Jurnal Pimpin

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA TENAGA


KESEHATAN DI RAWAT INAP RSUD BATUSANGKAR

Sri Handayani*, Puteri Fannya, dan Putri Nazofah


Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Syedza Saintika Padang,
Jalan Prof. Dr. Hamka No. 228, Air Tawar Padang
*
email: [email protected]

Submitted :28-12-2017, Reviewed:19-01-2018, Accepted:29-01-2018


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i3.3005

ABSTRACT
Based on data from the Indonesia Ministry of Health in 2015, In Indonesia, new professional nurses
were just 2% of the total nurses. This figure was much lower than the Philippines which has reached
40% with bachelor and master level as their education. The purpose of this study was to determine the
relationship between age, and leadership with the performance of health personnel. The design of this
research was analytical research with Cross Sectional Study. The population in this study was all nurses
and doctors who served in the internal room, children, surgery and midwifery. Sampling using total
sampling by questionnaires. The data was processed by univariate and bivariate analysis using Chi-
square test. The result showed that 57,8% nurses had poor performance, 56,3% doctors had poor
performance, 64,4% nurses had average age 26-35 years, 56,2% doctors had average age 36-45 years,
64.4% nurses have poor leadership, and 50.0% of doctors have less good leadership. There is a
relationship between age and leadership with the performance of health personnel.

Keywords: Performance, Leadership, Age


ABSTRAK
Berdasarkan data kemenkes RI tahun 2015 jumlah tenaga kesehatan terbanyak yaitu perawat sebanyak
147.264 orang (45,65%). Di Indonesia, perawat profesional baru mencapai 2% dari total perawat yang
ada. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Filipina yang sudah mencapai 40% dengan
pendidikan strata satu dan dua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur,
kepemimpinan dengan kinerja tenaga kesehatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain
penelitian analitik dengan Cross Sectional Study. Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat
dan dokter. Pengambilan sampel dengan menggunakan Total Sampling. Pengambilan data
menggunakan kuesioner. Data diolah dengan analisis univariat menggunakan statistik deskriptif dan
analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian didapatkan 57,8% perawat memiliki
kinerja kurang baik, 56,3% dokter memiliki kinerja kurang baik, 64,4% perawat memiliki umur rata-
rata 26-35 tahun 64,4%, 56,2% dokter memiliki umur rata-rata 36-45 tahun, 64,4% perawat memiliki
kepemimpinan kurang baik, 50,0% dokter memiliki kepemimpinan kurang baik. Terdapat hubungan
antara umur dan kepemimpinan dengan kinerja tenaga kesehatan.

Kata Kunci : Kinerja, Kepemimpinan, Umur

PENDAHULUAN
Berdasarkan data kemenkes RI sudah mencapai 40% dengan pendidikan
tahun 2015 jumlah tenaga kesehatan strata satu dan dua (Sri, 2009). Tenaga
terbanyak yaitu perawat sebanyak 147.264 perawat yang merupakan “the caring
orang (45,65%). Di Indonesia, perawat profession” mempunyai kedudukan
profesional baru mencapai 2% dari total penting dalam menghasilkan kualitas
perawat yang ada. Angka ini jauh lebih pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena
rendah dibandingkan dengan Filipina yang pelayanan yang diberikannya berdasarkan

LLDIKTI Wilayah X 440


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual Mengingat keterbatasan, variabel yang


merupakan pelayanan yang unik komplek dan sulit diukur, maka dalam
dilaksanakan selama 24 jam dan penelitian ini hanya memfokuskan pada
berkesinambungan merupakan kelebihan faktor yang berhubungan dengan kinerja,
tersendiri dibanding pelayanan lainnya yaitu : kepemimpinan, dan sikap dengan
(Kemenkes RI, 2011). Dengan melihat ditambahkan karakteristik umur dan lama
pentingnya peran perawat dalam kerja.
menjalankan tugasnya, maka perawat Beberapa penelitian yang pernah
dituntut untuk lebih meningkatkan dilakukan menjelaskan bahwa kinerja
kemampuan dan kinerjanya. Untuk tenaga kesehatan di Indonesia termasuk
meningkatkan kinerja tersebut diperlukan tenaga kesehatan di rumah sakit belum
adanya motivasi kerja, sikap kerja, optimal. Diantaranya hasil penelitian
kepemimpinan dan supervisi yang baik Rahmatika (2014) menyatakan adanya
(Hafni, 2014). hubungan antara kepemimpinan dengan
Kinerja dalam suatu organisasi kinerja perawat (Rahmatika, 2014). Hasil
dilakukan oleh segenap sumber daya penelitian Ridho (2014) menyatakan
manusia yang ada, baik pimpinan maupun adanya hubungan signifikan antara
pekerja. Ada beberapa faktor yang dapat supervisi dan kinerja perawat (Ridho,
mempengaruhi sumber daya manusia 2014).
dalam menjalankan kinerjanya. Baik itu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
faktor yang berasal dari dalam diri sumber Prof. DR. M.A. Hanafiah SM Batusangkar
daya manusia maupun yang berasal dari merupakan rumah sakit umum tipe C.
luar dirinya. Setiap pekerja mempunyai Tenaga perawat di RSUD Prof. DR. M.A.
kemampuan berdasar pada pengetahuan Hanafiah SM Batusangkar berjumlah 136
dan keterampilan, kompetensi yang sesuai orang yang telah berstatus PNS.
dengan pekerjaannya, motivasi kerja dan Berdasarkan hasil observasi awal yang
kepuasan kerja. Namun, pekerja juga dilakukan penulis pada hari Rabu, 15 Maret
mempunyai kepribadian, sikap dan perilaku 2016 dengan cara wawancara terhadap 10
yang dapat mempengaruhi kinerjanya pasien RSUD Prof. DR. M.A. Hanafiah SM
(Wirawan, 2009). Batusangkar, ditemukan 60% responden
Gibson menyatakan bahwa kinerja menilai pelayanan yang diberikan tenaga
individu perawat dipengaruhi oleh 3 perawat masih belum memuaskan. 25%
variabel yaitu variabel individu, variabel masih ada perawat yang kurang cepat
organisasi dan variabel psikologis. Variabel tanggap dalam melayani dan mengontrol
individu, terdiri dari kemampuan, kebutuhan pasien, sehingga dalam
keterampilan, pengalaman, demografi dan pelaksanaan asuhan keperawatan masih ada
latar belakang keluarga. Variabel psikologi yang tidak terlaksana. Selain itu, 35%
terdiri dari persepsi, sikap, motivasi, masih ada perawat yang kurang ramah
kepribadian dan belajar. Variabel kepada pasien dan tidak sabar melayani
organisasi terdiri dari sumber daya, pasien.
imbalan, beban kerja, struktur, supervisi Tujuan penelian ini adalah untuk
dan kepemimpinan. Kinerja klinis perawat mengetahui faktor – faktor yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor berhubungan dengan kinerja tenaga
eksternal, faktor internal adalah kesehatan di RSUD Prof. DR. M.A
keterampilan dan motivasi perawat, Hanafiah SM Batusangkar tahun 2017.
sedangkan faktor eksternal adalah
supervisi, kepemimpinan dan monitoring METODE PENELITIAN
(Mandagi, dkk, 2015). Berdasarkan teori Jenis penelitian yang digunakan adalah
yang dikemukakan oleh Gibson diatas, desain penelitian analitik dengan Cross
banyak faktor yang mempengaruhi kinerja. Sectional Study. Populasi pada penelitian

LLDIKTI Wilayah X 441


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

ini adalah semua perawat dan dokter yang penampilan secara kualitas dan kuantitas
bertugas di ruangan interne, anak, bedah yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
dan tindakan kebidanan. Pengambilan melaksanakan tugasnya sesuai tanggung
sampel dengan menggunakan Total jawab yang diberikan kepadanya
Sampling dengan jumlah sampel perawat (Mangkunegara, 2009).
sebanyak 45 orang dan dokter sebanyak 16 Penelitian Mohammad Iqbal dkk
orang. Penelitian ini telah dilaksanakan di dalam penelitiannya yang berjudul
RSUD Prof DR. M.A.Hanafiah SM hubungan budaya organisasi dengan
Batusangkar. Pengambilan data kinerja perawat pelaksana di rawat inap RS
menggunakan kuesioner. Data diolah PMC, menyatakan hasil kinerja perawat
dengan analisis univariat menggunakan berada pada kategori kurang sebanyak
statistik deskriptif dan analisis bivariat 71,4% (Muhammad Iqbal, 2017).
menggunakan uji Chi-square dengan Menurut asumsi peneliti kinerja
tingkat kepercayaan α = 0,05. dokter maupun perawat sangat berperan
penting dalam hal kepuasan pasien. Disini
HASIL DAN PEMBAHASAN kurang baiknya kinerja dokter adalah
A. Kinerja dikarenakan dokter kurang mendengar
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat keluhan pasien (56,2%) dan terkadang
Kinerja Perawat dokter tidak selalu menanyakan kabar
No Kinerja F % kepada setiap pasien (56,2%). Sementara
perawat yang belum seluruhnya baik
1. Kurang Baik 26 57,8 tersebut dikarenakan terkadang perawat
tidak memberitahu cara-cara merawat
2. Baik 19 42,2
pasien kepada keluarganya (77,8%),
Jumlah 45 100 perawat juga tidak melibatkan keluarga
Terdapat 57,8% responden perawat dalam rencana tindakan yang akan
yang memiliki kinerja yang kurang baik. diberikan kepada pasien (68,9%). Serta
perawat kurang terampil dalam
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat mengevaluasi kemampuan keluarga pasien
Kinerja Dokter dalam merawat pasien (73,3). Hal ini
No. Kinerja F % menyebabkan komponen dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan dan
1. Kurang Baik 9 56,3% evaluasi tindakan keperawatan rendah yang
2. Baik 7 43,3% mengakibatkan kinerja perawat kurang
baik.
Jumlah 16 100
Banyak faktor yang mempengaruhi
Terdapat 56,3% responden dokter kepuasan kerja medis yang dapat menjadi
kinerja yang kurang baik. pemicu meningkatnya kinerja medis
Menurut Wirawan (2009), kinerja tersebut seperti pada penelitian Winanda
merupakan singkatan dari kinetika energi (2017) dimana faktor yang mempengaruhi
kerja yang padanannya dalam bahasa kepuasan kerja adalah jenis pekerjaan,
Inggris adalah performance sering disebut kompensasi, supervisi dan hubungan antar
sebagai perfoma. Kinerja adalah keluaran pegawai. Hal ini juga dapat sebagai pemicu
yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau kurangnya kinerja perawat dan dokter di
indikator-indikator suatu pekerjaan atau RSUD Batusangkar (Winanda, 2017).
suatu profesi dalam waktu tertentu.
Menurut As’ad (2009) kinerja adalah hasil
yang dicapai seseorang menurut ukuran
yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan. Kinerja diartikan sebagai

LLDIKTI Wilayah X 442


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

B. Umur teknologi baru. Namun di lain pihak ada


Tabel 3 Distribusi Frekuensi sejumlah kualitas positif yang ada pada
Karakteristik Umur karyawan yang lebih tua, meliputi
No. Umur F % pengalaman, pertimbangan, etika kerja
yang kuat, dan komitmen terhadap mutu
1. 26-35 tahun 29 64,4 (Stephen P Robbins dalam Setiawan,
2007).
2. 36-45 tahun 16 35,6
Menurut asumsi peneliti umur
Jumlah 45 100 perawat antara 26-35 tahun ini adalah
Pada terlihat bahwa dari 45 kategori dewasa muda. Perawat yang
responden, terdapat 64,4% (29 orang) berada pada rentang usia ini seharusnya
responden memiliki umur antara 26-35 masih harus semangat dan giat dalam
tahun. bekerja.
Berkaitan dengan tingkatan kinerja
Tabel 4 Distribusi Frekuensi para dokter, karena seiring bertambahnya
Karakteristik Umur Dokter usia maka produktifitas kerja akan merosot.
No. Umur F % Umur dokter antara 36-45 tahun ini adalah
kategori dewasa tua. Dokter yang berada
1. 26-35 tahun 7 43,8 pada rentang usia ini bisa terkendala oleh
2. 36-45 tahun 9 56,2 faktor lingkungan dari luar. Berdasarkan
analisa peneliti hal ini disebabkan karena
Jumlah 16 100
fungsi pimpinan yang kurang berperan
Pada tabel terlihat bahwa dari 16 dalam menjalankan tugas dan fungsinya
responden, terdapat 56,2% (9 orang sebagai pimpinan, yaitu kurang
responden memiliki umur antara 36-45 perhatiannya dan kurangnya dorongan
tahun. motivasi pimpinan dalam upaya
Hubungan kinerja dengan umur meningkatkan kinerja karyawannya yang
sangat erat kaitannya, alasannya adalah menyebabkan jarangnya dilakukan system
adanya keyakinan yang meluas bahwa pengawasan dan control terhadap kinerja
kinerja merosot dengan meningkatnya usia. karyawannya.
Pada karyawan yang berumur tua juga
dianggap kurang luwes dan menolak

Tabel 5 Hubungan Karakteristik Umur dengan Kinerja Perawat


Kinerja Total
Umur/ tahun Kurang Baik Baik P
f % F % F %
9 31,0 20 69,0 29 100
26-35
0,001
13 81,3 3 18,8 16 100
36-45

Pada tabel terlihat bahwa dari 45 responden. Dari hasil uji statistik
responden perawat yang memiliki tingkat didapatkan p value = 0,001 (p<0,05)
kinerja kurang baik dan berumur antara 36- artinya Ho ditolak dan Ha diterima dapat
45 tahun sebanyak 81,3% (13 orang) disimpulkan ada hubungan karakteristik
responden, lebih banyak dari perawat umur dengan tingkat kinerja perawat. Hasil
dengan kinerja baik dengan umur 36-45 penelitian ini sejalan dengan penelitian
tahun, yaitu sebanyak 18,8% (3 orang) Yulida (2016) yang berjudul hubungan

LLDIKTI Wilayah X 443


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

karakteristik dokter dengan kelengkapan Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat


catatan laporan operasi di rumah sakit Kepemimpinan Dokter
umum Queen Latifa Yogyakarta, bahwa No. Kepemimpinan f %
terdapat hubungan antara karakteristik
umur dokter dengan kelengkapan catatan 1. Kurang Baik 8 50,0
laporan operasi dokter didapatkan p value
2. Baik 8 50,0
= 0,02.
Menurut asumsi peneliti umur Jumlah 16 100
berkaitan dengan tingkatan kinerja para Pada tabel terlihat bahwa dari 16
dokter. Karena seiring bertambahnya usia responden, terdapat 8 responden (50,0%)
maka produktifitas kerja akan merosot. kepemimpinan yang kurang baik.
Umur dokter antara 36-45 tahun ini adalah Hubungan kinerja dengan umur sangat erat
kategori dewasa tua. Dokter yang berada kaitannya, alasannya adalah adanya
pada rentang usia ini bisa terkendala oleh keyakinan yang meluas bahwa kinerja
faktor lingkungan dari luar. Berdasarkan merosot dengan meningkatnya usia. Pada
analisa peneliti hal ini disebabkan oleh karyawan yang berumur tua juga dianggap
kurangnya dorongan dari pimpinan untuk kurang luwes dan menolak teknologi baru.
memotivasi karyawan untuk bekerja Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas
dengan giat serta kurangnya dilakukan positif yang ada pada karyawan yang lebih
pengawasan dan kontrol secara berkala tua, meliputi pengalaman, pertimbangan,
terhadap kinerja karyawannya. Untuk itu etika kerja yang kuat, dan komitmen
pimpinan harus bisa memberikan dorongan terhadap mutu (Stephen P Robbins dalam
dan motivasi kepada karyawannya untuk Setiawan, 2007).
bekerja dengan giat dan melakukan Analisa peneliti masih rendanyanya
tindakan pengawasan dan kontrol secara kepemimpinan perawat disebabkan oleh
berkala. kurangnya dorongan dari pimpinan untuk
memotivasi karyawan untuk bekerja
C. Kepemimpinan dengan giat serta kurangnya dilakukan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat pengawasan dan kontrol secara berkala
Kepemimpinan perawat terhadap kinerja karyawannya. Umur
No. Kepemimpinan F %
dokter antara 36-45 tahun ini adalah
kategori dewasa tua. Dokter yang berada
1. Kurang Baik 29 64,4 pada rentang usia ini bisa terkendala oleh
faktor lingkungan dari luar. Berdasarkan
2. Baik 16 35,6
analisa peneliti hal ini disebabkan karena
Jumlah 45 100 fungsi pimpinan yang kurang berperan
Pada tabel terlihat bahwa dari 45 dalam menjalankan tugas dan fungsinya
responden, terdapat 64,4% (29 orang) sebagai pimpinan, yaitu kurang
responden kepemimpinan yang kurang perhatiannya dan kurangnya dorongan
baik. motivasi pimpinan dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawannya yang
menyebabkan jarangnya dilakukan system
pengawasan dan control terhadap kinerja
karyawannya.

LLDIKTI Wilayah X 444


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

Tabel 4.15 Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Perawat


Kinerja Total
Kepemi-
P
mpinan Kurang Baik Baik
f %
f % f %
Kurang 18 64,3 10 35,7 28 100
Baik
0,008
4 23,5 13 76,5 17 100
Baik

Pada tabel terlihat bahwa dari 45 perawat didapatkan p value = 0,000.


responden perawat yang memiliki tingkat Penelitian ini juga sejalan dengan
kinerja dan kepemimpinan kurang baik penelitian yang dilakukan oleh Ardayanti,
sebanyak 64,3% (18) responden, lebih dkk (2014) yang berjudul hubungan gaya
banyak dari perawat dengan kinerja kurang kepemimpinan terhadap kinerja perawat di
baik dengan menilai kepemimpinan baik, RSUD Labuang Baji Makassar bahwa ada
yaitu sebanyak 23,5% (4) responden. Dari hubungan antara gaya kepemimpinan
hasil uji statistik didapatkan p value = suportif terhadap kinerja perawat
0,008 (p<0,05) artinya Ho ditolak dan Ha didapatkan p value = 0,001.
diterima dapat disimpulkan ada hubungan Menurut asumsi peneliti
kepemimpinan dengan tingkat kinerja kepemimpinan yang kurang baik yaitu
perawat. dikarenakan pimpinan tidak mendorong
Penelitian ini sejalan dengan dengan giat kepada karyawannya dan
penelitian Tamimi (2013) yang berjudul terkadang pimpinan tidak menyelesaikan
hubungan antara kepemimpinan kepala masalah yang merupakan prioritas yang
ruang dengan kinerja perawat pelaksana di harus diselesaikan. Kurang baiknya
ruang rawat inap rumah sakit Roemani kepemimpinan dalam peningkatan kinerja
Semarang bahwa ada hubungan dapat menyebabkan kurang nyamannya
kepemimpinan kepala ruang dengan kinerja karyawan dalam bekerja.

Tabel 4.16 Hubungan Kepemimpinan dengan Kinerja Dokter


Kepemi- Kinerja Total P
mpinan
Kurang Baik Baik F %
F % F %
Kurang Baik 7 87,5 1 12,5 8 100
0,041
Baik 2 25,0 6 75,0 8 100

Pada tabel terlihat bahwa dari 16 diterima dapat disimpulkan ada hubungan
responden dokter yang memiliki tingkat kepemimpinan dengan tingkat kinerja
kinerja dan kepemimpinan kurang baik dokter.
sebanyak 87,5% (7 orang) responden, lebih Penelitian ini sejalan dengan
banyak dari dokter dengan kinerja kurang penelitian Ardian (2012) yang berjudul
baik dengan menilai kepemimpinan baik, Pengaruh kepemimpinan dan insentif
yaitu sebanyak 12,5% (1 orang) responden. terhadap kinerja dokter di rumah sakit
Dari hasil uji statistik didapatkan p value = Advent Medan, bahwa terdapat hubungan
0,041 (p<0,05) artinya Ho ditolak dan Ha antara kepemimpinan dengan kinerja

LLDIKTI Wilayah X 445


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

dokter didapatkan p value = 0,05. Dewi, Mursidah dan Riska Zestin. (2014).
Penelitian ini juga sejalan dengan Hubungan Kepemimpinan dan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Supervisi dengan Kinerja Perawat
Riska (2014) yang berjudul hubungan Pelaksana alam
kepemimpinan dan supervisi dengan Pendokumentasian Asuhan
kinerja perawat pelaksana dalam Keperawatan di RSUD H.Hanafie
pendokumentasian asuhan keperawatan Muaro Bungo Jambi. Jurnal
bahwa ada hubungan antara kepemimpinan Management Keperawatan Vol. 2
terhadap kinerja perawat didapatkan p No. 1. Mei 2014. 13 – 21.
value = 0,001. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data.
Kepemimpinan kurang baik Jakarta, FKM UI
dikarenakan pimpinan yang kurang Hafni, Rafiqa. (2013). Faktor-Faktor yang
bertindak tegas dalam menjalankan aturan Berhubungan dengan Kinerja
yang telah ada serta kurangnya dorongan Perawat di Instalasi Rawat Inap
dari pimpinan untuk bekerja dengan giat Penyakit Dalam RSUP DR. M.
kepada karyawan. Kurang baiknya Djamil Padang Tahun 2013.
kepemimpinan dalam peningkatan kinerja Padang, Universitas Andalas.
dapat menyebabkan kurang nyamannya Kemenkes RI. (2009). Undang – Undang
karyawan dalam bekerja serta dapat RI No.44 Tahun 2009 tentang
menghambat peningkatan dalam pemberian Rumah Sakit. Jakarta, Kementrian
kualitas pelayanan kepada pasien. Kesehatan RI
Kemenkes RI. (2011). Kualitas Pelayanan
SIMPULAN Rumah Sakit. Jakarta, Kementrian
Terdapat hubungan antara Kesehatan RI.
kepemimpinan dan karakteristik umur Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan
dengan tingkat kinerja perawat dan dokter Indonesia tahun 2015. Jakarta,
di RSUD Prof Dr.M.A Hanafiah SM Kementrian Kesehatan RI.
Batusangkar. Kumajas, dkk. (2013). Hubungan
Karakteristik Individu dengan
UCAPAN TERIMA KASIH Kinerja Perawat di Ruang Rawat
Terima kasih kepada semua pihak Inap Penyakit Dalam RSUD Datoe
yang telah membantu dalam penelitian ini Binangkang Kabupaten Bolang
serta kepada pimpinan dan staf RSUD Prof Mangandouw. Jurnal
Dr. M.A Hanafiah SM Batusangkar. Keperawatan. Vol. 2. No. 2 Tahun
2014
DAFTAR PUSTAKA Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar
Ardian, Hengki. (2012). Pengaruh Manajemen Keperawatan.
Kepemimpinan dan Insentif Yogyakarta, Nuha Medika
terhadap Kinerja Dokter di Rumah Laporan Tahunan RSUD
Sakit Advant Medan. Medan, FKM Prof.DR.M.A.Hanafiah SM
USU Batusangkar Tahun 2016
Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Malayu, S,P,Hasibuan. (2007). Manajemen
Pelayanan Kesehatan. [Edisi Sumber Daya Manusia. Jakarta,
Ketiga] Jakarta, Binarupa Aksara. Bumi Aksara.
Cahyani, dkk. (2016). Pengaruh Kepuasan Mandagi, dkk. (2015). Analisis Faktor-
Pasien terhadap Kinerja Dokter di Faktor yang Berhubungan dengan
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kinerja Perawat
Umum Daerah Jayapura. Papua, dalamMenerapkan Asuhan
FKM Unhas Keperawatan di RSU Bethesda

LLDIKTI Wilayah X 446


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

Gmim Tomohon. Jurnal e- 2013. Banda Aceh, Universitas


biomedik. Syiah Kuala
Mangkunegara, Anwar P. (2009). Ridho, Muhammad. (2014). Faktor-Faktor
Manajemen Sumber Daya Manusia yang Berhubungan dengan
Perusahaan. Bandung, PT. Remaja Kinerja Perawat Pelaksana di
Rosdakarya. Rumah Sakit Bhayangkara
Martini. (2007). Hubungan Karakteristik Tingkat IV Kendari Tahun 2014.
Perawat, Sikap, Beban Kerja, Makassar, Universitas Hasanudin.
Ketersediaan Fasilitas dengan Siskawati. (2007). Faktor yang
Pendokumentasian Asuhan berhubungan dengan Kinerja
Keperawatan di Rawat Inap Perawat di Instalasi Rawat Inap
BPRSUD Kota Salatiga. [Thesis]. RSUD Pariaman Tahun 2007.
Semarang. UNDIP Padang, FKM Unand
Mulyono, dkk. (2013). Faktor yang Sri. (2009). Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kinerja Berhubungan dengan Kinerja
Perawat di RS Tingkat III Ambon. Perawat pada Puskesmas
Jurnal AKK No. 1. Januari 2013. Perawatan di Kabupaten Konawe
18–26. tahun 2009. Konawe. [Skripsi].
Nur, Qalbia Muhammad dkk. (2013). Sulawesi Selatan, UNIMA.
Hubungan Motivasi dan Supervisi Sumarni, (2011). Hubungan tingkat
terhadap Kinerja Perawat Kepuasan Pasien terhadap
PPelaksana dalam Menerapkan Kualitas Pelayanan Kesehatan di
Patient Safety di Rawat Inap RS Poliklinik Swasta RS. Kanker
Universitas Hasanudin 2013. Dharnis Jakarta. Jakarta,
Makassar, FKM UNHAS. Universitas Esa Unggul
Nursalam. (2008). Manajemen Sugiyono. (2010). Statistika Untuk
Keperawatan, Aplikasi pada Penelitian. Bandung : Alfabeta.
praktek perawatan professional. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Jakarta, Salemba Medika. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Bandung : Alfabeta.
Metodologi Penelitian Ilmu Setiawan, Teguh. (2013). Hubungan antara
Keperawatan. Jakarta, Salemba Karakteristik Individu dengan
Medika. Kepuasan Kerja Perawat
Notoadmodjo,S. (2012). Metodelogi Pelaksana di RS Banyumanik.
Penelitian Kesehatan. Jakarta, Semarang, Universitas Negeri
Rineka Cipta. Semarang.
Profil RSUD Prof.DR.M.A.Hanafiah SM Tamimi, Dwi SF. (2013). Hubungan
Batusangkar Tahun 2017 Kepemimpinan Kepala Ruang
Purwanto. (2008). Unsur Motivasi. Jakarta, dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Balai Pustaka. di Rumah Sakit Roemani Semarang.
Rahmatika, Poetri. (2013). Faktor-Faktor Semarang, Universitas
yang Berhubungan dengan Muhammadiyah Semarang
Kinerja Perawat di RSUD Rasidin Siagian, Sondang P. (2014). Manajemen
Padang Tahun 2013. [Skipsi] Sumber Daya. Jakarta, Bumi
Padang, Universitas Andalas. Aksara.
Riana. (2013). Hubungan supervisi dengan Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber
Kinerja Perawat Pelaksana di Daya Manusia. Jakarta, Salemba
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dr. Empat
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun Yulida, Rina (2016). Hubungan
Karakteristik Dokter Dengan

LLDIKTI Wilayah X 447


Jurnal Endurance 3(3) Oktober 2018 (440-448)

Kelengkapan Catatan Laporan PUSKESMAS KOTA PADANG.


Operasi di Rumah Sakit Umum Jurnal Endurance, 2(3), 333-345.
Queen Latifa Yogyakarta. doi:http://dx.doi.org/10.22216/jen.
Yogyakarta, Universitas v2i3.1971
Muhammadiyah Surakarta Iqbal, M., & Agritubella, S. (2017).
Yustianto, Johan. (2009). Analisis Kualitas HUBUNGAN BUDAYA
Pelayanan Kesehatan Puskesmas ORGANISASI DENGAN
Kecamatan Gambir Jakarta Pusat. KINERJA PERAWAT
Jakarta, UI PELAKSANA DI RAWAT INAP
Winanda, W., & Nindrea, R. (2017). RS PMC. Jurnal Endurance, 2(3),
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR 285-293.
YANG BERHUBUNGAN doi:http://dx.doi.org/10.22216/jen
DENGAN KEPUASAN KERJA .v2i3.1355
TENAGA MEDIS DI

LLDIKTI Wilayah X 448

You might also like