0% found this document useful (0 votes)
39 views6 pages

Hydro Jut Net

This document summarizes a study on improving the soil structure stability of steep hill lands through the application of moss and soil conditioners using hydroseeding technique. The study found that applying a mixture of soil conditioners (water, manure, and latex) and moss species (Polytricum commune) via hydroseeding significantly improved the development of moss colonies and stability of the soil structure. The combination of P. commune and water + manure + latex produced the highest improvement in soil structure stability of 93.3% compared to the control. The results indicate that hydroseeding moss and soil conditioners is an effective method for enhancing the stability of steep hill soil structures.

Uploaded by

sarjana sarungan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
39 views6 pages

Hydro Jut Net

This document summarizes a study on improving the soil structure stability of steep hill lands through the application of moss and soil conditioners using hydroseeding technique. The study found that applying a mixture of soil conditioners (water, manure, and latex) and moss species (Polytricum commune) via hydroseeding significantly improved the development of moss colonies and stability of the soil structure. The combination of P. commune and water + manure + latex produced the highest improvement in soil structure stability of 93.3% compared to the control. The results indicate that hydroseeding moss and soil conditioners is an effective method for enhancing the stability of steep hill soil structures.

Uploaded by

sarjana sarungan
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

ISSN 1411 - 0067

PERBAIKAN STRUKTUR TANAH PADA LAHAN SANGAT CURAM


DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK HIDROSIDING LUMUT DAUN DAN
BAHAN PEMBENAH TANAH
Busri Saleh
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Jl. Raya Kandang Limun Bengkulu, 38271 A
busri_unib@ yahoo. com

ABSTRACT
[STABILITY IMPROVENT OF STEEP HILL SOIL STRUCTURE BY MEANS OF HYDROSEEDING OF MOSSES
AND SOIL CONDITIONERS]. Steep hill is very sensitive to soil erosion and land slide. The objective of this
study was to determine the effects of mosses (musci) and soil conditioners applied through hydroseeding technique on
the development moss colony and stability of soil structure of steep hill. A randomized complete block design with
three replications was used to allocate the treatment combinations of soil conditioners (no soil conditioner, water +
manure, and water + manure + latex) and moss species (no moss, Andrea petrophila, and Polytricum commune). 1m x
1m plots were made on steep hill with 65% inclination and each plot was sprayed with 2 L of the soil conditioner and
moss mixture (hydroseeding). Observations were made on the moss development and soil physical properties. The
results showed that the moss colony increased significantly as applied with soil conditioners. The highest colony size
of moss was found on the application of water + manure + latex (200.85 m-2), followed by water + manure with
(156.46 m-2), whereas no soil conditioner produced the lowest (104.91 m-2). Hydroseeding of moss and soil conditioner
had significantly improved the stability of soil structure . Combination of Polytricum commune and water + manure +
latex produced the highest improvement in soil structure stability by 93.3 % as compared to the control.
—————————————————–——————————————————————————————
Keyword: musci, soil conditioner, hydroseeding, steep hill, soil structure stability

ABSTRAK

Lahan sangat curam sangat peka terhadap erosi dan longsor. Tujuan penelitian ini ialah untuk menguji pengaruh
lumut daun (musci) dan pembenah tanah yang diberikan melalui teknik hidrosiding terhadap perkembangan lumut
dan stabilitas struktur tanah tebing curam. Rancangn acak kelompok dengan tiga ulangan digunakan untuk
mengalokasikan kombinasi perlakuan bahan pembenah tanah (tanpa pembenah tanah, air + pupuk kandang, dan air +
pupuk kandang + lateks) dan jenis lumut daun (tanpa lumut, Andrea petrophila, dan Polytricum commune). Petak-
petak berukuran 1 m x 1 m lahan curam dengan kemiringan 65% dan tiap petak disemprot dengan 2 L campuran
lumut dan pembenah tanah (hidrosiding). Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan lumut dan sifat fisik tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koloni lumut meningkat nyata dengan pemberian pembenah tanah. Jumlah
koloni terbesar ditunjukkan oleh aplikasi air + pupuk kandang + lateks (200.85 m-2), diikuti oleh air + pupuk
kandang (156.46 m-2), sebaliknya tanpa pembenah tanah menghasilkan ukuran koloni paling kecil (104.91 m-2).
Hidrosiding lumut dan pembenah tanah secara nyata meningkatkan stabilitas struktur tanah. Kombinasi Polytricum
commune dan air+pupuk kandang + lateks menghasilkan peningkatan stabilitas struktur tanah sebesar 93.3 %
dibanding tanpa pembenah tanah.
—————————————————–—————————————————————--————
Kata kunci: musci, pembenah tanah, hidrosiding, lahan sangat curam, stabilitas struktur tanah

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010) 1


BUSRI SALEH

PENDAHULUAN semakin kecil pula kemungkinan terjadinya longsor


meskipun faktor-faktor lain seperti curah hujan
Tanah merupakan komponen penting dalam per- cukup tinggi.
tanian karena sebagai media tanam bagi berbagai Tumbuhan tingkat rendah seperti lumut-lumutan
jenis tanaman untuk menghasilkan komoditas- merupakan jenis tumbuhan pionir yang sangat po-
komoditas yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan tensial untuk tumbuh dan berkembang pada lahan
manusia. Berdasarkan topografinya, tanah memiliki kritis yang kurang menguntungkan bagi tumbuhan
berbagai tingkat kemiringan dari datar, landai, agak dari golongan yang lebih tinggi. Marchantia dan
curam, curam, hingga sangat curam.Wilayah Indo- lumut daun merupakan dua jenis lumut yang
nesia memiliki luas lahan sekitar 105 juta ha dan banyak ditemui di alam. Marchantia termasuk fa-
54 % di antaranya tergolong curam sampai sangat mili Marchantiaceae yang dapat tumbuh di tempat
curam (kemiringan lereng 45-65 %, dan lebih dari yang basah, daerah dingin dan banyak naungan,
65 %). Lahan demikian ini umumnya tidak stabil serta daerah bekas kebakaran. Jenis lumut ini juga
serta sangat rawan erosi dan longsor sehingga ser- dapat tumbuh baik di dinding sumur, tepian sungai,
ing menimbulkan masalah bagi pertanian dan ling- rawa-rawa, jurang, dan tebing-tebing yang lembab
kungan hidup. Kesuburan dan produktivitasnya (Vasishta, 1985). Lumut daun dapat tumbuh pada
akan cepat mengalami penurunan akibat terde- semua kondisi sehingga menyebar hampir diselu-
gradasi terutama ketika hujan lebat turun. Namun ruh permukaan bumi sehingga mudah dijumpai
demikian, hingga sekarang masih banyak lahan diantara rerumputan, di atas batu-batu cadas, batu
curam dan sangat curam digunakan sebagai lahan bata, tembok, pada batang dan cabang pohon, di
pertanian dan perkebunan tanpa upaya pencegahan rawa-rawa, tepi jurang, dan di dalam air. Meskipun
erosi dan longsor (Mulyadi dan Soepraptohardjo, menyukai di tempat yang basah, lumut daun masih
1975). dapat tumbuh dengan baik pada tempat yang ker-
Stabilitas struktur tanah sangat curam tercermin ing. Beberapa jenis lumut daun bahkan dapat ber-
dari kemampuan tanah tersebut dalam memper- tahan pada kondisi kering selama berbulan-bulan
tahankan diri dari gaya-gaya penyebab desintegasi tanpa mengalami kerusakan (Tjitrosoepomo, 1981).
tanah, seperti jenis kation-kation yang dominan Kedua jenis lumut tersebut memiliki alat repro-
pada kompleks jerapan, tekstur, agen-agen perekat duksi berupa sporofit yang berbentuk kaki dan
di antara butir-butir tanah. Dalam bidang konser- sporongium yang berbentuk kapsul. Sporongium
vasi tanah dan air, infiltrasi, konduktivitas hidrolik, yang telah masak akan pecah dan mengeluarkan
serta kandungan bahan organik merupakan sifat- spora, dan jika jatuh pada tempat yang cocok maka
sifat tanah yang mudah dimodifikasi. Sebaliknya, akan tumbuh menjadi protonema (Rost et al.,
tekstur dan jenis kation merupakan sifat-sifat tanah 1984). Dengan fenomena seperti ini, sporangium
yang dibawa oleh bahan induk tanah yang masak dapat digunakan sebagai sumber benih
Stabilitas struktur tanah dapat ditingkatkan se- untuk penanaman di tepat-tempat yang diinginkan.
cara kimiawi dengan menggunakan bahan pem- Penebaran spora pada tanah dapat dilakukan den-
benah tanah (Seta, 1986). Bahan ini mampu meng- gan menaburkan atau dicampur terlebih dahulu
gabungkan partikel primer (pasir, debu dan liat) dalam suspensi dengan pembenah tanah (soil con-
sehingga terbentuk agregat yang stabil dan mem- ditioner) seperti lateks dan pupuk kandang lalu
perbaiki sifat-sifat tanah yang mendukung kesubu- disebarkan ke tanah secara manual atau disemprot-
ran tanah, seperti membaiknya aerasi tanah, kapa- kan dengan semprotan khusus. Aplikasi dalam
sitas menahan air, dan kapasitas infiltrasi. Bahan bentuk campuran tersebut dikenal dengan teknik
pembenah tanah dapat berupa lateks, polimer senyawa hidrosiding (hydroseeding). Tujuan penelitian ini
organik seperti polyacrilic emulsion dan bitumen ialah untuk menguji pengaruh lumut dan pembenah
emulsion, pupuk kandang, limbah sawit dan sebagainya. tanah yang diberikan melalui teknik hidrosiding
Analisis stabilitas struktur tanah sangat penting terhadap perkembangan lumut dan stabilitas struk-
karena memberikan informasi tentang potensi dari tur tanah tebing curam.
struktur tanah tersebut untuk hancur sehingga menye-
babkan pemadatan di permukaan tanah, erosi dan METODE PENELITIAN
longsor, serta kemungkinan negatif terhadap perke-
cambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman Percobaan dilakukan pada lahan kampus Uni-
(Loch and Donnollan, 1983; Singer and Warring- versitas Bengkulu.Rancangan acak kelompok leng-
ton, 1992). Semakin stabil suatu jenis tanah maka kap dengan 3 ulangan digunakan untuk mengaloka-

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010 ) 2


PERBAIKAN STRUKTUR TANAH

sikan perlakuan yang disusun secara faktorial, HASIL DAN PEMBAHASAN


yaitu bahan pembenah tanah yang terdiri atas: air,
air + pupuk kandang sapi (1:1, v/v), air + pupuk Pertumbuhan Lumut Daun
kandang sapi + lateks (1:1:1, v/v/v) dan lumut
daun yang terdiri atas : tanpa lumut daun, Andrea Tanah tebing yang digunakan dalam penelitian
petrophila dan Polytricum commune. Petak beru- ini tergolong ultisol dengan warna merah kekunin-
kuran 1 m x 2 m dibuat pada tebing dengan kecura- gan (5YR5/8), curah hujan buan Maret 130 mm
man le-reng 65 % yang telah dibersihkan dan dengan 6 kali hujan, bulan April 100 mm dengan 3
diratakan. Lumut yang sudah dipersiapkan disus- kali hujan, suhu minimum 22 oC, suhu maksimum
pensikan dengan bahan pembenah tanah dan dite- 36 oC, RH 65 – 85 %. Dua jenis lumut daun
barkan secara merata pada setiap petak sesuai per- (musci) yang digunakan hanya satu yang tumbuh,
lakuan dengan volume 2 L petak-1. yaitu Polytricum commune tinggi 0.5-1.0 mm, se-
Selama percobaan berlangsung, pengambilan dangkan Andrea petrophila tinggi 1.0 - 3.0 cm ti-
sampel tanah dilakukan dua kali pada setiap petak dak tumbuh. Diduga kondisi iklim mikro di lokasi
dengan cara komposit, yaitu sebelum penanaman penelitian kurang sesuai bagi pertumbuhannya.
lumut dan dua bulan setelah penanaman lumut. Pertumbuhan koloni Polytricum commune ber-
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara acak agam menurut perlakuan campuran hidrosiding.
hingga kedalaman 10 cm yang selanjutnya dike- Pada saat awal pertumbuhan, sekitar satu bulan
ringanginkan dan digunakan untuk mengukur sta- pertama, lumut yang diberi pupuk kandang lebih
bilitas struktur tanah, kadar lengas. Sampel tanah dominan pertumbuhanya daripada diberi pupuk
pada setiap petak juga diambil dengan mengguna- kandang + lateks. Akan tetapi dua bulan berikut-
kan ring sampel untuk mengukur bobot volume nya lumut yang diberi pupuk kandang + lateks jus-
(BV), bobot jenis (BJ), dan porositas. Perkemban- tru tumbuh dengan koloni yang lebih banyak
gan lumut diukur berdasarkan jumlah koloni, di- (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pada saat
ameter, dan tinggi lumut. Stabilitas struktur tanah awal pertumbuhan, spora lumut yang diberi pupuk
(MWD) diukur dengan metode ayakan basah kandang + lateks terbalut kuat dengan hidosiding
(Hermawan and Bomke, 1996, 1997), sebagai: campuran pupuk kandang + lateks dan tanah
lapisan atas. Pada saat kekuatan ikatan ini mulai
MWD = Σ WiDi/W longgar, spora dapat berkecambah dan tumbuh
membentuk koloni lebih banyak. Dengan demikian
Keterangan: Wi = fraksi bobot agregat yang hidrosiding campuran pupuk kandang + lateks
tertinggal; i : 1, 2, ... n = ukuran saringan kei, yaitu memiliki peran penting dalam membentuk stabili-
fraksi bobot agregat antara diameter saringan beru- tas struktur tanah yang stabil dan menghindarkan
kuran 1.7 – 6.0 mm; 1.0 – 1.7 mm; 0.5 – 0.1 mm spora terangkut aliran air ketika datang hujan lebat
dan < 0.5 mm; Di = diameter rata-rata agregat pada tebing yang sangat curam sehingga mencegah
antara dua ukuran saringan ke-i (mm); W = bobot erosi dan longsor.
kering total sampel). Bobot volume tanah (BV)
diukur dengan metode ring sampel sebagai: Pengaruh lumut daun dan pembenah tanah terha-
dap stabilitas struktur tanah.
BV = (rt - rk) / πr2 x t
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
Keterangan: rt = bobot ring dan tanah kering oven; interaksi jenis lumut dan pembenah tanah berpen-
rk = bobot ring kosong ; π = 3.14 ; r = panjang jari- garuh nyata terhadap peningkatan stabilitas struk-
jari ring; dan t = tinggi ring). Bobot jenis tanah tur tanah tebing (ΔMWD) (Tabel 2). Lumut daun
(BJ) diukur dengan metode piknometer dan po- dan pembenah tanah masing-masing berpengaruh
rositas diukur sebagai: tidak nyata terhadap bobot volume, bobot jenis,
dan porositas, tetapi berpengaruh nyata terhadap
(1- BV/BJ) x 100 %. stabilitas struktur tanah tebing. Terdapat interaksi
antara lumut daun dan pembenah tanah terhadap
Data yang diperoleh diolah melalui analisis ker- peningkatan stabilitas struktur tanah tebing.
agaman dengan uji F pada α=5 %. Uji beda nyata Penambahan suspensi lumut daun pada pem-
terkecil (BNT) pada α=0.05 digunakan untuk mem- benah tanah dapat meningkatkan stabilitas struktur
bandingkan rata-rata perlakukan. tanah (Tabel 3). Dari kedua jenis lumur daun yang

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010 ) 3


BUSRI SALEH

dicoba, Polytricum commune menghasilkan pen- katan stabilitas struktur tanah tertinggi terlihat
ingkatan stabilitas struktur tanah (ΔMWD) sebesar pada kombinasi perlakuan Polytricum commune
0.42 mm (35.89 %) dibanding kondisi sebelum dengan campuran pupuk kandang + lateks dengan
perlakuan, sedangkan Andrea petrophila dapat peningkatan stabilitas struktur tanah 0.93 mm, dii-
menghasilkan peningkatan sebesar 0.34 mm (30.9 kuti berturut-turut kombinasi Andrea petrophila
%) dibanding kondisi sebelum perlakuan, seka- dengan pupuk kandang + lateks dengan peningkatan
lipun lumut tersebut tidak tumbuh setelah dua bu- stabilitas struktur tanah 0.66 mm, dan kombinasi
lan aplikasi. Peningkatan stabilits struktur tanah ini tanpa lumut daun dengan pupuk kandang + lateks
dapat terjadi karena sisa-sisa jaringan lumut yang dengan peningkatan stabilitas struktur tanah sebe-
terdekomposisi memberi sumbangan bahan or- sar 0.43 mm, dan Polytricum commune dengan
ganik ke dalam tanah dan bersinergi dengan pem- hidrosiding pupuk kandang sebesar 0.35 mm. Hal
benah tanah dalam membentuk struktur tanah yang ini menunjukkan bahwa sinergi lumut daun Poly-
lebih stabil. tricum commune dengan pupuk kandang + lateks
Pada perlakuan pembenah tanah (Tabel 4), ke- merupakan kombinasi terbaik menghasilkan sta-
naikan stabilitas struktur tanah (ΔMWD) tertinggi bilitas struktur tanah yang lebih tinggi.
ditunjukkan hidrosiding pupuk kandang + lateks
dengan kenaikan 0.64 mm (57.66 %) dan diikuti KESIMPULAN
pemberian pupuk kandang dengan kenaikan 0.20
mm (20.62 %). Sebaliknya, petak tanpa pembenah
Pemberian pembenah tanah dengan teknik
tanah hanya mengalami kenaikan stabilitas struktur
tanah sebesar 0.08 mm (5.19 %). Hasil ini menun- hidrosiding dapat meningkatkan jumlah koloni
jukkan bahwa pemberian pembenah tanah mampu Polytricum commune pada tanah tebing. Jum-
lebih tinggi dalam meningkatkan stabilitas struktur lah koloni terbanyak diperoleh dari campuran
tanah dibandingkan hanya pemberian lumut daun. pupuk kandang sapi + lateks dibandingkan
Berdasarkan interaksinya (Gambar 1), pening- dengan tanpa pemberian pembenah tanah. Selain

Tabel 1. Rata-rata jumlah koloni lumut daun Polytricum commune pada campuran hidrosiding dua bulan sete-
lah penebaran

Jumlah Koloni Diameter Koloni Tinggi Koloni


Perlakuan (titik m-2) (cm) (mm)

Air 104.91a 0.5-1.5 0.5-1.0


Hidrosiding air + pupuk kandang 156.43b 0.5-1.5 0.5-1.0
Hidrosiding air + pupuk kandang + lateks 200.85c 0.5-1.5 0.5-1.0

Rata-rata sekolom yang diikuti huruf sama berarti beda tidak nyata pada uji BNT (α =5 %)

Tabel 2 . Hasil analisis keragaman dan bobot volume (BV), bobot jenis (BJ), porositas, stabilitas struktur
tanah sebelum perlakuan (MWD1), setelah perlakuan (MWD2), dan peningkatan stabilitas struktur tanah
(ΔMWD)
Sumber
db BV BJ Porositas MWD1 MWD2 ΔMWD
Keragaman
Blok 2
H 2 1.70ns 0.05ns 0.76ns 5.37* 4.71* 8.33*
L 2 3.51ns 0.50ns 0.29ns 4.47* 6.14* 5.25*
HxL 4 0.67ns 1.02ns 0.75ns 3.12ns 2.78ns 4.19*
Galat 12
ns : beda tidak nyata dan * : beda nyata pada uji F (α =5%)

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010 ) 4


PERBAIKAN STRUKTUR TANAH

Tabel 3. Rata-rata pengaruh jenis lumut daun terhadap bobot volume (BV), bobot jenis (BJ), porositas, stabilitas struktur
tanah sebelum perlakuan (MWD1), setelah perlakuan (MWD2), dan peningkatan stabilitas struktur tanah (ΔMWD)

BV BJ Porositas MWD1 MWD2 ΔMWD


Jenis Lumut Daun
gcm-3 gcm-3 (%) (mm) (mm) (mm)

Tanpa Lumut 1.05 a 2.49 a 57.53 a 1.34 b 1.39 a 0.05 a

Andrea petrophila 1.11 a 2.55 a 56.20 a 1.10 a 1.44 b 0.34 b


Polytricum commune 1.09 a 2.52 a 56.43 a 1.17 a 1.59 c 0.42 c
Rata-rata sekolom yang diikuti huruf sama berarti beda tidak nyata pada uji BNT (α =5 %)

itu, terdapat pengaruh interaksi jenis lumut daun SANWACANA


dan jenis pembenah tanah terhadap peningkatan
stabilitas struktur tanah tebing. Peningkatan Ucapan terima kasih disampaikan kepada
tertinggi diperoleh dari kombinasi lumut daun Pimpinan Proyek P2SLTP, ADB LOAN atas ban-
Polytricum commune dengan pupuk kandang sapi tuan dananya melalui Proyek Starter Grand. Uca-
+ lateks dengan peningkatan stabilitas struktur pan yang sama juga ditujukan kepada rekan-rekan
tanah 93.26 %, diikuti kombinasi lumut daun An- dosen dan karyawan Laboratorium Ilmu Tanah
drea petrophila dengan pupuk kandang sapi + Fakultas Petanian Universitas Bengkulu atas ban-
lateks dengan peningkatan 31.82 %. Hasil peneli- tuannya memfasilitasi penelitian ini.
tian ini dapat digunakan sebagai acuan guna mem-
perbaiki stabilitas struktur tanah sangat curam dan
mencegah erosi dan longsor apabila digunakan
sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

Tabel 4. Rata-rata pengaruh hidrosiding terhadap bobot volume (BV), bobot jenis (BJ), porositas, stabilitas struktur
tanah sebelum perlakuan (MWD1), setelah perlakuan (MWD2), dan peningkatan stabilitas struktur tanah (ΔMWD).

BV BJ Porositas MWD1 MWD2 ΔMWD


Hidrosiding
gcm-3 gcm-3 (%) (mm) (mm) (mm)

Air 1.10 a 2.51 a 56.03 a 1.54 b 1.62 b 0.08 a


Hidrosiding air + pupuk kandang 1.08 a 2.53 a 56.73 a 0.97a 1.17 a 0.20 b
Hidrosiding air + pupuk kandang + lateks 1.06 a 2.52 a 57.40 a 1.11a 1.62b 0.64 c

Rata-rata sekolom yang diikuti huruf sama berarti beda tidak nyata pada uji BNT (α =5 %)

100 DAFTAR PUSTAKA


)
( 80
%
T Hermawan, B. and A. A. Bomke. 1996. Aggregates of
S 60
S degraded lowland soil during restoration with differ-
P
40 ent cropping and drainage regimes. Soil Technology.
20 9: 239-250.

0 Hermawan, B. and A. A. Bomke. 1997. Effect of winter


cover crops and successive spring tillage on soil
Air Air+pupuk Air+pupuk
kandang kandang+lateks aggregation. Soil Till. Res. 44: 109-120
Kontrol Andrea petrophila Polytricum commune Loch, R. J. and T.E. Donnolan. 1983. Field rainfall
simulator studies on two clay soil of the Darling
Downs, Queensland.II. Aggregated breakdown,
Gambar 2. Peningkatan stabilitas struktur tanah tebing sediment properties and soil erodibility. Aust. J. Soil
(PSST)dari kombinasi perlakuan lumut daun dan Res. 44: 109-120.
hidrosiding

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010 ) 5


BUSRI SALEH

Mulyadi dan Soepraptohardjo. 1975. Masalah data dan Singer, M.J. and D.N. Warrington. 1992. Crusting in the
penyebaran tanah-tanah kritis. Kertas kerja untuk Western United States. In: M.E. Summer and B.A.
Simposium Tanah Kritis di Jakarta tanggal 27-29 Stewart (Eds). Soil Crusting: Chemical and Physical
Oktober 1975. LPT Bogor. Processes. Lewis Publishers, Boca Paton, Ann Abor,
Rost, T.L., M.G. Barbour, R.M. Thornton, and T.E. London : 179-204.
Weier. 1984. A Brief Introduction to Plant Biology, Tjitrosoepomo, G. 1981. Taksonomi Tumbuhan.
John Wiley & Sons, New York. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Seta, A.K. 1986. Konservasi Tanah danAir. Kalam Mu- Vasishta, B.R. 1985. Bryophyta. S. Chand & Company
lia, Jakarta. Ltd., Ram Nagar, New York.

JIPI. 12 (1): 1-6 (2010 ) 6

You might also like