Penelusuran Informasi Pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science

DOI: http://dx.doi.org/10.18326/pustabiblia.v2i1.55-70

Penelusuran Informasi pada Pemustaka


Universitas Negeri Padang

Malta Nelisa dan Ardoni


Universitas Negeri Padang
Email: [email protected]

Abstract
Information search is important in supporting the activity of “Tri Dharma Perguruan
Tinggi”. Student information search results are often found to be very similar to state-
ments in the reference used. Skills in the use of information reflect the understanding
of college librarians against information literacy. The research method used in com-
piling this article is by qualitative research. In this research used information tracing
model with stages namely: starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring,
extracting, verifying, and ending. The study was conducted on 143 users from State
University of Padang (UNP) and University of Andalas (Unand). The results showed
that the lecturer is an important source of information for the user to know the initial
reference that will be used in the completion of academic tasks. In addition, college
librarians have a high dependence on internet resources. In terms of the formulation
of information retrieval results, some readers use the full statement in reference. In
other words, the user does not formulate the search results according to his or her
understanding. However, some others do a search for information as in the search
model referenced in this study.

Keywords: information tracking; information literacy; college librarian

Volume 2, Number 1, June 2018 55


Malta Nelisa dan Ardoni

Abstrak
Penelusuran informasi merupakan hal penting dalam mendukung aktivitas Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Hasil penelusuran informasi yang dilakukan mahasiswa
sering ditemukan sangat mirip dengan pernyataan pada referensi yang digunakan.
Keterampilan dalam pemanfaatan informasi mencerminkan pemahaman pemustaka
perguruan tinggi terhadap literasi informasi. Metode penelitian yang digunakan dalam
menyusun artikel ini adalah dengan qualitative research. Dalam penelitian ini digu-
nakan model penelusuran informasi dengan tahapan yaitu: starting, chaining, brows-
ing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Penelitian dilakukan
pada 143 pemustaka dari Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Andalas
(Unand). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosen merupakan sumber informasi
penting bagi pemustaka untuk mengetahui referensi awal yang akan digunakan dalam
penyelesaian tugas akademik. Selain itu, pemustaka perguruan tinggi punya keter-
gantungan yang tinggi pada sumber-sumber internet. Dalam hal perumusan hasil
penelusuran informasi, sebagian pemustaka menggunakan secara penuh pernyataan
dalam referensi. Dengan kata lain, pemustaka tidak merumuskan hasil penelusuran
sesuai dengan pemahamannya. Namun, sebagian lainnya melakukan penelusuran
informasi seperti pada model penelusuran yang dirujuk dalam penelitian ini.

Kata kunci: penelusuran informasi; literasi informasi; pemustaka perguruan tinggi

Pendahuluan
Perguruan tinggi adalah tempat terlaksananya kegiatan komunikasi
ilmiah. Dalam konsep komunikasi ilmiah, perkembangan ilmu pengetahuan
akan lebih cepat jika terdapat transfer pengetahuan melalui publikasi ilmiah.
Untuk mendukung hal tersebut, dosen dan mahasiswa membutuhkan sum­ber
informasi terbaru sehingga bisa mengembangkan bidang ilmu yang men­
jadi objek studinya. Selain penggunaan sumber informasi perpustakaan,
kecepatan dan ketepatan pencarian informasi dianggap penting oleh
pemustaka dalam mengakses informasi. Pustakawan perlu mengetahui
kebutuhan informasi pemustaka untuk dapat menyediakan sumber-sumber
dan sarana penelusuran informasi yang tepat guna dan bernilai guna.
Sumber-sumber informasi (koleksi) perpustakaan dimanfaatkan oleh
pe­mustaka perguruan tinggi untuk mendukung aktivitas Tri Dharma Per­

56 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

guru­an Tinggi yang mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan


pengabdian kepada masyarakat. Ketersediaan koleksi perpustakaan sesuai
dengan kebutuhan pengguna informasi dan ketersediaan sarana penelusuran
informasi yang friendly, dapat meningkatkan kualitas perpustakaan di mata
pe­mustaka. Hal ini merupakan salah satu faktor penting yang menjadi per­tim­
bangan bagi pemustaka dalam menjadikan perpustakaan sebagai tempat utama
dalam pencarian informasi. Apalagi di era teknologi informasi dan komu­nikasi
saat ini, informasi dapat diakses dimanapun dan kapanpun dibutuhkan.
Visi dan misi perpustakaan perguruan tinggi harus sejalan dengan visi
dan misi perguruan tinggi yang mendukung pelaksanaan tri dharma. Undang-
Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dalam pasal 12 ayat (1)
menyatakan: “Koleksi perpustakaan dipilih, diproses, disimpan, dilayani, dan
dikembangkan sesuai dengan kepentingan pengguna dengan memperhatikan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi”. Selanjutnya, pada pasal
24 ayat (2) disebutkan: “Perpustakaan perguruan tinggi memiliki koleksi,
baik jumlah judul maupun jumlah eksemplar yang cukup untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.
Kedua pernyataan tersebut merupakan acuan bagi perpustakaan perguruan
tinggi untuk melaksanakan kewajibannya mengembangkan perpustakaan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. Selain koleksi,
sarana penelusuran menjadi hal penting yang harus disediakan untuk
kelancaran proses penelusuran informasi.
Perpustakaan perguruan tinggi yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah dua perguruan tinggi negeri yang terdapat di Kota Padang,
Provinsi Sumatera Barat. Perguruan tinggi tersebut yaitu Universitas Negeri
Padang (UNP) dan Universitas Andalas (Unand). Ditinjau dari kluster ilmu
pengetahuan, UNP memayungi program studi yang sebagian besar mencakup
ilmu kependidikan, sedangkan Unand memayungi program studi dari bidang
sains murni dan terapan. Pada dasarnya, kedua perguruan tinggi memiliki
jenis layanan perpustakaan yang sama. Hanya terdapat sedikit perbedaan
layanan, yaitu dengan adanya layanan sumber informasi khusus seperti:
Minangkabau Corner, American Corner, French Corner, dan Popular Corner.

Volume 2, Number 1, June 2018 57


Malta Nelisa dan Ardoni

Semakin banyak layanan informasi yang diberikan oleh perpustakaan


akan menambah variasi strategi pencarian informasi oleh pemustaka.
Penelitian ini memberikan penjelasan tentang strategi penelusuran informasi
pemustaka perguruan tinggi, sehingga diharapkan nantinya perpustakaan
dapat mengembangkan sumber informasi yang sesuai untuk kebutuhan
infor­masi pemustaka. Selain itu, perpustakaan dapat mempertimbangkan
untuk menambahkan layanan informasi lainnya untuk pengembangan per­
pustakaan dan untuk meningkatkan kualitas perpustakaan perguruan tinggi.

Penelusuran informasi sangat berkaitan dengan konsep-konsep literasi


informasi
Reitz (2004: 356) menyatakan bahwa literasi informasi adalah
kemampuan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dan memahami
bagaimana menggunakan perpustakaan, mengetahui sumber informasi
yang ada, dan merupakan pengetahuan yang biasanya digunakan secara
teknis dalam pencarian informasi. Selain itu, Septiyantono (2016: 1.12)
menyatakan bahwa: (1) literasi informasi adalah kemampuan seseorang
untuk menemukan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan
informasi; (2) literasi informasi didukung oleh peran perpustakaan dalam
mengenalkan istilah literasi informasi, membantu memperoleh kemampuan
literasi informasi, dan menyediakan akses informasi yang mudah; (3)
penguasaan terhadap teknologi informasi memberikan kemudahan bagi
seseorang untuk memiliki kemampuan literasi informasi. Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi informasi merupakan
berbagai kemampuan yang digunakan dalam penelusuran dan pemanfaatan
informasi.
Secara khusus Association and College Research of Library (ACRL)
(2000), merumuskan standar kompetensi literasi informasi untuk perguruan
tinggi sebagai berikut. (1) Kemampuan untuk menentukan sifat dan cakupan
informasi yang dibutuhkan dengan cakupan: menentukan kebutuhan
informasi, mengidentifikasi berbagai jenis dan format sumber informasi
potensial dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat pengambilan

58 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

informasi yang dibutuhkan, dan mengevaluasi kembali sifat dan lingkup


informasi yang dibutuhkan. (2) Kemampuan untuk mengakses informasi
yang dibutuhkan secara efektif dan efisien dengan cakupan: memilih
metode pengambilan atau pengambilan informasi yang paling tepat untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan, membangun dan menerapkan
strategi pencarian yang efektif, menemukan kembali informasi secara daring
(online) atau metode penggunaan pribadi, perubahan strategi pencarian jika
perlu, mencatat dan memproses informasi dan sumber daya. (3) Mengevaluasi
informasi dan sumber daya secara kritis dengan cakupan: merangkum gagasan
utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan, mempublikasikan
dan menggunakan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber
daya, mengumpulkan gagasan utama untuk membangun konsep baru,
membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya
untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi
unik lainnya, menentukan apakah pengetahuan baru berdampak pada
sistem nilai dan memiliki cara untuk menyatukan perbedaan, memvalidasi
pemahaman dan interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu laini.
(4) Menggunakan informasi untuk mencapai tujuan yang spesifik dengan
cakupan: menggunakan informasi untuk perencanaan dan pembuatan hasil
atau kinerja yang luar biasa, dan secara efektif mengkomunikasikan hasilnya
kepada orang lain. (5) Memahami aspek ekonomi, hukum dan sosial yang
terkait dengan penggunaan informasi, yaitu: memahami isu seputar informasi
dan teknologi informasi, mengikuti peraturan dan etika terkait penggunaan
sumber informasi, dan menghormati penggunaan sumber informasi dalam
mengkomunikasikan produk informasi.
Salah satu faktor sukses atau tidaknya kegiatan literasi informasi
bergantung pada strategi dalam penelusuran informasi. Ellis, Cox, dan
Hall dalam Septiyantono (2016: 7.26) mengemukakan model penelusuran
informasi yang dijelaskan dalam bentuk fase pencarian informasi. Model
ini mencakup delapan fase, yaitu starting, chaining, browsing, differentiating,
monitoring, extracting, verifying, dan ending. (1) Starting adalah pengantar
awal referensi untuk menemukan informasi yang akan diteliti lebih lanjut

Volume 2, Number 1, June 2018 59


Malta Nelisa dan Ardoni

menggunakan sumber informasi sekunder seperti abstrak, indeks, katalog


subjek, pratinjau atau sinopsis artikel, serta catatan buatan sendiri me­ngenai
topik yang diminati. (2) Chaining, pada tahap ini aktivitas peng­guna meng­
hubungkan daftar literatur dengan referensi inti. Cara untuk melakukannya
adalah dengan mencari atau melihat daftar pustaka yang terdapat dalam
referensi inti atau mencari rujukan lain berdasarkan subjek atau nama penulis
dari referensi inti yang digunakan. (3) Browsing, adalah kegiatan pencarian
informasi yang dilakukan untuk mengidentifikasi sumber informasi potensial
di bidang yang minati, seperti melalui abstrak penelitian, daftar jurnal,
sumber informasi perpustakaan atau buku-buku di pameran atau seminar. (4)
Differentiating, merupakan kegiatan untuk membedakan sumber informasi
untuk memfilter informasi berdasarkan kualitas rujukan, misalnya melalui
topik studi atau pendekatan yang digunakan. (5) Monitoring, merupakan
kegiatan untuk memantau perkembangan yang terjadi di bidang minat
melalui akses terhadap sumber informasi secara berkala. Sumber informasi
yang digunakan meliputi artikel jurnal, komunikasi ilmiah dengan rekan
kerja atau ahli, atau pemantauan materi yang diterbitkan dalam bentuk buku.
(6) Extracting, tahap ini digunakan saat membuat kajian pustaka dengan
memilih informasi melalui jurnal, katalog, bibliografi, abstrak, dan indeks.
(7) Verifying, suatu kegiatan penilaian informasi, apakah sudah sesuai dan
tepat dengan yang diinginkan. (8) Ending, adalah tahap akhir dari pencarian
informasi yang bertepatan dengan akhir kegiatan penelitian atau terjawabnya
permasalahan yang dibahas pengguna informasi.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Jenis sampel yang
digunakan adalah incidental sampling. Dalam penelitian ini terdapat 143
sampel pemustaka yang memanfaatkan layanan Perpustakaan Universitas
Negeri Padang (UNP) dan Perpustakaan Universitas Andalas (Unand).
Pe­mustaka tersebut semuanya adalah mahasiswa dari kedua perguruan
tinggi. Indikator penelitian dibuat dengan menggunakan model penelusuran
informasi dari Ellis, Cox, and Hall dalam Sugiyantono (2016: 7.27) yang

60 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

meliputi: starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting,


verifying, dan ending. Analisis data dilakukan dengan melakukan tinjauan
ter­hadap hasil instrumen penelitian dan membandingkan dengan konsep
yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya, dikembangkan strategi penye­
diaan dan pemanfaatan sarana penelusuran informasi bagi pustakawan dan
pemustaka perguruan tinggi.

Pembahasan
Hasil penelitian ini dibahas dalam tiga bagian, yaitu: (1) penelusuran
informasi pemustaka perguruan tinggi, (2) strategi penyediaan sarana
penelusuran informasi perpustakaan, dan (3) strategi penelusuran informasi
bagi pemustaka perguruan tinggi.

Penelusuran Informasi pada Pemustaka Perguruan Tinggi


Model penelusuran informasi yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada model yang dikemukakan oleh Ellis, Cox, dan Hall dalam
Septiyantono (2016: 7.26), yaitu: starting, chaining, browsing, differentiating,
monitoring, extracting, verifying, dan ending.
Pertama, tahap starting yang merupakan titik awal pencarian infor­
masi. Pada tahap ini pemustaka mendapatkan informasi awal tentang topik
yang akan dibahas atau diteliti. Tahap ini juga merupakan referensi awal
bagi pemustaka yang didapat melalui orang-orang disekitarnya. Sebagian
besar pemustaka mendapatkan informasi awal tentang rujukan atau sum­
ber informasi yang akan digunakan untuk penyelesaian tugas kuliah atau
penelitian yaitu dari teman sejawat atau dosen. Peran dosen sebagai fasilitator
komunikasi ilmiah sangat penting untuk mengarahkan dan membimbing
mahasiswa dalam mencari sumber informasi berkualitas. Dari data
responden diketahui bahwa sebagian besar merupakan mahasiswa semester
satu, sehingga dapat diasumsikan bahwa mereka ke perpustakaan untuk
mencari informasi untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Responden yang
berada di semester akhir, yaitu semester 7 dan semester 9 berjumlah sebagian
kecil dari responden penelitian, sehingga dapat diasumsikan juga topik yang

Volume 2, Number 1, June 2018 61


Malta Nelisa dan Ardoni

dicari juga terkait dengan kegiatan penelitian untuk menyelesaikan tugas


akhir seperti skripsi.
Sumber referensi awal dalam penentuan topik untuk pembuatan
tugas kuliah dan penelitian juga berasal dari membaca ulasan atau sinopsis
artikel, dan informasi melalui kumpulan abstrak serta katalog perpustakaan.
Kegiatan perpustakaan perguruan tinggi tidak hanya terfokus pada layanan
pe­­minjaman dan pengembalian koleksi (layanan sirkulasi). Sumber infor­
masi sekunder seperti: koleksi abstrak, indeks, bibliografi, dan katalog
per­­pustakaan perlu dimaksimalkan pendayagunaannya oleh pemustaka.
Banyak pemustaka tidak mengetahui isi jurnal ilmiah karena pustakawan
tidak menginformasikan artikel ilmiah perpustakaan ke dalam bentuk lain
yang memudahkan pencarian informasi, yaitu sarana penelusuran informasi.
Ketersediaan OPAC (Online Public Access Catalog) di banyak perguruan
tinggi masih mendominasi untuk memudahkan penelusuran pada koleksi
untuk layanan sirkulasi. Sementara itu, sumber informasi lain seperti
publikasi berkala belum maksimal dikelola sehingga pemustaka belum bisa
dengan mudah menemukan artikel yang terdapat di dalamnya. Padahal
terbitan berkala, khususnya jurnal adalah sumber informasi penting di
perguruan tinggi yang berperan dalam komunikasi ilmiah untuk percepatan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hal tersebut, pembuatan kumpulan abstrak artikel atau
sinopsis artikel sebaiknya dilakukan tidak hanya dalam bentuk tercetak saja.
Produk informasi harus diintegrasikan dalam sistem informasi perpustakaan,
sehingga selain mengetahui isi artikel dengan ringkas, pemustaka juga
dapat menemukan informasi fisik melalui informasi terperinci mengenai
keberadaan sumber informasi. Atau, sistem informasi perpustakaan juga
bisa menyediakan artikel fulltext agar bisa diakses pemustaka dimanapun
dan kapanpun. Tersedianya sumber informasi sekunder seperti ini akan
memudahkan pengguna dalam mendapatkan ide atau topik yang diminati.
Kedua, tahap chaining yaitu kegiatan penelusuran informasi untuk
menemukan sumber rujukan lanjutan menggunakan informasi yang terdapat
dalam daftar referensi inti. Pada tahap ini pemustaka juga mencari referensi

62 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

lain, namun tetap berdasarkan nama penulis dan subjek yang terdapat dalam
referensi inti. Alternatif kedua pada tahap ini adalah penelusuran infor­
masi melalui abstrak penelitian atau daftar isi jurnal. Penggunaan metode
ini selanjutnya dapat memperluas cakupan informasi yang diinginkan pe­
mustaka, karena melalui abstrak penelitian dan daftar isi jurnal terdapat
kemung­kinan untuk mencari informasi yang sesuai dengan topik yang
diminati.
Hasil analisis terhadap pemustaka kedua perguruan tinggi untuk
tahap ini adalah tidak banyak pemustaka yang menggunakan referensi
lanjutan atau mencari informasi melalui abstrak penelitian maupun daftar isi
jurnal. Hal ini diasumsikan karena kecenderungan pengguna untuk merujuk
pada sumber informasi berupa buku teks dan kurangnya pengetahuan
tentang penggunaan abstrak hasil penelitian serta daftar isi jurnal. Pemustaka
dapat mencari lebih banyak informasi melalui bibliografi yang terdapat pada
referensi inti. Pada tahap ini ada dua cara untuk melacak informasi, melalui
daftar referensi utama perpustakaan dan melalui penggunaan penulis atau
nama subjek dalam daftar referensi inti. Dengan cara yang kedua, pelacakan
informasi dibantu dengan cara melacak informasi seperti alat bibliografi. Alat
ini seringkali tersedia tidak diperbaharui di perpustakaan, sehingga sedikit
pemustaka yang merujuk ke sumber-sumber ini. Di sisi lain, pemustaka
terkadang tidak mengetahui fasilitas ini di perpustakaan dan tidak tahu
bagaimana menggunakannya untuk membantu penelusuran informasi.
Sumber informasi seperti ini jika selalu diperbarui oleh pustakawan dapat
mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan seperti konsep komunikasi
ilmiah.
Ketiga, tahap browsing, yaitu penelusuran lanjutan dari Informasi
tentang referensi yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Sumber
informasi yang paling banyak digunakan sebagai rujukan adalah sumber
internet. Sumber ini dianggap memberikan jawaban paling cepat terhadap
pertanyaan atau masalah dalam tugas akademik pemustaka karena dapat
diakses kapanpun dan dimanapun selama pengguna memiliki perangkat
teknologi informasi dan komunikasi, minimal handphone atau smartphone.

Volume 2, Number 1, June 2018 63


Malta Nelisa dan Ardoni

Dalam penelitian ini, belum diketahui apakah sumber internet yang


digunakan oleh pemustaka adalah sumber informasi dengan konten yang
valid, jelas, dan akuntabel. Mengamati ketersediaan informasi di sumber
internet saat ini, pemustaka harus pintar dalam memilih informasi apalagi
untuk kepentingan penulisan karya ilmiah.
Sumber yang sering dirujuk selanjutnya adalah buku perpustakaan,
terbitan berkala seperti surat kabar dan majalah, serta sumber referensi
seperti kamus, direktori atau ensiklopedi. Terkadang pengguna juga
mencari informasi melalui pameran buku. Berdasarkan hal tersebut dapat
diketahui bahwa sebagian besar pemustaka menggunakan beragam sumber
informasi dalam menyelesaikan tugas akademik. Namun, hanya sebagian
kecil pemustaka yang memanfaatkan koleksi referensi perpustakaan untuk
mendukung aktivitas akademis mereka.
Keempat, tahap differentiating, yaitu pemilihan sumber informasi
berdasarkan kualitas rujukan. Kualitas yang dimaksud adalah dengan
mengidentifikasi sumber informasi yang menekankan pada subyek yang
dipilih untuk lebih lanjut mengambil informasi yang diinginkan. Pemustaka
dapat memilih referensi yang relevan dari semua referensi yang telah
dikumpulkan. Secara umum, pada tahap ini pemustaka membedakan sumber
informasi berdasarkan ketersediaan subjek yang diinginkan, termasuk
kedalaman materi mengenai topik yang diinginkan. Pertimbangan lain adalah
kredibilitas, yaitu sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya dan update
informasinya. Namun, tidak banyak pemustaka yang melakukan tahap ini.
Sehingga, diasumsikan pemustaka langsung menggunakan sumber informasi
yang didapat tanpa mengumpulkan semua sumber yang relevan. Pada tahap
ini diperlukan keterampilan dalam mengidentifikasi sumber informasi baik
dari topik studi maupun kualitas sumbernya.
Kelima, tahap monitoring yaitu pemantauan kegiatan melalui
pengamatan terhadap perkembangan yang terjadi pada topik yang diminati.
Sebagian besar pemustaka melakukan ini dengan berkomunikasi dengan
teman sejawat dan dosen. Selain itu, pemustaka juga mengakses katalog
perpustakaan. Hubungan formal menjadi pilihan utama karena dapat

64 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

dijadikan sarana pertukaran informasi yang lebih cepat. Sumber informasi


lain yang digunakan oleh pemustaka adalah jurnal dan katalog. Dalam
komunikasi ilmiah, akses terhadap publikasi berkala disarankan untuk
memantau informasi dari sumber lain. Hal ini terkait dengan karakter sumber
ini yaitu dapat menyebarkan informasi terbaru lebih cepat daripada publikasi
buku. Selain itu, artikel dalam jurnal dianggap lebih bertanggung jawab
dalam hal konten karena merupakan bentuk penelitian ringkas yang telah
dilaksanakan atau studi mendalam dengan menggunakan sumber informasi
relevan tentang sebuah topik.
Keenam, tahap extracting. Tahap ini membutuhkan keahlian pe­
mustaka dalam mengekstrak informasi dari berbagai sumber. Sebagian pe­
mustaka menyarikan informasi dari semua sumber informasi yang dianggap
relevan dengan topik atau masalah yang akan dibahas. Namun, sebagian
lainnya hanya sesekali melakukan tahap ini. Berdasarkan hal ini diasumsikan
bahwa sebagian pemustaka lainnya menggunakan langsung informasi yang
didapat dari sumber informasi dalam penulisan tugas akademik tanpa
menyarikan dari beberapa sumber. Pemustaka jarang menulis ulang informasi
yang telah didapat dengan bahasa mereka sendiri.
Tahap ini sering diabaikan oleh pemustaka, padahal tahap ini
merupakan tahap penting dimana pemustaka menuliskan kembali semua
informasi yang telah diperoleh untuk dikembangkan sesuai pemahaman
dan disinkronisasikan dengan topik permasalahan yang harus dipecahkan.
Mengestrak informasi dari berbagai sumber membutuhkan kemampuan
membaca cepat dan membaca pemahaman. Diantara banyak sumber
informasi yang telah dikumpulkan, mungkin sebagian berisi informasi
dengan maksud yang sama. Selain itu, pemahaman bacaan bisa lebih efektif
dalam mencari informasi sekaligus memetakan jawaban yang terkandung
dalam sumber-sumber ini, sehingga penyelesaian tugas akademik berupa
tugas kuliah dan tugas akhir seperti skripsi dapat dilakukan secara efisien.
Penerapan tahap ini secara serius dapat melatih dan membiasakan pemustaka
untuk belajar mandiri dan menghasilkan karya ilmiah asli, sehingga
mengurangi praktik plagiarisme.

Volume 2, Number 1, June 2018 65


Malta Nelisa dan Ardoni

Ketujuh, tahap verifying. Pada tahap ini pencari informasi melakukan


pengecekan atau pengkajian ulang atas informasi yang telah diperoleh.
Pemustaka memastikan informasi yang mereka dapatkan sesuai dengan
keinginan mereka. Apabila tahap ini tidak dilakukan, akan berakibat pada
hasil tugas akademik yang kurang memuaskan dalam hal kualitas. Selain
itu, bisa diasumsikan pemustaka tidak memahami tugas yang telah dibuat.
Sebagian kecil pemustaka tidak mengecek ulang informasi yang didapat
apakah relevan dengan apa yang dibutuhkan atau tidak. Tahap ini juga
merupakan penilaian terhadap informasi yang telah diperoleh. Ellis, Cox,
dan Hall dalam Sugiyantono (2016: 7.28) menyatakan bahwa berdasarkan
penelitiannya, peneliti ilmu sosial tidak melakukan tahap ini, tidak seperti
ilmuwan dalam bidang ilmu murni yang melakukan tahap ini untuk
memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam perolehan informasi. Hasil
penelitian terhadap pemustaka UNP dan Unand menunjukkan bahwa
pengguna yang berasal dari bidang ilmu sosial juga melakukan tahap ini.
Kedelapan, tahap ending yang merupakan tahap akhir penelusuran
informasi yang bersamaan dengan akhir dari suatu kegiatan. Pada tahap
ini dapat diketahui apakah kualitas proses pembuatan tugas akademik me­
muaskan atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa model penelusuran
informasi dari Ellis, Cox, dan Hall sejalan dengan kegiatan penelusuran
informasi yang dilakukan oleh sebagian besar pemustaka UNP dan Unand.
Tahap penelusuran informasi yang terkadang diabaikan oleh mahasiswa
adalah merumuskan kebutuhan informasi, memprioritaskan penggunaan
informasi dari sumber internet tanpa mengklarifikasi informasi dan sumber
secara jelas. Setiawan (2017: 8) menyatakan perlunya strategi pencarian dan
keterampilan teknologi untuk mendapatkan sumber informasi yang tepat
yang tersedia di internet dan literasi informasi adalah dasar untuk melacak
informasi dengan cepat dan akurat. Selain itu, terkadang pemustaka tidak
mengekstrak informasi yang diperoleh dengan menggunakan kalimat dan
pemahamannya sendiri, sehingga tidak diketahui tingkat pemahaman
terhadap informasi yang didapat.

66 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

Dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, pemutakhiran dan


pengembangan informasi, serta keaslian tulisan ilmiah menjadi perhatian
untuk peningkatan kualitas keilmuan. Model penelusuran informasi ini dapat
menjadi acuan bagi mahasiswa maupun dosen dalam menghasilkan karya
ilmiah yang berkualitas.

Strategi Literasi Informasi


Literasi informasi sekarang menjadi bagian penting dalam materi
pendidikan. Berdasarkan model penelusuran informasi dari Ellis, Cox, dan
Hall dalam Sugiyantono (2016: 7.26) dan mengadopsi beberapa standar
literasi informasi oleh Association of College and Research of Library (ACRL)
(2000), kemampuan literasi informasi dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan kebutuhan informasi. (2)
Mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi potensial.
(3) Memilih dan menggunakan informasi dengan berbagai metode. (4)
Mengutip, mencatat dan memproses informasi dan sumber-sumbernya. (5)
Meringkas gagasan utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.
(6) Menyimulasikan gagasan utama untuk membangun konsep baru. (7)
Mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain. (8) Mengetahui
penggunaan sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi.
Sejalan dengan standar literasi informasi di atas, strategi penerapan
literasi informasi di perguruan tinggi khususnya bagi mahasiswa dapat
dirumuskan sebagai berikut. (1) Mengenalkan mahasiswa untuk mengetahui
kebutuhan informasinya melalui perumusan pertanyaan untuk menjawab
tugas akademik yang diberikan. (2) Memperkenalkan sumber informasi
yang bisa dijadikan referensi dalam pencarian informasi baik dari segi jenis
maupun bentuknya. Dalam hal jenis informasi adalah sumber informasi
primer, sekunder, dan tersier. Dari segi bentuk, seperti: buku, majalah, sumber
elektronik, dan lain-lain. Dalam hal ini diperkenalkan sumber informasi apa
yang dimiliki oleh perguruan tinggi. (3) Memperkenalkan penggunaan sistem
informasi perpustakaan, sekaligus sarana untuk mendapatkan informasi yang
mudah diakses, seperti: katalog online perpustakaan, alat bibliografi, atau

Volume 2, Number 1, June 2018 67


Malta Nelisa dan Ardoni

penggunaan layanan internet untuk mengakses sumber informasi online. (4)


Menetapkan pengambilan informasi dengan menggunakan banyak sumber
informasi dengan memasukkan informasi bibliografi lengkap dan memastikan
sumber informasi dapat dilacak, dan menetapkan rekaman informasi yang
dikutip dari sumbernya. (5) Membiasakan mahasiswa kembali informasi yang
telah ditulis menggunakan kalimat mereka sendiri, serta untuk mengetahui
tingkat pemahaman informasi yang telah diperoleh. (6) Mengarahkan
mahasiswa untuk memikirkan atau mengemukakan gagasan lain yang
sebanding dengan informasi yang telah diungkapkan. (7) Menyediakan sarana
penyampaian informasi mengenai rumusan atau gagasan yang telah dihasilkan
dalam bentuk komunikasi dua arah, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
(8) Menekankan manfaat informasi yang diperoleh untuk diri mereka dan
lingkungan mereka, baik secara teoritis maupun praktis.
Strategi ini bisa digunakan untuk life-long learning dan pemecahan
masalah dalam berbagai bentuk. Kemampuan literasi informasi yang selalu
diasah dan digunakan, dapat menciptakan generasi muda yang mumpuni
dan produktif. Selain itu, juga bisa mengurangi konsumsi informasi instan
yang tidak jelas sumbernya. Pemustaka yang paham dengan literasi informasi,
tahu kapan informasi dibutuhkan dan tahu bagaimana cara menggunakan
informasi secara efektif.

Efektivitas Penelusuran Informasi


Aktivitas penelusuran informasi pemustaka dalam lingkungan
perguruan tinggi perlu didikung oleh pustakawan dengan menerapkan
ber­bagai strategi untuk memaksimalkan pendayagunaan sumber-sumber
infor­masi di perpustakaan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan pusta­
kawan untuk mendukung efektivitas penelusuran informasi di per­pustakaan
perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
Pertama, menyediakan sarana temu kembali informasi dalam bentuk
biblio­grafi beranotasi untuk semua koleksi buku. Sarana ini selain dibuat
dalam bentuk tercetak, juga diintegrasikan dalam katalog perpustakaan,
seperti OPAC. Selanjutnya sarana ini disebarkan ke pemustaka. Pustakawan

68 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science


Penelusuran Informasi pada Pemustaka Universitas Negeri Padang

tidak berdiam diri saja menunggu pemustaka mengakses sarana ini, karena
pemustaka pada umumnya tidak tahu bahwa perpustakaan memiliki beragam
sarana penelusuran informasi yang bisa membantu proses penelusuran
informasinya di perpustakaan secara efektif dan efisien.
Kedua, membuat indeks beranotasi untuk koleksi terbitan berkala
seperti surat kabar, majalah, jurnal, dan prosiding. Untuk indeks beranotasi
surat kabar, minimal dipilih beberapa topik yang menjadi unggulan
perguruan tinggi. Indeks ini dibuat secara berkelanjutan dan disediakan
juga bentuk klipingnya. Untuk indeks beranotasi jurnal, dibuat dengan rinci
informasi untuk temu kembali seluruh jurnal yang dilanggan perpustakaan
baik tercetak maupun digital. Informasi yang ditampilkan pada OPAC tidak
hanya judul jurnal saja, tetapi lebih rinci pada informasi artikel di dalam
jurnal. Selain itu, sarana penelusuran yang berkaitan dengan ini adalah
kumpulan abstrak yang berisi informasi ringkas dari hasil-hasil penelitian
seperti tugas akhir mahasiswa dan laporan penelitian.
Ketiga, memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber elektronik
oleh pemustaka dengan memberikan bimbingan secara individual. Banmyak
pemustaka tidak mengetahui cara menggunakan sumber-sumber ini.
Padahal perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya memiliki jenis
informasi ini. Ketidaktahuan pemustaka tentang sumber informasi lain
di perpustakaan dan kurangnya promosi dari pustakawan mengakibatkan
sumber-sumber jenis ini sering tidak dimanfaatkan, hanya tersimpan rapi
saja di perpustakaan. Contohnya sumber-sumber elektronik dalam bentuk
artikel, audio visual, dan lain-lain.
Keempat, pustakawan mendayagunakan informasi yang tersedia
dalam sumber-sumber online untuk menjawab kebutuhan informasi
pemustaka. Hendaknya pustakawan masa sekarang tidak lagi mengatakan
“tidak tahu” terhadap pertanyaan-pertanyaan pemustaka tentang suatu
informasi yang dicarinya. Informasi yang terdapat dalam sumber-sumber
online bisa dijadikan sebagai rujukan bagi pustakawan untuk memperlancar
pekerjaan dalam pemenuhan informasi pemustaka. Selain itu, pustakawan
juga dapat membimbing pemustaka dalam menemukan informasi yang

Volume 2, Number 1, June 2018 69


Malta Nelisa dan Ardoni

relevan dengan kebutuhan pemustaka melalui sumber-sumber online. Untuk


memenuhi hal tersebut, pustakawan juga diharapkan memiliki keterampilan
dan keahlian dalam penelusuran informasi online.

Kesimpulan
Penelusuran informasi pada pemustaka perguruan tinggi banyak
menggunakan sumber-sumber internet. Pustakawan di perguruan tinggi
perlu membuat berbagai sarana temu balik informasi yang cukup untuk
berbagai jenis sumber-sumber informasi perpustakaan. Penelusuran
informasi sangat terkait dengan proses literasi informasi, dimana pemustaka
sebagai pencari informasi dapat mencari, menemukan, dan memanfaatkan
informasi secara efektif dan efisien. Untuk mendukung proses ini, pustakawan
dapat membuat strategi-strategi yang dapat memudahkan pemustaka dalam
melakukan penelusuran informasi di perpustakaan.

Referensi
Association of College and Research Libraries (ACRL). 2000. Information
Literacy Competency Standards for Higher Education. http://www.
ala.org/acrl/sites/ala.org.acrl/files/content/standards/standards.pdf,
September 14, 2017.
Reitz, J. M. 2011. Online Dictionary for Library and Information Science.http://
www.abc-clio.com/ODLIS/searchODLIS.aspx, September 14, 2017.
Rifai, A. Penelusuran Literatur. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
Septiyantono, T. Literasi Informasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
Setiawan, V. Librarian Communication Strategy in the Implementation
of Information Literacy (Case Study in University with Using and
Exploiting E-resources. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini
Publik, Vol. 21, no. 1 (2017): 15-29.
Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. http://www.
pnri.go.id/law/undang-undang-nomor-43-tahun-2007-tentang-
perpustakaan/, diakses September 14, 2017.

70 PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science

You might also like