Riana Pambudi BAB II
Riana Pambudi BAB II
Riana Pambudi BAB II
Abdul Mu'is
Amatus Yudi Ismanto
Franly Onibala
Abstrak: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu manajemen melalui
pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan
kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun
penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. Menurut WHO tahun 2005
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisi pasipenyakit-
penyakit yang sering menyebabkan kematian pada balita di dunia, termasuk diare. Jenis
penelitian yang digunakan ialah pendekatan cross sectional dengan descriptive analitik.
Tehnik pengambilan sampel yang dipakai ialah aksidental sampling. Sampel dalam
penelitian sebanyak 34 orang. Hasil uji statistik Chi-
berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
penerapan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) diare dengan kesembuhan diare pada
balita di Puskesmas Bahu Kota Manado. Saran diharapkan bagi pelayanan terutama yang ada
di Puskesmas Bahu dapat meningkatkan Penerapan MTBS yang lengkap dengan mengikuti
pelatihan MTBS.
Kata Kunci: MTBS, Diare, Balita.
1
PENDAHULUAN Kegiatan MTBS merupakan upaya yang
Setiap tahunnya lebih dari sepuluh juta ditujukan untuk menurunkan angka
anak di dunia meninggal sebelum kesakitan dan kematian sekaligus
mencapai usia 5 tahun. Lebih dari meningkatkan kualitas pelayanan
setengahnya disebabkan oleh lima kondisi kesehatan di unit rawat jalan kesehatan
yang sebenarnya dapat dicegah dan dasar seperti puskesmas (Prasetyawati,
diobati, antara lain pneumonia, diare, 2012).
malaria, campak, dan malnutrisi. Sering Penyakit-penyakit terbanyak pada
kali dikombinasi dari beberapa penyakit balita yang dapat di tatalaksana dengan
lain (Soenarto, 2009) MTBS adalah penyakit yang menjadi
Rendahnya kualitas pelayanan penyebab utama kematian, antara lain
kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah pneumonia, diare, malaria, campak dan
dalam ketrampilan petugas kesehatan, kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
sistim kesehatan, dan praktek di keluarga (malnutrisi dan anemia). Langkah
dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari pendekatan pada MTBS adalah dengan
faktor –faktor tersebut untuk memperbaiki menggunakan algoritma sederhana yang
kesehatan anak sehingga tercipta digunakan oleh perawat dan bidan untuk
peningkatan derajat kesehatan. Perbaikan mengatasi masalah kesakitan pada balita.
kesehatan anak dapat dilakukan dengan Bank dunia, 1993 melaporkan bahwa
memperbaiki manajemen kasus anak MTBS merupakan intervensi yang cost
sakit, memperbaiki gizi, memberikan effective untuk mengatasi masalah
imunisasi, mencegah trauma, mencegah kematian balita yang disebabkan oleh
penyakit lain, dan memperbaiki dukungan infeksi pernapasan akut (ISPA), diare,
psikososial. Berdasarkan alasan tersebut, campak, malaria, kurang gizi yang sering
munculah program Manajemen Terpadu merupakan kombinasi dari keadaan
Balita Sakit (MTBS) (Soenarto, 2009). tersebut (KemenKes RI, 2011).
MTBS bukan merupakan suatu WHO tahun 2005 telah mengakui
program kesehatan tetapi suatu bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
pendekatan/cara menatalaksana balita diterapkan Negara-negara berkembang
sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0 dalam upaya menurunkan angka
– 5 tahun dan dibagi menjadi dua kematian, kesakitan dan kecacatan pada
kelompok sasaran, yaitu kelompok usia 1 bayi dan balita bila dilaksanakan dengan
hari sampai 2 bulan, dan kelompok usia 2 lengkap dan baik. Karena pendekatan
bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). MTBS tergolong lengkap untuk
2
mengantisipasi penyakit-penyakit yang METODOLOGI PENELITIAN
sering menyebabkan kematian pada balita Desain penelitian yang digunakan
di dunia, termasuk diare. Dikatakan yaitu deskriptif-analitik, karena
lengkap karena meliputi upaya preventif menggambarkan penerapan Manajemen
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
upaya promotif (berupa konseling) dan kesembuhan diare pada balita dan hasil
upaya kuratif (pengobatan). analisis data kuantitatif serta identifikasi
Diare merupakan penyebab utama hubungan dan pengaruh variabel bebas
kematian bayi dan anak balita (anak usia 1 dan variabel terikatnya. Berdasarkan
bulan sampai < 5 tahun) di Indonesia. tujuan penelitian, maka pendekatan yang
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar digunakan yakni cross sectional, artinya
(Riskesdas, 2013) yang dilakukan oleh data diambil hanya satu kali dari
kemenkes dan Badan Litbangkes pada pengukuran variabel independen dan
tahun 2013, penyakit diare menjadi dependen dilakukan dalam kurun waktu
penyebab utama kematian bayi (31,4%) yang sama (Suyanto, 2011).
dan anak balita (25,2%). Data yang Instrumen pengumpulan data yang
diperoleh dari KemenKes RI 2013 jumlah digunakan dalam penelitian ini berupa
penderita diare sebanyak 3.456.123 kueisioner identitas klien dan dan kejadian
penderita, menurut DinKes SULUT tahun diare, digunakan untuk mengetahui
2012 jumlah kasus diare 27.394 kasus, kejadian diare pada resipien dan berisi
dan menurut data yg diambil dari identitas, umur dan kejadian diare.
Puskesmas Bahu penderita diare pada Dimana di beri nilai 1 jika kejadian diare
anak menempati peringkat kedua berulang dan diberi nilai 2 jika tidak
terbanyak setelah penderita berulang. Untuk penerapan MTBS
rhinofaringitis. Diare sebanyak 532 kasus digunakan Lembaran observasi MTBS
dari jumlah 6.129 pasien anak dalam yang berisi klasifikasi, gejala dan
rentang waktu tanggal 3 januari 2013 tindakan/pengobatan. Dikatakan lengkap
sampai dengan 25 maret 2014. bila klasifikasi, gejala dan
Berdasarkan hal tersebut diatas maka tindakan/pengobatan sesuai dengan
penulis tertarik dengan masalah MTBS prosedur pada bagan MTBS. Diberi nilai 2
tentang diare yang berada di puskesmas jika lengkap dan diberi nilai 1 jika tidak
Bahu. lengkap.
Pengumpulan data yang dilakukan
melalui tahapan: setelah proposal
3
penelitian disetujui Peneliti meminta surat univariat dan bivariat dengan
izin penelitian dari bagian akademik menggunakan uji chi square dengan
Program Studi Ilmu Keperawatan FK tingkat kemaknaan 95 % (α 0,05).
UNSRAT. Setelah itu peneliti Etika dalam penelitian ini sebagai
mengajukan izin penelitian kepada kepala berikut: peneliti melakukan beberapa hal
Puskesmas Bahu Kota Manado. Setelah yang berhubungan dengan etika penelitian
mendapatkan izin dari Kepala puskesmas, berupa informed consent, menghormati
penelitian mulai dilaksanakan. privasi dan kerahasiaan responden,
Sebelumnya peneliti mengecek jumlah, menghormati keadaan, memperhitungkan
dan usia pasien yang di periksa pada hari manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
itu. Setelah memperoleh data, peneliti
memperkenalkan diri sambil memilih HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel yang memenuhi kriteria penelitian. A. Hasil Penelitian
Sampel yang memenuhi kriteria Analisis Univariat
penelitian, di berikan penjelasan mengenai Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan
maksud dan tujuan dalam penelitian. umur anak yang diperiksakan diare di
Setelah responden mengerti dengan POLI Anak Puskesmas Bahu Kota
penjelasan yang diberikan, maka peneliti Manado Tahun 2014
mempersilahkan responden untuk Umur n %
menendatangani lembar persetujuan 1-2 tahun 15 44,1
bersedia menjadi responden. Responden 3-4 tahun 18 52,9
yang bersedia dan sesuai dengan kriteria 5 tahun 1 2,9
penelitian disilahkan untuk diperiksa Total 34 100,0
tenaga medis yang bertugas, peneneliti Sumber : Data Primer, 2014
mengobservasi tidakan petugas medis
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan
sesuai bagan MTBS. Penelitian
jenis kelamin balita di POLI Anak
berlangsung dalam dua minggu dan
Puskesmas Bahu Kota Manado 2014
setelah penelitian selesai, peneliti
Jenis Kelamin n %
meminta surat keterangan selesai
Laki-laki 21 61,8
penelitian kepada pihak Puskesmas.
Perempuan 13 38,2
Prosedur pengolahan data yang
total 34 100,0
dilakukan melalui tahap editing, coding,
Sumber : Data Primer, 2014
processing dan cleaning dan data
dianalisis melalui prosedur analisis
4
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan Tidak 11 10 0 100 11 100
lengkap 0 0,00
Penerapan MTBS pada balita di 0
5
terserang dan mengalami penyakit Diare masih merupakan salah satu
menular, terutama diare. penyebab utama dari morbiditas dan
mortalitas anak-anak di negara yang
Penerapan MTBS yang dilaksanakan
sedang berkembang, dengan perkiraan
sebagian besar sudah lengkap (67,6%)
sebesar 3-5 milyar kasus setiap tahun di
sehinga diare sebagian besar tidak
dunia, sekitar 5-18 juta kematian setiap
berulang (67,6%), Puskesmas dikatakan
tahunnya adalah disebabkan diare.
sudah menerapkan MTBS apabila
Kematian ini disebabkan karena dehidrasi
memenuhi kriteria
akut yang menyebabkan kekurangan
melaksanakan/melakukan pendekatan
cairan dan elektrolit (Soegeng Soegijanto,
MTBS minimal 60% dari jumlah
2009). Penyembuhan penyakit diare dapat
kunjungan balita sakit di puskesmas
dilakukan dengan pengobatan yang tepat
(KemenKes RI, 2011).
menurut klasifikasi diare dan dapat
Integrated Management of Childhood dicegah dengan hidup secara higienis dan
Ilnes (IMCI) adalah suatu manajemen bersih (Ngastiyah, 2005).
melalui tindakan terintegrasi/terpadu
Menurut Bamford (2008) dari
dalam tatalaksana balita sakit yang datang
National Departement of Health, yang
di pelayanan terpadu, baik mengenai
mengatakan bahwa comprehensive
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,
approach to the care of the ill child, which
status imunisasi, maupun penanganan
attempt to ensure appropriate and
balita sakit tersebut dan konseling di
combined treatment of the five major
berikan (DepKes RI, 2008)
diseases. Artinya, MTBS dihampir
Diare merupakan penyakit yang seluruh Negara berkembang merupakan
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pelayanan kesehatan anak balita sakit
meliputi virus, bakteri, protozoa, parasit secara komprehensif karena dapat
dan penularannya secara fekal-oral. Diare mengkombinasikan pemeriksaan lima
dapat mengenai semua kelompok umur penyakit yang dominan di derita anak
dan berbagai golongan sosial baik di balita, salah satunya diare. Karena
Negara maju atau Negara berkembang dan pendekatan MTBS tergolong lengkap
erat hubungannya dengan kemiskinan untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
serta lingkungan yang tidak higienis yang sering menyebabkan kematian pada
(WHO, 2005). balita di dunia, termasuk diare.
6
Menurut WHO tahun 2005 telah mengklasifikasikan diare sampai rencana
mengakui bahwa pendekatan MTBS terapi pengobatan. Kelengkapan MTBS
sangat cocok diterapkan Negara-negara merupakan faktor utama yang
berkembang dalam upaya menurunkan mempengaruhi kesembuhan diare pada
angka kematian, kesakitan dan kecacatan balita.
pada bayi dan balita bila dilaksanakan
KESIMPULAN
dengan lengkap dan baik. Karena
Penerapan MTBS di Puskesmas Bahu
pendekatan MTBS tergolong lengkap
Kota Manado sebagian besar lengkap.
untuk mengantisipasi penyakit-penyakit
Kejadian penyakit diare pada balita di
yang sering menyebabkan kematian pada
Puskesmas Bahu sebagian besar tidak
balita di dunia, termasuk diare. Dikatakan
berulang. Terdapat hubungan antara
lengkap karena meliputi upaya preventif
penerapan Manajemen Terpadu Balita
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi,
Sakit (MTBS) diare dengan kesembuhan
upaya promotif (berupa konseling) dan
diare pada balita di Puskesmas Bahu Kota
upaya kuratif (pengobatan).
Manado.
Berdasarkan hasil penelitian yang di DAFTAR PUSTAKA
peroleh di Puskesmas Bahu Kota Manado
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
di peroleh hasil bahwa penerapan MTBS
(2014). Terwujudnya masyarakat
sangat berhubungan dengan kesembuhan Sulawesi utara mandiri untuk hidup
sehat.
diare pada balita (p value = 0,000), dari 34
http://www.sulutprov.go.id/diskes1/dia
responden yang di terapkan MTBS 23 re.html Diakses tanggal 18 Mei 2014
(67,6%) responden lengkap dan 23 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
(67,6%) responden tersebut diarenya tidak (2013). Profil kesehatan provinsi
Sulawesi utara.
berulang, sedangkan 11 (32,4%)
Depkes RI. (2008). Buku bagan
responden yang penerapan MTBS nya manajemen terpadu balita sakit.
tidak lengkap ke 11 (32,4%) responden Jakarta: Departemen kesehatan RI.
tersebut diarenya berulang. Domili, M.F. (2013) Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian
Penerapan Manajemen Terpadu Balita Pnemonia pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Global Mongolato
Sakit (MTBS) diare yang diteliti pada http://eprints.ung.ac.id/4596 di akses
anak balita di Puskesmas Bahu Kota tanggal 25 Juli 2014
Manado dilakukan dengan cara Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
mengobservasi dengan melihat kesehatan dasar (RISKESDAS)
2013
kelengkapan penerapan MTBS sejak
7
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Prasetyawati Eka Arsita. (2012).
Manajemen terpadu balita sakit Kesehatan ibu dan anak (KIA)
(MTBS) atau integrated dalam millennium development goals
management of childhood illness (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika.
(IMCI)
http://www.gizikia.depkes.go.id/archiv Polit, D.F & Beck, C.T. (2006). Essential
es/artikel/manajemen-terpadu-balita- of nursing research: method,
sakit-mtbs-atau-integrated- appraisal and utilization .
management-of-childhood.illness-imci Philadelphia: Lippincot Wiliams &
di akses tanggal 25 Mei 2014 Walkins.