Gambaran Perkembangan Balita Stunting Di Desa Wunung Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I Gunung Kidul Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

232 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No.

3, Desember 2017

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA STUNTING DI DESA WUNUNG WILAYAH


KERJA PUSKESMAS WONOSARI I GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

2
Silvia Rizky Syahputri¹*, Tyasning Yuni Astuti Anggraini
1*,2
Program studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Jln. Ringroad Barat Gamping
Sleman Yogyakarta Kode Pos 552894 Indonesia, e-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRACT
Background: Indonesia still experiences various health and nutrient problem. On susceptible group of
mother and child, the high rate of short toddler prevalence which is 37.2% becomes one of national
development priorities. It is included in the main objective of intermediate development year 2015-2019.
They village of Wunung highest stunting prevalency in Yogyakarta. Amount of research show binding
between stunting with motorist development and toddler's mental.
Objective: To find out the development picture on stunting toddler In Wunung Village In The Work Region Of
Wonosari I Primary Health Center Gunungkidul Yogyakarta.
Research method: This research is in the form of descriptive-quantitative research. This research used non
random sampling, purposive, method with 45 samples.
Result: The result of the research is not in accordance with the theory which suggests that the stunting
affects the toddler development. It is because development has many factors. One of them is psycho-social
factor which includes stimulant, learning motivation and peer group. In Addition 60% of average 36 months
toddler have been sent to pre school in which they get stimulant, learning motivation and peer group.
Conclusion: The result of the research shows that most stunting toddlers; 32 toddlers (71.1%); have normal
development. 12 toddlers (26.75%) have dubious development while 1 toddler (2.2%) has deviate
development.

Keyword: Stunting toddler, development.

PENDAHULUAN status gizi yang berdasarkan panjang atau


Pemerintah telah mengatur standar di tinggi badan menurut umurnya kurang bila
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor dibandingkan dengan standar baku WHO-
1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar tersebut MGRS (Multicentre growth Reference Study)
yakni standar antropometri penilaian status tahun 2005.1
gizi anak, pengertian pendek dan sangat Indonesia masih mengalami berbagai
pendek adalah status gizi berdasarkan masalah kesehatan dan gizi, pada kondisi
panjang badan menurut umur (PB/U) atau kelompok rentan ibu dan anak yang ditandai
tinggi badan menurut umur (TB/U) yang masih tingginya angka kematian ibu dan
merupakan padanan istilah stunted (pendek) angka kematian neonatal, prevalensi anemia
dan severely stunted (sangat pendek). Balita gizi kurang zat besi pada ibu hamil,
pendek (stunting) dapat diketahui bila gangguan akibat kurang yodium pada ibu
seorang balita sudah diukur panjang atau hamil dan bayi, serta kurang vitamin A pada
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan anak balita, prevalensi gizi kurang (BB/U) dan
standar dan hasilnya berada di bawah pendek (TB/U) pada anak balita. Padahal
normal. Balita pendek adalah balita dengan anak yang memiliki status gizi kurang atau
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017 233

buruk (underweight) berdasarkan pengukuran kembali. Sejumlah penelitian


berat badan terhadap umur (BB/U) dan memperlihatkan keterkaitan antara stunting
pendek atau sangat pendek (stunting) dengan perkembangan motorik dan mental
berdasarkan pengukuran tinggi badan yang buruk dalam usia kanak-kanak dini,
terhadap umur (TB/U) yang sangat rendah serta prestasi kognitif dan prestasi sekolah
dibanding standar WHO, mempunyai risiko yang buruk dalam usia kanak-kanak lanjut.3
kehilangan tingkat kecerdasan atau Penelitian stunting berhubungan
intelligence quotient (IQ) sebesar 10-15 dengan perkembangan motorik anak juga
poin.2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Negara Indonesia masih mengalami signifikan antara stunting dengan
masalah-masalah kesehatan seperti yang perkembangan motorik anak usia di bawah 2
disebutkan dalam Riset Kesehatan Dasar tahun.4 Dalam penelitian hubungan panjang
tahun 2013 seperti di atas, oleh karena itu bayi lahir terhadap perkembangan
Pembangunan Kesehatan dalam periode menunjukkan bahwa status gizi bayi baru
tahun 2015-2019 difokuskan pada empat lahir memengaruhi proses perkembangan
progam prioritas yaitu penurunan kematian psikologis bayi pada umur 0-11 bulan baik
ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita dari aspek motorik, bahasa, kognitif, maupun
pendek (stunting), pengendalian penyakit sosial emosi. 5
menular dan penyakit tidak menular. Upaya Prevalensi balita pendek di DIY pada
peningkatan status gizi masyarakat. Karena tahun 2015 sebesar 14,36% tidak ada
upaya pemerintah yang sangat serius penurunan dari tahun 2014. Di Daerah
terhadap upaya penurunan prevalensi Istimewa Yogyakarta kabupaten yang
stunting, sehingga penurunan prevalensi memiliki angka prevalensi balita stunting
balita pendek menjadi salah satu prioritas tertinggi di kabupaten Gunungkidul yaitu
pembangunan nasional yang tercantum 19,82%.2 Untuk kabupaten Gunungkidul
dalam sasaran pokok pembangunan jangka sendiri balita dengan kasus stunting tertinggi
menengah tahun 2015-2019. Target terdapat di wilayah kerja Puskesmas
penurunan prevalensi stunting (pendek dan Wonosari I yaitu sebanyak 191 balita yang
sangat pendek) pada anak batuta (dibawah 2 mengalami stunting atau 42,22%.6
tahun) adalah menjadi 28%.2 Kasus balita stunting yang terjadi di
Pemerintah sangat fokus terhadap wilayah kerja Puskesmas Wonosari I tertinggi
permasalahan stunting, karena stunting yaitu di Desa Wunung 48,7%, yang kedua
mengambarkan keadaan gizi yang kurang Desa Mulo yaitu 44,7%, selanjutnya Desa
sudah berjalan lama dan memerlukan waktu Karangrejek 36,7%, Desa Siraman 36,6%,
bagi anak untuk berkembang serta pulih Desa Wareng 36,02%, Desa Pulutan 32,3%,
234 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017

dan yang terendah di Desa Duwet 25,4%. Setelah semua data responden
Berdasarkan latar belakang tersebut dan terkumpul kemudian data dianalisis
karena Desa Wunung juga merupakan desa menggunakan analisis univariat yang
dengan prevalensi tertinggi kasus balita menghasilkan distribusi frekuensi yaitu data
stunting di Yogyakarta, maka penulis tertarik kuantitatif yang dihitung dalam persentase.7
untuk melakukan penelitian gambaran
perkembangan balita stunting di Desa HASIL DAN PEMBAHASAN
Wunung wilayah kerja Puskesmas Wonosari I 1. Karakteristik Responden Balita Stunting
Gunungkidul Yogyakarta. Penelitian ini Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Karakteristik
Responden Balita Stunting di Desa Wunung
bertujuan untuk mengetahui gambaran Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I
perkembangan balita stunting di Desa Gunungkidul Yogyakarta

Wunung wilayah kerja Puskesmas Wonosari Karakteristik Frekuensi Persentase


No
Anak (f) (%)
I, Gunung Kidul, Yogyakarta. 1 Jenis Kelamin
Laki-laki 25 55,6%
Perempuan 20 44,4%
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Total 45 100%
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. 2 Umur
9 bulan 2 4,4%
Metode pengumpulan data menggunakan 12 bulan 5 11,1%
15 bulan 3 6,7%
pengamatan langsung, penelitian ini 18 bulan 3 6,7%
merupakan penelitian deskriptif dengan 21 bulan 3 6,7%
24 bulan 2 4,4%
tujuan memberikan gambaran secara obyektif 30 bulan 5 11,1%
36 bulan 7 15,6%
mengenai pertumbuhan dan perkembangan 42 bulan 6 13,3%
balita stunting. Populasi dalam penelitiaan ini 48 bulan 3 6,7%
54 bulan 2 4,4%
adalah seluruh balita stunting di desa 60 bulan 4 8,9%
Total 45 100%
Wunung. 3 Riwayat Berat Badan Lahir Rendah
Teknik sampling dalam penelitian ini 9
Ya 20,0%
adalah purposive sampling dengan kriteria Tidak 36 80,0%
Inklusi yaitu Balita stunting yang pada bulan Total 45 100%
4 ASI Eksklusif
Februari, Maret, dan April sesuai dengan Tidak 6 13,3%
Ya 39 86,7%
ketentuan umur KPSP untuk dipantau Total 45 100%
perkembangan. Sehingga dihasilkan sampel 5 Riwayat Penyakit
Ada 21 46,7%
yang sesuai dengan kriteria adalah Tidak 24 53,3%
Total 45 100%
sebanyak 45 balita. Alat ukur yang digunakan
Sumber: Data Primer, 2017
adalah dengan menggunakan KPSP yang
terdapat dalam alat instrumen SDIDTK. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa lebih banyak balita stunting berjenis
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017 235

kelamin Laki-laki yaitu sebanyak 25 balita Soetjiningsih bahwa salah satu adalah faktor
(55,6%), paling banyak balita berumur 36 postnatal yang di dalamnya ada faktor
bulan yaitu sebanyak 7 balita (15,6%), dan psikososial yaitu seperti stimulasi. Anak yang
sebagian besar balita tidak memiliki riwayat mendapatkan stimulasi terarah dan teratur
berat badan lahir rendah sebanyak 36 balita akan lebih cepat berkembang dibandingkan
(80,0%), ASI Eksklusif sebanyak 39 balita dengan yang kurang/tidak mendapat
(86,7%), dan yang tidak memiliki riwayat stimulasi. Faktor psikososial yang lainnya
penyakit 24 balita (53,3%). adalah motivasi belajar, sebenarnya motivasi
2. Analisis Univariat belajar tersebut dapat ditanamkan sejak dini
Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Gambaran yaitu dengan cara memberikan lingkungan
Perkembangan Balita Stunting di Desa
Wunung Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I yang kondusif untuk belajar seperti ikut
Gunungkidul Yogyakarta kelompok belajar, buku-buku yang menarik,
Frekuensi Prosentase
No Perkembangan desekolahkan, atau sarana lainnya. Faktor
(f) (%)
1. Normal 32 71,1 % psikososial yang selanjutnya yaitu kelompok
2. meragukan 12 26,75%
Ada sebaya yaitu seperti teman sebaya untuk
3. 1 2,2%
Penyimpangan
Total 45 100 %
bersosialisasi dengan lingkungannya.8
Sumber: Data Primer, 2017 Dari faktor-faktor yang ada di atas ada
dalam balita yang diteliti, diperkuat dengan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
karakteristik balita yaitu umur balita yang
bahwa perkembangan balita stunting
terbanyak umur 36 bulan yaitu sebanyak 7
sebagian besar normal sejumlah 32 balita
balita (15,6%), yang kedua berumur 42 bulan
(71,1%).
yaitu sebanyak 6 balita (13,3%), selanjutnya
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori
berumur 30 bulan yaitu sebanyak 5 balita
yang menyebutkan bahwa balita Stunting
(13,3%). Dari 45 balita tersebut yaitu 27 balita
menggambarkan keadaan gizi kurang yang
(60%) sudah mengikuti PAUD, juga dari hasil
sudah berjalan lama dan memerlukan waktu
penelitian menyatakan bahwa rata-rata balita
bagi anak untuk berkembang serta pulih
stunting sudah mengikuti PAUD seperti yang
kembali. Sejumlah penelitian memperlihatkan
disebutkan dalam gambaran umum bahwa
keterkaitan antara stunting dengan
desa Wunung memiliki PAUD dari swadaya
perkembangan motorik mental yang buruk
masyarakat.
dalam usia kanak-kanak dini, prestasi kognitif
Pernyataan-pernyataan di atas dapat
dan prestasi sekolah yang buruk dalam usia
disimpulkan bahwa walaupun dalam teori
kanak-kanak lanjut.3
menyebutkan bahwa stunting memengaruhi
Tetapi seperti kita tahu bahwa
perkembangan tetapi dari hasil penelitian
perkembangan sendiri memilki banyak faktor
menunjukkan bahwa perkembangan balita
seperti faktor perkembangan menurut
236 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017

stunting normal itu dikarenakan faktor-faktor 2500 gram, panjang badan yang jauh di
yang sudah disebutkan di atas yaitu bawah rata-rata pada umumnya karena
stimulasi, motivasi belajar, dan teman sebaya sudah mengalami retardasi pertumbuhan
didapatkan ketika balita mengikuti PAUD saat dalam kandungan dan mendukung
karena ketika di PAUD setidaknya diajarkan kenyataan bahwa berat badan lahir rendah
cuci tangan, melompat, berjabat tangan, (BBLR) berkontribusi pada siklus
melempar bola yang merupakan stimulasi intergenerasi yang disebabkan oleh
perkembangan. Selanjutnya motivasi belajar kemiskinan, penyakit, dan defisiensi nutrien.
yaitu dibangkitkan oleh guru yang mengajar Artinya ibu dengan gizi kurang sejak trimester
di PAUD yang membimbing bermain sambil awal sampai akhir akan melahirkan bayi
belajar, juga permainan yang bermanfaat BBLR, yang nantinya akan menjadi stunting.
untuk perkembangannya, selanjutnya yaitu Dari hasil penelitian yang dilakukan balita
faktor kelompok sebaya juga didapatkan yang memiliki riwayat BBLR yaitu sebanyak
dalam PAUD karena ketika didalam PAUD 9 balita (20%), hasil penelitian ini
balita menemukan teman yang sebaya jadi menunjukkan sejalan dengan hasil penelitian
merangsang untuk bersosialisasi dan belajar “Riwayat Berat badan lahir rendah dengan
dari temannya seperti contoh temannya kejadian stunting di bawah dua tahun” yang
melempar bola dia juga akan mengikuti menunujukkan bahwa sebanyak 9 balita
temannya melempar bola, jadi dengan (16,36%) mempunyai riwayat BBLR.11
adanya PAUD membantu untuk merangsang Karena memang tidak semua balita stunting
perkembangan anak. mempunyai riwayat berat badan lahir rendah,
Hasil analisis karakteristik tetapi berat badan lahir rendah menjadi salah
menunjukkan bahwa lebih banyak jenis satu faktor balita stunting.
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25 balita Penelitian menunjukkan bahwa anak
(55,6%) tetapi secara global risiko anak laki- yang mempunyai riwayat berat bdan lahir
laki dan perempuan untuk tumbuh menjadi rendah lebih banyak memiliki perkembangan
stunting hampir sama, hal tersebut dapat motorik di bawah rata-rata atau kurang
disebabkan karena tidak adanya perbedaan dibandingkan dengan anak yang tidak
kebutuhan zat gizi yang diperlukan anak memiliki riwayat BBLR, dikarenakan faktor
balita baik perempuan maupun laki-laki lain seperti stimulasi lingkungan, status gizi,
karena sama-sama termasuk dalam masa ras genetik yang mempunyai pengaruh
pertumbuhan sehingga laju pertumbuhan penting dalam perkembangan.4
cenderung sama hingga umur 8 tahun.9,10 Pemberian ASI Eksklusif juga sangat
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) memengaruhi pertumbuhan dan
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari perkembangan bayi. Bayi yang mendapatkan
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017 237

ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki memasukkan faktor-faktor lain yang


pertumbuhan dan perkembangan yang lebih berpengaruh terhadap hubungan stunting
baik. Bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 6 dengan perkembangan dan melakukan
bulan akan bergerak lebih aktif dan lebih penelitian dengan lebih banyak karakteristik
cepat berjalan. Selain itu pada bayi yang yang ada kaitannya dengan stunting, dan
mendapat ASI Eksklusif pertumbuhan dijabarkan perkembangannya ke gerakan
tingginya cepat, memiliki tinggi badan dan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan
memiliki lingkar kepala yang lebih besar.12 psikososial, sehingga penelitian dapat
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dijadikan untuk pengembangan ilmu di masa
sebagian besar balita ASI Eksklusif yaitu mendatang
sebanyak 39 balita (86,7%). Hasil penelitian
ini didukung dengan hasil penelitian KEPUSTAKAAN
“Pengaruh Pemberian ASI, MP-ASI, dan 1. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Status Gizi (TB/U) terhadap Perkembangan
.Keputusan Menteri Kesehatan no
Balita” yaitu menyebutkan bahwa lebih dari 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
sebagian yaitu (56,3%) telah diberikan ASI
Kementrian Kesehatan RI. 2011.
Eksklusif yaitu.13 Banyaknya balita yang ASI 2. Dinas Kesehatan Yogyakarta. Profil
Kesehatan 2015. Yogyakarta: Dinas
Eksklusif juga didukung karena adanya ibu
Kesehatan Yogyakarta. 2015.
yang tidak bekerja, seorang ibu mempunyai 3. Gibney M, M.B. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. 2008.
waktu yang cukup banyak untuk mengasuh
4. Pantaleon,M.G. Stunting berhubungan
anaknya terutama dalam pemberian ASI dengan perkembangan motorik anak di
Kecamatan Sedayu, Bantul,
Eksklusif dan tidak akan mengganggu proses
Yogyakarta.Vol 3 No 1. 2015, diunduh
pemberian ASI Eksklusif. tanggal 13 Desember 2016.
5. Ernawati, F. Hubungan Panjang Badan
lahir Terhadap Perkembangan.Vol 37.
KESIMPULAN 2014, diunduh tanggal 12 Desember
2016.
Berdasarkan tujuan dan pertanyaan
6. Dinas Kesehatan Gunungkidul. Profil
penelitian maka dapat ditarik kesimpulan Kesehatan kabupaten Gunungkidul 2016.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan
bahwa perkembangan Balita Stuting di Desa
Gunungkidul. 2016.
Wunung wilayah kerja Puskesmas Wonosari I 7. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakara : Rineka Cipta. 2010.
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta
8. Soetjiningsih, I. G. Tumbuh Kembang
sebagian besar normal sebanyak 32 balita Anak Edisi 2. Jakarta: EGC. 2015.
9. Syukriawati, R. Faktor-faktor yang
(71,1 %) dari 45 balita stunting. Berdasarkan
berhubungan dengan status gizi kurang
kesimpulan dan pembahasan yang telah pada anak usia 24-59 bulan dikelurahan
Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan
dikemukakan, diharapkan peneliti selanjutnya
Tahun2011.Jakarta: Universitas Islam
dapat mengembangkan penelitian dengan Negeri Syarif HIdayatullah. 2011.
238 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017

10. UNICEF. Improving CHild NUtrition The 12. Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
achievable imperative for global progress. EGC. 2008.
New York. WHO. 2013. 13. Rumuy, Melinda. Pengaruh Riwayat
11. Atikah Rahayu dkk. Riwayat Berat Badan Pemberian Asi, Mp-Asi Dan Status Gizi
Lahir dengan kejadian stunting pada anak Terhadap Perkembangan Balita. Vol 10,
dibawah usia 2 tahun. Vol 10, No 2: No 2: Bogor Argicultura University. 2014.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
2015.

You might also like