Pengaruh Profitabilitas, Time Interest Earned, Pertumbuhan Aset, Pertumbuhan Penjualan, Dan Operating Leverage Terhadap Struktur Modal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PENGARUH PROFITABILITAS, TIME INTEREST EARNED,

PERTUMBUHAN ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN,


DAN OPERATING LEVERAGE TERHADAP
STRUKTUR MODAL
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

Monty

Dr. Zaroni, S.E., M.Si., CISCP

Dra. Ratnawati Kurnia, Ak., M.Si., C.P.A., C.A.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Multimedia Nusantara


Jl.Scientia Boulevard, Gading Serpong,Tangerang 15811, phone +6282225395950
E-mail: [email protected]

ABSTRACT
The objective of this research is to obtain empirical evidence about the effect of
profitability, time interest earned, assets growth, sales growth, and operating
leverage toward capital structure. Capital structure is important known by
shareholders and company because financial stability and the company risk of
bankruptcy depends on the sources of funding and the type and amount of various
kind of it assets.
Sample in this research was selected by using purposive sampling method
and the secondary data used in this research was analyzed by using multiple
regression method. The samples in this research were 28 firm that has been
registered as a manufacturer sector industry in BEI for the year 2012-2014
consecutively, published their financial reports and has been audited by
independent auditor, used Rupiah currency, had net income, had assets growth,
had sales growth and disclosed its interest expense.
Results of this research was (1) profitability have significant effect on
capital structure, (2) time interest earned do not effect on capital structure, (3)
assets growth do not effect to capital structure, (4) sales growth do not effect on
capital structure, (5) operating leverage do not effect on capital structure, and (6)
profitability, time interest earned, assets growth, sales growth, operating leverage
simultaneously significantly effect on capital structure.

Keywords: profitability, time interest earned, assets growth, sales growth,


operating leverage, capital structure.
I. PENDAHULUAN
Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. Banyak tantangan dan
peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA
merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang
bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN di
kancah dunia. Caranya yaitu dengan membentuk kawasan perdagangan bebas.
Para pemimpin negara-negara ASEAN telah sepakat untuk mentransformasi
wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi,
permodalan, dan tenaga kerja. Pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan
ASEAN 2015 sama halnya dengan menghapus batas-batas teritorial negara. Arus
perdagangan antar pelaku usaha di ASEAN tidak lagi disekat oleh proteksi negara,
melainkan dilakukan berdasar perjanjian dagang antar perusahaan pelaku industri
antar negara.
Sektor industri sangat bergantung terhadap keberadaan perusahaan
manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengubah barang
mentah menjadi barang jadi melalui proses produksi dan kemudian dijual kepada
pelanggan. Beberapa tahun yang lalu, perusahaan manufaktur Indonesia
mengalami guncangan yang cukup kuat. Namun saat ini, perusahaan manufaktur
Indonesia sudah mulai menunjukkan grafik perkembangan yang cukup baik.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir adanya pertumbuhan positif produksi sektor
manufaktur di tanah air pada triwulan II 2015. Hal itu dialami baik untuk industri
manufaktur besar dan sedang (IBS) maupun industri manufaktur menengah dan
kecil (IMK). BPS menuturkan bahwa industri manufaktur besar dan sedang
triwulan II 2015 naik 5,44% dibandingkan dengan triwulan II tahun lalu, dan
dibandingkan dengan triwulan I 2015 industri manufaktur golongan menengah
dan besar naik 2,34%.
AFTA yang berlangsung mulai 2015, menyebabkan persaingan dalam
bidang usaha semakin ketat. Untuk menghadapi kondisi seperti ini, perusahaan
perlu mencari strategi-strategi khusus agar mampu bertahan didalam ketatnya
persaingan usaha, salah satunya yaitu menyangkut masalah pendanaan. Sumber
pendanaan perusahaan ada dua, sumber dana internal dan sumber dana eksternal.
Sumber dana internal merupakan sumber pendanaan yang berasal dari kegiatan
operasional dalam perusahaan, yaitu dari laba ditahan perusahaan. Dengan sumber
dana internal, perusahaan lebih fleksibel untuk mendapatkan tambahan dana pada
waktu dibutuhkan. Selain itu, perusahaan juga akan terbebas dari beban bunga dan
tidak perlu membagikan dividen. Namun, apabila perusahaan ternyata mengalami
kerugian, maka perusahaan harus menanggung semuanya sendiri. Sumber dana
eksternal merupakan sumber pendanaan yang berasal dari pihak luar, misalnya
seperti penerbitan obligasi, saham, dan pinjaman dari bank (dalam bentuk utang).
Dengan sumber dana eksternal, perusahaan dapat memperoleh suntikan dana
dalam jumlah yang lebih besar. Namun, perusahaan mempunyai kewajiban untuk
membayar beban bunga dan membagikan dividen kepada pemegang saham.
Selain itu, dibutuhkan waktu dan proses untuk mendapatkan dana dari pihak
eksternal. Dalam memenuhi kebutuhan pendanaannya, paling utama perusahaan
akan menggunakan sumber dana dari internal perusahaan. Namun, apabila
ternyata dana dari internal perusahaan sudah tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, perusahaan akan mencari sumber dana dari pihak eksternal.
Kebanyakan perusahaan akan membutuhkan dana pinjaman (utang) dari
pihak kreditur. Utang merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk
mendapatkan modal yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya
untuk ekspansi perusahaan. Bank Indonesia melansir bahwa jumlah pemberian
utang/kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Non-UMKM,
dan Perbankan di berbagai sektor usaha mengalami peningkatan. Bersamaan
dengan itu, Non Performing Loan (NPL) juga mengalami hal yang sama. Non
Performing Loan (NPL) yang meningkat menunjukkan tingkat kredit macet dari
kredit yang diberikan menjadi lebih tinggi. Peningkatan ini terlihat dari statistik
yang disajikan oleh Bank Indonesia.
Pihak manajemen perusahaan harus pandai untuk menentukan berapa
besaran utang yang cukup dibutuhkan oleh perusahaan. Di satu sisi, penambahan
utang diharapkan akan memperbesar return yang diharapkan kepada pemegang
saham. Namun apabila perusahaan memiliki utang yang terlalu banyak, maka
akan muncul keraguan bahwa nantinya perusahaan dapat melunasi pokok utang
maupun beban bunga utang tersebut atau tidak. Jika ternyata nantinya perusahaan
tidak mampu melunasi utangnya, maka akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Nilai perusahaan akan turun, diikuti dengan menurunnya
kemakmuran dari pemegang saham. Oleh karena itu, usaha meningkatkan nilai
perusahaan tidak terlepas dari keputusan penentuan struktur modal oleh pihak
manajemen perusahaan maupun para pemegang saham.
Margaretha dan Ramadhan (2010) menyatakan bahwa struktur modal
(capital structure) suatu perusahaan merupakan gabungan modal sendiri (equity)
dan hutang perusahaan (debt). Modal sendiri (equity) berasal dari common stock,
paid in capital, retained earning, dan dikurangi treasury stock (internal equity).
Modal sendiri juga dapat berupa external equity, yaitu apabila perusahaan menjual
sebagian saham kepada investor. Hutang perusahaan (debt) berasal dari hutang
kepada kreditur maupun penerbitan obligasi perusahaan. Apabila nilai struktur
modal berada di atas satu atau lebih besar dari satu, maka berarti perusahaan
memiliki jumlah hutang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri. Kondisi
ini tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal, dimana seharusnya
jumlah hutang perusahaan tidak boleh lebih besar daripada modal sendiri. Struktur
modal dapat dirumuskan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Sugiarto
(2011), debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang terhadap
total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang disini merupakan
total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan
shareholders equity adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba
ditahan) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan
semakin tinggi modal perusahaan yang dibiayai dari dana eksternal.
Kebijakan struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
salah satunya adalah profitabilitas. Menurut Firnanti (2011), profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba. Tingkat
profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai
kegiatan operasionalnya sendiri. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang maupun beban
bunganya. Dengan profit yang tinggi, artinya perusahaan dapat mendanai
sebagian besar kegiatan operasionalnya dengan menggunakan profitnya tersebut.
Hal tersebut akan mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap sumber
pendanaan dari pihak eksternal. Perusahaan tidak perlu banyak meminjam uang
kepada kreditur. Dengan begitu, semakin tingginya tingkat profitabilitas akan
mengurangi struktur modal dari perusahaan. Profitabilitas dapat diukur dengan
ROA (Return on Asset), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan average
asset yang dimiliki oleh perusahaan (Weygandt et al., 2013). ROA menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba yang digunakan sebagai
pengembalian terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Firnanti (2011), time interest earned menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya kepada kreditur dengan
menggunakan pendapatan operasionalnya. Apabila perusahaan mempunyai
kemampuan untuk melunasi bunga pinjamannya kepada pihak kreditur, maka
kemampuan tersebut akan mempengaruhi kepercayaan kreditur terhadap
perusahaan. Pihak kreditur sebelumnya memberikan pinjaman kepada perusahaan
tentunya akan menganalisa perusahaan tersebut terlebih dahulu. Pihak kreditur
harus melihat apakah perusahaan tersebut nantinya mampu melunasi utangnya
atau tidak. Perusahaan dengan rasio time interest earned yang besar pasti akan
mendapat respon positif dari pihak kreditur. Oleh karena itu, semakin besarnya
rasio time interest earned akan menambah struktur modal perusahaan. Time
interest earned dapat diukur melalui perbandingan antara laba bersih sebelum
pajak & bunga dengan beban bunga.
Pertumbuhan aset menjadi salah satu tanda dalam menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar utang-utangnya dan kemudahan perusahaan untuk
memperoleh pendanaan eksternal. Pertumbuhan aset dapat mempengaruhi
kepercayaan kreditur terhadap perusahaan dan kesediaan pemodal untuk
memberikan pendanaan melalui utang jangka panjang. Perusahaan dengan
pertumbuhan aset yang tinggi akan mendapat respon positif dari pihak kreditur.
Dengan begitu, semakin tingginya pertumbuhan aset, maka semakin tinggi pula
struktur modal perusahaan. Pertumbuhan aset dapat diukur dengan
membandingkan total aset pada tahun ke t setelah dikurangi total aset pada
periode sebelumnya terhadap total aset pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan dapat diartikan sebagai kenaikan jumlah penjualan
dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan-perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan lebih cepat akan membutuhkan dana
dari pihak eksternal yang lebih besar (Winahyuningsih et al., 2011). Perusahaan
dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mempengaruhi kepercayaan
kreditur terhadap perusahaan. Pihak kreditur akan memberikan respon positif bagi
perusahaan yang membutuhkan pinjaman dana. Dengan begitu, semakin tingginya
pertumbuhan penjualan, maka semakin tinggi pula struktur modal perusahaan.
Pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan membandingkan penjualan pada
tahun ke t setelah dikurangi dengan penjualan pada pada periode sebelumnya
terhadap penjualan pada periode sebelumnya.
Operating leverage akan timbul pada saat perusahaan menggunakan aset
yang memiliki biaya-biaya operasi tetap. Operating leverage mencerminkan
pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba sebelum bunga dan pajak
perusahaan. Dengan laba sebelum bunga dan pajak yang besar, memungkinkan
perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan opersaionalnya dan
mengurangi ketergantungan terhadap sumber dana dari pihak eksternal, sehingga
perusahaan tidak membutuhkan banyakan tambahan dana dari pihak eksternal.
Dengan begitu, semakin tingginya operating leverage maka akan mengurangi
struktur modal perusahaan. Operating leverage dapat diukur dengan degree of
operating leverage yang merupakan perbandingan antara % perubahan dalam
EBIT dengan % perubahan dalam penjualan.

II. TELAAH LITERATUR


2.1 Struktur Modal
Subramanyam (2014) menyatakan “Capital structure refers to the sources of
financing for a company. Financing can range from relatively permanent equity
capital to more risky or temporary short-term financing sources. Struktur modal
mengacu pada sumber-sumber pembiayaan bagi perusahaan. Pembiayaan dapat
berasal dari modal yang relatif permanen hingga sumber pembiayaan jangka
pendek yang lebih beresiko atau bersifat sementara.” Menurut Subramanyam
(2014), struktur modal adalah pembiayaan ekuitas dan utang perusahaan.
Seringkali diukur dalam besarnya relatif dari berbagai sumber pendanaan.
Struktur modal sangat penting karena stabilitas finansial dan resiko kebangkrutan
perusahaan tergantung pada sumber-sumber pembiayaan dan jenis serta jumlah
berbagai macam aset yang dimilikinya.
Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang
mencerminkan perimbangan (absolut maupun relatif) antara keseluruhan modal
eksternal (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal
sendiri (Riyanto, 1999 dalam Hermuningsih, 2013). Per definisi, struktur modal
merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka
panjang perusahaan.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan adanya pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, apabila keputusan investasi
dan kebijakan dividen yang dipegang konstan. Sumber dana internal perusahaan
berasal dari laba ditahan. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana
dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambilan bagian dalam
perusahaan. Struktur modal yaitu pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pertimbangan antara hutang dengan modal sendiri. Dengan demikian, maka
struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur finansialnya
(Bambang Riyanto, 2001 dalam Winahyuningsih et al., 2011).
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan struktur modal. Teori
struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan
perusahaan dalam menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan
mengharuskan manajer keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan
biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih.

2.1.1 Teori Miller dan Modigliani


Teori struktur modal modern dimulai oleh Franco Modigliani dan Merton H.
Miller pada tahun 1958. Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) dalam Dewi
dan Wirajaya (2013) memperkenalkan model teori struktur modal secara
matematis, scientific dan atas dasar penelitian yang terus-menerus. Perlu diketahui
bahwa MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi
sebagai berikut:
1) Tidak ada pajak.
2) Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.
3) Informasi selalu tersedia bagi semua investor dan dapat diperoleh tanpa biaya.
4) EBIT tidak berpengaruh terhadap penggunaan hutang.
Namun teori ini dianggap kurang relevan karena adanya pengurangan
pajak penghasilan atas penggunaan hutang, kondisi pasar dengan asimetri
informasi, serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak dimasukkan ke
dalam teori MM ini (Frensidy (2008) dalam Joni dan Lina (2010)). Sisi positif
dari hutang adalah hutang menurunkan biaya keagenan (agency cost) ekuitas.
Penggunaan hutang juga akan mendisiplinkan manajer untuk tidak sembarangan
menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena pengawasan oleh
kreditur biasanya jauh lebih ketat dan efektif daripada pengawasan para pemegang
saham di luar perusahaan dengan informasi yang relatif terbatas (Hartono (2004)
dalam Joni dan Lina (2010)).

2.1.2 Agency Theory


Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada
tahun 1976, yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari
pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan (principal) (Joni dan Lina, 2010).
Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka
sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari
pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi. Biaya agensi
menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010) adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditur dan pemegang saham. Pengawasan manajemen dapat dilakukan
dengan audit laporan keuangan dan pembatasan keputusan manajemen.
Menurut Wahidahwati (2005) dalam Firnanti (2011), teori keagenan
menjelaskan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan akan rentan
terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang
saham berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan bagaimana dana tersebut
diinvestasikan. Menurut agency theory, terdapat hubungan negatif antara struktur
modal dan risiko bisnis. Menurut teori ini, semakin tidak stabil pendapatan
perusahaan dan semakin besarnya probabilitas mengalami kebangkrutan, maka
masalah yang berhubungan dengan utang semakin besar. Dengan demikian, ketika
risiko bisnis meningkat, tingkat utang perusahaan akan menurun.
2.1.3 Trade-off Theory
Bangun dan Surianty (2008) dalam Firnanti (2011) menyatakan bahwa adanya
trade-off theory pada struktur modal dapat menjelaskan perbedaan struktur modal
yang ditargetkan antara perusahaan. Perusahaan dapat melakukan perhitungan
mengenai struktur modal optimal dengan mempertimbangkan peningkatan nilai
perusahaan dan biaya yang akan muncul. Trade off theory pada struktur modal
dapat menjelaskan perbedaan struktur modal yang ditargetkan antara perusahaan.
Teori ini menyatakan bahwa tingkat profitabilitas mengimplikasikan utang yang
lebih besar karena lebih tidak beresiko bagi pemberi utang. Selain itu,
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga menunjukkan kapasitas utang
yang lebih besar. Karenanya, profitabilitas dan kemampuan membayar bunga
memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.

2.1.4 Pecking Order Theory


Pecking Order Theory mengemukakan bahwa perusahaan cenderung
menggunakan sumber pendanaan internal (retained earnings) sebanyak mungkin
untuk membiayai proyek-proyek di dalam perusahaan. Utang menjadi pilihan
kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bond, preffered
stock, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan
menerbitkan common stock (external equity). Hal ini terjadi karena adanya
transaction cost di dalam mendapatkan dana dari pihak eksternal. Pecking Order
Theory menjelaskan mengapa perusahaan yang sangat menguntungkan pada
umumnya mempunyai utang yang lebih sedikit. Hal ini terjadi bukan karena
perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi disebabkan
karena perusahaan memang tidak membutuhkan dana dari pihak eksternal
(Brealey dan Myer (1995) dalam Seftianne dan Handayani (2011)).

2.1.5 Asymetric Information Theory


Brealey dan Myers (2003) dalam Firnanti (2011), mengemukakan bahwa manajer
mempunyai pengetahuan yang lebih luas daripada investor. Hal ini dapat
dibuktikan dengan perubahan harga saham akibat suatu keputusan yang diambil
manajer. Asymmetric information theory merupakan suatu teori yang
mengemukakan bahwa manajer perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih
banyak mengenai prospek dan risiko yang dihadapi perusahaan. Keadaaan ini
memungkinkan manajer menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
mengambil keputusan, khususnya keputusan pendanaan perusahaan. Dalam
asymmetric information theory, dijelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap lebih tertutup atau terbukanya perusahaan untuk membagi informasi
kepada pihak luar. Perusahaan kecil menganggap bahwa membagi informasi
kepada pihak pemberi pinjaman atau modal membutuhkan biaya yang besar. Hal
ini menghambat penggunaan pendanaan eksternal dan meningkatkan
kencenderungan bagi perusahaan kecil untuk menggunakan modal ekuitas.
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas (profitability) merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Menurut Weygandt et
al. (2012), “profitability ratios measure the income or operating success of a
company for a given period of time. Rasio profitabilitas mengukur pendapatan
atau keberhasilan dari kegiatan operasi perusahaan dalam periode waktu tertentu.”
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Deitiana (2011),
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba
selama satu tahun. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006) dalam Deitiana
(2011), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Menurut Gitman (2009) dalam Deitiana (2011), profitabilitas adalah hubungan
antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset
perusahaan, baik lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Menurut Gitman
(2009) dalam Deitiana (2011), terdapat banyak cara untuk mengukur
profitabilitas. Berbagai pengukuran ini memungkinkan analis untuk mengevaluasi
keuntungan perusahaan dilihat baik dari sisi penjualan, aset ataupun investasi
pemilik. Tanpa profit, perusahaan tidak dapat menarik sumber modal eksternal
untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan.
Hasil penelitian oleh Santika dan Sudiyatno (2011) menyatakan
profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal,
yang artinya semakin tinggi besarnya profitabilitas yang dihasilkan, semakin
rendah struktur modalnya. Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) juga menyatakan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan konsistensi terhadap Pecking Order Theory, yang
menyatakan bahwa perusahaan cenderung mendahulukan pendanaan internal,
dalam hal ini berupa laba ditahan yang berasal dari laba yang diperolehnya.
Demikin pula hasil penelitian oleh Winahyunigsih et al. (2011) yang menyatakan
profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha1 : Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh terhadap struktur
modal.

2.3 Time Interest Earned


Menurut Kasmir (2009) dalam Mahaputra (2012), time interest earned (TIE)
merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Menurut Setiyawan
dan Pardiman (2014), TIE adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar bunga atas hutangnya selama setahun dengan laba yang
dihasilkan.
Menurut Brigham dan Houston (2012) dalam Setiyawan dan Pardiman
(2014), TIE merupakan rasio yang mengukur sampai sejauh apa laba operasi dapat
mengalami penurunan sebelum perusahaan tidak mampu memenuhi biaya bunga
tahunannya. TIE akan memberi informasi kepada investor tentang seberapa baik
perusahaan membayar beban bunga tahunannya. TIE yang rendah menunjukkan
kemampuan yang jelek dari perusahaan dalam melunasi beban bunga. Apabila
TIE semakin turun secara terus menerus maka akan menyebabkan masalah dan
berujung pada kegagalan membayar bunga. Menurut Kasmir (2014) dalam
Susanti et al. (2015), semakin tinggi hasil dari perhitungan rasio TIE, semakin
besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman. Pedoman
umum yang dipakai TIE hasilnya paling sedikit 5,00 dan lebih baik mendekati
10,00 (Syamsuddin, 2011 dalam Susanti et al., 2015).
Baral (2004) dalam Firnanti (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi
kemampuan perusahaan membayar bunga pinjamannya, maka semakin tinggi
kapasitas utang perusahaan. Hasil penelitian oleh Firnanti (2011) menyatakan
bahwa time interest earned memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Hasil pengujian ini sesuai dengan trade-off theory. Semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atas kewajibannya, maka
semakin besar kesempatan perusahaan untuk memperoleh pendanaan berupa
pinjaman. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha2 : Time interest earned berpengaruh terhadap struktur modal.

2.4 Pertumbuhan Aset


Menurut IAI (2014), aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomik di masa
depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Menurut Weygandt et al. (2013),
aset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset
pada dasarnya menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana
yang ia miliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aset, baik
aset lancar maupun aset jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif
pendanaan internal atau dengan pendanaan eksternal. Menurut Fama dan French
(2000) dalam Joni dan Lina (2010), perusahaan yang melakukan investasi
melebihi jumlah laba ditahan yang dimilki perusahaan, maka akan memungkinkan
adanya peningkatan jumlah pinjaman dari pihak kreditur berupa hutang.
Pertumbuhan aset juga dapat menunjukkan seberapa besar aset yang dapat
dijadikan jaminan (colateral) ketika berhutang. Ketika perusahaan memiliki
jaminan yang banyak, maka akan lebih mudah memperoleh pinjaman kredit
dalam jumlah yang lebih besar pula. Pertumbuhan total aktiva cenderung
berdampak positif terhadap struktur modal perusahaan (Hestuningrum, 2012).
Hasil penelitian Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan
aset mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil
penilitian ini didukung oleh hasil penelitian Firnanti (2011) yang juga menyatakan
bahwa pertumbuhan aset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha3 : Pertumbuhan aset berpengaruh terhadap struktur modal.

2.5 Pertumbuhan Penjualan


Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi
periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang
akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan
daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan
akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai
kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al. (1989) dalam
Deitiana (2011)). Pertumbuhan penjualan tinggi, maka akan mencerminkan
pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat.
Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang
tinggi, memiliki kecenderungan penggunaan utang sebagai sumber dana eksternal
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai
tingkat pertumbuhan penjualannya tergolong rendah. Hasil penelitian oleh Santika
dan Sudiyatno (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Ini berarti jika
pertumbuhan penjualan naik, maka struktur modalnya juga naik. Kondisi ini
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan penjualan mendorong
manajemen untuk menggunakan atau menambah hutang. Penambahan hutang ini
dapat dipandang sebagai meningkatnya kepercayaan masyarakat, khususnya
investor terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
Winahyuningsih et al. (2011) yang juga menyatakan bahwa pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha4 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal.

2.6 Operating Leverage


Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Putra (2013), operating leverage
adalah seberapa besar biaya tetap digunakan dalam operasi suatu perusahaan.
Irawati (2006) dalam Putra (2013) menyatakan bahwa leverage operasi
merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya biaya tetap dan
variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Hanafi (2004) dalam Putra
(2013) menyatakan bahwa operating leverage diartikan sebagai seberapa besar
perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Teori tersebut menjelaskan
bahwa leverage operasi adalah suatu penggunaan aktiva yang menimbulkan biaya
tetap operasional berupa penyusutan dan lain-lain dengan harapan memperoleh
penghasilan untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya operasi tetap dikeluarkan agar volume penjualan dapat
menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh biaya operasi tetap
dan variabel. Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu
adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan
keuntungan atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah
ditetapkan. Leverage operasi juga dapat memperlihatkan pengaruh pendapatan
atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan. Mengetahui tingkat
leverage operasi, maka manajemen bisa menaksir perubahan laba operasi sebagai
akibat adanya perubahan penjualan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa leverage
operasi berkaitan dengan penjualan perusahaan dan laba sebelum bunga dan pajak
(Putra, 2013).
Hasil penelitian oleh Winahyuningsih et al. (2011) menyatakan operating
leverage memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha5 : Operating leverage berpengaruh terhadap struktur modal.
2.8 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Gambar 2.1
Model Penelitian

Profitabilitas (ROA)

Time Interest Earned (TIE)

Pertumbuhan Aset (PA) Struktur Modal


(DER)
Pertumbuhan Penjualan
(PP)

Operating Leverage (DOL)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar secara berturu-turut di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2014.

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah causal study, yaitu
suatu penelitian yang penelitinya ingin memaparkan penyebab dari satu atau lebih
masalah (Sekaran dan Bougie, 2013).

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Menurut Subramanyam (2014), debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:

DER =

Keterangan:
DER : debt to equity ratio
Total Debt : total utang/kewajiban perusahaan
Shareholders Equity : total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas
Menurut Weygandt et al. (2013), profitabilitas yang diproksikan dengan return on
assets dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA =

Keterangan:
ROA : return on assets
Net Income : laba bersih setelah pajak dan bunga
Average Assets : (total aset t-1 + total aset t)/2

2. Time Interest Earned


Menurut Ross et al. (2012), time interest earned dapat dirumuskan sebagai
berikut:

TIE =

Keterangan:
TIE : time interest earned
EBIT : laba sebelum bunga dan pajak
Interest Expense : beban bunga

3. Pertumbuhan Aset
Menurut Joni dan Lina (2010), nilai pertumbuhan aset dapat dirumuskan sebagai
berikut:

PA =

Keterangan:
PA : pertumbuhan aset
Aset tahun t : aset perusahaan tahun t
Aset tahun t-1 : aset perusahaan tahun sebelum t

4. Pertumbuhan Penjualan
Menurut Winahyuningsih et al. (2011), nilai pertumbuhan penjualan dapat
dirumuskan sebagai berikut:

PP =
Keterangan:
PP : pertumbuhan penjualan
Penjualan tahun t : penjualan perusahaan tahun t
Penjualan tahun t-1 : penjualan perusahaan tahun sebelum t

5. Operating Leverage
Menurut Sutrisno (2008) dalam Putra (2013), degree of operating leverage dapat
dirumuskan sebagai berikut:

DOL =

Keterangan:
DOL : degree of operating leverage
% perubahan dalam EBIT : (EBITt - EBITt-1) / EBITt-1
% perubahan dalam sales : (Penjualant – Penjualant-1) / Penjualant-1

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu informasi
yang dikumpulkan oleh orang lain selain peneliti yang melakukan penelitian ini
(Sekaran dan Bougie, 2013). Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. Data tersebut
diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id, dan
www.icamel.id.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel


Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria teretntu
yang dimiliki oleh sampel itu (Sekaran dan Bougie, 2013). Kriteria yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2012-2014.
2. Perusahaan manufaktur yang berturut-turut menerbitkan laporan keuangannya
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014 dan telah diaudit oleh auditor
independen.
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan mata
uang Rupiah pada periode 2012-2014.
4. Perusahaan tersebut mempunyai laba positif berturut-turut pada periode 2012-
2014.
5. Perusahaan tersebut mempunyai pertumbuhan aset berturut-turut dari tahun ke
tahun pada periode 2012-2014.
6. Perusahaan tersebut mempunyai pertumbuhan penjualan berturut-turut dari
tahun ke tahun pada periode 2012-2014.
7. Perusahaan tersebut men-disclose interest expense berturut-turut pada periode
2012-2014.
3.6 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, alat bantu yang digunakan dalam menganalisis data adalah
program IBM SPSS versi 21, menggunakan regresi linier berganda. Pengujian
yang dilakukan adalah uji statistik deskriptif, uji normalitas, uji asumsi klasik (uji
multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas), dan uji hipotesis
(uji koefisien determinasi, uji F simultan, dan uji t parsial). Persamaan fungsi
regresi penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

DER = α + β1ROA + β2TIE + β3PA + β4PP + β5DOL + ε

Keterangan:
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, dan β5 = Koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen
DER = Struktur Modal
ROA = Profitabilitas
TIE = Time Interest Earned
PA = Pertumbuhan Aset
PP = Pertumbuhan Penjualan
DOL = Operating Leverage
ε = Variabel Residual/error

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Objek Penelitian
Hasil akhir sampel berjumlah 28 perusahaan dengan periode penelitian selama 3
tahun, yaitu tahun 2012-2014. Maka, jumlah observasi adalah sebanyak 84.
Berikut adalah tabel rincian pengambilan sampel penelitian:
Tabel 4.1
Rincian Pengambilan Sampel Penelitian
No. Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
1. 132
Efek Indonesia selama periode 2012-2014.
Perusahaan manufaktur yang berturut-turut
menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek
2. 132
Indonesia pada tahun 2012-2014 dan telah diaudit
oleh auditor independen.
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan
3. dengan menggunakan mata uang Rupiah pada 105
periode 2012-2014.
Perusahaan tersebut mempunyai laba positif
4. 70
berturut-turut pada periode 2012-2014.
Perusahaan tersebut mempunyai pertumbuhan aset
5. berturut-turut dari tahun ke tahun pada periode 54
2012-2014.
6. Perusahaan tersebut mempunyai pertumbuhan 42
penjualan berturut-turut dari tahun ke tahun pada
periode 2012-2014.
7. Perusahaan tersebut men-disclose interest expense
28
berturut-turut pada periode 2012-2014.
8. Jumlah sampel dalam penelitian ini 28

4.2 Analisis dan Pembahasan


4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai struktur
modal, profitabilitas (ROA), time interest earned, pertumbuhan aset, pertumbuhan
penjualan, dan operating leverage (DOL). Berikut merupakan hasil uji statistik
deskriptif:
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DER 84 5.0731 .0793 5.1524 .954623 .8636792

ROA 84 .4291 .0073 .4364 .113932 .0803194

TIE 84 1453.1485 1.3691 1454.5176 59.918056 189.4124966

PA 84 .7042 .0180 .7222 .209582 .1485624

PP 84 .6805 .0398 .7203 .198893 .1255817

DOL 84 11.1309 -5.3264 5.8045 .755970 2.2224449

Valid N (listwise) 84

4.2.2 Uji Normalitas


Hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 84
Mean .9546226
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .35049800
Absolute .080
Most Extreme Differences Positive .048
Negative -.080
Kolmogorov-Smirnov Z .737
Asymp. Sig. (2-tailed) .648
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolonieritas
Berikut merupakan hasil uji multikolonieritas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
ROA .556 1.797
TIE .557 1.796
1 PA .891 1.123
PP .901 1.109
DOL .880 1.137
a. Dependent Variable: DER

2. Uji Autokorelasi
Berikut merupakan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-
Watson:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 .406a .165 .111 .8142695 2.062
a. Predictors: (Constant), DOL, TIE, PP, PA, ROA
b. Dependent Variable: DER

3. Uji Heteroskedastisitas
Berikut merupakan hasil uji heteroskedastisitas:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
4.2.4 Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Berikut merupakan hasil uji koefisien determinasi:
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 .406 .165 .111 .8142695
a. Predictors: (Constant), DOL, TIE, PP, PA, ROA
b. Dependent Variable: DER

Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien korelasi (R) dalam penelitian ini adalah
sebesar 0,406 atau 40,6%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
independen, yaitu profitabilitas (ROA), time interest earned, pertumbuhan aset,
pertumbuhan penjualan, dan operating leverage (DOL) dengan variabel dependen,
yaitu struktur modal (DER) memiliki korelasi positif yang lemah, karena nilai
koefisien korelasi (R) berada di bawah 0,5.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,111 menunjukkan bahwa variabel
independen, yaitu profitabilitas (ROA), time interest earned, pertumbuhan aset,
pertumbuhan penjualan, dan operating leverage (DOL) dapat menjelaskan
variabel dependen, yaitu struktur modal (DER) sebesar 11,1% dan sisanya sebesar
88,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian ini.

2. Uji Statistik F (Simultan)


Berikut merupakan hasil uji statistik F:
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik F
a
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 10.196 5 2.039 3.076 .014b
1 Residual 51.717 78 .663
Total 61.913 83
a. Dependent Variable: DER
b. Predictors: (Constant), DOL, TIE, PP, PA, ROA

Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa nilai F sebesar 3,076 dengan tingkat
signifikansi di bawah 0,05, yaitu sebesar 0,014, sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel independen, yaitu profitabilitas (ROA), time interest earned,
pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, dan operating leverage (DOL) secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu struktur
modal (DER). Hal ini menunjukkan bahwa fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual sudah tepat atau model fit.
3. Uji Statistik t (Parsial)
Berikut merupakan hasil uji statistik t:
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik t
a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 1.245 .246 5.060 .000
ROA -5.337 1.492 -.496 -3.577 .001
TIE .001 .001 .269 1.937 .056
1
PA .628 .637 .108 .985 .328
PP .482 .750 .070 .643 .522
DOL .022 .043 .057 .520 .605
a. Dependent Variable: DER

Berdasarkan hasil uji statistik t untuk profitabilitas (ROA), diperoleh nilai t


sebesar -3,577 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar
0,001. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima sehingga profitabilitas
(ROA) memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil statistik uji t untuk time interest earned, diperoleh nilai t
sebesar 1,937 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,556. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak sehingga time interest earned
tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan oleh
perusahaan dengan tingkat time interest earned yang tinggi, mampu mendanai
kegiatan operasinya dengan menggunakan dana internalnya.
Berdasarkan hasil statistik uji t untuk pertumbuhan aset, diperoleh nilai t
sebesar 0,985 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,328. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak sehingga pertumbuhan aset
tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan oleh tingkat
pertumbuhan aset yang rendah, yaitu dengan rata-rata observasi sebesar
20,9582%. Pertumbuhan aset yang rendah ini disebabkan karena perusahaan lebih
banyak menggunakan dana internalnya untuk kegiatan investasi.
Berdasarkan hasil statistik uji t untuk pertumbuhan penjualan, diperoleh
nilai t sebesar 0,643 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,522. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4 ditolak sehingga pertumbuhan
penjualan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan
oleh tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah, yaitu dengan rata-rata observasi
sebesar 19,8893%. Pertumbuhan penjualan yang rendah ini disebabkan karena
perusahaan lebih banyak menggunakan dana internalnya untuk kegiatan investasi.
Berdasarkan hasil statistik uji t untuk operating leverage, diperoleh nilai t
sebesar 0,520 dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar
0,605. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha5 ditolak sehingga operating leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. . Hal ini disebabkan oleh
dengan laba operasi (EBIT) yang meningkat, maka akan meningkatkan
kepercayaan kreditur untuk memberikan pinjaman/utang kepada perusahaan.
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh suatu persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian, yaitu:
DER = -0,496ROA + 0,269TIE + 0,108PA + 0,070PP + 0,057DOL
Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
0,496 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% profitabiltas (ROA) akan
menyebabkan penurunan struktur modal (DER) sebesar 49,6%.
Variabel time interest earned (TIE) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0,269 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% time interest earned
(TIE) akan menyebabkan peningkatan struktur modal (DER) sebesar 26,9%.
Variabel pertumbuhan aset (PA) memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0,108 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% pertumbuhan aset (PA) akan
menyebabkan peningkatan struktur modal (DER) sebesar 10,8%.
Variabel pertumbuhan penjualan (PP) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0,070 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% pertumbuhan penjualan
(PP) akan menyebabkan peningkatan struktur modal (DER) sebesar 7%.
Variabel operating leverage (DOL) memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0,057 yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% operating leverage
(DOL) akan menyebabkan peningkatan struktur modal (DER) sebesar 5,7%.

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh profitabilitas, time interest earned, pertumbuhan
aset, pertumbuhan penjualan, dan operating leverage terhadap struktur modal baik
secara parsial maupun secara simultan. Simpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas (ROA) memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian Santika dan Sudiyatno (2011), Joni dan Lina
(2010), dan Winahyuningsih et al. (2011) yang mengatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal.
2. Time interest earned (TIE) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian Firnanti (2011) yang mengatakan bahwa
time interest earned memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.
3. Pertumbuhan aset (PA) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian Firnanti (2011), Joni dan Lina (2010), dan
Hestuningrum (2012) yang mengatakan bahwa pertumbuhan aset memiliki
pengaruh positif terhadap struktur modal.
4. Pertumbuhan Penjualan (PP) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur
modal. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Ha4 ditolak.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Winahyuningsih et al. (2011) dan
Santika dan Sudiyatno (2011) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.
5. Operating leverage (DOL) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Ha5 ditolak. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Winahyuningsih et al. (2011) yang
mengatakan bahwa operating leverage memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal.
6. Profitabilitas, time interest earned, pertumbuhan aset, pertumbuhan
penjualan, dan operating leverage secara simultan memiliki pengaruh
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
regresi sampel dalam menaksir nilai aktual sudah tepat atau model fit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winahyuningsih
et al. (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh simultan antara
variabel profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan operating leverage
terhadap struktur modal dan penelitian oleh Firnanti (2011) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh simultan antara variabel time interest earned dan
pertumbuhan aset terhadap struktur modal.

5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit selama tiga tahun, yaitu tahun 2012-2014, atau hanya satu dari
tiga sektor besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini
membuat hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi terhadap semua
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Terdapat variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap struktur modal yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat diketahui dari nilai Adjusted R
Square sebesar 0,111 atau 11,1%, sedangkan sisanya 88,9% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian ini.

5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang ada, maka saran yang dapat
ditujukan kepada peneliti selanjutnya terkait dengan struktur modal, yaitu:
1. Menggunakan data lebih dari tiga tahun dan memperluas objek penelitian,
agar hasil penelitian dapat digeneralisasi.
2. Menambahkan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap struktur
modal, misalnya ukuran perusahaan, struktur aset, dan growth opportunity.

DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F., & Houston, Joel F. 2011. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, Buku 2 Edisi 11. Jakarta : Salemba Empat.
Deitiana, T. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan
Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntnasi Vol. 13, No.1,
57-66.
Dewi, A. S., & Wirajaya, A. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 4.2, 358-372.
Firnanti, F. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13,
No. 2, 119-128.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Godfrey e. a. 2010. Accounting Theory 7th Edition. John Wiley & Sons Australia,
Ltd.
Hermuningsih, S. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Publik di Indonesia.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Hestuningrum, R. D. D. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Struktur Modal Perusahaan Pemanufakturan Yang Terdaftar Pada Bursa
Efek Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 1, No. 1.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Undang-Undang Perpajakan. Jakarta.
Joni, & Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 2, 81-96.
Mahaputra, I. N. K. A. 2012. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.
Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol. 7 No. 2.
Mardiyati. e. a. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang, dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen
Sains Indonesia (JRMSI) Vol. 3 No. 1.
Margaretha, F., & Ramadhan, A. R. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 2, 81-96.
Putra, I. R. 2013. Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage
Terhadap Earning Per Share di Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI
(2007-2011). Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1, No. 1.
Riyanto, B. 2010. Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE
Ross. e. a. 2012. Fundamentals of Corporate Finance. McGraw-Hill Education.
Santika, R. B., & Sudiyatno, B. 2011. Menentukan Struktur Modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan dan Perbankan
Vol. 3, No.2, 172-182.
Seftianne & Handayani, R. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol. 13, No. 1, 39-56.
Sekaran, U., & Bougie, R. 2013. Research Methods for Business. United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Setiyawan, I., & Pardiman. 2014. Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover,
Time Interest Earned dan Return on Equity Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Periode 2009-2012. Jurnal Nominal Vol. 3, No. 2.
Sugiarto, A. 2011. Analisa Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER dan PBV Ratio
Terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 3, No. 1, 8-14.
Susanti. e. a. 2015. Pengaruh Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Time Interest
Earned Terhadap Return on Equity. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 1, No.
1.
Susanto, Y. K. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik
Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 3, 195-210.
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Weygandt. e. a. 2013. Financial Accounting IFRS 2nd Edition. United States:
John Wiley & Sons.
Widjaja, I. 2014. Dampak Peningkatan Asset, Profitabilitas, dan Likuiditas
Terhadap Leverage Perusahaan. Jurnal Akuntansi Vol. XVIII No. 03, 459-
474.
Winahyuningsih. e. a. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.idx.co.id
www.sahamok.com

You might also like