingkat penerimaan
pertanyaan, kegiatan seni, keberadaan dan penolakan pada anak, juga patut
program gizi dan kesehatan, pemberian diobservasi guna mendapatkan gambaran
dorongan sesuai minat anak, variasi lebih jelas perihal pengaruhnya pada
materi pendidikan), maka semakin baik moral dan karakter anak.
pula perkembangan moral/karakter anak.
Kontribusi variabel yang diteliti KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap perkembangan moral/karakter
anak dalam penelitian ini mencapai lebih Kesimpulan
dari 32% (R2 adj=0,329), yang menunjuk- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kan bahwa masih terdapat variabel lain pendapatan keluarga, pendidikan orang
yang tak diteliti yang berpengaruh cukup tua, lingkungan fisik rumah serta stimulasi
besar pada perkembangan moral/karakter psikososial pada anak peserta KB1 (kelas
anak. Beberapa yang diduga menengah atas) lebih tinggi dan secara
berpengaruh positif pada perkembangan statistik berbeda signifikan dibandingkan
Vol. 2, 2009 STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN 55

dengan anak peserta KB2 (kelas pengaruh negatif kepada perkembangan


menengah bawah). kognitif anak.
Kualitas lingkungan sekolah dari Perkembangan sosial emosi anak
anak peserta KB1 juga relatif lebih baik peserta KB selain dipengaruhi secara
dari anak peserta KB2. Sarana dan positif oleh kualitas stimulasi psikososial
prasarana KB1 secara umum relatif lebih di rumah, juga dipengaruhi oleh stimulasi
baik, mencakup alat permainan aktif yang di sekolah melalui sarana dan
dimiliki, tempat bermain, kebun sekolah, prasarananya. Konsisten dengan hasil
kepemilikan ruang makan, ruang ganti sebelumnya keberadaan program
pakaian, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), pengajaran yang semakin kompleks justru
serta perpustakaan. Pada KB1 seluruh memberikan pengaruh negatif kepada
sekolah telah melakukan metode perkembangan sosial emosi anak. Hal ini
pengajaran yang diacu dari Direktorat juga terjadi pada perkembangan
PAUD Depdiknas RI, namun pada KB2 moral/karakter anak. Namun pengaruh
masih terdapat metode pengajaran yang stimulasi psikososial di rumah tidak
belum dilaksanakan. Demikian pula dilihat terlihat pada perkembangan
dari keragaman program pembelajaran di moral/karakter anak, dan hanya faktor
KB1 relatif lebih banyak daripada di KB2, sarana dan prasarana sekolah yang
yaitu mencakup program pembelajaran berpengaruh positif.
fisik, bahasa, kognitif, sosial emosi, moral
dan seni. Dari hasil uji statistik ditemukan Saran
bahwa hanya sarana dan prasarana saja Berdasarkan hasil penelitian
yang menunjukkan perbedaan yang diketahui bahwa stimulasi psikososial
signifikan antar kelompok bermain. yang diterima anak di rumah maupun di
Kualitas perkembangan anak yang KB memiliki dampak positif pada kualitas
diukur dengan perkembangan motorik, perkembangan anak (perkembangan
kognitif, sosial emosi, dan moral/karakter, motorik, kognitif, sosial emosi dan
pada peserta KB1 relatif lebih baik, hanya moral/karakter) peserta. Untuk itu
perkembangan motorik anak saja yang kesertaan anak di KB dapat menjadi
tidak berbeda secara signifikan antar salah satu alternatif bagi orang tua
kelompok anak bermain. (terutama bagi keluarga dengan ibu
Keberadaan anak di KB juga bekerja) untuk dapat menumbuh-
memberikan dampak positif terhadap kembangkan anak secara optimal. Pilihan
kualitas perkembangan anak yang diukur untuk orang tua dalam menentukan KB
dari perkembangan motorik, kognitif, yang tepat dapat dilihat dari keragaman
sosial emosi dan moral/karakternya. dan kelengkapan sarana prasarananya,
Terjadi peningkatan pada skor seluruh karena semakin baik sarana maka
dimensi perkembangan anak setelah pertumbuhan dan perkembangan anak
berada 3 bulan di KB. semakin baik pula. Namun demikian
Hasil uji pengaruh menunjukkan stimulasi psikososial di rumah adalah
bahwa perkembangan motorik anak paling konsisten dan menentukan bagi
dipengaruhi secara positif oleh kualitas perkembangan motorik, kognitif dan
stimulasi psikososial di rumah (yang sosial emosi anak peserta kelompok
diukur dengan HOME), serta kelengkapan bermain, yang menunjukkan peran
sarana dan prasarana sekolah, dan faktor keluarga dalam perkembangan anak usia
umur anak. Sedangkan program 2-4 tahun.
pengajaran yang semakin beragam
memberikan pengaruh negatif pada UCAPAN TERIMA KASIH
perkembangan motorik anak. Serupa
dengan perkembangan motoriknya, maka Ucapan terima kasih disampaikan
perkembangan kognitif anak selain kepada Due Like Project Jurusan Gizi
dipengaruhi secara positif oleh kualitas Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
stimulasi psikososial di rumah dan tahun 2004/2005 atas pendanaan yang
kelengkapan sarana prasana, juga telah diberikan untuk penelitian ini. Selain
dipengaruhi oleh besarnya pendapatan itu, peneliti juga mengucapkan terima
keluarga. Namun stimulasi psikososial di kasih kepada tim peneliti lain Ir. Cesilia
institusi KB (program pengajaran yang Meti D, MSc dan para mahasiswa yang
semakin kompleks) justru memberikan terlibat dalam penelitian ini.
56 HASTUTI Jur. Ilm. Kel. dan Kons.

DAFTAR PUSTAKA Katz LG. 1987. Current Issues in Early


Childhood Education. Champaign, IL:
Berk LE. 2002. Infants and Children: ERIC Clearinghouse on Early
Prenatal Through Middle Childhood. Childhood Education, 1987.
Boston: Allyn and Bacon, Inc. Lickona T. 1992. Educating for
Craig G. 1986. Human Development. Character; How Our Schools Can
New Jersey: Prentice Hall. Teach Respeect and Responsibility.
Engle P, Manon LP, Haddad L. 1997. New York: Bantam Books.
Care and Nutrition. Concept and Megawangi R, Hastuti D. 2005.
Measurement International Food Pendidikan holistik berbasis karakter
Policy Research Institute. pada anak usia prasekolah dan
Washington. pengaruhnya pada pembentukan
Hartoyo, Hastuti D, Briawan D, Setiawan anak tumbuh sehat, cerdas, dan
B, Yuliati LN. 2002. Pengembangan berkarakter [laporan]. Bogor: Duelike
Model Tumbuh Kembang Anak Project IPB.
Terpadu di Kota Bogor. Kerjasama Megawangi R. 2004. Pendidikan
Jurusan GMSK dengan PLAN Karakter, Solusi yang Tepat Untuk
INTERNATIONAL. Bogor. Membangun Bangsa. Jakarta:
Hastuti D. 2006. Analisis pengaruh model Indonesia Heritage Foundation.
pendidikan prasekolah pada Zeitlin M. Megawangi R. Colleta ND dan
pembentukan anak sehat, cerdas Babatunde FD. 1990. Strengthening
dan berkarakter [disertasi]. Bogor: the Family to Participate in
Sekolah Pasca Sarjana, Institut Development. New York: The United
Pertanian Bogor. Nations University.

*
Korespondensi :
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia IPB
Jl. Lingkar Kampus IPB Dramaga 16680
Telp : +62-251 8628303
Email : [email protected]

You might also like