2-Article Text-9-1-10-20170116
2-Article Text-9-1-10-20170116
2-Article Text-9-1-10-20170116
ABSTRACT
In providing the health service for the community, hospital result solid and liquid
waste that can harm the health and environment if it is not handle properly. That’s why we
need to analyze the process of solid and liquid medical waste management and the factors
that support the implementation ofsolid and liquid medical waste management in hospital.
The type of this research is descriptive survey that analyze the system of solid and
liquid medical waste management as and to determine the factors that affect the
implementation of solid and liquid medical waste management in Rumah Sakit Umum
Kabanjahe on 2015. The object of this research is the management unit of solid and liquid
medical waste. The data were obtained by interview and observation based on Kepmenkes RI
No. 1204 on 2004 and analyzed descriptively.
The result showed that the management of solid and liquid medical waste is still not
in accordance. In management of solid medical waste, the stage of sorting between medical
and non medical waste, collection use the whellbarow open, destruction in incenarator and
final disposal are not yet qualified. The personel of waste processing is still not untrained
because the hospital never gave training, facilities and infrastructure are still noteligible
also. In management of liquid medical waste, the process of management are still not
optimal, and there is not any inspection process for the effluent quality of liquid medical
waste.
The conclusion of this research is the medical management of solid and liquid waste
in RSU Kabanjahe are not eligble. The tool of receiving station are not equipped with solid
medical waste plastic bags and the colour of container is not appropriate with the kind of
waste. Means of transport used is the whellbarow open. The liquid medical waste treated in
the IPAL with stream flow filter system with it’s working principle is based on active sludge
but not examined the quality of effluent before being discharged into the environment.
Facilities and infrastructure are still not fulfill the criteria so it need more repairing, and the
implementation of the guidelines which accordance with the goverment regulations.
1
kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2000).
Menurut Hendrik L. Blum yang dikutip yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan
oleh Kusnoputranto (2000), bahwa derajat rumah sakit (Depkes RI, 2006).
kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) Jumlah limbah medis yang
faktor yaitu : lingkungan, perilaku, bersumber dari fasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari diperkirakan semakin lama semakin
keempat faktor tersebut, di negara yang meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah
sedang berkembang, faktor lingkungan dan rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
faktor perilaku mempunyai peranan yang maupun laboratorium medis yang terus
sangat besar disamping faktor-faktor bertambah. Pada Profil Kesehatan
lainnya terhadap peningkatan derajat Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa
kesehatan masyarakat. jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai
Masalah lingkungan erat sekali 2.228 unit yang terdiri dari 1725 unit
hubungannya dengan dunia kesehatan. rumah sakit umum dan 503 unit rumah
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sakit khusus. Fasilitas kesehatan yang lain
sehat diperlukan lingkungan yang baik diperkirakan jumlahnya akan terus
pula. Dalam hal ini sarana pelayanan meningkat (Kemenkes RI, 2014).
kesehatan harus pula memperhatikan Dalam profil kesehatan Sumatera
keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan Utara, terdapat 5 Rumah Sakit di
kesehatan merupakan tempat bertemunya Kabupaten Karo. Rumah sakit umum
kelompok masyarakat penderita penyakit, merupakan satu-satunya rumah sakit
kelompok masyarakat pemberi pelayanan, Pemerintah yang ada di Kabupaten Karo.
kelompok pengunjung dan kelompok Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah
lingkungan sekitar. Adanya interaksi di rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit
dalamnya memungkinkan menyebarnya Umum terletak di tengah Kota Kabanjahe
penyakit bila tidak didukung dengan dan dekat dengan pemukiman penduduk.
kondisi lingkungan yang baik dan saniter Dalam pengelolaan limbahnya telah
(Paramita, 2007). menggunakan IPAL untuk limbah cair dan
Rumah sakit (RS) adalah institusi incinerator untuk limbah padat. Rumah
pelayanan kesehatan yang Sakit ini memiliki IPAL dan incinerator
menyelenggarakan pelayanan kesehatan sendiri.
perorangan secara paripurna yang Berdasarkan survei pendahuluan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat yang dilakukan, Rumah Sakit Umum
jalan dan gawat darurat(Depkes RI, 2009). Kabanjahe telah melakukan pengelolaan
Dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap limbah medis padat dan cair.
kepada masyarakat, institusi RS secara Limbah medis padat akan dimusnahkan di
langsung menghasilkan limbah buangan incinerator. Limbah cair diolah terlebih
berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dahulu sebelum dibuang ke Sungai Dah
dari pelayanan medis. yang ada di daerah Kabanjahe. Walaupun
Limbah Rumah sakit adalah sudah dilakukan pengelolaan, masih
buangan hasil proses kegiatan dimana didapati beberapa masalah dalam
sebagian limbah tersebut merupakan pengelolaan limbah padat dan limbah cair.
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Dalam pengelolaan limbah padat,
yang mengandung mikroorganisme pemisahan antara limbah medis dan
pathogen, infeksius dan radioaktif. Limbah limbah non medis belum dilaksanakan
tersebut sebagian dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam pengelolaan limbah
ulang dengan teknologi tertentu dan medis cair memang sudah menggunakan
sebagian lainnya sudah tidak dapat metode yang baik, tetapi di rumah sakit
dimanfaatkan kembali. Dengan demikian Umum ini tidak melakukan pemeriksaan
limbah rumah sakit adalah semua limbah
2
terhadap air limbah yang diolah sebelum SMK, dimana lama bekerjanya adalah 1,5
dibuang ke sungai. tahun. Di RSU Kabanjahe untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk penanganan limbah medis padat ada 2
menganalisis proses pengelolahan limah orang, yaitu: Satu orang berpendidikan S1,
medis padat dan cair serta untuk belum pernah mengikuti pelatihan tentang
mengetahui faktor-faktor yang berkaitan pengelolaan limbah padat, lama bekerja 4
dengan terlaksananya pengelolaan limbah tahun bertugas membakar limbah medis
medis padat dan cair di Rumah Sakit padat dalam incinerator. Satu orang
Umum Kabanjahe Kabupaten Karo tahun berpendidikan SMA, tidak pernah
2015. mendapatkan pelatihan, lama bekerja 1
bulan bertugas mengangkut limbah medis
Metode Penelitian padat dari ruangan ke Incinerator dan
Jenis penelitian yang dilakukan memasukkannya ke dalam Incinerator.
adalah survei yang bersifat deskriptif. Kedua petugas ini udah memenuhi
Penelitian dilakukan pada bulan Maret- persayaratan dari segi pendidikan (Depkes
Juni 2015. Lokasi penelitian dilakukan di RI, 2002).
Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Di RSU Kabanjahe untuk
Karo. Objek penelitian adalah unit penanganan limbah medis cair ada 2
pengelolaan limbah medis padat dan cair orang, yaitu satu orang berpendidikan
di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. SMA, tidak pernah mendapatkan
Adapun sampel penelitian ini adalah pelatihan, lama bekerja 6 bulan. Satu
seluruh petugas pengolah limbah medis orang tamatan STM, tidak pernah
padat dan cair yang ada di Rumah Sakit mendapatkan pelatihan, lama bekerja 4
Umum Kabanjahe. Petugas pengolah bulan. Ke dua petugas ini mempunyai
limbah medis padat ada 2 orang dan tugas yang sama yaitu, menghidupkan
petugas pengolah limbah medis cair ada 2 mesin IPAL, mengecek kerusakan yang
orang. ada, memantau setiap proses pengelolaan
dan melaksankan perbaikan jika ada
alat/mesin yang rusak. Kedua petugas ini
Hasil dan Pembahasan belum memenuhi standar pendidikan dan
A. Faktor-Faktor yang Berkaitan jga tidak pernah mendapatkan pelatihan
dengan Pelakasanaan Pengelolaan khusus (Depkes RI, 2002).
Limbah Medis Padat dan Cair di 3. Dana
RSU Kabanjahe Dana yang tersedia dalam
1.Kebijakan Rumah Sakit penanganan limbah medis padat dan cair
Dalam mengelola limbah medis di RSU Kabanjahe disesuaikan dengan
padat dan cair pihak Rumah Sakit Umum kebutuhan untuk pengelolaan limbah
Kabanjahe tidak membuat kebijakan medis padat dan cair yang belum
sendiri. Kebijakan yang dipakai merujuk terperinci. Setiap tahun untuk pengelolaan
kepada KepMenKes RI No limbah medis padat dan cair mempunyai
1204/Menkes/SK/X/ 2004 bahwa untuk anggaran khusus yang dikelola oleh
pembuangan limbah cair rumah sakit bagian keuangan Rumah Sakit Umum
disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Kabanjahe. Dana ini dialokasikan untuk
Limbah (IPAL). Sedangkan untuk limbah IPAL yang terdiri pemeliharaan dan
medis padat dibakar di Incinerator 2. perbaikan mesin-mesin IPAL, untuk
Sumber Daya Manusia incinerator yang terdiri dari pemeliharaan
Pengelolaan limbah medis padat dan biaya operasional.
dan cair di RSU Kabanjahe berada di 4. Sarana dan Prasarana
bawah KA Seksi Sarana/Prasarana. Kepala Untuk limbah medis padat, sarana
KA Sarana/Prasarana merupakan tamatan yang tersedia adalah wadah/ember
bertutup bertuliskan limbah padat medis
3
sebanyak 30 buah dimana wadah/ember kekurangan yang ditemukan. Wadah yang
tersebut tidak dilapisi oleh kantong plastic, digunakan dalam menampung limbah
Incinerator sebagai pembakar limbah padat medis tidak memenuhi syarat sesuai
medis padat dengan ukuran 40 kg/jam dan dengan KepMenKes RI No
gerobak dorong sebagai alat angkut limbah 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang
medis padat. Sarana yang digunakan ini Persyaratan Kesehatan Lingkungan
belum sesuai dengan persyaratan yang ada Rumah Sakit, dimana di RSU Kabanjahe
di KepMenKes RI No wadah penampung limbah medis padat ini
1204/Menkes/SK/X/2004, dimana wadah tidak dilengkapi dengan kantong plastik,
yang digunakan tidak dilengkapi kantong juga ada beberapa wadah yang tidak lagi
plastik, warna wadah tidak sesuai dengan mempunyai tutup, tetapi wadah
jenis limbahnya dan alat pengangkut yang penampung terbuat dari bahan yang kuat,
digunakan adalah gerobak dorong terbuka. kedap air dan tidak bocor.
Untuk pengolahan limbah medis Penempatan penampungan limbah
cair, limbah cair akan ditampung terlebih sudah baik, pada masing-masing ruangan
dahulu dalam septic tank yang berada di pelayanan rawat jalan dan rawat inap
masing-masing ruangan dan yang nantinya terdapat 1 buah wadah penampung. Untuk
akan dialirkan langsung ke IPAL dan di ruang terbuka dalam radius 20 m terdapat
olah dengan system Up Flow Filter yang satu buah.
prinsip kerjanya dengan lumpur aktif. 2.Pengangkutan
5. Pedoman Teknis Pengangkutan limbah medis padat
Pada pelaksanaan pengelolaan di RSU Kabanjahe dilakukan dengan
limbah medis padat dan cair, pihak rumah menggunakan gerobak dorong terbuka
sakit tidak memiliki pedoman teknis (SOP) menuju tempat incinerator. Limbah medis
sendiri. Pengelolaan limbah hanya yang sudah terkumpul pada wadah
berpedoman pada buku Pedoman Sanitasi penampung diangkat keatas gerobak
Rumah Sakit Indonesia. Juga berdasarkan dorong dan akan diantar ke tempat
KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ incinerator dan langsung di masukkan ke
2004 tentang Persyaratan Kesehatan dalam incinerator. Sarana pengangkutan
Lingkungan Rumah Sakit walaupun pada limbah medis padat di RSU Kabanjahe
pelaksanaannya belum betul-betul sesuai belum dalam keadaan baik, sarana yang
dengan yang ditetapkan, terkhususnya digunakan adalah gerobak dorong yang
untuk penanganan limbah medis padat. sebagian terbuka. Pengangkutan limbah
medis padat dilakukan 2 kali seminggu
B. Pengelolaan Limbah Medis Padat yaitu pada hari Senin dan Kamis pukul
1. Penampungan 11.00 WIB. Hal ini tidak sesuai dengan
Penampungan dibedakan dalam peraturan yang ada dimana limbah medis
dua wadah, yaitu limbah padat medis padat minimal 1 kali sehari harus dibuang.
berupa ember berwarna abu-abu bertutup Proses pengangkutan ini dilakukan 2 kali
yang bertuliskan limbah medis tanpa seminggu karena tidak banyak limbah
dilapisi kantong plastik yang diletakkan di medis padat yang dihasilkan dan juga
masing-masing instalasi pelayanan dan di petugas pengangkut limbah hanya ada satu
setiap kelas ruang pelayanan rawat inap. orang dan petugas ini juga bertugas untuk
Untuk limbah padat non medis berupa megangkut limbah padat non medis.
ember, tong dan keranjang sampah yang 3.Penyimpanan Sementara
tidak dilengkapi oleh kantong plastik. Penyimpanan sementara tidak
Tempat sampah ini diletakkan di luar dilaksanakan di RSU Kabanjahe. Tempat
ruangan. penyimpanan sementara memang
Proses penampungan limbah medis disediakan yang berada di belakang
padat di RSU Kabanjahe masih ada incinerator, tetapi tempat tersebut tidak
4
digunakan, ketika limbah medis padat i. Bak desinfektan
diangkut dari ruangan, limbah tersebut j. Bak penyaring akhir
langsung dimasukkan ke dalam k. Effluent
incinerator. Hal ini sesuai dengan Air limbah dari masing-masing bak
KepMenKes RI No. penampung yang ada di beberapa titik di
1204/Menkes/SK/X/2004 dimana rumah sakit dialirkan ke septic tank.
ditetapkan bahwa penyimpanan limbah Kemudian air limbah dialirakan ke screen
medis padat tidak boleh lebih dari 24 jam untuk menyaring dan mengacau air
setelah diangkut dari masing-masing unit limbah, pada tahap ini benda-benda padat
penghasil limbah. berukuran besar yang terikut ke air limbah
4.Pemusnahan dan Pembuangan Akhir akan tersisisih dan kemudian masuk ke
Pemusnahan limbah medis padat dalam buffer basin, pada bak ini
dilakukan dengan pembakaran ditambahkan bahan kimia berupa
menggunakan Incinerator. Waktu Feriklorida dimana zat ini berfungsi
penelitian dilakukan, incinerator dalam sebagai koagulan dalam proses koagulasi.
keadaan rusak. Limbah dibakar secara Hal ini ditujukan untuk membentuk flok
manual di dalam incinerator dimana dengan ukuran yang memungkinkan dapat
limbah ini bisa dibakar satu malam agar dipisahkanoleh sedimentasi dan filtrasi.
bisa habis terbakar. Kapasitas incinerator Dari buffer basin air limbah dialirkan ke
yang dimiliki RSU Kabanjahe adalah 1 dalam bak penyaring, di tahap ini benda-
bath. Pembakaran limbah medis padat di benda padat yang tidak tersaring pada
RSU Kabanjahe dilakukan 2 kali seminggu screen akan tersisih.
yaitu pada hari Senin dan Kamis sesuai Dari buffer basin air limbah
dengan waktu pengangkutan limbah medis dialirkan ke dalam bak penyaring, Pada
padat. tahap ini oksigen juga dimasukkan agar
Abu sisa pembakaran limbah ini bakteri dapat berkembang. Sehingga saat
dibuang ke lahan yang ada di belakang pengolahan ini keadaan atau kondisi bakteri
incinerator, abu sisa pembakaran dibiarkan sangat menentukan kualitas limbah. Setelah
menumpuk. Pembuangan abu sisa melewati bak penyaringan, air limbah
pembakaran ini dilakukan 2 kali seminggu. dialirkan ke bak pengendap, disini lumpur
Ketika limbah medis padat telah selesai akan diendapkan dan akan dialirkan ke bak
dibakar, abu ditunggu dingin terlebih penampung lumpur yang nantinya akan
dahulu dan nantinya akan dibuang. disedot ke dalam dewatering treatment. Air
limbah dari bak pengendap akan dialirkan
C. Pengelolaan Limbah Cair ke bak air terolah. Pengolahan dengan
Pengelolaan limbah cair di RSU desinfeksi dilakukan pada tahap akhir
Kabanjahe telah melalui IPAL, dengan pengolahan limbah untuk membunuh bakteri
konsep sistem pengolahan tim. Pengolahan pathogen. Sebelum dibuang ke lingkungan
air limbah ini dilakukan dengan system Up air limbah akan disaring menggunakan pasir.
Flow Filter, dimana prinsip kerjanya Effluent tidak dilakukan pemeriksaan
berdasarkan lumpur aktif. Tahap-tahap sebelum dibuang ke lingkungan.
IPAL ini adalah
a. Pengolahan Pendahuluan
b. Septic Tank D. Prasyarat Pengelolaan Limbah
c. Screen Medis Padat dan Cair di RSU
d. Bak penampung awal/buffer basin Kabanjahe Tahun 2015
e. Bak penyaring Hasil penilaian kesehatan
f. Bak pengendap lingkungan RSU Kabanjahe untuk
g. Bak air terolah pengelolaan limbah medis padat dan cair
h. Bak penampung lumpur sesuai dengan KepMenKes RI No
5
1204/Menkes/SK/X/ 2004 adalah seperti limbah
tabel dibawah ini: Disalurkan 4 20 15 60
melalui saluran
tertutup, kedap
Tabel 4.1 Penilaian Skoring air dan lancar.
Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Kualitas effluent 2 100 0 0
Cair di RSU Kabanjahe memenuhi
Komponen yang Bob Nilai Nila Sk persyaratan
Dinilai ot Maksim i or Kepmen LH
um No.58 Tahun
Pemusnahan 25 250 1995 atau Perda
limbah setempat.
infeksius.sitotoks Total Skor 1.18
is,dan 0
farmasi dengan Pengelolaan limbah medis padat
incinerator (suhu
dan cair di RSU Kabanjahe tidak sesuai
>1000ᵒC).
Bagi yang tidak 10 20 20 200 dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
punya incinerator 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
ada MoU antara Lingkungan Rumah Sakit. Hal ini dapat
RS dan pihak dilihat dengan total skor yang diperoleh
yang melakukan adalah 1.180 (70,6%). Yang artinya tidak
pemusnahan
limbah medis.
memenuhi syarat dimana skor minimla
Tempat limbah 10 20 15 150 yang dimaksud memenuhi syarat adala
padat kuat, tahan 1.280 (80%).
air, kedap air, Beberapa hal yang tidak
dengan penutup, memenuhi syarat yaitu, tempat
dengan warna
penampung sampah yang tidak dilapisi
yang sesuai
dengan pedoman. oleh kantong plastik, proses pemilahan
Minimal satu secara khusus yang tidak dilakukan juga
buah tiap radius ketika tempat penampung
20 pada ruang limbah ketika dikosongkan tidak
tunggu/terbuka dibersihkan terlebih dahulu sebelum
Tempat 10 15 0 0
pengumpulan dan
digunakan kembali. Begitu juga dengan
penampungan alat angkut limbah dimana alat angkut
limbah sementara yang digunakan terbuka dan tidak lansung
segera didesinfeksi setelah siap digunakan.
didesinfeksi
setelah
dikosongkan.
E. Karateristik Responden dan
Diangkut ke TPS 10 5 5 50 Tingkat Perilaku Responden
> 2 kali/hari dan Dari semua responden, adapun karateristik
ke TPA 1 yang diamati meliputi umur, jenis kelamin,
kali/hari. tingkat pendidikan dan lama bekerja.
Limbah domestik 10 5 5 50 Tabel 4.2 Distribusi Responden
dibuang ke TPA
yang ditetapkan berdasarkan Karateristik Petugas
PEMDA. Pengolah Limbah Medis Padat dan
Sampah 10 10 10 100 Cair Tahun 2015
radioaktif Karateristik Jumlah Persentase
ditangani sesuai Responden (orang) (%)
peraturan yang Umur (tahun)
berlaku. 21-30 3 75
Dilakukan 4 80 80 320 31-40 1 25
pengolahan Jenis Kelamin
melalui instalasi Laki-laki 4 100
pengolahan Perempuan - 0
6
Pendidikan Menurut Pruss. A (2005) limbah
SD - 0 padat rumah sakit dapat menimbulkan
SMP - 0
SMA/SMK 3 75 penyakit berdasarkan jenis limbahnya,
Perguruan 1 25 untuk limbah infeksius dan benda taham
Tinggi dapat mengandung berbagai macam
Masa Bekerja mikroorganisme pathogen dan dapat
< 1 tahun 3 73 memasuki tubuh manusia sehingga
>1 tahun 1 25
manusia bisa sakit.
Jumlah 4 100
Semua responden juga memiliki
Diketahui bahwa 75 % petugas
sikap yang baik. Berdasarkan pertanyaan
pengolah limbah di RSU Kabanjahe
dalam kuesioner, diketahui responden
adalah berumur 21-30 tahun. Keseluruhan
memiliki sikap yang baik dalam hal
petugas berjenis kelamin laki-laki.
penggunaan alat pelindung diri dalam
Sebagian besar (75%) petugas tamatan
bekerja, petugas pengolah limbah perlu
SMA/SMK dan hanya 1 orang (25%)
mendapatkan pelatihan dari pihak rumah
yang tamatan
sakit, dan limbah padat medis perlu
perguruan tinggi yaitu tamatan
didesinfeksi sebelum dimusnahkan.
elektromedik dimana ia bertugas
Hasil analisis data diketahui
membakar limbah medis padat di
bahwa semua responden memiliki tingkat
incinerator. Tabel diatas juga
tindakan yang berada pada kategori
menunjukkan bahwa 75 % responden
buruk. Kedua responden tidak melakukan
masa bekerjanya kurang dari 1 tahun.
pemilahan limbah padat medis dengan
non medis, tidak pernah mendapatkan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku
teguran dari atasan jika melakukan
Petugas Pengolah Limbah Medis Padat
kesalahan dalam bekerja, tidak pernah
di RSU Kabanajahe Tahun 2015
Perilaku Jumlah
mengikuti pelatihan tentang pengolahan
Pengetahuan N % limbah medis padat.
Baik 2 100 Tingkat pengetahuan dan sikap
Sedang 0 0 yang sudah baik ternyata tidak diikuti
Buruk 0 0 dengan tindakan yang baik dari
Total 2 100 responden. Menurut Notoadmojo (2010),
Sikap
Baik 2 100
secara logis sikap akan dicerminkan
Sedang 0 0 dalam bentuk tindakan, namun tidak
Buruk 0 0 dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan
Total 2 100 memiliki
Tindakan hubungan yang simetris. Dalam
Baik 0 0 penerapannya sikap terkadang tidak
Sedang 0 0
Buruk 2 100 sejalan dengan tindakan.
Total 2 100
Semua responden berada pada Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku
tingkat perilaku baik, yaitu dengan semua Petugas Pengolah Limbah Cair di RSU
responden memiliki tingkat pengetahuan Kabanjahe Tahun 2015
yang baik. kedua responden mengetahui Perilaku Jumlah
Pengetahuan N %
jenis-jenis limbah medis padat, Baik 2 100
mengetahui bahwa limbah medis padat Sedang 0 0
harus dilakukan pengelolaan khusus yaitu Buruk 0 0
bahwa limbah padat medis harus Total 2 100
dimusnahkan di incinerator (Depkes RI, Sikap
2004). Mereka juga mengetahui limbah Baik 2 100
Sedang 0 0
medis dapat menimbulkan penyakit. Buruk 0 0
Total 2 100
7
Tindakan sebelum dibuang ke lingkungan. Zat-zat
Baik 2 100 organik yang berasal dari air bilasan ruang
Sedang 0 0 bedah dan otopsi apabila tidak dikelola
Buruk 0 0
Total 2 100
dengan baik atau langsung dibuang ke
Semua responden berada pada saluran pembuangan umum akan sangat
tingkat perilaku yang baik. kedua berbahaya dan dapat menimbulkan bau
responden memiliki pengetahuan yang yang tidak sedap serta akan mencemari
baik, responden mengetahui bahwa limbah lingkungan sekitar (Chandra, 2007).
cair itu adalah segala buangan dari
kegiatan rumah sakit yang berupa cair. Kesimpulan dan Saran
Limbah cair rumah sakit perlu pengelolaan Hasil penelitian diperoleh Pengelolaan
khusus yaitu di IPAL. Dalam penelitian limbah medis padat dan cair di RSU
Arfan (2013), untuk mengolah parameter- Kabanjahe tidak memenuhi syarat sesuai
parameter air limbah, unit-unit pengolahan dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun
yang diterapkan dirumah sakit terdiri dari 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
unit pengolahan pendahuluan, unit Lingkungan rumah Sakit, RSU Kabanjahe
pengolahan primer, dan unit pengolahan mendapatkan skor 1.180. Sarana
sekunder. Kedua responden juga penampung limbah medis padat tidak
mengetahui bahwa pengelolaan limbah memiliki tutup, tidak dilengkapi oleh
cair terdiri dari pengolahan pendahuluan, kantong plastik dan warna wadah tidak
pengolahan primer, dan pengolahan sesuai dengan jenis limbahnya. Sarana
sekunder pengangkutan yang digunakan tidak
Dalam penelitian yang dilakukan tertutup. Limbah medis cair diolah di IPAL
oleh Yulvizar (2011), pengolahan limbah dengan sistem Up Flow Filter dengan
di rumah sakit menunjukkan penurunan prinsip kerjanya berdasarkan lumpur aktif,
kadar fenol, pH, BOD, COD dan TSS tetapi tidak dilakukan pemeriksaan
melalui pengolahan limbah yang kualitas effluent sebelum dibuang ke
menggunakan lumpur aktif. Walaupun lingkungan.
mengalami penurunan yang nyata, tetapi Disarankan kepada pemerintah
kadar parameter tersebut tidak memenuhi setempat agar melakukan pengawasan
persyaratan baku mutu yang ditetapkan. secara berkala terhadap proses pengelolaan
Kedua responden juga memiliki limbah medis padat dan cair di seluruh
sikap yang baik, Hal ini juga sejalan rumah sakit yang ada di Kabupaten Karo.
dengan pengetahuan kedau responden. Kepada pihak rumah sakit supaya membuat
kedua responden memiliki sikap yang baik pelatihan kepada para staf rumah sakit yang
bahwa dalam bekerja petugas harus bertanggung jawab dalam pengelolaan
menggunakan alat pelindung diri dan limbah medis padat dan cair serta petugas
mendapatkan pelathan dari pihak rumah pengolah limbah. Melakukan pembenahan
sakit. pada wadah penampungan dan sarana
Hasil analisis data diketahui bahwa pengangkutan limbah medis padat serta
semua responden memiliki tindakan yang melaksanakan pengukuran kualitas effluent
baik. Kedua responden memiliki tindakan limbah medis cair sebelum dibuang ke
yang baik dalam hal melakukan lingkungan. pengolah limbah medis padat
pemantauan secara berkala terhadap proses dan cair, dan menerapkan pedoman atau
pengelolaan limbah medis cair, melakukan prosedur tetap yang sesuai dengan standar
pemeriksaan terhadap mesin-mesin IPAL. penanganan limbah medis padat dan cair
Responden memiliki tindakan yang buruk serta melaksanakan manajemen dan
dalam hal tidak menggunakan alat monitoring yang baik untuk efektifitas dan
pelindung diri dalam bekerja, juga tidak efisiensi pengelolaan limbah.
melakukan pemeriksaan terhadap effluent
8
Edukasi Volume 3, Nomer
Daftar Pustaka 2, Desember 2011, hlm 9-
15.
Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Arfan, H.H., Ahmad Zubair, Alpryono.
Lingkungan. Jakarta : 2013. Studi Instalasi
ECG. Pengolahan Air Limbah
Depkes RI,2002. Pedoman Sanitasi RS di RSUP.Dr. Wahidin
Indonesia, Bakti Husada, Sudirohusodo. Jurnal
Jakarta. Penelitian Teknik Sipil.
_________,2004. Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/200
4 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Jakarta.
________ ,2006. Pedoman
Penatalaksanaan
Pengelolaan Limbah
Padat dan cair di Rumah
Sakit, Bakti Husada,
Jakarta.
_________,2009. Undang–Undang
Republik Indonesia No.36
Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Jakarta.
_________,2009. Undang–Undang
Republik Indonesia No.44
Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Paramita, N., 2007, Evaluasi Pengelolaan
Sampah Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto. Jurnal
Presipitasi Volume 2, No.
1, Maret 2007.
Pruss.A., E.Giroult, P. Rushbrook, 2005,
Pengelolaan Aman
Limbah Layanan
Kesehatan, Cetakan I
Penerbit EGC, Jakarta.
Yulvizar, C., 2011. Efektivitas
Pengolahan Limbah Cair
Dalam Menurunkan
Kadar Fenol di Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin (RSUDZA) Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi, Biologi