Oil Well Bore Cleaning
Oil Well Bore Cleaning
Oil Well Bore Cleaning
KINERJA MEDIA PEMBAWA UNTUK SURFAKTAN MES DARI MINYAK SAWIT UNTUK
PENERAPANNYA PADA OIL WELL BORE CLEANING
Makalah: Diterima 10 Februari 2016; Diperbaiki 30 April 2016; Disetujui 6 Mei 2016
ABSTRACT
Well productivity can be significantly affected by the number of skin in the wellbore area. One of the
alternative ways to solve the problem is oil well bore cleaning application by using methyl ester sulfonate (MES)
surfactant. Surfactants need a carrying medium and in this study the utilization of diesel and biodiesel as a
carrier was assessed. Surfactant was formulated with NaCl and aromatic solvents and its effect on interfacial
tension (IFT), thermal stability, phase behaviour, and wettability alterationwere measured. The best oil-based
surfactant solution was obtained from the formulation of 5% MES surfactant with 5% xylene inclusion to
biodiesel as the carrying medium. This solution was then injected into an injection water which was already
added in with 1% NaCl. It was found that biodiesel could be used as a substitute for diesel as a carrying
medium in oil wellbore cleaning activity on well X as the resulted surfactant solution was able to maintain IFT
values until day seven, form microemulsion with an IFT value of 1.12x10-2 dyne/cm, and alter wettability of rocks
toward water-wet.
Keywords: palm oil, surfactant, MES, oil well bore cleaning
ABSTRAK
Permasalahan yang umum dihadapi industri perminyakan pada saat produksi minyak adalah
penyumbatan partikel pada lubang dasar sumur atau disebut dengan skin. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk mengurangi nilai tersebut adalah dengan teknik well bore cleaning dengan menggunakan
surfaktan metil ester sulfonat (MES). Surfaktan membutuhkan media pembawa, dalam penelitian ini diujikan
pemanfaatan diesel dan biodiesel sebagai media pembawa, selanjutnya surfaktan diformulasikan dengan NaCl
dan pelarut aromatik dan dianalisis pengaruhnya terhadap tegangan antarmuka (IFT), ketahanan panas, kelakuan
fasa, dan perubahan wettability. Larutan surfaktan oil-based terbaik diperoleh dari formulasi surfaktan MES 5%
dengan penambahan xilena 5% pada media pembawa biodiesel, larutan ini kemudian diinjeksikan ke dalam air
formasi yang telah ditambahkan NaCl sebanyak 1%. Media pembawa biodiesel dapat digunakan sebagai
alternatif pengganti diesel sebagai media pembawa pada kegiatan well bore cleaning pada sumur X karena
larutan surfaktan yang dihasilkan mampu mempertahankan nilai IFT hingga hari ketujuh, membentuk
mikroemulsi dengan nilai IFT 1,12x10-2dyne/cm dan mampu mengubah wettability batuan menjadi cenderung
water-wet.
Kata kunci: minyak sawit, surfaktan, MES, oil well cleaning
PENDAHULUAN Parafin terbentuk akibat adanya penurunan
temperatur di bawah pour point, sehingga parafin
Data BP Global-Statistical Review of akan membentuk padatan dan menghambat aliran
World Energy (2015), produksi minyak bumi minyak. Asphaltene dapat menyebabkan kerusakan
Indonesia pada tahun 2014 hanya sekitar 852.000 formasi karena asphaltene dapat mengendap dan
barel/hari, sedangkan konsumsi mencapai 1.641.000 menyebabkan penyumbatan pada formasi.
barel/hari. Dengan demikian terdapat kekurangan Asphaltene adalah fraksi berat minyak bumi yang
pasokan untuk kebutuhan dalam negeri sebesar larut di dalam pelarut hidrokarbon aromatik, seperti
789.000 barel/hari yang harus dipenuhi melalui toluena, benzena, dan xilena, namun tidak larut di
impor. Salah satu penyebab produktivitas yang dalam senyawa hidrokarbon alifatik rantai pendek
rendah adalah adanya pengendapan parafin dan (Ortiz et al., 2010). Penggumpalan asphaltene
asphaltene pada lubang sumur. biasanya terjadi di sekitar lubang dasar sumur yang
terjadi jika gas alam bercampur dengan minyak
mentah yang berasal dari reservoir yang berbeda. oleh industri perminyakan. Pemanfaatan minyak
Selain itu, menurut Allen dan Roberts (1984) sawit menjadi surfaktan MES dapat dilakukan
asphaltene juga dapat menyebabkan batuan formasi mengingat kandungan asam lemak C16 dan C18
bersifat oil-wet. (asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat)
Upaya untuk mengurangi pengendapan mempunyai sifat deterjensi yang sangat baik. Selain
pada lubang dasar sumur akibat parafin itu surfaktan MES memiliki kelebihan dibandingkan
danasphalteneyaitu dengan teknik oil well bore surfaktan berbasis petrokimia, diantaranya: bersifat
cleaning. Oil well bore cleaning dilakukan dengan terbarukan, biaya produksi lebih rendah (sekitar
cara menginjeksikan larutan surfaktan ke dalam 57%) dari biaya produksi surfaktan dari petrokimia
sumur hidrokarbon dan soaking beberapa saat untuk (linier alkilbenzen sulfonat, LAS), karakteristik
melarutkan material pada lubang perforasi. Menurut dispersi yang baik, sifat detergensi yang baik, pada
Frenier dan Ziauddin (2008) dan Zhang et al. (2011), konsentrasi MES yang lebih rendah daya
salah satu upaya untuk mengatasi masalah deterjensinya sama dengan petroleum sulfonat, larut
pengendapan parafin dan asphaltene adalah dengan dalam pelarut organik dan anorganik (Watkins,
injeksi secara langsung bahan kimia yang berfungsi 2001). Berdasarkan kelebihan itu, maka surfaktan
sebagai inhibitor presipitasi ke dalam sumur MES dapat diaplikasikan sebagai oil well bore
produksi. cleaning agent pada sumur-sumur minyak bumi
Surfaktan untuk oil well bore cleaning yang mengandung parafin dan asphaltene.
berperan penting untuk menurunkan tegangan Pemanfaatan surfaktan sebagai oil well bore
antarmuka (IFT), mencegah pembentukan emulsi cleaning agent membutuhkan media pembawa
dan mampu memecah emulsi yang telah terbentuk (carrier) dan aditif. Proses pencampuran surfaktan
sebelumnya, menjadikan batuan reservoir bersifat dengan media pembawa dan aditif merupakan proses
water-wet, mengecilkan droplet minyak dalam air, yang sangat kompleks dan harus disesuaikan dengan
menstabilkan dispersi butiran minyak dan sifat fluida dan batuan reservoir (Curbelo et al.,
membersihkan sumur minyak, sehingga 2007). Media pembawa yang biasa digunakan dalam
memudahkan proses pengaliran minyak ke lubang kegiatan oil well bore cleaning adalah minyak
sumur (Karnanda et al., 2012). Untuk stimulasi diesel. Pemilihan aditif dilakukan untuk menentukan
sumur minyak bumi telah dimanfaatkan surfaktan jenis dan konsentrasi aditif terbaik dapat larut dalam
fosfat ester dengan nomor US Patent 4541483. minyak sebagai oil-based cleaning agent. Masing-
Fosfat ester atau Alkyland aralkyl polyoxyalkylene masing aditif yang ditambahkan dalam formula
phosphate dapat diinjeksikan ke sumur minyak bumi surfaktan memiliki fungsi masing-masing, seperti
baik sebagai pelarut yang bersifat dapat larut pada penambahan garam (NaCl) berfungsi untuk
air (water soluble) maupun minyak (oil soluble). mendapatkan salinitas optimal sehingga diperoleh
Selain itu ada pula petroleum sulfonat (Smith et al., nilai tegangan antarmuka yang rendah (Webb et al.,
2005), olefin sulfonat (Hutchison et al., 2010), 2004; Seccombe et al., 2008; Quintero et al., 2012),
lignosulfonat (Kalfoglou, 1982) yang juga penambahan pelarut aromatik berguna untuk
digunakan untuk stimulasi. Selama ini surfaktan melarutkan parafin dan aspaltene yang mengendap
yang biasa digunakan adalah surfaktan berbasis pada formasi (Allen dan Robert, 1984; Li et al.,
petroleum. Surfaktan ini memiliki beberapa 2014; Chen et al., 2012).
kelemahan diantaranya, kinerjanya menurun pada Penelitian ini bertujuan untuk menguji
salinitas air formasi yang tinggi, deterjensinya kinerja media pembawa diesel dan biodieselbagi
menurun pada suhu yang tinggi dan tidak terbarukan surfaktan MES dari minyak sawit untuk aplikasi oil
serta kurang ramah lingkungan. Sehingga perlu well bore cleaning di reservoir sandstone lapangan
dicari alternatif surfaktan yang lebih ramah X. Uji kinerja terdiri dari uji ketahanan panas, uji
lingkungan dan bersifat dapat diperbaharui seperti wettability dan uji kelakuan fasa. Formulasi bahan
Metil Ester Sulfonat (MES). kimia yang tepat, diharapkan dapat menjadi solusi
Menurut Junior et al. (2006), berdasarkan dalam pemecahan masalah pengendapan di lubang
sifat kimianya, minyak nabati dapat dikatakan sangat dasar sumur.
kompatibel (chemically compatible) dengan minyak
bumi, sangat mudah larut dan dapat digunakan BAHAN DAN METODE
sebagai pencegah pengendapan parafin dan
asphaltene tanpa menurunkan kualitas minyak bumi. Bahan dan Alat
Surfaktan MES sangat prospektif untuk Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan di Indonesia karena ketersediaan adalah surfaktan MESyang terbuat dari minyak sawit
bahan baku minyak sawit yang banyak. Menurut dieroleh dari Surfactant and Bioenergy Research
data Direktorat Jenderal Perkebunan (2014), Center (SBRC) IPB, biodiesel dan diesel. Peralatan
produksi minyak sawit Indonesiapada tahun 2014 yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor
mencapai 29,4 juta ton, hal ini menunjukkan bahwa sulfonasi, vortex mixer, hotplate stirrer, tangki
Indonesia mempunyai peluang untuk pemurnian, termometer, timbangan analitik,
mengembangkan surfaktan yang sangat dibutuhkan peralatan gelas, pipet, dan oven. Peralatan yang
digunakan untuk analisa yaitu spinning drop mempertahankan nilai IFT hingga hari ketujuh atau
interfacial tensiometer dan pH meter. minimal masih berada pada nilai 10-2 dyne/cm.
Setiap hari dilakukan pengamatan terhadap larutan
Metode surfaktan dan pengukuran nilai IFT. Pengamatan ini
Analisis Sifat Fisikokimia dilakukan untuk melihat kecenderungan perubahan
Analisis sifat fisikokimia dilakukan nilai tegangan antarmuka yang terjadi selama
terhadap surfaktan anionik MES dan analisis fluida pemanasan pada suhu reservoir berlangsung.
formasi untuk diketahui kesesuaiannya dalam
aplikasi untuk oil well bore cleaning. Uji yang Uji Kelakuan Fasa
dilakukan meliputi pH (pH-meter Schott), Tahapan pengujian kelakuan fasa adalah
kandungan bahan aktif (Titrasi Kationik Epthon sampel air formasi dan larutan surfaktan yang telah
1948), viskositas (Rheometer Brookfield DV-III disiapkan dimasukkan ke dalam ampul 50 mL
Ultra), pH (BSI, 1996), dan densitas (Density Meter dengan perbandingan antara sampel larutan
DMA 4500M Anton Paar). surfaktan MES: air formasi sebesar 80:20 (v/v).
Kemudian sampel tersebut disimpan di dalam oven
Penentuan Konsentrasi Surfaktan MES Terhadap sesuai dengan suhu reservoir (60oC) selama 60
Media Pembawa menit (soaking) dan dilakukan pengamatan visual
Surfaktan MES dengan konsentrasi 0 – 6% sebelum pengadukan. Setelah itu rotary mixingoven
pada interval 1%, dilarutkan ke dalam media dihidupkan dengan kecepatan 6 rpm pada suhu
pembawa biodiesel dan diesel, kemudian diaduk reservoir. Sampel dikeluarkan dari rotary
dengan menggunakan stirrer selama 1 jam pada mixingoven pada 10, 60, 120, 240, dan 1440 menit
suhu reservoir. Setelah satu jam, dilakukan dan dilakukan pengamatan visual.
pengukuran densitas larutan dan kemudian dilakukan
pengukuran tegangan antarmuka. Penentuan Uji Wettability
konsentrasi dilakukan dengan melihat perbandingan Uji ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu
konsentrasi surfaktan dalam media pembawa tahap pertama adalah merendam batuan formasi
terhadap nilai tegangan antarmuka (IFT) yang yang telah dicuci dengan core extraction di dalam
dihasilkan dengan menggunakan critical micelle air formasi pada suhu reservoir selama enam jam.
concentration (CMC) sebagai parameter. Kemudian batuan diukur nilai sudut kontaknya
dengan meneteskan minyak bumi di permukaannya.
Formulasi Surfaktan untuk Aplikasi Oil Well Bore Tahap kedua adalah batuan direndam dalam minyak
Cleaning lapangan X selama enam jam kemudian dicuci
Pada tahapan ini dilakukan formulasi antara dalam air formasi dan direndam dalam larutan
larutan surfaktan MES yang telah dilarutkan dalam surfaktan selama enam jam pada suhu reservoir.
media pembawa dengan aditif pada konsentrasi Tahap ketiga adalah perendaman batuan tersebut
tertentu. Aditif berupa NaCl (konsentrasi 0 – 2% dengan air formasi lapangan pada suhu reservoir
dengan selang 0,5%) dan pelarut aromatik (xilena selama enam jam dan diukur kembali sudut
dan toluena dengan konsentrasi 5, 10, dan 15%). kontaknya.
Analisis yang dilakukan yaitu uji IFT. Uji IFT
menggunakan spinning drop tensiometer. Uji IFT HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan untuk mengetahui kinerja surfaktan dalam
Sifat Fisikokimia Surfaktan Anionik MES
menurunkan tegangan antarmuka minyak-air.
Surfaktan MES yang digunakan disintesis
Larutan surfaktan yang mempunyai kinerja baik
dari metil ester yang direaksikan dengan reaktan gas
adalah larutan yang mampu menurunkan tegangan
antarmuka sebesar <10-2 dyne/cm. Larutan terbaik SO3 pada suhu 90 - 100°C menggunakan reaktor
yang dipilih yaitu larutan surfaktan MES yang sulfonasi. Hasil analisis sifat fisikokimia surfaktan
mampu memberikan penurunan tegangan antarmuka MES disajikan pada Tabel 1.
fluida terendah.
Tabel 1. Sifat fisikokimia surfaktan MES
Uji Kinerja Formula Surfaktan untuk Aplikasi Oil Parameter Hasil
Well Bore Cleaning Nilai pH 6,39
Uji kinerja formula surfaktan untuk aplikasi Kadar bahan aktif (%) 23,51
oil well bore cleaning meliputi: uji ketahanan panas, Densitas (g/cm3) 0,9403
uji wettability dan uji kelakuan fasa. Viskositas (cP) 25,5
Uji Ketahanan Panas (thermal stability test) Nilai pH adalah derajat keasaman yang
Uji dilakukan dengan memanaskan larutan digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
surfaktan MES pada suhu reservoir Lapangan X kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Untuk
(suhu 60°C) selama tujuh hari di dalam oven. memperoleh surfaktan MES dilakukan netralisasi
Larutan surfaktan diharapkan mampu menggunakan NaOH 50% terhadap MESA. MESA
(Methyl Ester Sulfonic Acid) diproduksi melalui
proses sulfonasi fatty acid methyl ester (FAME) yang bersifat asin dengan salinitas rata-rata di atas
yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi olein air laut. Air injeksi adalah air yang telah diolah
minyak sawit. Selama proses netralisasi gugus Na+ untuk diinjeksikan ke dalam sumur minyak untuk
akan terikat pada gugus sulfonat surfaktan sehingga meningkatkan produktivitas minyak. Air injeksi
menyebabkan pH MES netral. Hasil analisa pH MES dapat berupa air laut, air formasi yang telah diolah
yang diperoleh adalah 6,39. kembali, dan air sekitar sumur. Selain air formasi,
Kadar bahan aktif menunjukkan jumlah fluida yang berasal dari reservoir adalah minyak
gugus SO3 yang terkandung dalam surfaktan, apabila mentah. Hasil analisis fluida formasi dan air injeksi
kandungan bahan aktif surfaktan tinggi maka kinerja lapangan X disajikan pada Tabel 2 dan 3.
surfaktan tersebut akan baik. Pengukuran kadar
bahan aktif surfaktan anionik didasarkan pada reaksi Tabel 2. Karakteristik minyak lapangan X
antagonis dengan surfaktan kationik yang memiliki
muatan berlawanan sehingga membentuk garam Parameter Hasil
yang tidak larut air. Garam yang terbentuk bergerak Wujud (pada suhu ruang) Padat
menuju kloroform dan membentuk warna biru. Warna Hitam Pekat
Setelah titrasi dengan surfaktan kationik dilakukan, Densitas (g/cm3) 0,8008
warna biru pada lapisan kloroform tersebut bergerak Viskositas (cP) 2,77
menuju lapisan surfaktan hingga mencapai titik akhir
titrasi dimana intensitas warna pada kedua lapisan Hasil karakterisasi pada Tabel 2
menjadi sama. Teknik ini dikenal dengan titrasi dua menunjukkan minyak mentah dari reservoirs and
fasa atau metode Epton (Rivai, 2011). Kadar bahan stone lapangan X memiliki wujud padat pada suhu
aktif yang diperoleh dari hasil analisis adalah ruang dan warna yang hitam pekat. Wujud padat dari
23,51%. minyak lapangan X mengindikasikan tingginya
Densitas adalah bobot suatu cairan per berat kandungan asphaltene dan parafin pada minyak
satuan volume. Densitas diukur untuk mengetahui lapangan X (Hardikin et al., 2009).
kerapatan antar molekul dalam material. Densitas Karakterisasi air formasi dan air injeksi
umumnya berkaitan dengan viskositas, dimana lapangan X menunjukkan kandungan ion paling
cairan yang lebih rapat memiliki viskositas lebih banyak adalah ion natrium (Na+) dan ion klorida
tinggi. Semakin tinggi nilai viskositas maka semakin (Cl). Kedua ion ini dapat bereaksi membentuk suatu
tinggi pula tingkat kekentalan suatu fluida. Analisis garam yang disebut garam NaCl, sehingga kadar
densitas diperlukan karena nilai densitas yang garam untuk air injeksi dan formasi lapangan X
diperoleh digunakan pada analisis IFT pada alat cukup tinggi. Ion kalsium (Ca2+) yang terkandung
tensiometer. Hasil analisis terhadap densitas dalam air injeksi dan formasi lapangan Xdapat
menunjukkan densitas dan viskositas MES masing- bereaksi dengan ion karbonat membentukpadatan
masing adalah 0,9403 g/cm3 dan 25,5 cP. yang tersuspensi yang dapat menyebabkan
kerusakan formasi. Ion barium yang terkandung
Karakteristik Fluida Formasi dalam fluida formasi dapat bereaksi dengan ion
Fluida formasi terdiri dari minyak mentah sulfat membentuk BaSO4 yang tidak dapat larut
dan air formasi. Air formasi adalah air yang dalam air. Walaupun dalam jumlah yang tidak cukup
terkumpul bersama minyak dan gas di dalam lapisan banyak, tetapi endapan ini dapat menimbulkan
reservoir, terletak pada kedalaman lebih dari 1000 m permasalahan. Pembentukan endapan barium sulfat
dan terletak di bawah zona minyak. Air formasi itu (BaSO4) ini dapat menyumbat aliran minyak pada
sendiri merupakan fluida reservoir yang tercampur batuan reservoir dan sulit untuk dibersihkan.
dan terangkat bersama minyak bumi ke permukaan
Konsentrasi Surfaktan MES Terhadap Media oleh industri perminyakan, maka dilakukan
Pembawa formulasi dengan mengkombinasikan surfaktan
Proses formulasi diawali dengan MES yang dihasilkan dengan bahan aditif lain
melarutkan surfaktan MES dengan konsentrasi 0 berupa garam, dan pelarut yang sesuai agar
hingga 6% pada media pembawa oil-based yaitu dihasilkan formula yang mampu memberikan kinerja
diesel dan biodiesel dan kemudian dilihat respon terbaik untuk aplikasi oil well bore cleaning.
tegangan antarmuka antara air formasi dengan media Nilai IFT formulasi surfaktan berbasis
pembawa yang digunakan setelah penambahan minyak sawit 5% dengan media pembawa oil-based
surfaktan. Grafik hubungan MES dalam media pada sumur X yaitu 3,34x10-1 sampai dengan
pembawa diesel dan biodiesel dengan tegangan 7,42x10-1 dyne/cm menunjukkan nilai yang besar
antarmuka (IFT) yang dihasilkan disajikan pada dan belum memenuhi syarat sebagai nilai tegangan
Gambar 1. antarmuka bagi formula untuk oil well bore
Pemanfaatan biodiesel sebagai media cleaning, oleh sebab itu perlu dilakukan penambahan
pembawa menghasilkan nilai IFT yang sama aditif pada air formasi untuk menurunkan nilai
baiknya dengan diesel sebagai media pembawa yang tegangan antarmuka. Untuk mendapatkan nilai
umum digunakan, hal ini menunjukkan pemanfaatan tegangan antarmuka minyak-air yang sangat rendah
biodiesel sebagai media pembawa dapat menjadi diperlukan salinitas yang optimal (Healy dan Reed,
alternatif dalam oil well bore cleaning mengingat 1974). Hemeida dan Gawish (2008) memanfaatkan
sifat biodiesel yang ramah lingkungan. Nilai IFT air formasi dengan penambahan garam dan surfaktan
yang dihasilkan yaitu 3,34 x 10-1 sampai dengan petrokimia untuk mengatasi kerusakan formasi
7,42 x 10-1 dyne/cm pada reservoir sandstone akibat komplasi. Penambahan garam pada air
lapangan X, dimana konsentrasi surfaktan 5% formasi pada sumur X diharapkan menghasilkan
memberikan nilai IFT terendah yaitu 2,54 x 10-1dan nilai IFT yang rendah dalam formulasi. Pemilihan
2,54 x 10-1dyne/cm masing-masing pada media salinitas dilakukan dengan menambahkan NaCl
pembawa biodiesel dan diesel. Larutan surfaktan kedalam air formasi dari masing-masing sumur
yang telah dilarutkan pada media pembawa tersebut sebanyak 0 hingga 2,0% dengan interval 0,5%.
belum mampu menurunkan tegangan antarmuka Penambahan NaCl sebanyak 1% terhadap
minyak-air mencapai nilai terendah yang mencapai air formasi lapangan X terhadap surfaktan MES 5%
nilai ultra-low interfacial tension (≤ 10-3 dyne/cm). mampu menurunkan nilai IFT hingga 2,60 x 10-2
Nilai IFT yang sangat rendah akan memperbesar dyne/cm bila dibandingkan tanpa penambahan NaCl
nilai capillary number sehingga pelarutan parafin yaitu 3,59x10-1 dyne/cm (Gambar 2). Salinitas
dan asphaltene pada reservoir dapat dilakukan. optimal yang mampu menurunkan nilai IFT adalah
Untuk mendapatkan nilai IFT yang sangat rendah, pada penambahan NaCl sebesar 1% pada air formasi
larutan surfaktan MES selanjutnya perlu dilakukan reservoirs and stone lapangan X. Penurunan nilai
formulasi dengan aditif. tegangan antarmuka yang terjadi karena NaCl selain
merupakan eletrolit kuat yang bila terlarut dalam air
Formulasi Surfaktan untuk Aplikasi Oil Well akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan Cl-, juga
Bore Cleaning mempunyai gerak Brown dipermukaan yang lebih
Pengaruh penambahan NaCl pada formulasi besar dari gerak Brown pada air. Gerak Brown ialah
surfaktan untuk aplikasi oil well bore cleaning gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
Untuk menghasilkan formula surfaktan bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
yang sesuai dengan karakteristik yang disyaratkan beraturan).
1.00E+00
IFT (dyne/cm)
1.00E-01
Diesel + MES
Biodiesel +MES
1.00E-02
1.00E-03
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi MES (%)
Gambar 1. Nilai IFT pada berbagai konsentrasi surfaktan dengan media pembawa oil-based pada reservoir
sandstone lapangan X
1.00E+00
IFT (dyne/cm) Biodiesel + MES
5%
1.00E-01
Diesel + MES 5%
1.00E-02
1.00E-03
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Konsentrasi NaCl (%)
Gambar 2. Pengaruh penambahan NaCl pada air formasi reservoir sandstone lapangan X terhadap nilai IFT
formula surfaktan 5% dengan media pembawa biodiesel dan diesel
Pengaruh Konsentrasi Pelarut Aromatik pada scale inhibition dan wax/scale removal melalui
Formulasi Surfaktan untuk Aplikasi Oil Well Bore injeksi langsung. Scale inhibition dan wax/scale
Cleaning removal yang paling umum digunakan berasal dari
Pemanfaatan pelarut aromatik yaitu toluena golongan hidrokarbon aromatik seperti xilena,
atau xilena adalah untuk melarutkan asphaltene yang benzena atau toluena (Li et al., 2014; (Chen et al,.
mengendap dalam formasi. Menurut Allen dan 2012), namun penggunaan pelarut xilena atau
Robert (1984), asphaltene memiliki sifat tidak larut toluene tanpa penambahan surfaktan dan
dalam hidrokarbon berantai lurus seperti diesel, solventhanya menghilangkan sekitar 50% endapan
minyak tanah dan kebanyakan kondensat. Toluena asphaltene, sedangkan molekul asphaltene yang
dan xilena juga memiliki kemampuan untuk sangat polar masih menutupi bagian permukaan.
melarutkan parafin yang mungkin juga mengendap Oleh sebab itu formulasi surfaktan dengan xilena
bersama asphaltene. Hardikin et al. (2009) atau toluena digunakan sebagai alternatif bahan yang
melakukan stimulasi kimia berupa formulasi dapat membantu mencegah kerusakan formasi akibat
minyak, parafin solvent, surfaktan dan mutual pengendapan asphaltene dan parafin pada sumur
solvent untuk membersihkan lubang perforasi dan minyak bumi.
formasi akibat endapan parafin.
Pada larutan MES dengan konsentrasi Uji Kinerja Surfaktan MES Untuk Aplikasi Oil
salinitas optimal kemudian dicampurkan pelarut Well Bore Cleaning
aromatik dengan konsentrasi yaitu 0 hingga 20% Larutan surfaktan yang dihasilkan sebagai
dengan interval 5%. Hasil pengukuran pengaruh oil well bore cleaning agent selanjutnya dilakukan
penambahan pelarut aromatik dengan nilai IFT pada uji kinerjanya. Larutan surfaktan dengan konsentrasi
media pembawa diesel dan biodiesel dapat dilihat MES terbaik, salinitas optimal dan konsentrasi
pada Gambar 3. pelarut aromatik terbaik dilihat kinerjanya dalam
Penambahan xilena sebanyak 5% mampu ketahanan formula pada suhu panas, kemampuan
menurunkan IFT pada kedua formula oil-based mengubah sifat kebasahan batuan dan pembentukan
dengan media pembawa biodiesel dan diesel, namun emulsi. Uji yang dilakukan adalah uji ketahanan
penambahan xilena lebih dari 5% meningkatkan panas, wettability, dan kelakuan fasa.
kembali nilai IFT. Sedangkan untuk penambahan
toluena, nilai IFT yang rendah didapat dengan Uji Ketahanan Panas
penambahan lebih dari 15% pada kedua formula oil- Uji ketahanan panas dilakukan untuk
based dengan media pembawa biodiesel dan diesel. melihat kecenderungan perubahan nilai tegangan
Surfaktan MES berinteraksi dengan asphaltene antarmuka yang terjadi selama pemanasan pada suhu
melalui interaksi asam basa. Abrahamsen (2012) reservoir berlangsung. Hasil analisis tegangan
yang melaporkan bahwa senyawa yang sangat asam antarmuka formula surfaktan pada media pembawa
dapat terikat pada gugus amin atau hidroksil partikel biodiesel dan diesel setelah pengujian ketahanan
asphaltene melalui ikatan hidrogen sehingga panasdapat dilihat pada Gambar 4. Hasil analisis
menghasilkan interaksi yang sangat kuat. IFT pada uji stabilitas termal menunjukkan nilai IFT
Penanggulangan masalah asphaltene dan formula surfaktan dengan media pembawa biodiesel
parafin akibat kerusakan formasi pada lubang dasar menunjukkan kestabilan terhadap panas yang sama
sumur minyak bumi diatasi dengan menggunakan dengan media pembawa diesel.
1.00E+00
1.00E-01
IFT (dyne/cm)
Biodiesel - Xilena
Biodiesel - Toluena
1.00E-02 Diesel - Xilena
Diesel - Toluena
1.00E-03
0 5 10 15 20
Konsentrasi Pelarut Aromatik (%)
Gambar 3. Grafik pengaruh pelarut aromatik terhadap nilai IFT pada media pembawa biodiesel dan diesel
0,001E+00
Diesel + MES
IFT (dyne/cm)
1,000E-04
5% + xilena 5%
0,010E-04
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (hari)
Gambar 4. Grafik uji ketahanan panas formula surfaktan oil-based pada suhu reservoir sandstone lapangan X
(suhu 60 oC)
Kedua formula surfaktan oil-based yang molekul yang lebih rendah. Panjang pendeknya
diujikan kestabilannya terhadap termal masih rantai asam lemak berpengaruh terhadap
mampu mempertahankan nilai tegangan karakteristik MES. Apabila rantai hidrofobiknya
antarmukanya sampai hari ke 7 hal ini ditunjukkan terlalu pendek, komponen tidak akan terlalu bersifat
dengan nilai IFT masih pada angka10-2 dyne/cm aktif permukaan (surface active) karena
hingga hari ke 7, meskipun sejak hari ke 3 terjadi ketidakcukupan gugus hidrofobik dan akan memiliki
peningkatan nilai IFT. Peningkatan ini dapat terjadi keterbatasan kelarutan dalam minyak. Panjang rantai
akibat melemahnya gaya antar molekul pada terbaik untuk surfaktan adalah asam lemak dengan
antarmuka larutan minyak/surfaktan (Aoudia et al., 10-18 atom karbon. Peningkatan suhu dan lama
2006). Nilai IFT yang dihasilkan oleh surfaktan sulfonasi menyebabkan minyak terdekomposisi
MES sejak hari ke 3 semakin meningkat seiring membentuk aldehid, keton, asam-asam, alkohol dan
dengan semakin lamanya waktu pemanasan. hidrokarbon sehingga komponen yang terbentuk
Hidayati (2015) melaporkan bahwa meningkatnya rendah dan berat jenis minyak yang dihasilkan juga
nilai IFT ini terjadi akibat terdegradasinya gugus rendah sehingga berpengaruh terhadap pembentukan
sulfonat pada ikatan hidrofilik MES menjadi stabilitas emulsi yang rendah
senyawa-senyawa yang memiliki berat molekul lebih Proses oil well bore cleaning dilakukan
kecil yang mengakibatkan kemampuan MES dalam dengan caramenginjeksikan larutan surfaktan ke
menurunkan tegangan antarmuka menjadi menurun. dalam sumur dan mendiamkan larutan dalam sumur
Hasil penelitian Hidayati (2011) selama 12 hingga 48 jam (Allen dan Robert, 1984).
menunjukkan bahwa pemanasan MES dari minyak Kedua formula menunjukkan bahwa formula dapat
biji jarak pada suhu 150oC selama 72 jam dapat diaplikasikan sebagai oil well bore cleaning agent
menyebabkan proses perubahan komposisi asam karena dapat mempertahankan nilai IFT hingga hari
lemak dimana terjadi penurunan asam oleat dan ke 7.
peningkatan komposisi asam lemak dengan berat
Sebelum
10 menit 60 menit 120 menit 240 menit 1440 menit
Pengadukan
Penampakan visual kelakuan fasa surfaktan oil-based dengan media pembawa biodiesel
Penampakan visual kelakuan fasa surfaktan oil-based dengan media pembawa diesel
Gambar 5. Hasil pengujian kelakuan fasa surfaktan oil-based dengan media pembawa biodiesel dan diesel
40.00
30.00
Awal Akhir
Perubahan sudut kontak formula surfaktan dan formula surfaktan oil-based dapat mengubah
pada reservoir sandstone lapangan X, menunjukkan sifat batuan dari oil-wet menjadi cenderung water-
bahwa kedua formula surfaktan mengubah sifat wet. Hasil ini menunjukkan bahwa media pembawa
batuan dari oil-wet menjadi cenderung water-wet. biodiesel dapat digunakan sebagai alternatif
Hal ini ditunjukkan sudut kontak mengalami pengganti diesel sebagai media pembawa pada
peningkatan dari sudut kontak awalnya yaitu 35,19O kegiatan oil well bore cleaning.
menjadi 38,24O pada formula dengan media
pembawa biodiesel dan meningkat dari 33,14O Saran
menjadi 36,41O pada formula dengan media Penelitian formulasi surfaktan MES untuk
pembawa diesel Penelitian Zhang et al. (2006) aplikasi oil well bore cleaning dilakukan pada
menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi elektrolit, reservoir sandstone lapangan X, perlu penelitian
konsentrasi surfaktan, dan air / rasio minyak pada lanjutan untuk penerapannnya pada reservoir
permukaan kalsit menjadi water-wet dengan limestone atau lapangan lain.
surfaktan anionik. Keberadaan surfaktan dapat
mengakibatkan pasangan ion pada formasi dapat UCAPAN TERIMA KASIH
bereaksi terhadap perubahan wettability karena gaya
tolak elektrostatik antara gugus anionik dan muatan Ucapkan terima kasih disampaikan kepada
negatif komponen minyak yang teradsorbsi pada Surfactant and Bioenergy Research Center – LPPM,
permukaan. Surfaktan dapat mengubah kebasahan IPB atas dukungan selama penelitian dilaksanakan.
batuan dengan membentuk monolayer surfaktan
pada lapisan batuan yang dibasahi minyak. Adsorbsi DAFTAR PUSTAKA
surfaktan terjadi melalui interaksi hidrofobik dengan
lapisan hidrokarbon yang teradsorbsi pada Abrahamsen EL. 2012. Organic Flow Assurance:
permukaan batuan, kemudian gugus hidrofilik dari Asphaltene Dispersant/Inhibitor
surfaktan bergerak menuju larutan. Hal ini akan Formulation Development through
mengakibatkan formasi dilapisi oleh zona air dan Experimental Design. [Thesis]. University
membentuk tekanan kapiler yang lemah selama of Stavanger, Norway.
proses imbibisi. Proses ini akan terjadi secara Ahmadi MA, Galedarzadeh M, Shadizadeh SR.
berurutan pada surfaktan-minyak-daerah antarmuka 2014. Wettability alteration in carbonate
batuan rocks by implementing new derived natural
surfactant: enhanced oil recovery
KESIMPULAN DAN SARAN applications. Transport in Porous Med.
106(3): 645-667.
Kesimpulan Allen TO dan Roberts AP. 1984. Production
Konsentrasi surfaktan MES yang digunakan Operation 2 : Well Completions, Workover
sebagai oil well bore cleaning agent adalah 5% and Stimulation. Oil & Gas Consultants
diformulasikan penambahan xilena 5% dengan International (OGCI) Inc.USA.
media pembawa biodiesel terhadap air formasi Aoudia M, Al-Shibli MN, Al-Kasimi LH, Al-
dengan penambahan NaCl sebanyak 1% merupakan Maamari R, Al-Bemani A. 2006. Novel
formula terbaik untuk aplikasi oil well bore cleaning surfactants for ultralow interfacial tension
pada reservoir lapangan X. Pengujian formula well in a widerange of surfactant concentration
bore cleaning dengan media pembawa biodiesel and temperature. J Surfac Deterg. 9(3):
tersebut menunjukkan bahwa formula masih dapat 287-293. doi:10.1007/s11743-006-5009-9.
mempertahankan nilai IFT yang rendah sampai hari Chen C, Guo J, An N, Pan Y, Li Y, Jiang Q. 2012.
ketujuh, formula surfaktan oil-based membentuk Study of asphaltene dispersion and removal
mikroemulsi dengan nilai IFT 1,12x10-2dyne/cm,
for high-asphaltene oil wells. Pet. Sci. 9(4): Kalfoglou, G. 1982. Modified Lignosulfonates as
551-557. Additives in Oil Recovery Processes
Curbelo FDS, Santanna VC, Neto ELB, Dutra TV, Involving Chemical Recovery Agents. US
Dantas TNC, Neto AAD, Garnica AIC. Patent No. 4.344.487. www.uspto.com.
2007. Adsorption of nonionic surfactants in Ortiz DP, Baydak EN, Yarranton HW. 2010. Effect
sandstones. Colloids and Surfaces A: of surfactants on interfacial films and
Physicochem Eng Aspects. 293(1-3): 1-4. stability of water-in-oil emulsions stabilized
Golabi E, Azad FS, Ayatollahi SS, Hosseini SN, by asphaltenes. J Colloid Interface Sci.
Dastanian M. 2012. Experimental study of 351(2): 542-555.
anionic and cationic surfactants effects on Quintero L, Jones TA, dan Gianna A. 2012. Proper
reduce of ift and wettability alteration in design criteria of microemulsion treatment
carbonate rock. IJSER. 3(7): 1050-1053. fluids for enhancing well production. Spe
Hardikin MI, Indriyono ES, dan Hariyono. 2009. Reservoir Engineering Paper, SPE 144451.
Perendaman Paraffin Solvent Sebagai doi:http://dx.doi.org/10.2118/154451-MS
Upaya Peningkatan Produksi Sumur Seccombe JC, Lager A, Webb K, Jerauld G, Fueg E.
Minyak di Lapangan Tapian Timur. 2008. Improving Waterflood Recovery:
Makalah Simposium Nasional IATMI LowSal TM EOR Field Evaluation.SPE
2009. Bandung, Indonesia. 2-5 Desember Document ID 113480. doi:
2009. http://dx.doi.org/10.2118/113480-MS
Healy RN dan Reed RL. 1974. Physsicochemical Smith GA, Ashrawi SS, Smadi RM, Anantaneni PR.
Aspects of Microemulsion Flooding. Soc 2005. Solid Alkylbenzene Sulfonates and
Petrole Eng J. 257: 491-501. Cleaning Compositions Having Enhanced
Hutchison JC, Wolfe PS, Waldman TE, Ravikiran R. Water Hardness Tolerance. US Patent No.
2010. Sulfonated Internal Olefin Surfactant 6.887.839 B2. www.uspto.com.
for Enhanced Oil Recovery. US Patent No. Webb KJ, Black CJJ, dan Al-Ajeel H. 2004. Low
2010/0282467 A1. www.uspto.com. Salinity Oil Recovery - Log-Inject-Log.SPE
Junior LCR, Ferreira MS, dan da Silva Ramos AC. Document ID 89379-MS. doi:http://
2006. Inhibition of asphaltene precipitation dx.doi.org /10.2118/89379-MS
in Brazilian crude oils using new oil soluble Zhang DL, Liu S, Puerto M, Miller CA, Hirasaki GJ.
amphiphiles. J Petrol Sci Eng.51(1-2): 26- 2006. Wettability alteration and
36. spontaneous imbibition in oil-wet carbonate
Karnanda W, Benzagouta MS, AlQuraishi A, Amro formations. J Petrol Sci Eng. 52(1-4): 213-
MM. 2012. Effect of temperature, pressure, 226.
salinity, and surfactant concentration on ift Zhang F, Ouyang J, Hong L, Xinfang Feng, Zhang
for surfactant flooding optimization. Arab J H. 2011. Inhibition of Deposits of High-
Geosci. 6(9): 3535-3544. Molecular Weight Paraffins in Oil Wells.
Chem Technol Fuels Oils. 47(1): 53-57.