Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pada Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum Universitas
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pada Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum Universitas
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pada Sistem Akuntansi Badan Layanan Umum Universitas
Abstract : This research is a qualitative research to analyze the implementation of SAK and
GAS in University X’s accounting system by using the perspective of New Public
Management (NPM) concept. The purpose of this research beside to understand the
implementation of the two accounting standard in an accounting system, also give an
adequate understanding about the obstacles encountered and its solution to be expected by
the actors. Research data were gathered through interviews, observations, and literature
studies. Research’s result and data analysis indicate that University X’s BLU accounting
system in major refer to Ministerial Regulation of Finance Number 76/PMK.05/2008, SAK,
and GAS, despite there are some details that do not fully accordance with the three rules.
The obstacles are: (1) implementation process is not fully accordance with the regulation, (2)
inadequate resources and supporting device, (3) implementation control constrain. Solutions
provided to deal with the obstacles are: (1) accounting process according with the
regulation; (2) accounting system evaluation, (3) the adequate resources and supporting
device availability; (4) as well as the role of the Government. This research provides
information to be used in the evaluation and revision of University X’s accounting system and
explain that NPM can be implemented in Indonesia for a better private sector performance.
1. Pendahuluan
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban APBN membawa bangsa Indonesia ke era reformasi keuangan negara. Banyak
yang berubah dari pola pengelolaan lama yang berfokus pada output, sistem dan prosedur serta
birokrasi yang berbelit menjadi pengelolaan yang berfokus pada outcome, profesionalitas,
akuntabilitas, transparansi dan peningkatan kinerja. Dampak dari perubahan ini diharapkan dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, karena tugas pokok dan fungsi yang dijalankan oleh
Salah satu bentuk perubahan yang sangat signifikan adalah prinsip lets the manager manage yang
memberikan kewenangan bagi pengguna anggaran untuk mengelola sendiri keuangan mereka secara
mandiri, sebatas sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dan dianggarkan, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang dijalankan
oleh lembaga pemerintah. Secara spesifik salah satu pola yang diusung dalam reformasi keuangan
negara, sebagaimana dinyatakan dalam Bab XII Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaaran Negara adalah Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Dalam pasal 68 ayat (1)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 berbunyi, “Badan Layanan Umum dibentuk untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
Satuan Kerja yang mempunyai potensi penerimaan yang cukup signifikan dalam bentuk
pendapatan dari jasa yang dijalankan, diperkenankan untuk menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
Pengelolaan keuangan BLU dilaksanakan berdasarkan praktik bisnis yang sehat, sama halnya seperti
yang dilaksanakan dalam sektor private. Paradigma baru ini juga bisa sebut sebagai mewiraswastakan
pemerintah (enterprising the government). Tujuan utama penerapkan praktik bisnis yang sehat dan
mengelola sumber daya yang dimiliki adalah semata-mata dalam rangka rangka peningkatan
pelayanan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa
Satuan Kerja BLU menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Satuan Kerja
BLU juga harus tetap menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Hal ini dikarenakan walapun Satuan Kerja BLU bisa disamakan dengan enterprise, BLU tetap
masyarakat sehingga anggaran dan pelaporan keuangannya tetap dikendalikan secara ketat oleh
Kementerian Negara/Lembaga.
Tahun 2010, Universitas X menyelenggarakan Pola Pengelolaan Keuangan BLU dan untuk
memenuhi kebutuhan penyajian laporan keuangan sesuai SAK yang dapat dikonsolidasi dengan
laporan keuangan sesuai SAP maka dibutuhkan sistem akuntansi untuk memudahkan penyusunan
laporan keuangan tersebut. Sistem Akuntansi BLU Universitas X pertama kali ditetapkan pada tahun
2011, yang kemudian direvisi dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2013. Pencatatan jurnal transaski pada Universitas X dalam penyusunan laporan tahun
2015 menunjukkan adanya perbedaan apabila disandingkan dengan Sistem Akuntansi BLU
Universitas X yang telah ditetapkan. Perbedaan pencatatan jurnal tersebut mengakibatkan pengakuan
Fenomena perbedaan pencatatan akuntansi antara praktik dengan aturan yang telah ditetapkan dan
keunikan kebutuhan penyusunan laporan keuangan yang harus mengakomodir dua standar akuntansi
menjadi latar belakangan untuk melakukan studi lebih mendalam tentang kondisi penerapan SAK dan
SAP pada sistem akuntansi BLU Universitas X. Penelitian ini menarik untuk dilaksanakan dengan
pertimbangan bahwa sepanjang penelusuran dan pengetahuan peneliti belum ada penelitian yang
meneliti penerapan standar akuntansi dalam sistem akuntansi Satuan Kerja yang menerapkan Pola
Pertanyaan yang ingin dijawab dengan penelitian ini adalah bagaimana kondisi penerapan SAK
dan SAP dalam Sistem Akuntansi BLU Universitas X? Kondisi yang terungkap pada penelitian
kemudian mengarahkan kepada pertanyaan penelitian berikutnya yaitu kendala apa saja yang dihadapi
dan solusi yang diharapkan oleh para pelaku sistem akuntansi? Jawaban dari pertanyaan penelitian ini
diharapkan mampu menghasilkan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi
dalam penerapan SAK dan SAP pada Sistem Akuntansi BLU Universitas X. Selain itu hasil dari
penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi dan revisi sistem akuntansi BLU
Universitas X untuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang lebih baik. Penelitian ini
terbatas pada sistem akuntansi keuangan BLU yang ada dalam sistem akuntansi BLU Universitas X,
tidak termasuk prosedur kerja, sistem akuntansi biaya, dan sistem akuntansi aset tetap.
2. Landasan Teori
Tahun 1980 menjadi titik balik perubahan pola manajemen sektor publik, ditandai dengan adanya
beberapa negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) mulai menerapkan pola manajemen sektor publik yang baru. Inti dari perubahan pada model
manajemen sektor publik adalah pergeseran menuju “accountingization” yang akan membawa
pergeseran yang besar terhadap akuntabilitas publik dan administrasi publik. Perubahan pola
manajemen sektor publik ini dikenal dengan sebutan New Public Management (NPM).
NPM merupakan konsep manajemen sektor publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen
yang dijalankan oleh sektor swasta lebih baik jika dibandingkan dengan praktik manajemen
dijalankan oleh sektor publik. Hood (1995) menyatakan bahwa NPM melibatkan konsep yang berbeda
pada akuntabilitas publik dengan pola kepercayaan dan ketidakpercayaan yang berbeda dan sehingga
gaya accountingization-pun juga berbeda. Dasar NPM terletak pada melonggarkan atau
menghapuskan perbedaan antara sektor publik dengan sektor privat dan merubah penekanan dari
proses akuntabilitas menuju ke arah elemen yang lebih besar terhadap akuntabilitas dalam bentuk
hasil. Akuntansi menjadi elemen kunci konsep baru akuntabilitas pada NPM. Hal ini disebabkan
karena akuntansi merefleksikan kepercayaan yang tinggi dalam pasar dan metode bisnis privat serta
kepercayaan yang rendah terhadap pelayan publik dan para profesional yang aktivitasnya lebih
Indonesia juga termasuk negara yang menerapkan NPM dalam pengelolaan sektor publik. Salah
satu penerapan NPM yang dapat dirasakan dan dilihat secara nyata adalah penetapan Satuan Kerja
BLU. Satuan kerja BLU merupakan bentuk enterprising the government, dimana dalam
pengelolaannya entitas sektor publik menerapkan praktik manajemen bisnis dengan gaya sektor
privat, termasuk juga dalam proses pertanggungjawaban keuangannya. Penerapan NPM ini
diharapkan agar Satuan Kerja BLU lebih meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, sehingga pelayanan yang
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan logika induktif,
dimana induksi itu sendiri adalah proses observasi fenomena tertentu dan berdasar obsevasi ini akan
muncul kesimpulan umum (Sekaran dan Bougie, 2010). Desain penelitian yang digunakan untuk
menganalisis dan memahami subjek penelitian adalah studi kasus yang fokus menyelidiki fenomena
Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini pada awalnya melibatkan peraturan yang sudah
ada. Objek penelitian dan fenomena yang terjadi akan dibandingkan dengan peraturan yang diikuti
dengan analisis penerapan peraturan pada fenomena, kendala yang dihadapi dalam fenomena yang
ada, dimana kemudian akan memberikan solusi apabila ditemui kendala dalam penerapan. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis dan memahami Sistem
Akuntansi BLU Universitas X. Analisis dilaksanakan dengan mengacu pada konsep NPM, standar
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi terpublikasi baik
internal Universitas X maupun eksternal. Wawancara untuk memperoleh data primer dilakukan
terhadap para informan yang terlibat dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan
sistem akuntansi BLU Universitas X dengan informan sebanyak 10 orang. Informan dipilih
belakang, dasar pertimbangan, dan harapan dalam penyusunan sistem akuntansi dapat diperoleh dari
penyusun sistem akuntansi itu sendiri. Pelaksana dan pengawas sistem akuntansi diharapkan mampu
Merujuk pada tahapan proses analisis data kualitatif sebagaimana disebutkan Miles dan
Huberman (1992) yang dikutip oleh Amirya, et al. (2013), penelitian ini menggunakan tiga tahapan
proses analisis data, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan/verifikasi. Proses reduksi data disertai dengan proses coding untuk mengidentifikasi kata
kunci yang disampaikan oleh para informan. Data yang hasil reduksi dan coding disajikan dalam
bentuk narasi, matriks, tabel, maupun bagan. Hasil proses coding terhadap wawancara yang dilakukan
Pengujian terhadap keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dan member
checking. Triangulasi adalah cara untuk sampai pada temuan di peringkat pertama, yang didapat
melalui melihat atau mendengar berbagai macam contoh/kejadian dari berbagai sumber dengan
menggunakan metode-metode yang berbeda dan dengan mensejajarkan temuan tersebut dengan yang
lain yang perlu disejajarkan (Miles et al., 2013). Dalam penelitian ini, triangulasi akan dilakukan pada
sumber data, terutama informan dan tipe data. Member checking merupakan proses uji akurasi data
yang diperoleh dengan meminta satu atau lebih informan untuk melakukan pengecekan atas hasil
wawancara yang sudah diolah. Mempertimbangan kecukupan informasi yang diungkap oleh para
informan, member checking pada penelitian ini dilakukan secara tertulis melalui surat elektronik
maupun tatap muka, terhadap empat dari sepuluh informan yang diwawancara.
4. Hasil
Penerapan SAK dan SAP dalam Sistem Akuntansi BLU Universitas X dapat diketahui dari
pertimbangan yang digunakan saat penyusunan. Pertimbangan yang digunakan oleh para penyusun
sistem akuntansi memberikan gambaran tentang penerapan SAK dan SAP dalam sistem akuntansi itu
sendiri. Wawancara terhadap Informan 1.1 selaku penyusun sistem akuntansi mengungkapkan bahwa
Sistem Akuntansi BLU Universitas X mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum:
“Ya PMK 76 tentang Pedoman Sistem Akuntansi BLU. Jurnal standar, kebijakan, dan yang
lainnya dalam sistem itu juga tetap ada yang berdasarkan SAK. Untuk SAP nanti
dipertimbangkan, kalau dulu ada aturan tentang integrasi SAK ke SAP, kita tetap
mempertimbangkan itu juga supaya SAK-nya nanti dengan mudah dapat dikonversi ke SAP”.
Studi pustaka yang dilakukan terhadap PMK 76/PMK.05/2008 menunjukkan bahwa Lampiran
PMK tersebut disusun menimbang pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, yaitu SAK, dengan tetap mempertimbangkan SAP untuk
Pernyataan Informan 1.1 memperkuat pernyataan informan sebelumnya bahwa Sistem Akuntansi
Keuangan BLU secara tidak langsung mengacu pada SAK, karena dalam penyusunannya berpedoman
pada Lampiran PMK 76/PMK/2008. Pertanyaan tentang standar yang digunakan pada sistem
Informan 2.1
“SAK”.
Informan 2.1
“Kalau di sistem akuntansinya cenderung ke SAK aja ya”.
Studi lebih lanjut terhadap Sistem Akuntansi BLU Universitas X terhadap PMK 76/PMK.05/2008
menunjukkan bahwa sistem akuntansi secara garis besar disusun berdasarkan PMK 76/PMK.05/2008.
Tabel 1 menunjukkan perbandingan antara sistem akuntansi dengan PMK 76/PMK.05/2008 sebagai
berikut:
Tabel 1.
Kebijakan umum dalam sistem akuntansi mengacu pada PABU. 8 dari 9 prinsip akuntansi yang
digunakan dalam sistem akuntansi serupa dengan yang tersaji dalam Paragraf 41 sampai dengan 55
Lampiran I SAP Berbasis Akrual, kemudian Tim Penyusun menambahkan prinsip materialitas
sebagai prinsip kesembilan. Studi dokumen yang dilakukan menunjukkan bahwa: (a) Kebijakan
Akuntansi Keuangan untuk komponen Pendapatan, Kewajiban, dan Ekuitas, (b) Kebijakan Akuntansi
Biaya, serta (c) Kebijakan Akuntansi Aset Tetap dalam sistem akuntansi sesuai dengan yang tersaji
Kebijakan Akuntansi Keuangan pada komponen Aset Lancar yang tercantum dalam sistem
akuntansi belum sepenuhnya sesuai dengan uraian yang disajikan dalam Bab VI Lampiran PMK
76/PMK.05/2008. Sistem Akuntansi BLU Universitas X belum mendefinisikan jangka waktu atau
masa jatuh tempo Aset Lancar sesuai dengan PMK 76/PMK.05/2008 sehingga Investasi Jangka
Panjang yang mempunyai jangka waktu realisasi lebih dari 12 bulan diklasifikasikan ke dalam Aset
Lancar. Pengklasifikasian Investasi Jangka Panjang ke dalam Aset Lancar tidak sesuai dengan
paragraf 63 PSAK 1 dan paragraf 67 Lampiran I SAP Berbasis Akrual yang menyatakan bahwa
jangka waktu realisasi Aset Lancar adalah 12 bulan dari tanggal Neraca.
Penerapan SAP Berbasis Akrual di tahun 2015 menyebabkan Laporan Keuangan yang dihasilkan
oleh Sistem Akuntansi BLU Universitas X menjadi kurang lengkap. Laporan Perubahan Ekuitas, yang
sebelumnya tidak disyaratkan dalam PMK 76/PMK.05/2008, wajib disusun oleh Universitas X mulai
tahun 2015. Tahun 2016, pada saat PSAP Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Badan Layanan Umum mulai diterapkan, selain menyusun kelima Laporan Keuangan
sesuai PMK 213/PMK.05/2013, Satuan Kerja BLU juga diwajibkan untuk menyusun Laporan
Bagan Akun Standar (BAS) dalam sistem akuntansi disusun secara sederhana untuk memudahkan
pengklasifikasian tanpa mempertimbangkan BAS yang digunakan dalam SAP sebagaimana yang
“Kalau BAS, dalam menyusun semangatnya ga terlalu rumit dan ga terlalu banyak. Sengaja kita
simple kan dan tidak terlalu banyak akun tujuannya supaya orang tidak terlalu bingung
masuknya kemana. Terkait dengan kebutuhan informasinya. Tanpa mempertimbangkan SAP,
murni pertimbangan SAK dengan penggunaan akun sesuai best practice SAK”.
Dalam rangka konsolidasi laporan keuangan SAK dengan SAP, maka perlu dilakukan mapping
dari akun sesuai sistem akuntansi ke akun sesuai SAP. BAS sistem akuntansi belum mengakomodir
semua item yang disajikan dalam Kebijakan Akuntansi Keuangan itu sendiri, seperti akun untuk
Investasi Jangka Panjang, akun kelompok Kewajiban Jangka Panjang serta kelompok akun Aset
Lainnya.
pemilihan jurnal standar yang digunakan dalam sistem akuntansi yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu
untuk Unit BLU dan BLU. Jurnal standar dalam Sistem Akuntansi BLU Universitas X disusun
mengacu pada kaidah akuntansi yang umum digunakan. Jurnal standar yang terdapat dalam sistem
akuntansi disusun dengan pertimbangan bahwa untuk menghasilkan laporan keuangan hanya melalui
proses penggabungan masing-masing laporan yang dihasilkan oleh Unit BLU dan tingkat BLU
Universitas, bukan proses konsolidasi karena tidak ada eliminasi pencatatan. Informasi ini diperoleh
“Di kita sebenarnya bukan konsolidasi, karena tidak ada eliminasi jurnal antar entitas, hanya
menggabungkan saja, tapi seharusnya petugas konsolidasi menggabungkan juga transaksi-
transakasi di level Universitas”.
Pelaksanaan akuntansi pada Universitas X secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik.
Selain perolehan opini wajar dari Kantor Akuntan Publik, dan hasil review yang baik terhadap laporan
keuangan yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI), informan selaku pengawas pelaksanaan
mengungkapkan proses pelaksanaan akuntansi yang baik secara keseluruhan. Informan 5.1 selaku
“Overall sudah bagus, tapi memang ada beberapa yang harus disesuaikan, salah satunya
piutang karena tidak mengenal cadangan piutang.”
Senada dengan yang diungkapkan oleh Informan 5.1, Informan 6.1 selaku Staf Ahli Bidang
Keuangan dalam pelaksanaan tugasnya juga merasakan hal yang sama dengan Anggota SPI. Hasil
wawancara dengan Informan 6.1 terkait pelaksanaan akuntansi BLU Universitas X adalah sebagai
berikut:
“Sekarang relatif jauh lebih baik, karena dengan pola BLU sebenarnya kayak penerapan SAK,
jadi relatif lebih gampang dan lebih mudah dipahami”.
Pengamatan yang dilakukan terhadap pelaksanaan akuntansi pada Unit BLU menunjukkan bahwa
penyusunan laporan keuangan disusun berpedoman pada modifikasi sistem akuntansi di tahun 2012.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan informan selaku pelaksana sistem akuntansi Unit BLU sebagai
berikut:
Informan 3.1.
Informan 4.1.
“Yang perubahan, yang jadi semua ke pendapatan jasa, jadi semua biaya menyeimbangkan,
sekarang seperti itu semuanya”.
Tabel 2 menunjukkan perbandingan antara jurnal standar Unit BLU yang diatur dalam sistem
Tabel 2.
Kebijakan Universitas bahwa sharing pendapatan layanan pendidikan antara Universitas dengan
Unit BLU menjadi latar belakang munculnya modifikasi sistem akuntansi. Kebijakan ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas anggaran yang disusun oleh Unit BLU sesuai dengan konsep NPM, yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap pencatatan akuntansi. Seperti yang diungkapkan oleh Informan
“Itu berkaitan dengan kebijakan Universitas bahwa tidak ada lagi revenue sharing, jadi mereka
tidak punya data pendapatan mereka berapa. Ini terkait kebijakan anggarannya Universitas.
Karena bukan revenue sharing tapi betul-betul menganggarkan berdasarkan kebutuhan, jadi dari
segi akuntansi penerimaan itu ya sama dengan realisasi. Kalau menurut saya cenderung bagus
yang sekarang. Anggaran dengan sharing pendapatan itu tidak bagus, karena konsep New
Public Management-nya ga ada. Kalau model seperti itu, tidak berbasis kinerja lagi”.
Fakta menarik ditemukan dalam wawancara yang diungkap oleh Informan 4.1 sebelumnya, bahwa
Laporan Keuangan dapat disusun tanpa melalui proses sesuai dengan siklus akuntansi sebagai berikut:
“Tapi kalau yang sekarang ini memudahkan kita, karena kita seumpama dikejar target laporan
harus jadi, kita bisa langsung download dari Aplikasi Pertanggungjawaban kita bisa langsung
jurnal satu-satu ntar dulu”.
Laporan Keuangan yang dimaksud oleh Informan 4.1 adalah Laporan Aktivitas/Operasional yang
dapat disusun secara langsung dengan mengambil data dari Aplikasi Pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dan menyajikan data realisasi biaya yang telah dilakukan pembayaran oleh
Bendahara Pengeluaran BLU Universitas, dengan kata lain data tersebut berbasis kas. Sesuai dengan
arahan Universitas, Laporan Aktivitas disajikan berimbang antara pendapatan dengan biaya. Hal ini
berarti pendapatan lain selain pendapatan jasa layanan pendidikan yang diperoleh Unit BLU belum
Pelaksanaan akuntansi di tingkat BLU Universitas tidak mengalami modifikasi, baik itu
pencatatan transaksi maupun proses penggabungan dengan laporan Unit BLU. Fakta menarik
ditemukan dari wawancara yang dilakukan terdengan pelaksana akuntansi BLU Universitas yang
hadap Informan 2.1. selaku penyusun Laporan Keuangan berdasar SAK, bahwa transaksi-transaksi
tingkat Universitas belum dicatat menggunakan jurnal standar sesuai dengan yang diatur dalam sistem
“Ga, saya ga bikin jurnal, saya olah data menggunakan Pivot. Kalau di Universitas ga ada
jurnal-jurnal, yang ada jurnal unit-unit”.
Melalui wawancara terungkap bahwa laporan keuangan BLU Universitas belum disusun
sebagaimana yang diharapkan oleh Tim Penyusun Sistem Akuntansi BLU. Informasi yang diperoleh
dari para informan menunjukkan laporan keuangan disusun hanya dengan mengabungkan Laporan
Keuangan Unit BLU tanpa penjurnalan transaksi tingkat Universitas. Proses penyusunan Laporan
Konsolidasian SAK dengan SAP melalui tahapan rekonsiliasi data antara Bendahara, pelaksana
akuntansi SAK, dan pelaksana akuntansi Barang Milik Negara. Hal ini diungkapkan oleh Informan
“Menyamakan angka akrual dengan petugas akuntansi SAK, kalau unit sudah selesai lihat
informasi dari unit, baik itu lewat laporan yang disampaikan maupun telepon. Kalau SAP semua
data ada di aku, jadi tinggal input di SAIBA. Data-data yang lain seperti kas informasi diambil
dari bendahara, piutang dari sistem. Untuk BMN dilakukan rekonsiliasi dengan petugas SIMAK
BMN Universitas”.
Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa konsolidasian Laporan Keuangan SAK SAP
dimulai sejak proses pengesahan pendapatan dan belanja BLU ke KPPN menggunakan Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU). Akun yang digunakan dalam SP3B BLU
menggunakan akun sesuai pada BAS SAP. Mapping akun BAS SAK ke BAS SAP dilakukan pada
saat pembuatan SP3B BLU dengan bantuan Microsoft Excel berdasarkan referensi mapping akun
4.3. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sistem Akuntansi BLU Universitas X
Informan yang berhasil diwawancara mengungkap berbagai macam kendala maupun kelemahan
yang dihadapi dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi BLU Universitas X. Berdasarkan coding data
yang diperoleh dari wawancara terhadap informan, diperoleh tiga klasifikasi kendala yang dihadapi
Lebih dari satu informan mengungkapkan bahwa pelaksanaan sistem akuntansi pada Universitas
X belum sepenuhnya sesuai dengan aturan. Ketidaksesuaian ini tidak hanya sebatas pada prosedur
akuntansi, namun juga prosedur kerja dan formulir yang digunakan. Informan 1.1. mengungkapkan
“Masih banyak yang belum sesuai. Contoh, kalau alur sudah jalan semua karena kita pakai
sistem komputer dan dokumen itu sudah sesuai, kalau keuangan yang banyak tidak sesuai itu
persyaratan-persyaratannya, banyak yang suka nambah-nambahin sendiri syaratnya, ga sesuai
dengan pedoman di sistem. Dokumen pendukung kebanyakan suka bikin aturan main sendiri
sehingga proses keuangan jadi lama, bolak-balik”.
Studi lebih lanjut terhadap jurnal yang dipilih sebagai jurnal standar pengakuan biaya dalam
sistem akuntansi belum sesuai dengan aturan yang berlaku. Akun Biaya langsung disandingkan
dengan akun Pendapatan dan akun Utang Pajak dapat dipahami bahwa pajak yang menjadi kewajiban
pihak ketiga ditanggung oleh Universitas X karena nilai biaya yang tercatat dalam jurnal sudah
termasuk dengan kewajiban pajak. Hal ini bertentangan dengan aturan yang berlaku bahwa pajak
yang menjadi kewajiban pihak ketiga bukan merupakan tanggungan pemberi kerja.
Jurnal yang dipilih untuk mencatat informasi akrual, baik debet maupun kredit menggunakan
akun riil yang hanya tersaji dalam Neraca, sehingga biaya yang tersaji dalam Laporan Aktivitas belum
mampu menyajikan informasi sesuai dengan basis akrual yang dipilih oleh Universitas X. Laporan
Operasional/Aktivitas yang disusun secara berimbang belum sesuai dengan kebijakan Universitas X
tentang penghapusan sharing pendapatan biaya layanan pendidikan, dimana hanya jasa layanan
pendidikan saja yang tidak di-sharing sedangkan pendapatan yang lain harus tetap diakui oleh Unit
BLU. Hal ini mengakibatkan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan belum mampu
menggambarkan kondisi Universitas X yang sesuai dengan aturan dan sistem akuntansi yang sudah
ditetapkan. Infomasi dalam laporan keuangan yang belum sepenuhnya memadai ini diungkap oleh
Informan 1.1.
“Ya laporan keuangannya jadi ga lengkap, dari segi completeness-nya tidak terpenuhi. Unit kan
punya pendapatan selain layanan pendidikan dan harus disajikan dalam laporan keuangan.
Laporan Aktivitas harusnya akrual. Itu sama saja kayak LRA kalau kayak gitu. Itu keliru ya, ya
salah lah, harusnya ya sesuai transaksi akrual, debetnya kan harus tetep belanja/biaya”.
Informan 1.2.
“Tujuannya waktu itu karena sudah ga ada model sharing, kemudian pada protes, takut kalau
laporannya minus, sehingga cash basis yang dimasukkan di Laporan Aktivitas, yang lain baru ke
Neraca. Kalau saya ini jadi salah sebenarnya”.
Informan 2.2.
“Di sini kan memang unik, kalau yang selama ini lebih gampang karena pendapatan di hitung
sesuai belanjanya, secara praktik memudahkan tapi informasinya kurang mencerminkan kondisi
sesungguhnya”.
Informan 3.1.
“Gampang sih gampang, cuma agak ganjel aja, karena mutu informasi, kualitas informasinya
yang kurang baik”.
Fakta yang terungkap dalam penelitian menunjukkan bahwa Laporan Keuangan tingkat BLU
Universitas belum disusun sesuai dengan siklus akuntansi. Data sumber langsung diolah menjadi
laporan keuangan tanpa melalui tahapan dalam siklus akuntansi, seperti yang dinyatakan oleh
Informan 2.1:
“Ga, saya ga bikin jurnal, saya olah data menggunakan Pivot. Kalau di Universitas ga ada
jurnal-jurnal, yang ada jurnal unit-unit”.
“Yang jadi masalah adalah di Universitas tidak ada yang merekam jurnal BLU. Setahu saya
Subbagian Akuntansi tidak pernah melakukan penjurnalan seperti ini”.
Walaupun tidak semua unit BLU melewatkan siklus akuntansi, namun informasi yang dinyatakan
oleh Informan 4.1 dapat memberikan gambaran proses penyusunan laporan keuangan pada Unit BLU
“Tapi kalau yang sekarang ini memudahkan kita, karena kita seumpama dikejar target laporan
harus jadi, kita bisa langsung download dari Aplikasi Pertanggungjawaban kita bisa langsung
jurnal satu-satu ntar dulu”.
Kondisi ini juga diketahui oleh SPI, seperti yang diungkapkan oleh Informan 5.1 sebagai berikut:
“Naaa itu, kemaren saya sudah menegur juga, SAP itu sebagai voucher jurnal tapi SAK harus
tetap buat jurnal, buku besar dan yang lain, baik itu untuk transaksi maupun konsolidasi”.
Salah satu kelemahan pelaksanaan akuntansi pada Universitas X adalah bahwa modifikasi sistem
akuntansi yang merupakan pedoman pelaksanaan akuntansi sampai dengan penelitian ini selesai
dilaksanakan belum ditetapkan dengan peraturan formal. Informan 7.1 menyatakan bahwa modifikasi
yang tidak ditetapkan secara legal formal belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan akuntansi, sebagai
berikut:
“Terkait dengan modifikasi sistem yang tidak diikuti dengan penetapan secara legal, maka
seharusnya mengacu ke yang lama (yang ditetapkan dengan peraturan)”.
Dokumentasi terhadap evaluasi dan modifikasi sistem akuntansi merupakan salah satu pendukung
kelancaran pelaksanaan akuntansi. Selain dokumentasi fisik, perlu juga dilakukan dokumentasi dalam
bentuk penetapan secara legal formal terhadap setiap modifikasi yang dilaksanakan, mengingat
pelaksanaan akuntansi harus sesuai dengan peraturan. Modifikasi sistem akuntansi yang mulai
dilaksanakan pada tahun 2012 sampai dengan penelitian ini dilaksanakan belum didokumentasikan
Informan 1.2.
“Modifikasi tersebut tidak didokumentasikan dan ditetapkan secara memadai sehingga giliran
orangnya ganti bingung”.
Informan 3.1.
“Dijadikan bahan rapat, dulu semua unit rapat, ada perubahan prosedur pencatatan akuntansi,
waktu itu baru kesepakatan, dijanjikan akan dijadikan aturan tapi sampai sekarang tidak ada”.
Informan 6.1.
“Itu biasanya lebih banyak diberikan pada saat workshop, sosialisasi, pemaparan. Pembakuan
yang di dokumentasi jarang banget. Makanya di pedoman akuntansi yang ditetapkan dengan
yang berlaku sebenarnya ada perubahan tapi bukunya ajeg. Ini termasuk satu kelemahan”.
konsolidasi laporan keuangan SAK dengan SAP. Sesuai aturan yang berlaku, Laporan konsolidasian
disusun mengikuti BAS SAP. Analisis yang dilakukan terhadap BAS pada sistem akuntansi, dengan
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh informan, menunjukkan bahwa hanya digit pertama
akun pada BAS sistem akuntansi yang mendefinisikan klasifikasi akuntansi yang sama dengan BAS
SAP. Penyusunan BAS tanpa mempertimbangkan SAP seperti yang diungkapkan oleh Informan 1.1
dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan konsolidasi laporan keuangan. Hal tersebut diungkapkan
“Untuk BAS dalam sistem akuntansi BLU, cenderung kurang mudah ketika digunakan untuk
konsolidasi antara SAK dengan SAP”.
Pengamatan yang dilakukan menunjukkan proses penyusunan laporan keuangan sesuai SAK
dilakukan secara manual, baik dalam proses penjurnalan maupun penyusunan laporan keuangan
dengan bantuan aplikasi komputer. Selain proses manual tersebut, Informan 1.2. mengungkapkan
bahwa penggabungan laporan keuangan menjadi Laporan Keuangan BLU Universitas X melewati
tahapan modifikasi terlebih dahulu. Informasi yang diungkap oleh Informan 1.2. menjadi dasar untuk
melakukan analisis proses penggabungan melalui jurnal standar yang digunakan oleh pelaksana
4.3.2.1. Tidak terdapat akun-akun yang saling mengeliminasi yang disediakan oleh Sistem
Akuntansi BLU Universitas X;
4.3.2.2. Pencatatan akun pendapatan dan belanja Unit BLU yang menyandingkan dengan akun
Piutang Kepada Bendahara Penerimaan. Penggabungan tanpa modifikasi akan
memunculkan akun Piutang Kepada Bendahara Penerimaan di Neraca Universitas.
Bendahara Penerimaan yang dimaksud dalam akun tersebut adalah Bendahara Penerimaan
Universitas, sehingga akun Piutang Kepada Bendahara Penerimaan idealnya tidak muncul
dalam Neraca Laporan Keuangan tingkat Universitas;
4.3.2.3. Pencatatan sharing pendapatan kepada Unit BLU oleh BLU Universitas dengan mendebet
akun Pendapatan pada akun Pendapatan Unit BLU. Penggabungan tanpa modifikasi dapat
berakibat pada penyajian ganda Pendapatan Unit BLU karena pencatatan penerimaan
pendapatan oleh Unit BLU dengan mendebet akun Piutang Kepada Bendahara Penerimaan
pada akun Pendapatan Unit BLU;
Dokumen sumber merupakan kelengkapan pendukung yang penting karena digunakan sebagai
dasar pencatatan akuntansi setiap transaksi. Dokumen sumber yang lengkap dan memadai dibutuhkan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang akurat, handal dan memadai. Salah satu kendala yang
dihadapi dalam penyusunan Laporan Keuangan BLU Universitas X adalah belum tersedianya
dokumen yang menyajikan data detail transaksi penerimaan yang dikelola oleh Bendahara
Penerimaan BLU, seperti yang diungkap oleh Informan 1.2 sebagai berikut:
“Kondisi yang ada sekarang, transasksi penerimaan di bendahara penerimaan itu informasinya
hanya disampaikan rekap data saja, bukti-bukti tidak disampaikan ke Subbag Akuntansi”.
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang disampaikan oleh para informan, diketahui bahwa
ketepatan waktu penyampaian data menjadi salah satu kendala dalam penyusunan laporan keuangan,
Pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan dua informan yang lain, yaitu:
Informan 2.2.
“SPM Pengesahan disampaikan ke saya mendekati deadline. Unit harus ditagih dulu untuk data
yang dibutuhkan. Surat-surat terkait penyusunan laporan keuangan datang mendekati deadline
laporan,terutama yang berakibat pada perubahan angka”.
Informan 3.1.
“Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, karena menunggu data dari SIMAK BMN,
biasanya lama”.
Pelaksanaan akuntansi akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang sesuai dengan beban kerja. SDM yang memadai sesuai dengan beban kerja akan
meningkatkan kinerja Unit BLU. Kondisi yang terjadi pada Unit BLU menunjukkan terjadinya
kekurang sesuaian jumlah SDM dengan beban kerja yang mengakibatkan proses penatausahaan belum
berjalan dengan baik dan mengurangi tingkat ketelitian pencatatan transaksi. Hal diungkap oleh
“Di sini terlalu banyak pekerjaan, antara beban kerja dengan orang yang mengerjakan ga
seimbang. Yang paling sering jadi masalah itu pajak, karena jumlahnya banyak. Itu juga jadi
temuan BPK, sampai kemaren ditagih lagi. Sering kehilangan berkas karena banyaknya. Karena
di-sambi jadi merekam jurnalnya kurang teliti”.
Hasil review terhadap Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh SPI, tidak dapat menjadi tolok
ukur proses akuntansi yang dilaksanakan untuk menyusun Laporan Keuangan tersebut juga berjalan
dengan baik. SPI melakukan review terhadap laporan keuangan yang dihasilkan baik itu oleh Unit
BLU maupun BLU Universitas, tidak termasuk pengawasan terhadap proses penyusunan laporan
keuangan tersebut. Sesuai dengan uraian fungsinya, terhadap laporan keuangan pengawasan yang
dilakukan SPI meliputi pendampingan dan review atas laporan keuangan.Hal ini diperkuat pernyataan
“Memang kita tidak terlibat ke akuntansinya, kita hanya me-review laporan. Kita sudah berikan
saran, tapi itu kan tim, kita terus berusaha”.
Praktik pelaksanaan, kelemahan serta kendala yang dihadapi membuat para informan mempunyai
harapan dan solusi terhadap Sistem Akuntansi BLU Universitas X. Harapan dan solusi yang
disampaikan dimaksudkan untuk perbaikan Sistem Akuntansi BLU Universitas X serta dalam rangka
memudahkan pelaksanaan sistem akuntansi itu sendiri. Gambar 1 menunjukkan hubungan antara
kendala yang diungkap oleh para informan dengan solusi yang dapat mengatasi kendala tersebut.
Gambar 1.
Solusi untuk Mengatasi Kelemahan dan Kendala Penerapan Sistem Akuntansi BLU Universitas X
Solusi terhadap kendala yang disampaikan oleh para informan dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut:
Proses akuntansi dapat berjalan dengan lancar apabila para pelaku menjalankan tugas sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan dapat dicapai apabila para
pihak yang terkait harus mempunyai komitmen untuk konsisten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan aturan. Proses akuntansi yang sesuai dengan aturan menjadi solusi untuk mengatasi
kelemahan dan kendala pelaksanaan akuntansi yang belum dapat dilaksanakan secara tepat. Efisiensi
penyusunan laporan juga dapat dicapai apabila para pelaku menjalankan siklus akuntansi sesuai
dengan aturan yang sudah ditetapkan. Dokumen sumber yang disampaikan kepada penyusun laporan
keuangan haruslah memadai dan disampaikan tepat pada waktunya, sesuai dengan yang disyaratkan
dalam sistem akuntansi. Pelaksanaan akuntansi yang sesuai dengan aturan ini diharapkan juga mampu
meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang disusun oleh Universitas X. Keinginan
terwujudnya pelaksanaan akuntansi yang sesuai dengan aturan ini disampaikan oleh beberapa
Informan 2.2.
“Apabila semua bisa disiplin, on time, dan sesuai aturan, semua jadi lebih lancar”.
Informan 5.1.
“Mulai tahun ini kita sudah merencanakan untuk mencoba mensosialisasikan bagaimana supaya
antara standar dikuti semua, dengan praktik itu sama”.
Informan 6.1.
“Permasalahannya bukan pada informasi tersebut sudah memadai atau tidak, namun harus ada
kemauan secara menyeluruh untuk mulai memperbaiki”.
Informan 7.1.
“Kalau saya sih sekedar mengikuti aturan aja lah, sistem itu disusun berdasar aturan ini ini ini,
tapi pada praktiknya ternyata tidak sesuai aturan”.
penerapan SAP Berbasis Akrual membuat evaluasi dan revisi terhadap sistem akuntansi adalah suatu
keharusan. Kondisi yang ada pada Universitas X juga berkembang seiring dengan berjalannya waktu,
sehingga penting untuk dilakukan evaluasi sistem akuntansi mengikuti perkembangan organisasi dan
kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk kelancaran proses pertanggungjawaban keuangan dan
harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan evaluasi. Evaluasi dan revisi diharapkan termasuk
terhadap BAS dengan mempertimbangkan BAS SAP dalam rangka kemudahan dalam pengakuan
transaksi dan konsolidasi dengan laporan keuangan sesuai SAP. Harapan dilaksanakan evaluasi dan
Informan 1.1.
“Segera dilakukan revisi karena sudah out of date. Intinya direvisi sesuai dengan perkembangan
pengelolaan keuangan yang ada saat ini”.
Informan 3.1.
Informan 5.1.
“Kalau saya, harusnya setiap tahun di evaluasi, di review terus menerus, mana yang kurang
mana yang bisa diperbaiki, ini kan sudah lama tidak belum pernah di review”.
Informan 7.1.
“Jurnal-jurnal yang digunakan sekarang juga seharusnya diperbaiki sesuai aturan. Contoh
pendapatan: unit seharusnya menyajikan informasi pendapatan akrual secara riil, supaya
keadaan sebenarnya di unit lebih tercermin dalam laporan keuangan”.
Lebih lanjut, Informan 1.2. menyampaikan penyusunan ulang sistem akuntansi menggunakan
“Kalau saya disusun ulang, bukan hanya evaluasi. Modelnya sentralisasi, lebih mudah untuk
dilaksanakan. Pusat nanti diperkuat SDM-nya”.
Evaluasi dan revisi yang dilakukan terhadap sistem akuntansi diharapkan dapat didokumentasikan
secara memadai dan ditetapkan secara legal formal untuk meningkatkan akuntabilitas
pertanggungjawaban. Terhadap hasil evaluasi sistem akuntansi diharapkan dapat disampaikan kepada
para pelaku melalui sosialisasi ataupun pelatihan, dengan materi sesuai dengan yang telah
Penyelenggaraan keuangan dapat berjalan dengan baik dapat dicapai dengan penyediaan SDM
yang memadai, baik itu kuantitas maupun kualitas, dibandingkan dengan beban kerja dan jenis
pekerjaan. Kebutuhan SDM yang memadai disampaikan oleh Informan 4.1 sebagai berikut:
Selain dari sisi SDM, pendukung dalam bentuk aplikasi yang terintegrasi dengan aplikasi
pengelolaan keuangan yang lain juga diharapkan dapat segera disediakan. Aplikasi ini diharapkan
mampu mengolah data dari sistem pendukung ke dalam siklus akuntansi dan menghasilkan laporan
keuangan, sehingga proses akuntansi tidak lagi dilaksanakan secara manual. Efisiensi proses
akuntansi dapat tercapai dengan penggunaan aplikasi, serta kebutuhan penyediaan data tepat waktu
dapat dipenuhi. Aplikasi terintegrasi juga memberikan jaminan bahwa prosedur akuntansi sudah
dilaksanakan sesuai dengan aturan. Aplikasi yang dibangun berpedoman pada sistem akuntansi yang
telah dievaluasi dan direvisi. Kebutuhan penyediaan aplikasi yang terintegrasi diungkapkan oleh para
Informan 2.1
“Inginnya terintegrasi, ada aplikasi untuk menyusun laporan yang terintegrasi, jadi data yang
dibutuhkan dapat tersedia dengan mudah”.
Informan 2.2
Informan 3.1
“Aku sih berharapnya sistem akuntansi ini dikembangkan sebaik mungkin. Kita kan sudah ada
sistem Aplikasi Pertanggungjawaban yang memproses transaksi, kalau bisa dari situ
menghasilkan laporan keuangan ga usah repot-repot jurnal. Kita cukup bikin CaLK dan
adjustment terkait akrual”.
Informan 4.1
“Kita ga perlu jurnal lagi, ya sistem yang dibuat tinggal bikin penyesuaian aja. Sistemnya
langsung online dari Aplikasi Pertanggungjawaban tidak perlu lagi jurnal-jurnal”.
Memperhatikan bahwa SPI tidak melakukan pengawasan terhadap proses penyusunan laporan
keuangan, maka kualitas Laporan Keuangan Unit BLU dapat ditingkatkan dengan pendampingan
proses penyusunan Laporan Keuangan Unit BLU. Pendampingan juga diharapkan mampu
memastikan bahwa prosedur akuntansi yang dilaksanakan sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pendampingan ini dilakukan oleh Universitas supaya Laporan Keuangan Unit BLU yang disampaikan
ke Universitas merupakan laporan yang sudah benar karena sudah melalui proses review pada saat
“Ketika kita mau membuat laporan ya ada pendampingan dari pusat, paling ga sebelum kita
setor kesana ada yang koreksi lah”.
Pemerintah diharapkan menyediakan pedoman dasar yang dapat diikuti oleh semua Satuan Kerja
BLU di seluruh Indonesia. Informasi yang dihimpun selama proses penelitian, selain PMK
76/PMK.05/2008, pada tahun 2015 pemerintah menerbitkan PSAP Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan BLU yang mulai berlaku di Tahun Anggaran 2016. Pedoman ini juga
harus disosialisasikan supaya tercapai pemahaman yang sama di antara Satuan Kerja BLU. Hal ini
“Ya kalau saya, seharusnya pemerintah memberikan sosialisasi, mereka harus memberikan
aturan pedoman yang akan diikuti oleh semua, dan itu sama. Pemerintah harus membuat standar
yang diikuti oleh semua. Tapi kalau diberikan kebebasan saya kira berbeda-beda tidak masalah,
asalkan akhirnya rekonsiliasinya kita tahu”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sistem Akuntansi BLU Universitas X secara garis besar
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008, SAK, dan SAP, walaupun
terdapat rincian yang belum sepenuhnya sesuai dengan ketiga aturan dimaksud. Kendala yang
dihadapi berupa: (1) proses pelaksanaan yang belum sepenuhnya sesuai dengan aturan, (2) sumber
daya dan kelengkapan pendukung yang belum memadai, dan (3) kendala dalam pengawasan terhadap
proses. Solusi yang diberikan adalah: (1) pelaksanaan akuntansi yang sesuai dengan aturan, (2)
revaluasi sistem akuntansi, (3) penyediaan kelengkapan pendukung dan sumber daya yang memadai,
Implikasi dari hasil penelitian yaitu dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan,
sebaiknya dilakukan evaluasi dan revisi Sistem Akuntansi BLU Universitas X yang ditetapkan secara
formal dan didokumentasikan secara memadai. Evaluasi dan revisi dilakukan mengacu pada
perkembangan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada pada Universitas X serta menyediakan
kelengkapan pendukung dan sumber daya memadai. Upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan
kepatuhan dan keseragaman implentasi sistem akuntansi yang konsisten adalah dengan penyediaan
aplikasi, pendampingan penyusunan laporan keuangan, serta sosialisasi dan familiarisasi terhadap
sistem akuntansi yang telah ditetapkan, selain juga perlu dikembangkan adanya sistem pengendalian
manajemen yang menekankan peran pengawasan melekat. Peningkatan kualitas Laporan Keuangan
BLU diperlukan peran serta Pemerintah untuk menyediakan aturan tentang pedoman pelaksanaan
akuntansi BLU untuk melengkapi SAP Berbasis Akrual dan PSAP Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penelitian ini, selain menggunakan data primer juga menggunakan data sekunder yang terbatas
akses perolehannya. Beberapa data sekunder yang dijadikan sumber data dalam penelitian merupakan
data yang tidak terpublikasi sehingga terbatas perolehannya. Penelitian ini menggunakan Laporan
Keuangan BLU Universitas X Tahun Anggaran 2014, baik itu SAK maupun SAP, dimana laporan
keuangan tersebut menggunakan basis akuntansi yang berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan
perbandingan angka yang tersaji dalam Laporan Keuangan. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan
terhadap pelaksanaan akuntansi tahun 2015 sebelum PSAP Berbasis Akrual Nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan BLU diimplementasikan. Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya
dapat dilakukan terhadap implementasi SAP Berbasis Akrual dan PSAP Berbasis Akrual Nomor 13
pada Laporan Keuangan BLU Universitas X Tahun Anggaran 2015, baik itu SAP maupun SAK, agar
dapat memberikan gambaran menyeluruh praktik akuntansi sesuai dengan perkembangan aturan dan
kebijakan.
Daftar Pustaka
Amirya, M., Djamhuri, A., dan Ludigdo, U. 2012. Pengembangan Sistem Anggaran dan Akuntansi Badan
Layanan Umum Universitas Brawijaya: Sebuah Studi Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Creswell, J. W. 2012. Educational Research : Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and
Qualitative Research 4th Edition. Pearson. Boston
Drury, C. 2011. Management Accounting for Business Decisions Second Edition. Thomson Learning. London.
Ebimobowei, A. 2012. Convergence of Accounting Standards: The Continuing Debate. Asian Journal of Bisnis
Management 4 (2), hal. 159-165.
Hall, J. A. 2011. Accounting Information System, Seventh Edition. In J. A. Hall, Accounting Information
System, Seventh Edition. Cengage Learning. Ohio.
Hox, J. J., dan Boeiji, H. R. 2005. Data Collection, Primary vs. Secondary. In K. Leonard (Ed.), Encyclopedia of
Social Measurement, Volume I. Elsevier. Boston: 593-599
Jensen, M. C., dan Meckling, W. M. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360.
Juan, N. E., & Wahyuni, E. T. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan Edisi 2. Salemba Empat.
Jakarta.
Lase, Y., & Sutaryo. 2014. Pengaruh Karakteristik Auditor Terhadap Audit Delay Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Miles, M. B., Huberman, A. M., dan Saldana, J. 2013. Qualitative Data Analysis,A Method of Sourcebook
Edition 3. In M. B. Miles, A. M. Huberman, & J. Saldana, Qualitative Data Analysis,A Method of
Sourcebook Edition 3. Sage Publications. USA: 293-310
Puspitasari, Y. R., Bambang, H., & Setiawan, A. R. 2014. Sisi Remang Pengelolaan Keuangan Organisasi
Mahasiswa Intra Kampus: Studi Fenomenologis pada UKM Hitam Putih. Simposium Nasional
Akuntansi XVII.
Rahayu, S. E., Kesuma, A. I., dan Fakhroni, Z. 2013. Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76/PMK.06/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum (Studi
Kasus pada RSUD A. W. Sjahranie di Samarinda). Publikasi Ilmiah Vol. 1 No. 1.
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
________________. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
________________. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
________________. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
________________. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
________________.2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.
________________. 2009 Keputusan Menteri Keuangan Tahun 2009 tentang Penetapan Universitas X pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Instansi yang Menerapkan Pola Keuangan Badan
Layanan Umum.
________________. 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
________________. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum.
________________. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 tentang Sistem
Akuntansi Universitas X.
________________. 2014. Keputusan Direktur Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/ 2014 tentang Kodefikasi
Segmen Akun pada Bagan Akun Standar.
________________, Peraturan Rektor Universitas X Tahun 2012 tentang Sistem Akuntansi Badan Layanan
Umum.
Sekaran, U., dan Bougie, R. 2010. Research Methods for Bussiness, A Skill Building Approach 5th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Somantri, G. R. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora: 57-65.
Utama, A. A. 2013. Rancangan Sistem Informasi Akuntansi Pengusahaan Jalan Tol pada Badan Layanan Umum
Pengembangan Wilayah Surabaya Madura. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol 3: 950-964.
Waluyo, B. 2014. Analisis Permasalahan pada Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum. Jurnal Infoartha Vol. 3/Tahun XII: 27-38.
Waluyo, I. 2011. Badan Layanan Umum Sebuah Pola Baru Dalam Pengelolaan Keuangan di Satuan Kerja
Pemerintah. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Volume IX: 1-15.
Wegandt, J. J., Kimmel, P. D., dan Kieso, D. E. 2012. Accounting Principles 10th Edition. John Wiley & Sons
Inc. New Jersey.
http://www.blu.djpbn.kemenkeu.go.id
Lampiran