Asupan Gizi Anak Balita Peserta Posyandu (Nutrients Intake of Children Under Five Years Old in Posyandu Program)
Asupan Gizi Anak Balita Peserta Posyandu (Nutrients Intake of Children Under Five Years Old in Posyandu Program)
Asupan Gizi Anak Balita Peserta Posyandu (Nutrients Intake of Children Under Five Years Old in Posyandu Program)
net/publication/309482647
CITATIONS READS
0 1,773
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Product Development of Coconut Palm Sugar Enriched with CPO and RPO as Alternative Food to Overcome Vitamin A Deficiency View project
INCOME CONTRIBUTION, FOOD CONSUMPTION, IRON DEFICIENCY ANEMIA AMONG WOMEN WORKERS IN TEA PLANTATION AND EFFECT OF MULTINUTRIENTS
SUPPLEMENTATION WITH NUTRITION EDUCATION View project
All content following this page was uploaded by Hadi Riyadi on 28 October 2016.
ABSTRACT
The objectives of this action research were: (1) to assess nutritional status of
children under five years under five years under five yaers, and (2) to evaluate the effects
of nutrition education and home gardening to nutritional status of children under five
years under five years. The research was carried out in two sub-districts of Bogor: Sub-
District of Ciomas and Sub-District of Darmaga. This research started with a preliminary
study as the first step and experimental design as the second step. As many as 16 posyandu
that met research requirements were obtained. A total number of 240 mothers had been
divided into kontrol and intervention groups. Collected data included the data of
household, children under five years under five years and mothers. Baseline data were
collected during the pre-study, while endline data were collected after conducting
intervention (experiment). The experiment had been conducted for five months in the form
of providing nutrition education once in two weeks and implementing home gardening. The
data analysis included estimation of mean, standard deviation, minimum value, maximum
value and proportion. The estimation results were then presented in tables and diagrams.
Based on the analysis of nutrition intake data, it appears that intervention of nutrition
education and home gardening has given great impacts on macronutrient and micronutrient
improvement. The impacts of this nutrition intake improvement are not only because of
the availability of vegetable garden in their home, but also because of the allocation of the
family resources that is aimed at buying nutritious food. This has proved that knowledge
about giving appropriate food is a prerequisite to improve access and sufficient and
nutritious food, which has become a basis to reduce any kind of malnutrition.
Keywords: nutrition intake, food consumption, children
42
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
Tujuan yang ingin dicapai dalam pene- data endline dikumpulkan setelah penelitian
litian ini adalah (1) Mengevaluasi konsumsi pa- dilaksanakan.
ngan, dan (2) Mengevaluasi pengaruh pendidik-
an gizi dan pemanfaatan lahan pekarangan Pengolahan dan Analisis Data
terhadap asupan gizi anak.
Pengolahan data meliputi entry, editing,
penggabungan lembar kerja, dan generating
variables. Data dalam bentuk Excel diimport
METODE
dari Statistical Analysis System (SAS), kemu-
dian menjadi file SAS. Analisis data ini terma-
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
suk perhitungan mean, Standar deviasi (Sd),
Penelitian ini dimulai dengan studi pen- nilai minimum, nilai maksimum, dan proporsi.
dahuluan kemudian menggunakan desain eks- Hasil perhitungan kemudian disajikan dalam
perimental dan dilaksanakan di dua kecamat- bentuk tabel dan diagram.
an di Bogor: Kecamatan Ciomas dan Kecamat-
an Darmaga. Pendidikan gizi dilaksanakan se-
lama 5 bulan dengan frekuensi 2 kali dalam se- HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan. Tiap pertemuan sekitar 60 - 90 menit.
Konsumsi Pangan
Penarikan Contoh
Karbohidrat
Posyandu dijadikan sebagai unit perco- Pangan sumber karbohidrat adalah pa-
baan. Setiap unit percobaan terdiri dari 15 ngan yang digunakan sebagai makanan pokok
rumah tangga (15 ibu dan 15 anak) yang sehari-hari dan menjadi zat gizi yang berfungsi
memperoleh pendidikan gizi dan pemanfaatan sebagai sumber energi. Beras menjadi sumber
pekarangan. Dengan menggunakan =0.05, pangan karbohidrat yang paling banyak dikon-
kuasa uji 1-=0.95, =0.6 dan =3, dan sumsi yaitu berturut-turut untuk balita kontrol
dimasukkan kedalam rumus berikut, menjadi dan perlakuan masing-masing 16.0 dan 15.1
n = (z0.05 + z0.05)2 2 × 1.22 = (1.64 + 1.64)2 2 × 1.22 kali/minggu. Beras paling banyak dikonsumsi
balita dibandingkan dengan makanan pokok
32 32
n = 3.442688 atau dibulatkan menjadi n ≈ 4 lainnya karena beras juga dimakan oleh semua
anggota keluarga (bukan hanya balita). Makan-
Menurut hasil perhitungan di atas, an pokok lainnya seperti mie, singkong, dan
penelitian ulangan dilakukan empat kali untuk jagung hanya dikonsumsi sesekali saja dan
kedua perlakuan dan kontrol. Jumlah unit tergantung pada ketersediaan dalam rumah
penelitian yang dibutuhkan ditunjukkan tangga. Frekuensi konsumsi pangan sumber
sebagai berikut: karbohidrat pada balita dapat dilihat pada
Jumlah unit penelitian = jumlah kelompok × Tabel 1.
jumlah perlakuan × ulangan = 2 × 2 × 4 = 16
posyandu atau unit penelitian. Karena setiap Tabel 1. Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber
unit terdiri dari 15 ibu maka jumlah total ibu Karbohidrat (kali/minggu) pada Anak
yang dibutuhkan adalah 240 orang Balita
Sumber Kontrol Perlakuan
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pangan Rata- Rata-
Karbohidrat Sd Sd
rata rata
Data yang dikumpulkan termasuk data Beras 16.0 ± 6.0 15.1 ± 6.4
rumah tangga, anak, dan ibu. Data rumah Mie 2.8 ± 3.7 3.2 ± 3.2
tangga adalah yang berhubungan dengan Singkong 1.2 ± 3.1 1.7 ± 2.7
karakteristik sosial-demografi-ekonomi, kondisi Jagung 1.1 ± 1.8 1.5 ± 2.6
tempat tinggal, kepemilikan aset, dan praktek
pemanfaatan lahan pekarangan. Data anak Protein Hewani
meliputi nama, usia, jenis kelamin, urutan
Pangan sumber protein adalah pangan
dalam keluarga, status gizi dan kesehatan, dan
yang digunakan sebagai lauk-pauk sehari-hari
asupan pangan. Data ibu termasuk nama, usia,
(melengkapi makanan pokok) dan menjadi zat
pendidikan, keinginan untuk menjadi peserta
gizi pengatur metabolisme dalam tubuh se-
penelitian, pengetahuan gizi, sikap, dan
hingga dapat menjamin pertumbuhan optimal.
praktek gizi (KAP). Data baseline dikumpulkan
Beberapa pangan hewani selain mengandung
selama pe- nelitian pendahuluan, sedangkan
protein juga diketahui mengandung zat besi
tinggi yang berperan untuk mencegah anemia
43
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
gizi besi. Balita yang masih berada dalam Sayuran
tahap pertumbuhan sangat memerlukan asup- Sayuran merupakan sumber vitamin dan
an protein yang cukup. Protein hewani yang mineral yang sangat bermanfaat untuk per-
paling banyak dikonsumsi, baik di desa kontrol tumbuhan dan perkembangan anak balita. Se-
maupun desa perlakuan adalah susu, yaitu 1 seorang yang mengonsumsi cukup sayuran de-
(satu) kali sehari. Susu yang dikonsumsi adalah ngan jenis yang bervariasi akan mendapatkan
susu dalam bentuk SKM (susu kental manis). kecukupan sebagian besar mineral mikro dan
Hal ini terjadi karena SKM merupakan susu serat yang dapat mencegah terjadinya kege-
yang murah harganya, mudah didapatkan, mukan. WHO/FAO (2003) merekomendasikan
praktis penyajiannya serta manis (enak) walau- minimum intik untuk sayuran dan buah masing-
pun secara zat gizi tidak sebaik susu lainnya masing sebanyak 400 g per hari (80 g sebanyak
(cair atau bubuk). Frekuensi konsumsi pangan 5 kali penyajian) sebagai upaya pencegahan
sumber protein hewani pada balita dapat dili- penyakit degeneratif seperti PJK (penyakit
hat pada Tabel 2. jantung koroner), kanker, diabetes, dan
obesitas.
Tabel 2. Frekuensi Konsumsi Lauk Pauk Sumber
Protein Hewani (kali/ minggu) pada Tiga jenis sayuran yaitu tomat, bayam,
Anak Balita dan kangkung adalah jenis sayuran yang dita-
Kontrol Perlakuan
nam di pekarangan dan sebagian benihnya di-
Sumber Protein berikan kepada kelompok perlakuan dalam pe-
Rata- Rata-
Hewani Sd Sd
rata rata nelitian ini. Dari ketiga jenis sayuran tersebut,
Susu 9.2 ± 15.8 7.4 ± 13.9 ada 2 (dua) jenis sayuran yaitu tomat dan
Telur 3.8 ± 4.5 3.6 ± 3.6 kangkung yang mengalami peningkatan freku-
Ikan Asin 3.1 ± 5.1 4.0 ± 6.5
ensi konsumsi. Tomat yang awalnya dikonsumsi
Daging Ayam 1.5 ± 2.9 1.3 ± 2.5
Ikan Tawar 1.1 ± 3.1 0.7 ± 2.0
2 kali/minggu menjadi 3 kali/minggu dan
Chicken Nugget 0.8 ± 2.5 1.1 ± 5.0 kangkung dari 1 kali/minggu menjadi 2 kali/
Ikan Pindang 0.8 ± 1.9 0.8 ± 1.6 minggu setelah pengadaan tanaman pekarang-
an. Bayam tidak mengalami peningkatan fre-
Selain susu, telur juga banyak dikonsum- kuensi konsumsi yaitu tetap 2 kali/minggu. Hal
si oleh balita yaitu sebanyak 2 (dua) hari sekali ini diduga karena balita sudah terbiasa me-
(3 kali/minggu). Telur banyak dikonsumsi ter- ngonsumsi bayam sehari-hari sehingga dengan
utama karena praktis dan memiliki banyak adanya home gardening tidak mempengaruhi
variasi dalam penyajiannya seperti telur mata frekuensi bayam. Tomat lebih banyak dikon-
sapi, telur dadar, telur rebus, telur orak-arik sumsi oleh balita karena praktis dan mudah
(scrambled egg), telur setengah matang, dan mengonsumsinya, dapat langsung dimakan se-
lain-lain. telah dicuci bersih, dibandingkan dengan ba-
yam dan kangkung yang harus diolah lebih dulu
Protein Nabati sebelum dikonsumsi. Frekuensi konsumsi sa-
Protein nabati terutama penting untuk yuran pada balita dapat dilihat pada Tabel 4.
mendapatkan kecukupan protein karena harga- Selain ketersediaan sayuran, pemilihan
nya yang lebih murah dibandingkan dengan balita terhadap sayuran dan pemilihan sayuran
protein hewani dan relatif tidak menimbulkan yang disajikan oleh ibu balita juga mempe-
alergi dalam konsumsinya seperti yang terjadi ngaruhi frekuensi konsumsinya. Penelitian yang
pada kasus lactose intolerance dan alergi sea- dilakukan di Inggris oleh Gibson et al. (1997)
food. Tempe menjadi sumber protein nabati menunjukkan bahwa konsumsi sayuran oleh
yang paling banyak dikonsumsi yaitu 3 kali anak-anak dipengaruhi oleh kesukaan anak ter-
sampai dengan 4 kali seminggu. Frekuensi kon- hadap sayuran yang biasa disajikan di rumah
sumsi pangan sumber protein nabati pada bali- dan pengetahuan ibu tentang pentingnya kon-
ta dapat dilihat pada Tabel 3. sumsi sayuran untuk mencegah penyakit.
44
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
makanan jajanan lainnya, karena gula yang pat menyebabkan kegemukan, kerusakan gigi,
terdapat dalam buah tidak membuat seseorang kekurangan serat karena konsumsi sayuran dan
menjadi gemuk namun dapat memberikan buah-buahan yang rendah, dan lain-lain.
energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Biskuit dan permen menjadi jenis ma-
konsumsi buah-buahan oleh balita adalah 1-3
kanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi
kali/minggu. Hal ini berarti bahwa konsumsi
oleh balita, baik di desa kontrol maupun per-
buah-buahan pada balita masih rendah. Buah-
lakuan. Hampir setiap hari, 6–7 kali/minggu,
buahan yang banyak dikonsumsi adalah jeruk
balita mengonsumsi biskuit dan permen. Kedua
dan pisang yang termasuk ke dalam buah
jenis makanan jajanan tersebut adalah jajanan
segala musim dan harganya relatif terjangkau.
yang paling banyak ditemukan, harganya mu-
Frekuensi konsumsi buah pada balita dapat
rah, banyak variasinya, dan rasanya relatif
dilihat pada Tabel 5.
disukai balita, yaitu manis.
Tabel 5. Frekuensi Konsumsi Buah (kali/ming- Konsumsi makanan jajanan oleh balita di
gu) pada Anak Balita desa perlakuan relatif sedikit lebih rendah
Kontrol Perlakuan daripada desa kontrol. Hal ini diduga karena
Buah para ibu balita di desa perlakuan mendapat
Rata-rata Sd Rata-rata Sd
Jeruk 2.3 ± 3.5 2.5 ± 4.0 penyuluhan gizi tentang pentingnya pola kon-
Pisang 2.2 ± 3.7 1.9 ± 3.2 sumsi makanan yang sehat yaitu ‘4 Sehat 5
Jambu batu 1.2 ± 2.2 1.4 ± 2.4 Sempurna’. Setelah ibu balita memiliki penge-
Pepaya 1.2 ± 1.7 1.5 ± 2.6 tahuan tersebut, maka diharapkan para ibu da-
pat mempraktekkannya dalam kehidupan seha-
ri-hari. Frekuensi konsumsi makanan jajanan
Makanan Jajanan
pada balita dapat dilihat pada Tabel 6.
Makanan jajanan adalah makanan yang
dikonsumsi selain makanan yang disajikan di Pangan Lain-lain
rumah dan pada umumnya berupa makanan
Jenis pangan lainnya yang tidak terma-
ringan yang dikonsumsi sebagai makanan se-
suk dalam jenis-jenis pangan di atas dikatego-
lingan (snack). Sebagian besar makanan jajan-
rikan sebagai jenis pangan lain-lain. Pangan
an mengandung tinggi karbohidrat, gula, dan
yang termasuk ke dalam pangan lain adalah
penyedap rasa sintetis. Konsumsi makanan ja-
pangan yang berfungsi sebagai pelengkap jenis
janan yang berlebihan jelas sangat tidak baik
pangan utama, menambah
untuk kesehatan yang akhirnya dapat mempe-
ngaruhi status gizi balita. Makanan jajanan da-
45
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
Tabel 7. Frekuensi Konsumsi Pangan Lain-lain (kali/minggu) pada Anak Balita
Kontrol Perlakuan
Pangan Lain-lain
Rata-rata Sd Rata-rata Sd
Bumbu penyedap (MSG) 3.8 ± 6.7 5.6 ± 7.6
Kerupuk 2.5 ± 4.2 2.3 ± 2.6
Gula 2.5 ± 5.2 3.4 ± 4.4
Kecap 2.3 ± 3.7 3.0 ± 4.4
Teh 2.2 ± 4.7 2.8 ± 4.0
cita rasa, kesegaran, dan lain-lain. Bumbu pe- an yaitu dengan frekuensi pemberian ASI mi-
nyedap (MSG) menjadi pangan lain-lain yang nimal 8 kali siang atau malam hari dengan du-
paling banyak dikonsumsi oleh balita yaitu se- rasi 15 sampai 30 menit. Hal ini menunjukkan
banyak 4 kali/minggu untuk desa kontrol dan 6 bahwa volume ASI yang di konsumsi bayi sudah
kali/minggu untuk desa perlakuan. Hal ini bisa mencukupi.
dijelaskan dengan praktek pemberian vetsin
pada makanan yang dimasak dan disajikan oleh Tabel 8. Sebaran Pemberian ASI untuk Anak
para ibu balita untuk hidangan sekeluarga. Ma- Usia < 2 Tahun
kanan yang dikonsumsi balita umumnya sama Pemberian ASI Kontrol Perlakuan
dengan makanan yang dikonsumi oleh anggota - Lama Menyusui
18.0 ± 10.7 20.7 ± 14.9
keluarga lainnya yang lebih dewasa, namun (menit)
disajikan dalam porsi yang lebih kecil. - Siang (kali) 6.0 ± 2.9 5.5 ± 2.9
- Malam (kali) 5.0 ± 3.5 3.6 ± 1.7
Pemberian ASI dan MP-ASI
Sebagian ibu di desa kontrol (54.2%) dan
Waktu dan lama pemberian ASI pada ba-
desa perlakuan (50.0%) memberikan susu for-
yi tergantung kepada keadaan individu bayi.
mula pada bayinya. Keadaan ini cukup meng-
Berapa kali sebaiknya bayi disusui oleh ibu,
khawatirkan karena masih banyak ibu yang ti-
waktunya siang hari atau malam hari, menurut
dak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,
beberapa ahli dinyatakan sebaiknya tidak diba-
padahal ASI saja sudah cukup untuk mencukupi
tasi, jadi bayi diberi kapan dia meminta atau
kebutuhan bayi pada enam bulan pertama. Ma-
lapar. Dari Tabel 8 terlihat rata-rata bayi yang
kanan padat pertama sebaiknya diberikan se-
mendapatkan ASI cukup tinggi yaitu desa kon-
telah bayi berumur enam bulan, mengingat
trol mencapai 85.2% dan pada desa perlakuan
pencernaan bayi masih belum sempurna. Di
93.0%. Di waktu siang, bayi di desa kontrol di-
desa kontrol dan desa perlakuan bayi berusia
beri ASI sebanyak 6 kali dan malam harinya se-
empat bulan yang sudah diberi makanan padat
banyak 5 kali. Sedangkan di desa perlakuan se-
sebanyak 85.8% dan 82.5%. Jumlah balita de-
banyak 5.5 kali di waktu siang hari dan 3.6 kali
ngan frekuensi pemberian MP-ASI tiga kali se-
di malam hari.
hari di desa kontrol adalah 36.7% dan di desa
Tentang lamanya waktu pemberian ASI, perlakuan 26.5%. Sebagian besar ibu (50.0% di
sebagian ahli menyatakan sebaiknya antara 15 desa kontrol dan 56.4% di desa perlakuan)
sampai 30 menit setiap menyusui. Untuk desa memberikan MP-ASI sebanyak dua kali dalam
kontrol lama menyusui bayi adalah 18.9 menit sehari (Tabel 9). Dampak pemberian makanan
dan desa perlakuan 20.7 menit. Jika melihat terlalu dini kepada anak antara lain adalah
pola pemberian ASI secara keseluruhan, di de- terjadinya kenaikan berat badan (BB) terlalu
sa kontrol frekuensi pemberiannya lebih ba- cepat, dapat menimbulkan alergi serta menga-
nyak dengan waktu pemberian lebih pendek. kibatkan gangguan pencernaan (BAB keras/en-
Sedangkan untuk desa perlakuan frekuensinya cer) (Arnelia, 2007). Perilaku ibu untuk tidak
lebih sedikit dengan waktu pemberian ASI le- memberikan MP-ASI pada usia sangat dini lebih
bih lama. menonjol di desa perlakuan.
ASI merupakan makanan terbaik untuk Lebih banyak ibu-ibu di desa perlakuan
bayi. ASI mempunyai tiga kelebihan yaitu: as- (45.0%) yang memberikan pernyataan bahwa
pek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan ASI saja sudah cukup untuk bayi sampai enam
(bentuk jalinan kasih sayang ibu dan anak). bulan pertama, dibandingkan ibu-ibu di desa
Pemberian ASI disarankan minimal 8 kali seha- kontrol (23.6%). Hal ini cukup menggembirakan
ri, siang maupun malam. Kalau dilihat dari fak- bahwa sudah ada dan cukup banyak ibu yang
tor frekuensi dan lama ibu menyusui, maka di menyadari pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
kedua desa ibu-ibunya sudah memenuhi anjur- Alasan lain yang digunakan ibu-ibu untuk tidak
memberi susu formula kepada bayi adalah
46
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
alasan ekonomi yaitu sebesar 41.8% untuk desa Alasan ibu untuk memberikan makanan
kontrol dan sebesar 28.3% untuk desa perlaku padat sedini mungkin kepada bayinya sangat
an (Tabel 10). beragam. Alasan terbanyak di desa kontrol ia-
lah anak menangis (12.0%) dan agar anak tidak
Tabel 9. Statistik Sebaran Pemberian MP-ASI lapar (12.0%). Sedangkan di desa perlakuan
kontrol Perlakuan alasannya adalah anak takut lapar (15.2%).
Variabel Alasan lain untuk ibu di desa kontrol adalah
n % n %
Bayi di Beri Susu Formula biar anak cepat besar (11.0%), membantu me-
- Ya 65 54.2 60 50.0 lengkapi ASI (6.0%), dan agar anak sehat
- Tidak 55 45.8 60 50.0 (5.0%). Alasan selengkapnya dapat dilihat di
Bayi Diberi MP-ASI Setelah 4 Bulan Tabel 12.
- Ya 103 85.8 99 82.5
- Tidak 17 14.2 21 17.5 Tabel 12. Alasan Pemberian MP-ASI setelah Ba-
Frekuensi Pemberian MP-ASI yi Berusia 4 Bulan
- 1 kali 15 15.5 16 13.7 Kontrol Perlakuan
Alasan
- 2 kali 60 50.0 66 56.4 n % n %
- 3 kali 44 36.7 31 26.5 Anak Menangis 12 12.0 - -
Biar Anak Cepat Besar 11 11.0 8 8.1
Tabel 10. Alasan Tidak Diberikan Susu Formula Agar Anak Tidak Lapar
12 12.0
kepada Bayi (Kenyang) 11 11.1
Membantu ASI 6 6.0 - -
Kontrol Perlakuan
Variabel Biar Anak Sehat 5 5.0 - -
n % n %
Anak Lapar 4 4.0 - -
Ekonomi 23 41.8 17 28.3 Membantu Pertumbuhan 3 3.0 4 4.0
Anaknya tidak suka 16 29.0 13 21.7 Biar Berat Badan Naik 3 3.0 3 3.0
Cukup ASI saja 13 23.6 27 45.0 Biar Ada Tambahan
3 3.0
Lain-lain 3 5.6 3 0.5 Tenaga - -
Anak takut lapar - - 15 15.2
Berbagai alasan yang dikemukakan oleh Sudah waktu diberi PMT - - 8 8.1
ibu mengapa memberikan susu formula kepada ASI kurang - - 7 7.1
bayinya adalah ibu bekerja (18.5% untuk desa Biar anak sehat - - 6 6.1
kontrol), ASI sedikit (15.0% di desa perlakuan), Kasihan anak - - 4 4.0
ASI kurang (12.3% di desa kontrol) dan ASI Lain-lain 41 41.0 33 33.3
tidak keluar. Sedangkan di desa perlakuan
alasan lain yang cukup banyak mengapa anak Makanan bayi dan anak usia 6–24 bulan
diberi susu formula adalah supaya anak sehat terdiri dari ASI dan MP-ASI. MP-ASI adalah ma-
(10.0%) dan ASI tidak keluar (8.3%). Alasan kanan atau minuman yang mengandung zat gi-
lainnya adalah anak suka dan susu formula zi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6–24
membantu pertumbuhan (Tabel 11). bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
ASI. MP-ASI lokal adalah MP-ASI yang diolah di
Tabel 11. Alasan Pemberian Susu Formula ke- rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari
pada Bayi bahan makanan yang tersedia setempat, mu-
kontrol Perlakuan
dah diperoleh dengan harga yang terjangkau
Alasan
n % n %
oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan
sebelum dikonsumsi sasaran. Bahan makanan
Ibu Bekerja 12 18.5 - -
ASI Tidak Keluar 7 10.7 5 8.3
lokal adalah bahan makanan yang tersedia se-
ASI Kurang 8 12.3 3 5.0
tempat, mudah diperoleh dan harga terjang-
ASI Belum Keluar 3 4.6 3 5.0
kau oleh masyarakat. Sedangkan MP-ASI pro-
Tambahan ASI 4 6.2 5 8.3
duk pabrik adalah jenis MP-ASI yang dihasilkan
Supaya Anak Sehat 5 7.7 6 10.0 oleh industri yang biasanya dalam bentuk bu-
Anak Suka 3 4.6 - - bur susu atau biskuit (Arnelia, 2007).
ASI sedikit - - 9 15.0 Sumber informasi bagi ibu-ibu untuk me-
Rekomendasi dokter - - 2 3.7 ngetahui tentang MP-ASI adalah posyandu (ka-
Membentu pertumbuhan - - 2 3.7 der), Puskesmas dan dokter. Mayoritas ibu-ibu,
Hanya untuk keluar
rumah
- - 2 3.7 baik untuk desa kontrol maupun desa inter-
Lain-lain 23 35.4 23 38.3 vensi, mendapatkan informasi tentang MP-ASI
dari Posyandu. Sumber informasi lainnya ada-
lah Puskesmas melalui bidan atau petugas ke-
sehatan (Tabel 13).
47
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
Makanan lumat adalah makanan dalam kan ada ibu (15.5%) yang sudah memberikan
bentuk lumat atau yang dilumatkan. Bahan ba- pada usia sangat dini yaitu pada usia 0-4 bu-
kunya terdiri dari bubur tepung beras, sari bu- lan. Tidak jauh berbeda dengan desa kontrol,
ah, buah lumat, dan biskuit lumat. Makanan pada desa perlakuan ibu yang memberikan bu-
lembek adalah makanan dalam bentuk lunak bur susu pada usia 0-4 bulan berjumlah 17.0%.
dapat berbentuk bubur nasi, atau nasi tim. Pemberian MP-ASI biskuit oleh ibu kepada
Bahan makanan ini adalah bahan makanan bayinya di kedua desa relatif merata yaitu
yang pertama kali biasanya diperkenalkan ke- pada usia bayi 4-6, 6-8, dan 8-12 bulan. Di de-
pada bayi selain ASI, sehingga disebut makan- sa kontrol sebanyak 25.5% biskuit diberikan
an pendamping ASI atau MP-ASI. Dalam mem- pada usia 4-6 bulan. Sebagian kecil (7.3%) yang
buat MP-ASI ada beberapa hal yang harus di- memberikan biskuit pada usia sangat dini yaitu
perhatikan, antara lain: bahan makanan mu- usia 0-4 bulan (Tabel 14).
dah diperoleh, mudah diolah, harga terjang-
kau, kandungan gizinya memenuhi kecukupan Tabel 14. Sebaran Pemberian Makanan MP-ASI
untuk bayi, jenis makanan sesuai dengan Kontrol Perlakuan
Peubah
umur, aman dikonsumsi, memperhatikan nilai n % n %
sosial, ekonomi, budaya, dan agama (Arnelia, Nasi tim
2007). - Usia 0 – 4 Bulan 2 1.9 4 4.3
- Usia 4 – 6 Bulan 10 9.4 12 12.8
Tabel 13. Sebaran Sumber Informasi Ibu ten- - Usia 6 – 8 Bulan 40 33.7 38 40.4
tang MP-ASI - Usia 8 – 12 Bulan 54 50.9 40 42.5
Kontrol Perlakuan Bubur bayi/susu
Peubah - Usia 0 – 4 Bulan 17 15.5 18 17.0
n % n %
- Usia 4 – 6 Bulan 56 50.9 55 51.9
Posyandu 117 58.8 93 49.7
- Usia 6 – 8 Bulan 32 29.1 25 23.6
Puskesmas 14 7.0 23 12.3
- Usia 8 – 12 Bulan 5 4.5 8 7.5
Lain-lain 68 34.2 71 38.0
Jus buah
- Usia 0 – 4 Bulan 10 14.3 7 11.5
Di kecamatan Ciomas dan Dramaga baik 20 28.6 13 21.3
- Usia 4 – 6 Bulan
di desa kntrol maupun desa perlakuan ibu 16 22.9 22 36.1
- Usia 6 – 8 Bulan
balita menggunakan beragam MP-ASI mulai 24 34.3 19 31.1
- Usia 8 – 12 Bulan
dari MP-ASI lokal seperti nasi tim, nasi lembek
Nasi lembek
dan jus/sari buah sampai MP-ASI hasil industri - Usia 0 – 4 Bulan 1 1.4 0 0.0
seperti bubur susu dan biskuit. Sebagian besar - Usia 4 – 6 Bulan 3 4.2 2 2.7
ibu memberikan MP-ASI berbentuk nasi tim - Usia 6 – 8 Bulan 17 23.9 14 19.2
kepada anaknya pada usia 6-8 bulan atau pada - Usia 8 – 12 Bulan 50 70.4 57 78.1
usia 8-12 bulan (Tabel 14). Relatif sedikit ibu Biskuit
yang memberikan nasi tim pada usia sangat - Usia 0 – 4 Bulan 8 7.3 10 10.6
dini (0-4 bulan dan 4-6 bulan) baik di desa - Usia 4 – 6 Bulan 28 25.5 34 36.2
kontrol maupun desa perlakuan. - Usia 6 – 8 Bulan 38 34.5 24 25.5
- Usia 8 – 12 Bulan 36 32.7 26 27.9
Jenis MP-ASI lokal lainnya yang pertama
diberikan kepada bayi oleh ibu adalah nasi
lembek. Sebagian ibu di desa kontrol (23.9%) ASI eksklusif sebaiknya dilaksanakan
memberikan nasi lembek pada usia 6-8 bulan sampai anak berusia enam bulan, hal ini berar-
atau pada usia 8-12 bulan (70.4%). Sebagian ti bahwa ASI saja sudah dapat mencukupi zat
kecil ibu yang memberikannya pada usia gizi yang dibutuhkan oleh bayi sampai usia
sangat dini (usia 0-4 bulan dan 4-6 bulan). enam bulan. Jadi, MP-ASI baru boleh diberikan
Sedangkan di desa perlakuan sebagian ibu setelah anak berusia enam bulan ke atas.
(19.2%) memberikan nasi lembek sebagai MP- Makanan padat pertama yang dikenalkan harus
ASI perdana pada usia 6-8 bulan (Tabel 14). disesuaikan dengan kemampuan pencernaan
bayi. Kecenderungan ibu memberikan makanan
Berbeda dengan MP-ASI lokal, MP-ASI padat pada usia sangat dini tidak baik ditinjau
hasil industri (berbentuk biskuit dan bubur dari segi gizi dan kesehatan.
susu) cenderung lebih dini diberikan oleh ibu
kepada bayinya. Di desa kontrol sebagian besar Kecenderungan ibu di kedua desa rela-
ibu memberikan bubur susu pada usia 4-6 bu- tif sama yaitu banyak yang memberikan ma-
lan atau 6-8 bulan. Sebanyak 50.9% ibu sudah kanan padat berupa bubur susu pada usia dini
memberikan bubur susu pada usia 4-6 bulan yaitu pada usia 4-6 bulan. Sedangkan jenis MP-
dan sebanyak 29.1% pada usia 6-8 bulan, bah- ASI lokal seperti nasi tim dan nasi lembek
48
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
cenderung diberikan pada usia 6-8 bulan dan naikan pada kelompok kontrol. Asupan protein
8-12 bulan. Perilaku ini sudah cukup baik dan kedua kelompok sudah melebihi (>100%) kecu-
jumlah ibu yang melakukannya juga cukup kupan protein yang dianjurkan (Tabel 16).
tinggi. Jenis MP-ASI yang diberikan ibu kepada
balita dapat dilihat pada Tabel 15. Di desa Asupan Mineral
kontrol sebanyak 21.8% MP-ASI yang diberikan Tiga jenis mineral diamati sebagai gam-
kepada bayi adalah makanan rumah tangga baran asupan mineral pada anak balita, yaitu
biasa. Di desa perlakuan, bubur susu adalah kalsium (Ca), phosphor (P) dan besi (Fe). Asup-
yang terbanyak diberikan ibu kepada bayinya. an kalsium dan phosphor sangat penting untuk
pertumbuhan tulang anak balita. Asupan besi
Tabel 15. Sebaran Jenis MP-ASI yang Diberikan penting untuk pembentukan sel darah merah.
kepada Balita Asupan kalsium pada kelompok kontrol menu-
Kontrol Perlakuan run selama 5 bulan perlakuan, sedangkan pada
Peubah
n % n % kelompok perlakuan meningkat menjadi dua
Bubur Susu kali lipat. Asupan kalsium tersebut sudah me-
25 18.8 36 23.7
Formula/Instan
Bubur Susu Buatan Rumah lebihi kecukupan yang dianjurkan (Tabel 16).
4 3.0 4 2.6
Tangga
Asupan phosphor pada kelompok kontrol
Nasi Lembik 15 11.3 28 18.4
Nasi Tim 25 18.8 22 14.5
hampir tidak mengalami perubahan selama 5
Makanan Rumah Tangga bulan perlakuan, yaitu 630 mg, sedangkan pa-
29 21.8 31 20.4 da kelompok perlakuan asupan phosphor me-
Biasa
Biskuit 15 11.3 8 5.3 ningkat dari 768 mg menjadi 923 mg atau me-
Bubur 1 0.7 6 3.9 ningkat 154 mg. Asupan phosphor juga sudah
Pisang 1 0.7 1 0.6 melebihi angka kecukupan yang dianjurkan
Lain-Lain 18 13.5 16 10.5 (Tabel 16). Asupan besi pada kelompok kontrol
sedikit meningkat dari 7.4 mg menjadi 9.2 mg,
sedangkan pada kelompok perlakuan mening-
Asupan Gizi
kat dari 9 mg menjadi 12.8 mg atau meningkat
Asupan Energi dan Protein sekitar 3.8 mg. Peningkatan asupan besi pada
Asupan energi pada kelompok kontrol kelompok perlakuan dua kali lebih besar di-
selama perlakuan mengalami kenaikan dari banding peningkatan pada kelompok kontrol.
1132 kkal menjadi 1214 kkal atau naik 82 kkal, Asupan besi juga sudah melebihi angka kecu-
sedangkan pada kelompok perlakuan menga- kupan yang dianjurkan.
lami kenaikan lebih besar, yaitu dari 1347 kkal
menjadi 1643 kkal atau naik 296 kkal. Hal ini Asupan Vitamin
berarti kenaikan konsumsi energi pada kelom- Tiga jenis vitamin yang diamati dalam
pok perlakuan hampir 4 kali lipat dibandingkan penelitian ini, yaitu vitamin A, vitamin B1 dan
dengan kenaikan pada kelompok kontrol. Asup- vitamin C. Defisiensi vitamin A merupakan sa-
an energi tersebut secara rata-rata sudah me- lah satu masalah gizi yang saat ini banyak ter-
menuhi kecukupan yang dianjurkan, yaitu 100% jadi pada anak balita. Vitamin C diduga meru-
atau lebih (Tabel 16). pakan vitamin yang sulit dipenuhi oleh anak-
anak. Rata-rata per kelompok berkisar 380–548
Asupan protein pada kelompok kontrol
RE. Asupan vitamin A pada kelompok kontrol
naik dari 26.8 g menjadi 30.2 g atau 3.4 g, meningkat dari 383 RE menjadi 425 RE, se-
sedangkan pada kelompok perlakuan naik dari
dangkan pada kelompok kontrol menurun dari
33.7 g menjadi 37.6 g atau 3.9 g. Kenaikan 546 RE menjadi 498 RE. Meskipun asupan pada
asupan protein pada kelompok perlakuan ha-
kelompok perlakuan sedikit menurun, asupan
nya 0.5 g lebih tinggi dibandingkan dengan ke-
49
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
vitamin A pada kelompok perlakuan tersebut
masih lebih tinggi dibandingkan asupan pada Proporsi Kecukupan Gizi Anak Balita
kelompok kontrol. Asupan vitamin A pada ke- Pada Tabel 17 terlihat bahwa masih
dua kelompok sudah melebihi kecukupan vita- banyak anak balita yang tingkat kecukupan
min A yang dianjurkan. energinya di bawah 70 persen, masing-masing
Asupan vitamin B1 meningkat pada ke- 45% dan 31% pada kelompok kontrol dan per-
dua kelompok perlakuan, tetapi peningkatan lakuan. Proporsi tersebut merupakan preva-
asupan vitamin B1 pada kelompok perlakuan lensi kurang gizi. Proporsi anak balita yang
hampir 20 kali lipat dibandingkan dengan pe- tingkat kecukupan proteinnya di bawah 70%
ningkatan pada kelompok kontrol. Asupan vita- masih di atas 20 persen pada kedua kelompok.
min B1 kedua kelompok sudah melebihi kecu- Pada Tabel 17 juga terlihat bahwa proporsi
kupan vitamin B1 yang dianjurkan (Tabel 16). anak dengan asupan mineral di bawah 70%
Asupan vitamin C pada kelompok kontrol naik angka kecukupan gizi di atas 30%. Di antara ti-
dari 19 mg menjadi 23 mg, sedangkan pada ke- ga jenis mineral yang diamati, proporsi dengan
lompok perlakuan naik dari 20 mg menjadi 28 tingkat kecukupan kurang dari 70% yang paling
mg. Keadaan ini menunjukkan bahwa kenaikan tinggi adalah asupan kalsium, yaitu di atas
asupan vitamin C pada kelompok perlakuan 40%.
dua kali lipat lebih besar dibandingkan kenaik- Proporsi anak dengan asupan vitamin di
an pada kelompok perlakuan. Asupan vitamin bawah 70% RDA masing-masing 40-50% pada
C ini hanya dapat memenuhi 50% sampi 70% vitamin A, 16-20% pada vitamin B1 dan 80%
dari kecukupan yang dianjurkan (Tabel 16). pada vitamin C. Jadi vitamin C merupakan vi-
Berdasarkan analisis terhadap data asup- tamin yang memiliki proporsi anak dengan
an gizi tampak bahwa perlakuan penyuluhan tingkat kecukupan kurang dari 70% RDA yang
gizi dan tanaman pekarangan (home garden- tergolong paling tinggi. Proporsi anak dengan
ing) memberikan dampak yang sangat besar tingkat kecukupan gizi <70% RDA tersebut se-
terhadap perbaikan asupan zat gizi makro dan makin menurun setelah lima bulan perlakuan.
mikro. Dampak perbaikan asupan gizi ini tidak Penurunan proporsi tersebut terjadi pada se-
hanya dampak dari tersedianya sayuran di pe- mua jenis zat gizi, meskipun proporsi tersebut
karangan mereka, tetapi juga dampak dari untuk vitamin A dan vitamin C masing-masing
pengalokasian sumberdaya yang dimiliki kelu- masih tinggi, yaitu 40% dan 70%.
arga yang dialokasikan untuk membeli makan-
an bergizi. Hal ini semakin membuktikan bah-
wa pengetahuan tentang praktek pemberian KESIMPULAN
makanan yang tepat merupakan prasyarat un-
tuk memperbaiki akses dan asupan makanan Perlakuan penyuluhan gizi dan tanamana
yang cukup dan bergizi, yang merupakan lan- pekarangan (home gardening) memberikan
dasan untuk mengurangi segala bentuk kurang dampak yang sangat besar terhadap perbaikan
gizi. asupan macronutrient dan micronutrient.
50
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51
Dampak perbaikan asupan gizi ini tidak hanya masing 45% dan 31% pada kelompok kontrol
dampak dari tersedianya sayuran di pekarang- dan perlakuan. Proporsi tersebut merupakan
an mereka, tetapi juga dampak dari pengalo- prevalensi undernourishment. Proporsi anak
kasian sumberdaya yang dimiliki keluarga yang balita yang tingkat kecukupan proteinnya di
dialokasikan untuk membeli makanan bergizi. bawah 70% masih di atas 20% pada kedua ke-
Hal ini semakin membuktikan bahwa pengeta- lompok. Proporsi anak dengan asupan mineral
huan tentang praktek pemberian makanan di bawah 70% angka kecukupan gizi di atas
yang tepat merupakan prasyarat untuk mem- 30%. Di antara tiga jenis mineral yang diamati,
perbaiki akses dan asupan makanan yang cu- proporsi dengan tingkat kecukupan kurang dari
kup dan bergizi, yang merupakan landasan 70% yang paling tinggi adalah asupan kalsium,
untuk mengurangi segala bentuk masalah gizi yaitu di atas 40%.
kurang.
Proporsi anak dengan asupan vitamin di
Jumlah ibu yang memberikan ASI cukup bawah 70% RDA masing-masing 40-50% pada vi-
tinggi yaitu desa kontrol mencapai 85.2% dan tamin A, 16-20% pada vitamin B1 dan 80% pada
desa perlakuan 93.0%. Di desa kontrol lama vitamin C. Jadi vitamin C merupakan vitamin
menyusui bayi adalah 18.9 menit dan desa yang memiliki proporsi anak dengan tingkat
perlakuan 20.7 menit. Sebagian ibu di desa kecukupan kurang dari 70% RDA yang tergolong
kontrol (52.2%) dan desa perlakuan (50.0%) paling tinggi. Proporsi anak dengan tingkat ke-
memberikan susu formula kepada bayinya. cukupan gizi <70% RDA tersebut semakin me-
Jumlah balita dengan frekuensi pemberian MP- nurun setelah lima bulan perlakuan. Penurun-
ASI tiga kali sehari di desa kontrol adalah an proporsi tersebut terjadi pada semua jenis
36.7% dan di desa perlakuan 26.5%. Di desa zat gizi, meskipun proporsi tersebut untuk
kontrol dan desa perlakuan bayi berusia empat vitamin A dan vitamin C masing-masing masih
bulan yang sudah diberi makanan padat seba- tinggi, yaitu 40% dan 70%.
nyak 21.8% dan 20.4%.
Asupan energi pada kelompok kontrol
DAFTAR PUSTAKA
selama perlakuan mengalami kenaikan yaitu 82
kkal, sedangkan pada kelompok perlakuan naik
Arnelia. 2007. Makanan untuk Anak Sehat.
296 kkal. Asupan protein pada kelompok kon-
Makalah Pelatihan Konseling untuk Prak-
trol naik 3.4 g, sedangkan pada kelompok in-
tek Pemberian Makanan untuk Bayi dan
tervensi naik 3.9 g. Asupan kalsium pada ke-
Anak, Jakarta, Maret 20-22. Puslitbang
lompok kontrol menurun selama 5 bulan inter-
Makanan dan Gizi, Depkes, Bogor.
vensi, sedangkan pada kelompok perlakuan
meningkat menjadi dua kali lipat. Asupan fos-
Gibson EL, WardleJ, & Watts CJ. 1997. Fruit
for pada kelompok kontrol hampir tidak meng-
and Vegetable Consumption, Nutritional
alami perubahan selama 5 bulan perlakuan,
Knowledge, and Beliefs in Mothers and
yaitu 630 mg, sedangkan pada kelompok inter-
Children under five years under five
vensi asupan phosphor meningkat 154 mg.
years. Journal of Nutrition Education
Asupan besi pada kelompok kontrol sedikit
31(2), 205 – 228.
meningkat dari 7.4 mg menjadi 9.2 mg, se-
dangkan pada kelompok perlakuan meningkat
Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam
sekitar 3.8 mg
Pembangunan Pertanian (Khomsan A &
Asupan vitamin A pada kelompok kontrol Sulaeman A, Editors). IPB – Press, Bogor.
meningkat dari 383 RE menjadi 425 RE, se-
dangkan pada kelompok kontrol menurun dari Suhardjo. 1989. Sosio-Budaya Gizi. Departe-
546 Re menjadi 498 RE. Asupan vitamin B1 men Pendidikan dan Kebudayaan - IPB,
meningkat pada kedua kelompok perlakuan, Bogor.
tetapi peningkatan asupan vitamin B1 pada ke-
lompok perlakuan hampir 20 kali lipat diban- Supariasa IDN, Bakri B, & Fajar I. 2001. Peni-
dingkan dengan peningkatan pada kelompok laian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC,
kontrol. Asupan vitamin C pada kelompok Jakarta.
kontrol naik dari 19 mg menjadi 23 mg, se-
dangkan pada kelompok intervensi naik dari 20 WHO/FAO. 2003. Expert Report on Diet, Nutri-
mg menjadi 28 mg tion, and The Prevention of Chronic Di-
seases. Technical Report Series 916.
Masih banyak anak balita yang tingkat
United Nations.
kecukupan energinya di bawah 70%, masing-
51