426 747 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

11

Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

HUBUNGAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN STATUS GIZI ANAK


Di WILAYAH KERJA PUSKESMAS WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

Nurwijayanti
STIKES Surya Mitra Husada Kediri
e-mail: [email protected]

ABSTRACT

The needs of the child nutrition fulfillment affects the availability of energy, builder substances and immune
system of children. This resulted in the decline of child development, especially language development. The
purpose of this study was to determine the the correlations of dietary with language development and
nutritional status of children. This study used an observational study design with cross sectional approach.
The population studied were all children aged 2-4 years in Posyandu Ngronggo using purposive sampling
method and the sample in this study were most children aged 2-4 years in Posyandu Ngronggo work area in
southern regional Health Center of Kediri with 31 respondents. The independent variables studied were the
development of language and the Nutritional Status. The results were analyzed using spearman rank test.
The results showed that most respondents had nutritional status majority of respondents were within the
normal ranges, 12 people (38.7%) and the majority of respondents have language development in the
category of irregularities, namely 15 respondents (48.4%). The results of the statistical test known p-value
(0.000) < α (0.05) then H1 is accepted, which means there is a relationship between diet and the
development of language. Lack of nutrition to encourage children to be lack of substances to grow, while in
terms of energy needs, are met by the energy reserves, the condition that causes children have malnutrition.

Keywords: Language Development, Nutritional Status.

ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak mempengaruhi ketersediaan energi, zat pembangun


dan daya tahan tubuh anak. Hal ini berdampak pada menurunnya perkembangan anak
khususnya perkembangan bahasanya. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan
perkembangan bahasa dan status gizi anak. Desain penelitian adalah penelitian
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah semua anak usia
2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri
dengan menggunakan metode purposive sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian anak usia 2 – 4 tahun yang berjumlah 31 responden. Variabel adalah
perkembangan bahasa dan variabel dependen yang diteliti adalah status gizi.Uji dengan
menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki status gizi dalam kategori normal, yaitu 12 orang (38,7%) dan sebagian
besar responden memiliki perkembangan bahasa dalam kategori penyimpangan, yaitu
15 responden (48,4%). Hasil uji statistik diketahui p-value (0,000) <  (0,05) maka H1
diterima yang berarti ada hubungan antara perkembangan bahasa dengan status gizi

Kata Kunci : Perkembangan Bahasa, Status Gizi


12
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

PENDAHULUAN Organization (WHO) 54% kematian balita


Tumbuh kembang anak mencakup dua disebabkan oleh gizi kurang pada balita.
peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi Data tahun 2011 memperlihatkan 4 juta
saling berkaitan dan sulit dipisahkan balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
yaitu mengenai pertumbuhan dan diantaranya mengalami gizi buruk.
perkembangan (Ngastiyah, 2005). Sementara yang mendapat program
Periode penting dalam tumbuh makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
kembang anak adalah masa balita. Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Karena pada masa ini merupakan Timur pada tahun 2011, angka kejadian
pertumbuhan dasar yang gizi kurang mencapai 13,6% dan gizi
mempengaruhi dan menentukan buruk mencapai 1,35%. Di Kediri tahun
perkembangan selanjutnya. Pada masa 2011 dari 26.064 balita terdapat
ini perkembangan kemampuan 13,64% gizi kurang, 0,22% gizi buruk.
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
emosional dan intelegensi berjalan Kediri, angka kejadian gizi kurang
sangat cepat dan merupakan landasan mencapai 14,12% dan gizi buruk 1,45%
perkembangan berikutnya. Pada anak balita, sedangkan untuk gizi baik adalah
2 - 4 tahun pertumbuhan dan 63,82% dan gizi lebih adalah 20,61%.
perkembangannya terjadi sangat drastis, Angka kejadian gizi kurang di Puskesmas
sifatnya egosentris, rasa ingin tahu Ngronggo Wilayah Kota Selatan
sangat tinggi, kemampuan berbahasa sebanyak 1452 kasus.
mulai meningkat, mudah marah,
kecewa dan rasa bersalah karena Pola konsumsi makanan yang tidak
tuntutan yang sangat tinggi, takut terjaga higienitasnya serta mengandung
terhadap berbagai penyakit cemaran bahan kimia dapat menyebabkan
(Soetjiningsih, 2002). terjadinya toksik dalam dinding lambung
dan menyebabkan hipersekresi air
Pada umumnya kekurangan gizi lebih elektrolit (Isi Rongga) usus meningkat
banyak terdapat di daerah pedesaan yang menyebabkan defekasi cair.
dari pada di daerah perkotaan. (Ardiawan, 2008). Masalah gizi
Tingginya prevalensi gizi buruk disebabkan oleh banyak faktor yang
berhubungan erat dengan tingginya saling mempengaruhi secara komplek.
kematian balita. Menurut World Health Ada penyebab langsung dan tidak
13
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

langsung. Penyebab langsung seperti, situasi yang telah menjadi kebiasaan


asupan gizi dan penyakit infeksi. Dalam tersebut harus tercipta baru anak mau
hal ini meskipun anak mendapat makanan makan. Kondisi lainnya adalah variasi
cukup, tetapi sering diserang diare atau menu yang kurang, menyebabkan anak
ispa dan demam, akhirnya dapat bosan dan malas makan, namun
menderita kurang gizi. Adapun penyebab seringkali anak malah dimarahi sehingga
tidak langsung, seperti ketahanan pangan semakin menekan anak dan tidak mau
dalam keluarga, pola pengasuhan anak, makan (Pakhri, 2006).
pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan (Markum, 2009). Akibat yang timbul dari kekurangan
Permasalahan gizi kurang yang gizi adalah malnutrisi yang terjadi
merupakan masalah kesehatan karena defisiensi protein, kalori atau
masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor keduanya, dapat menyebabkan
antara lain, penyakit infeksi, konsumsi malnutrisi protein, yang dikenal sebagai
makanan, tingkat pendapatan keluarga, kwashiorkor atau marasmus. Gejalanya
jumlah anggota keluarga, tingkat meliputi gangguan pertumbuhan dan
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu perkembangan, kelemahan otot,
tentang gizi, pelayanan kesehatan, depigmentasi rambut kulit serta edema.
pendapatan keluarga, budaya pantang Sedangkan marasmus terjadi karena
makanan, dan pola pemberian makan kekurangan protein dan kalori.
(Pakhri, 2006). Manifestasi kliniknya meliputi atrofi
otot, kelemahan dan edema. Kelainan
Orang tua sering memaksa anaknya untuk ini umumnya terjadi pada anak-anak
makan tanpa memperhatikan kebutuhan (Nurachmah, 2001). Menurut
anaknya. Kondisi ini menyebabkan anak Notoatmodjo (2007), untuk
tidak dapat membedakan rasa lapar dan melaksanakan perubahan perilaku
keharusan untuk makan serta seseorang dapat dilakukan dengan
menganggap makan sebagai sebuah memberikan pengetahuan. Perlu
hukuman. Selain itu seringkali orang tua dilakukan pemberian penyuluhan secara
memberikan makan bukan pada situasi intensif kepada keluarga khususnya ibu
makan, misalnya dengan menonton tentang pola pemberian makan yang baik
televisi atau bermain. Hal ini di Posyandu atau mel alui acara-acara
menyebabkan anak berpikiran bahwa perkumpulan ibu, misalnya PKK. Melalui
14
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

kegiatan ini diharapkan ibu dapat menggunakan Statistic Programe for


memahami pola pemberian makan yang Social Science (SPSS) Versi 17.
baik. Dengan pola pemberian makan
yang baik, diharapkan perkembangan
HASIL
bahasa anak juga menjadi baik.
Status Gizi pada anak usia 2 – 4 tahun
di Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja
METODE PENELITIAN
Puskesmas Wilayah Selatan Kota
Kediri
Desain Penelitian merupakan Tabel 1. Status Gizi Pada anak usia 2 – 4
penggambaran mengenai keseluruhan tahun di Posyandu Ngronggo
Wilayah Kerja Puskesmas
aktivitas peneliti selama kerja penelitian, Wilayah Selatan Kota Kediri
mulai dari persiapan sampai dengan Kategori F %
Lebih 10 32,3
pelaksanaan penelitian (Nursalam, 2008).
Normal 12 38,7
Desain penelitian yang digunakan adalah Kurus 9 29,0
Sangat kurus 0 0,0
penelitian observasional. Pendekatan
Jumlah 31 100
yang dipergunakan adalah cross sectional
yaitu penelitian yang variabel bebas dan Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui
bahwa sebagian besar responden berada
variabelnya terikatnya diukur secara dalam kategori normal, yaitu 12 orang
bersamaan dan dilakukan sesaat atau (38,7%).

sekali (Nursalam, 2008).


Perkembangan Bahasa pada anak di
Populasi dalam penelitian ini adalah Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah
semua anak usia 2 – 4 tahun di Posyandu Selatan Kota Kediri
Ngronggo Wilayah Kerja Puskesmas Perkembangan bahasa anak sebagian
Wilayah Selatan Kota Kediri, dengan besar berada dalam kategori menyimpang,
menggunakan teknik purposive sampling yaitu 15 orang (48,4 %)
diperoleh sampel sebagian anak usia 2 – 4
tahun di Posyandu Ngronggo Wilayah
ANALISIS DATA
Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota
Kediri dengan jumlah sampel sejumlah Berdasarkan hasil uji statistik Spearman
31 responden. Instrumen merupakan alat rank diketahui nilai koefisien korelasi =
ukur yang digunakan dalam penelitian 0,934 dengan p-value (0,000) <  (0,05)
adalah kuesioner. Analisa data yang maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
adalah uji Spearman rank dengan berarti ada hubungan antara
15
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

perkembangan bahasa dengan status gizi memungkinkan anak tidak memiliki


pada anak usia 2 – 4 tahun diPuskesmas pengalaman komunikasi yang cukup
wilayah selatan Kota Kediri, dengan banyak. Hal ini juga disebabkan karena
keeratan dikategorikan sangat kuat. anak tidak memahami perintah yang
Semakin baik pola makan maka disampaikan. Sering kali anak tidak dapat
perkembangan bahasa anak juga akan memahami isi pembicaraan orang tua
semakin baik. atau anggota keluarga lain. Hal ini
disebabkan kurangnya perbendaharaan
kata pada anak. Di samping itu juga
PEMBAHASAN
dikarenakan orang tua sering kali
Perkembangan Bahasa Pada Anak di berbicara sangat cepat dengan
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah mempergunakan kata-kata yang belum
Selatan Kota Kediri dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang
Sebagian besar responden memiliki menggunakan dua bahasa (bilingual) anak
perkembangan bahasa dalam kategori akan lebih banyak mengalami kesulitan
penyimpangan, yaitu 15 responden untuk memahami pembicaraan orang
(48,4%). Hasil penelitian menunjukkan tuanya atau saudaranya yang tinggal
bahwa responden yang mempunyai ibu dalam satu rumah.
dengan pendidikan SMA didapatkan
perkembangan bahasa dalam kategori Bahasa adalah bentuk komunikasi dimana
penyimpangan yaitu 7 responden pikiran dan perasaan disimbolkan agar
(22,6%). Dari hasil analisa diketahui dapat menyampaikan arti kepada orang
p-value = 0,362 > α = 0,05 sehingga lain (Hurlock, 2007). Bahasa merupakan
tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu alat untuk menginterpretasikan dan
dengan perkembangan bahasa pada anak mengekspresikan pikiran, perasaan dan
usia 2 – 4 tahun di Posyandu Ngronggo kemauan dari seseorang kepada orang
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah lain baik secara langsung maupun tidak
Selatan Kota Kediri langsung, dengan mempergunakan sistem
simbol yang telah disepakati dan menjadi
Sebagian besar responden memiliki milik anggota masyarakat bahasa
perkembangan bahasa dalam kategori (Setyono, 2000). Dasar dari
penyimpangan, hal ini disebabkan karena perkembangan bahasa adalah pengalaman
proses pembelajaran di rumah yang komunikasi yang kaya (Sudono, 2000).
16
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

cenderung mendorong perkembangan


Orang tua hendaknya selalu berusaha bahsanya dalam kategori penyimpangan.
mencari penyebab kesulitan anak dalam
memahami pembicaraan tersebut agar Status Gizi Anak di Wilayah Kerja
dapat memperbaiki atau membetulkan Puskesmas Wilayah Selatan Kota
apabila anak kurang mengerti dan bahkan Kediri
salah mengintepretasikan suatu Sebagian besar status gizi anak berada
pembicaraan. Kemampuan bicara anak dalam kategori normal, yaitu 12 orang
sesuai dengan konsep komunikasi, (38,7%). Hasil analisa data menunjukkan
semakin sering diasah atau anak diajak bahwa sebanyak 19,4% anak yang ibunya
bicara akan lebih baik dibandingkan sebagai ibu rumah tangga mempunyai
dengan anak yang yang tidak pernah status gizi kategori normal.
diberi stimulasi dengan diajak mengobrol.
Posisi seseorang dalam menjalankan tugas
Untuk dapat menangkap stimulasi yang pekerjaannya sangat berpengaruh
diberikan oleh orang tua maka anak terhadap waktu luang yang dimilikinya.
sangat memerlukan energi. Semakin baik Semakin banyak waktu luang yang
pemenuhan energi yang diberikan kepada dimilikinya maka semakin besar pula
anak maka kemampuan anak dalam kesempatan seseorang untuk berperan
menerima stimulasi semakin baik. Anak dalam lingkungan diluar pekerjaannya
yang kekurangan dalam pemenuhan (Nurmanto, 2007).
energinya cenderung memberikan respon
kurang terhadap stimulasi yang diberikan. Status gizi merupakan ekspresi satu aspek
atau lebih dari nutrisi seorang individu
Sebanyak 32,3% anak yang ibunya dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status
menjadi Ibu Rumah Tangga, mempunyai gizi adalah ekspresi dari keadaan
perkembangan bahasa yang menyimpang, keseimbangan dalam bentuk variabel
Hal ini dimungkinkan karena tertentu atau perwujudan dari nutrisi
keterbatasan pergaulan ibu dan kurangnya dalam bentuk variabel tertentu
pemahaman ibu tentang cara (Supariasa,dkk, 2001).
memberikan stimulasi bahasa secara tepat
akibatnya anak tidak dapat memiliki Pemberian makanan secara tidak tepat
perkembangan bahasa yang baik dan dalam waktu pemberian, frekuensi
17
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

pemberian dan kandungan nutrisinya Bahasa merupakan alat untuk dapat


mendorong terjadinya berbagai menginterpretasikan dan mengekspresi-
permasalahan gizi, terutama pada saat kan pikiran, perasaan dan kemauan dari
anak mulai memasuki masa aktif seseorang kepada orang lain baik secara
berinteraksi dengan lingkungannya. Hal langsung maupun tidak langsung, dengan
ini terjadi karena selain pemahaman ibu mempergunakan sistem simbol yang telah
yang kurang, juga tingkat pendidikan ibu disepakati dan menjadi milik anggota
responden yang masih rendah. masyarakat bahasa (Setyono, 2000).
Perkembangan bahasa adalah tahap
Sebanyak 29% anak yang orang tuanya perkembangan kemampuan untuk
mempunyai penghasilan < Rp. 1.000.000 memperoleh dan mempergunakan
mempunyai status gizi dalam kategori simbol-simbol verbal atau non verbal dari
kurus. Pendapatan yang rendah membuat konsep atau pengertian sesuai dengan
ibu harus membagi keuangan untuk aturan linguistik (sematik dan sintatik)
seluruh kebutuhan rumah tangga yang dipergunakan oleh lingkungannya
sehingga ibu kesulitan dalam (Setyono, 2000).
menyediakan makanan yang berkualitas
dan berdampak pada kecenderungan Dampak dari pola konsumsi yang tidak
status gizi anak dalam kategori kurus baik adalah anak mengalami kesulitan
dalam belajar termasuk dalam belajar
Hubungan Perkembangan Bahasa tentang bahasa sehingga perkembangan
Anak dengan Status Gizi di bahasa anak menjadi terhambat. Hal ini
Puskesmas Wilayah Selatan Kota disebabkan karena anak tidak dapat
Kediri menangkap stimulasi dengan baik serta
Hasil analisa data Spearman rank diketahui terhambatnya proses melianisasi pada
nilai koefisien korelasi = 0,934 dengan p- otak anak. Kondisi ini mendorong anak
value (0,000) <  (0,05) maka H0 ditolak mengalami kesulitan dalam
dan H1 diterima yang berarti ada mengembangkan kemampuan bahasanya
hubungan antara perkembangan bahasa (Ngastiyah, 2008).
dengan status gizi dengan kekuatan
hubungannya sangat kuat. Semakin baik Pertumbuhan dan perkembangan
pola makan maka perkembangan bahasa merupakan proses yang terjadi pada
anak juga akan semakin baik. setiap mahluk hidup. Pada manusia,
18
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

terutama pada masa balita, proses dalam memahami stimulasi dan


tumbuh kembang terjadi sangat cepat. mempercepat proses perkembangan anak.
Pertumbuhan anak yang berkaitan dengan Hasil penelitian ini menunjukkan
segi jasmani ini didukung oleh pemberian hubungan yang sangat kuat, hal ini
makanan yang bergizi, sebab gizi tidak menunjukkan bahwa proses pemenuhan
seimbang maupun gizi buruk serta derajat nutrisi anak akan memberikan dampak
kesehatan yang rendah akan sangat pada ketersediaan nutrisi untuk
berpengaruh terhadap pertumbuhan membentuk energi dan mileniasi otak
maupun perkembangannya. saat menerima stimulasi yang baru.
Perkembangan anak berjalan dalam
tahapan menurut umur terjadi secara Hubungan Pola Makan Dengan
kontinyu dan sekuensial. Seorang anak Status Gizi Anak Usia 2 – 4 Tahun Di
yang sehat dan normal akan tumbuh Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja
sesuai dengan potensi genetik yang Puskesmas Wilayah Selatan Kota
dimilikinya. Pertumbuhan ini sangat Kediri
dipengaruhi oleh intake gizi yang Hasil analisa data Spearman rank diketahui
dikonsumsi. Gizi diperlukan untuk nilai koefisien korelasi = 0,777 dengan p-
memperbanyak dan memperbesar semua value (0,000) <  (0,05) maka H0 ditolak
sel-sel terutama sel otak. Kekurangan gizi dan H1 diterima yang berarti ada
pada anak dapat menimbulkan beberapa hubungan antara pola makan dengan
efek negatif seperti lambatnya status gizi pada anak, dengan nilai
pertumbuhan badan, rawan terhadap keeratan dalam kategori kuat. Semakin
penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan baik pemberian pola makan maka
(IQ) dan terganggunya mental anak yang semakin baik pula status gizi anak.Pola
berdampak langsung terhadap pemberian makanan merupakan faktor
terganggunya pertumbuhan dan yang secara langsung mempengaruhi
perkembangan anak. Anak yang sebelum konsumsi makan pada balita.
beraktifitas telah mengkonsumsi makanan
terlebih dahulu akan memiliki Masalah gizi disebabkan oleh banyak
kemampuan yang baik dalam memahami faktor yang saling mempengaruhi secara
stimulasi yang diterimanya selama komplek. Ada penyebab langsung dan
beraktifitas, kondisi ini akan mendorong tidak langsung. Penyebab langsung
terjadinya peningkatan kemampuan anak seperti, asupan gizi dan penyakit infeksi.
19
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

Dalam hal ini meskipun anak mendapat zat gizi sangat minim sehingga
makanan cukup, tetapi sering diserang berpengaruh terhadap pola makan anak,
diare atau ispa dan demam, akhirnya dapat kondisi ini mendorong kebutuhan nutrisi
menderita kurang gizi. Adapun penyebab anak tidak dapat dipenuhi dengan baik.
tidak langsung, seperti ketahanan pangan Kurangnya asupan nutrisi mendorong
dalam keluarga, pola pengasuhan anak, anak menjadi kekurangan zat-zat untuk
pelayanan kesehatan dan kesehatan tumbuh, sedangkan dari sisi kebutuhan
lingkungan (Markum, 2009). energi, dipenuhi oleh cadangan energi,
kondisi inilah yang menyebabkan anak
Permasalahan gizi kurang yang memiliki gizi kurang.
merupakan masalah kesehatan
masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor Pola makan dengan status gizi terkait pula
antara lain, penyakit infeksi, konsumsi dengan pemilihan waktu pemberian
makanan, tingkat pendapatan keluarga, makan kepada anak. Banyak orang tua
jumlah anggota keluarga, tingkat yang kurang memperhatikan sarapan anak
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu saat menjelang beraktifitas sehingga
tentang gizi, pelayanan kesehatan, menyebabkan anak kekurangan energi.
pendapatan keluarga, budaya pantang Kondisi ini sering tidak diperhatikan,
makanan, dan pola pemberian makan kebanyakan orang tua dalam memberikan
(Pakhri, 2006). makan kepada anak hanya
memperhatikan jumlahnya, namun
Pengaturan zat gizi untuk tiap-tiap orang ketepatan waktu pemberian kurang
pada dasarnya sama, yang harus diperhatikan. Pemenuhan kebutuhan
diperhatikan adalah keseimbangan antara nutrisi anak akan mendorong anak
kebutuhan energi dan pemenuhannya. mengalami keseimbangan antara nutrisi
Tetapi yang sering terjadi kita tidak yang dibutuhkan untuk beraktifitas,
mengetahui berapa kebutuhan dan tumbuh dan berkembang dengan asupan
asupan energi yang seharusnya nutrisi. Kondisi ini mendorong anak
dikonsumsi. Hal ini juga yang dihadapi dapat tumbuh dan berkembang sesuai
oleh hampir semua ibu anak usia 2 – 4 dengan tahapan pada usianya
tahun. Pengetahuan mereka tentang
pemilihan makanan dan minuman yang
dapat memenuhi kebutuhan energi dan
20
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

KESIMPULAN lanjut dapat meneliti faktor lainnya


yang mempengaruhi perkembangan
1. Sebanyak 15 responden (48,4%) anak
bahasa anak serta status gizi anak.
di Puskesmas Wilayah Selatan Kota
4. Bagi Orang Tua Responden
Kediri memiliki perkembangan bahasa
Diharapkan orang tua dapat
dalam kategori penyimpangan
memperhatikan pertumbuhan dan
2. Sebanyak 12 responden (38,7) di
perkembangan anak melalui
Posyandu Ngronggo Wilayah Kerja
pemenuhan nutrisi secara cukup yang
Puskesmas Wilayah Selatan Kota
dapat dicapai dengan pola makan yang
Kediri mempunyai status gizi normal
baik.
3. Ada hubungan antara perkembangan
bahasa dengan status gizi di wilayah
kerja Puskesmas wilayah selatan Kota REFERENSI
Kediri
Ardiawan, N. 2008. Pola Asuh Belajar
dan Prestasi Belajar Anak SD Pasca
SARAN
Pemulihan Gizi
1. Bagi Keperawatan
Diharapkan bagi para petugas Departemen Kesehatan.(2005). Pedoman

kesehatan dapat mengembangkan Gizi Balita. Pernerbit : Depkes RI,

keilmuan dan pelayanan khususnya Jakarta

terkait dengan hubungan antara Markum, AH. (2009). Buku Ajar


pertumbuhan dengan perkembangan Keperawatan Anak. Jakarta : Bagian
anak balita. Ilmu Kesehatan Anak FKUI
2. Bagi Posyandu dan Puskesmas
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit.
Diharapkan bagi kader posyandu
Jakarta: EGC
maupun kader kesehatan dapat
Nurachmah, Elly.(2001). Keperawatan
memberikan penyuluhan dan
Anak. Penerbit : FKUI, Jakarta
konseling kepada ibu dari anak usia 2
– 4 tahun agar lebih memperhatikan Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
pertumbuhan dan perkembangan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
anak. Jakarta: Salemba Medika
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Pakhri, Ali. (2006). Masalah Gizi. Penerbit
Diharapkan bagi peneliti yang ingin : USU Digilib, Medan
mengembangkan penelitian ini lebih
21
Jurnal Care Vol. 4, No.2 Tahun 2016

Soetjiningsih, (2002). ASI Pedoman Untuk Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status
Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Gizi. Penerbit: EGC, Jakarta

Suhardjo.et.all. (2003). Pangan Gizi dan Waspadji. (2003). Gizi untuk Anak.
Pertanian. Jakarta : Universitas Jakarta : Jurnal Gizi dan Pangan,
Indonesia November 2003

You might also like