Kualitas Air Berdasarkan Uji Kandungan Klorofil-A Di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KUALITAS AIR BERDASARKAN UJI KANDUNGAN KLOROFIL-a

DI SUNGAI TUTUPAN KECAMATAN JUAI


KABUPATEN BALANGAN

Aditya Rahman K.N1), , Sasi Gendro Sari2), Beby Rahmayanti3)

Jurusan Biologi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa1)


Jl. Raya Jakarta No.4 Pakupatan Serang Banten
Email : [email protected]

Program Studi Biologi FMIPA Unlam2)&3)


Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan – 70714

ABSTRACT
This research was done to explain the status of the Tutupan River by measuring chlorophyll-a and
determining the relation between chlorophyll-a and physical-chemical factors. Purposive sampling
method was used to determine water sampling, the measurement of enviromental factors as
temperature, water velocity, water clarity, pH and DO, meanwhile parameters as TSS, BOD5,
nitrate, nitrite, orthophosphate, was measured in laboratory. Analysis of chlorophyll-a was content
used a spectrophotometer. Water samples were taken twice only at April and May, 2014. The
results showed the amount of chlorophyll-a in April ranged between 0,13 and 0,77 mg / m³ and in
May, it ranged from 0,02 and 0,08 mg / m³. Status of the Tutupan River quality are classified as
oligotrofic or low fertility rates with chlorophyll-a content ranged from 0,02 to 0,77 mg / m³. The
chlorophyll-a content only closely related to the water temperature in May, with correlatin factor
0,9.

Keywords : chlorophyll-a, oligotrofic, Tutupan River

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status Sungai Tutupan berdasarkan kandungan klorofil-
a serta mengetahui hubungan kandungan klorofil-a dengan faktor fisik-kimia perairan.
Pengambilan sampel air menggunakan metode purposive sampling, pengukuran faktor lingkungan
yang dilakukan di lapangan seperti suhu, kecepatan arus, kecerahan, pH dan DO, sedangkan
parameter TSS, BOD5, nitrat, nitrit dan ortofosfat diukur di laboratorium. Analisis menggunakan
metode spektrofotometer. Pengambilan sampel air dilakukan dua kali pada bulan April dan Mei.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah kandungan klorofil-a pada bulan April berkisar antara 0,13 −
0,77 mg/m³ dan bulan Mei berkisar yaitu 0,02 − 0,08 mg/m³. Status perairan kualitas air Sungai
Tutupan termasuk dalam kategori tingkat kesuburan perairan rendah atau Oligotrofik dengan
kandungan klorofil-a berkisar antara 0,02 − 0,77 mg/m³. Kandungan klorofil-a hanya berhubungan
erat dengan suhu perairan di bulan Mei, dengan faktor korelasi 0,9.

Kata kunci : klorofil-a, Sungai Tutupan, oligotrofik.

PENDAHULUAN
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem perairan yang mempunyai
peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
sungai (water catchment area) bagi daerah sekitarnya. Kondisi suatu perairan
sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan
sekitarnya. Hal ini juga berkaitan dengan adanya faktor parameter yang berperan
dalam kondisi perairan seperti kualitas air suatu perairan (Suwondo dkk, 2004).
Parameter kualitas air sungai dapat di lihat dari faktor fisik-kimia dan
biologi dari perairan tersebut. Faktor fisik-kimia berupa suhu, kecerahan,
kecepatan arus, pH sebagai penentu asam atau basanya air suatu perairan, serta
DO dan BOD yang berfungsi sebagai penentu tinggi rendahnya kandungan
oksigen yang ada di peraian. Faktor dari biologi berupa keberadaan fitoplankton
di perairan sungai yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan
sungai. Namun komponen parameter kualitas air diatas dapat mengalami
perubahan jika terjadi adanya aktivitas manusia.
Aktivitas manusia di sekitar aliran sungai dapat menyebabkan bahan
pencemar berupa sisa hasil pembuangan limbah masuk baik secara langsung
maupun tidak langsung ke sungai. Limbah yang masuk secara langsung dapat
berupa limbah permukiman yaitu sisa kegiatan MCK (mandi, cuci, dan kakus)
yang langsung masuk di peraian sungai. Limbah yang masuk secara tidak
langsung berupa limbah pertanian yaitu sisa pupuk dan pestisida serta limbah
pertambangan seperti pembuangan akhir limbah batubara. Jika aktivitas ini
berlangsung secara terus-menerus maka akan berdampak negatif terhadap
penurunan kualitas air di Sungai Tutupan. Terutama faktor biologi yaitu
organisme kecil seperti fitoplankton yang memiliki kandungan klorofil-a.
Klorofil-a merupakan klorofil yang paling dominan dan terbesar
jumlahnya dibandingkan klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d. Klorofil-a biasanya
digunakan sebagai parameter lapangan yang merupakan komponen utama dalam
proses fotosintesis. Selain itu, kandungan klorofil-a dapat dijadikan indikator
untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan sungai.
Pengaruh perubahan kualitas air sungai memiliki keterkaitan dengan konsentrasi
klorofil-a dalam sampel air sungai yang digunakan untuk menunjukkan jumlah
fitoplankton berdasarkan kualitas biomassa alga (Ward dkk, 1998).
Menurut Parslow dkk 2008, penggolongan konsentrasi klorofil-a
berdasarkan status trofik perairan yaitu kandungan klorofil-a pada kisaran 0-2 μg/l
tergolong oligotrofik, 2-5 μg/l tergolong meso-oligotrofik, 5-20 μg/l tergolong
mesotrofik, dan 20-50 μg/l tergolong eutrofik serta >50 μg/l tergolong hiper-
eutrofik (Arifin, 2009). Sehingga konsentrasi klorofil-a merupakan ukuran yang
umum digunakan terhadap kualitas air sungai (NLWRA, 2002). Dengan adanya
kisaran penggolongan konsentrasi klorofil-a diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan guna mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran maka perlu dilakukan
penelitian tentang kandungan pigmen klorofil-a di sungai tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk Memberikan informasi mengenai kualitas air
sungai, berdasarkan kandungan klorofil-a dan Sebagai indikator atau pemantauan
kualitas air di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan dari bulan Maret – Oktober
2014. Bulan pertama dilakukan survey dan observasi lokasi seperti melihat
kondisi umum dari Sungai Tutupan, aktivitas manusia dalam memanfaatkan
sungai, tipe substrat dasar perairan, dan penentuan lokasi stasiun pengambilan
sampel sungai Hulu Sungai Tutupan berada di Desa Bata yang aliran sungai
berasal dari Gunung Kertapati dan melintasi perkebuan karet, pertambangan
batubara, hutan, Settling pond atau pembuangan akhir limbah batubara,
persawahan, Desa Wonorejo, Desa Sumber Rezeki dan bermuara di Sungai
Balangan.
Bulan kedua dan ketiga dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder,
analisis sampel air di Laboratorium Dasar Biologi FMIPA UNLAM, BBAT
Mandiangin dan PPLH Banjarbaru.
Bulan keempat sampai kedelapan dilakukan pengolahan hasil dan
penulisan hasil laporan.

Penentuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi penelitian ditetapkan 5 stasiun pengamatan dengan
metode purposive sampling. Metode ini didasarkan atas pertimbangan sumber
pencemar berupa pemukiman warga, wilayah perkebunan dan adanya aliran
settling pound tempat pembuangan akhir limbah batu bara, sehingga didapat
gambaran lokasi penelitian secara keseluruhan. Adapun pertimbangan lain dalam
penentuan lokasi adalah kemudahan akses dan keamanan dalam pengambilan
sampel. Deskripsi lokasi pengambilan sampel di lima stasiun yaitu sebagai
berikut:

a. Stasiun I
Stasiun I merupakan bagian hulu Sungai Tutupan yang berada di Desa
Bata Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Tabalong. Secara geografis stasiun I terletak pada 02° 11’ 4,86 LS
dan 115° 34’ 30,7 BT. Sungai berwarna kuning kekeruhan, memiliki kedalaman
yang relatif dalam ± 0,5 m - 1 m dan terdapat vegetasi di sepanjang aliran sungai.
b. Stasiun II
Stasiun II terletak pada 02° 12’21 LS dan 115° 34’59,9 BT berdekatan
dengan wilayah pertambangan batu bara. Pada stasiun II terdapat banyak ranting
pohon kering yang masuk ke badan sungai, sungai berwarna keruh kekuningan,
memiliki kedalaman yang relatif dalam ± 0,5 m – 1,5 m dan terdapat vegetasi di
sepanjang aliran sungai tersebut.
c. Stasiun III
Stasiun III terletak pada 02° 13’56,7 LS 115° 33’48,6 BT. Lokasi
pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond I sebagai tempat
pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai
berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 1,5 m dan
banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.
d. Stasiun IV
Stasiun IV terletak pada 02° 14’24,3 LS dan 115° 33’48,6 BT. Lokasi
pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond II sebagai tempat
pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai
berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m - 2 m dan
banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.
e. Stasiun V
Stasiun V berada di Desa Sirap yang terletak 02° 15’29,6 LS dan 115°
34’27,5 BT. Lokasi stasiun V merupakan bagian hilir dari aliran Sungai Tutupan
sebelum bermuara ke Sungai Balangan. Pada lokasi Stasiun V warna airnya
cukup jernih, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 2 m dan terdapat vegetasi di
sepanjang aliran sungai.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi penelitian ditetapkan 5 stasiun pengamatan (Lampiran 1)
dengan metode purposive sampling (Sukandarrumidi, 2006) atau pemilihan secara
sengaja berdasarkan atas rona lingkungan sehingga di dapat gambaran lokasi
penelitian secara keseluruhan. Metode ini berdasarkan atas sumber pencemar yang
berupa perkebunan, perambangan batubara, hutan, pertanian dan pemukiman
penduduk. Adapun pertimbangan lain dalam pengambilan sampel yaitu penentuan
lokasi baik secara kemudahan akses dan keamanan dalam pengambilan sampel.
Pada tiap stasiun pengamatan dilakukan 2 ulangan, dimana setiap ulangan
dilakukan 2 kali pengambilan (duplo) yang nantinya akan di komposit. Sampel air
diambil dari permukaan sungai menggunakan gayung kemudian dimasukkan ke
dalam botol untuk dikompositkan terlebih dahulu. Selanjutnya, hasil komposit
sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel lalu di simpan ke dalam box ice
untuk proses analisis selanjutnya (Arifin, 2009).
Teknik Pengumpulan Data
Pengukuran klorofil-a
Sampel air diambil sebanyak 100 mL dari botol sampel dan dituang
langsung kedalam filter holder, biarkan sampel air tersaring. Kertas saring hasil
saringan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung valcontube, lalu ditambahkan
larutan Aseton 90% sebanyak 10 mL, di bungkus dengan alumunium foil dan
diberi label kemudian di simpan kedalam lemari pendingin selama 24 – 48 jam.
Sampel diambil dan digerus sampai halus dengan menggunakan alat penggerus
tissue grinder, lalu ditambahkan larutan Aseton 90% sebanyak 4 mL. Kemudian
sampel di Centrifuge dengan putaran 1.000 rpm selama 30-60 menit. Hasil
Centrifuge yang berupa larutan bening diambil mengunakan pipet dan
dimasukkan ke dalam kuvet yang diameter 1 cm, lalu periksa absorbansinya
dengan mengunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 750, 664, 647,
dan 630 nm. Untuk menghitung kandungan klorofil-a, absorbansi dari panjang
gelombang yang diukur (664, 647, dan 630 nm) dikurangi dengan absorban
panjang gelombang 750 nm. (Sutrisyani et al, 2006).
Rumus menghitung klorofil-a
Perhitungan :
Klorofil-a (mg/m3) :
11.85  E 664   1.54  E 647   0.08  E 630  Ve
Vs  d
Keterangan :
E664 = Abs 664 nm - Abs 750 nm
E647 = Abs 647 nm - Abs 750 nm
E630 = Abs 630 nm - Abs 750 nm
Ve = Volume ekstrak Aceton (mL)
Vs = Volume sampel air yang disaring (L)
d = Lebar diameter kuvet (1 cm, 10 cm, 15 cm) (Sutrisyani et al, 2006).
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air
Pengukuran parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan meliputi suhu,
kecepatan arus, kecerahan, TSS, pH, DO, BOD, nitrit, nitrat, dan ortofosfat.
Analisis Korelasi
Data yang diperoleh dianalisis mengunakan program SPSS versi 17.0 for
windows. Data yang diperoleh berupa kandungan klorofil-a dan faktor fisik-kimia
Sungai Tutupan yang telah di uji kenormalitas data dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Untuk mengetahui hubungan antara kandungan klorofil-a dengan faktor
fisik-kimia Sungai Tutupan digunakan uji Spearman correlation r.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Klorofil-a di Sungai Tutupan
Kandungan klorofil-a di Sungai Tutupan dapat dilihat pada gambar 8.
Nilai tertinggi pada bulan April di stasiun I yaitu 0,77 mg/m³ dan terendah pada
stasiun II yaitu 0,13 mg/m³. Kandungan klorofil-a pada bulan Mei tertinggi pada
stasiun III yaitu 0,08 mg/m³ dan terendah pada stasiun I yaitu 0,02 mg/m³. Selain
itu, kandungan klorofil-a di bulan April rata-rata lebih tinggi di semua stasiun
pengamatan bila dibandingkan dengan bulan Mei.
0.9
0.8 0,77
0.7
nilai klorofil-a (mg/m3 )

0.6
0.5
April
0.4 0,37 Mei
0.3 0,32

0.2 0,22
0.1 0,13 0,08
0,02 0,02 0,03 0,03
0
1 2 3 4 5

Gambar 8. Kandungan Klorofil-a di Sungai Tutupan

Hubungan kandungan klorofil-a terhadap faktor fisika kimia perairan


Sungai Tutupan.
Hubungan kandungan klorofil-a terhadap faktor fisik kimia perairan dapat
dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Korelasi kandungan klorofil-a terhadap faktor fisik kimia perairan di
Sungai Tutupan.
April Mei
No Parameter Nilai Korelasi Nilai Korelasi
(r) Signifikansi (r) Signifikansi
1 Suhu -0,200 0,374 0,900* 0,019
2 Kecerahan 0,200 0,374 0,700 0,096
3 Kec. Arus 0,100 0,436 -0,100 0,436
4 pH -0,300 0,312 0,500 0,196
5 DO 0,400 0,252 0,200 0,374
6 BOD -0,700 0,094 -0,410 0,246
7 TSS -0,289 0,319 0,800 0,052
8 Nitrat 0,112 0,429 -0,477 0,225
9 Nitrit 0,783 0,059 0,224 0,359
10 Ortofosfat 0,100 0,436 0,300 0,312

Keterangan :
Nilai + menunjukan nilai positif dengan korelasi yang searah
Nilai - menunjukan nilai negatif dengan korelasi yang berlawan
* Korelasi signifikansi pada α = 0,05

Kandungan Klorofil-a di Sungai Tutupan


Kandungan klorofil-a di Sungai Tutupan untuk setiap stasiun pengamatan
menunjukkan kisaran yang bervariasi yaitu pada bulan April berkisar 0,13 − 0,77
mg/m³ dan pada bulan Mei berkisar 0,02 − 0,08 mg/m³. Kisaran hasil klorofil-a
yang di dapat menunjukkan kategori tingkat kesuburan rendah atau Oligotrofik
yang berkisar 0-2 μg/l (Parslow dkk, 2008).
Hasil kandungan klorofil-a yang diperoleh berkategori tingkat kesuburan
rendah. Hal ini di duga Sungai Tutupan memiliki kadar hara/nutrien yang rendah
di perairan karena adanya pemukiman, perkebunan dan kegiatan pertambangan
batubara. Adanya aktivitas warga yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap perairan di Sungai Tutupan seperti kegiatan MCK (mandi,
cuci dan kakus). Selain itu, aktivitas pertambangan batubara berupa Settling pond
/ pembuangan limbah batubara yang masuk badan Sungai Tutupan. Adanya
Settling pond / pembuangan limbah batubara diduga dapat menurunkan kualitas
air di Sungai Tutupan.
Kandungan klorofil-a pada bulan April cendrung lebih tinggi
dibandingkan bulan Mei. Hal ini diduga bulan April masih dalam musim
peralihan yang dipengaruhi oleh musim hujan. Di mana puncak curah hujan
tertinggi di bulan Maret dengan rata-rata curah hujan 337,0 mm (Lampiran 2),
sehingga terdapat penambahan nutrien yang masuk kedalam badan Sungai
Tutupan. Selain itu diduga terjadi pemanfaatan nurient secara optimal oleh
fitoplankton pada bulan April sehingga menghasilkan kandungan klorofil-a yang
tinggi. Menurut Adnan (2010), rata-rata curah hujan yang cukup tinggi
menyebabkan adanya suplai nutrien dari daratan melalui sungai sehingga
berpengaruh tehadap konsentrasi klorofil-a cukup tinggi di suatu perairan.
Tingginya kandungan klorofil-a pada bulan April di stasiun I yang
merupakan bagian hulu dengan nilai 0,77 mg/m³ dibandingkan stasiun lainnya.
Hal ini diduga ada faktor lingkungan yang berbeda-beda disetiap stasiun. Stasiun I
merupakan bagian hulu dengan kandungan klorofil-a tertinggi diduga karena
rendahnya aktivitas manusia di area tersebut. Rendahnya aktivitas manusia dilihat
dari adanya tempat mencuci, mandi dan perkebunan warga.
Stasiun II, III dan IV merupakan daerah yang berdekatan dengan wilayah
pertambangan batubara dan berada setelah adanya aliran Settling pond /
pembuangan limbah batubara diduga dapat menurunkan kualitas air di Sungai
Tutupan. Selain itu adanya Settling pond / pembuangan limbah batubara diduga
akan berpengaruh terhadap nilai BOD yang ada distasiun tersebut (Lampiran 3).
Menurut SLHD (2012), bila air tambang ini langsung mengalir memasuki air
permukaan, seperti telaga, sungai, dan lain-lain akan menyebabkan turunnya
kualitas air permukaan, sehingga dapat menyebabkan terganggunya kehidupan
biota air, menurunnya mutu air yang dapat mengganggu kesehatan manusia yang
mengkonsumsi air tersebut. Selain itu, menurut Supriharyono (2000) menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai BOD suatu badan perairan maka semakin buruk
kondisi perairan tersebut. Sebab jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan senyawa organik semakin banyak, sehingga menurunkan nilai
oksigen yang terlarut, dengan demikian kondisi air menjadi miskin oksigen
sehingga fitoplankton dan organisme air lainnya tidak dapat berkembang dengan
baik.
Sedangkan stasiun V merupakan bagian hilir dari Sungai Tutupan. Hal ini
diduga pada bagian hilir pemanfaatan lahan yang beragam serta bertambahnya
masukkan limbah sehingga berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a di Sungai
Tutupan. Hal ini sesuai menurut Wiwoho (2005), pada umumnya daerah hulu
mempunyai kualitas air lebih baik daripada daerah hilir sungai. Dilihat dari sudut
pemanfaatan lahan daerah hulu relatif sederhana dan bersifat alami seperti hutan
dan perkampungan. Semakin ke arah hilir pemanfaatan lahan akan beragam dan
meningkat sehingga berpengaruh terhadap kualitas di perairan tersebut.
Perbedaan faktor lingkungan atau kondisi geografis dari setiap stasiun
berpengaruh terhadap variasi kandungan klorofil-a yang didapat di bulan April.
Menurut Sitorus (2009), sebaran tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat
terkait dengan kondisi geografis sautu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia
yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a. Perbedaan parameter
fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya
produktivitas primer di beberapa perairan.
Kandungan klorofil-a di stasiun 1 pada bulan Mei sangat rendah dan relatif
sama disetiap stasiun < 0,1 mg/m3 (Gambar 8) dan berbanding terbalik dengan
bulan April. Rendahnya kandungan klorofil-a di bulan Mei diduga karena faktor
cuaca juga berpengaruh terhadap rendahnya kandungan klorofil-a. Dimana
rendahnya rata-rata curah hujan 37,0 mm (Lampiran 2), sehingga diduga
berkurangnya suplai nutrien yang masuk kedalam badan sungai. Menurut Adnan
(2010), rendahnya rata-rata curah hujan di suatu perairan akan berpengaruh
terhadap rendahnya kandungan klorofil-a di perairan. Selain itu, menurut
Krismono, (2010) terdapat nilai regresi positif antara biomassa klorofil-a dengan
komponen hara seperti nitrogen (nitrat-nitrit) dan ortofosfat sehingga dapat
dinyatakan bahwa biomasa klorofil-a dipengaruhi oleh komponen hara.
Berdasarkan hasil pengamatan kelimpahan dan keanekaragaman plakton
yang didapat pada bulan April dan Mei di Sungai Tutupan dengan hasil
kelimpahan plankton pada bulan April berkisar antara 176 − 648 ind/L dan bulan
Mei berkisar antara 152 − 524 ind/L, sedangkan hasil keanekaragaman plakton
pada bulan April berkisar antara 1,42 − 2,41 dan bulan Mei berkisar antara 1,13 −
2,11 (Aisyah, 2014). Kisaran ini sejalan dengan tingginya kandungan klorofil-a
pada bulan April dibandingkan bulan Mei. Dimana hasil pengamatan kandungan
klorofil-a pada bulan April berkisar 0,13 − 0,77 mg/m³ dan pada bulan Mei
berkisar 0,02 − 0,08 mg/m³. Hal ini sesuai menurut Aryawati (2011), diketahui
bahwa fitoplankton yang mengandung klorofil-a, menentukan tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton yang didapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
kandungan klorofil-a di suatu perairan. Serta menurut Alamanda (2012), nilai
dari indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukan kondisi yang sangat cocok
dengan pertumbuhan plankton dan indeks keanekaragaman yang rendah
menunjukan kondisi yang kurang cocok bagi pertumbuhan plankton.
Hubungan kandungan klorofil-a terhadap faktor fisika kimia perairan
Sungai Tutupan
Berdasarkan hasil analisis korelasi, suhu merupakan parameter yang
berhubungan erat dengan kandungan klorofil-a pada bulan Mei. Suhu memiliki
nilai koefisien korelasi 0,9 yang mengindikasikan bahwa kandungan klorofil-a
berbanding lurus dengan nilai suhu di perairan Sungai Tutupan. Hal ini diduga
nilai suhu yang didapat berpengaruh terhadap fase / siklus pertumbuhan
fitoplankton dengan kandungan klorofil-a di bulan Mei. Fase pertumbuhan
tersebut diduga termasuk dalam fase kematian, sehingga hasil klorofil-a yang
didapat lebih rendah dibandingkan bulan April.
Menurut Creswell (2010), fase kematian merupakan fase dimana terjadi
penurunan jumlah / kepadatan plankton, pada fase ini laju kematian lebih cepat
dibandingkan laju reproduksi. Laju kematian plankton dipengaruhi oleh
ketersediaan nutrien, suhu dan umur plankton itu sendiri.
Selain suhu, terdapat faktor fisika dan kimia yang tidak berpengaruh nyata
dengan kandungan klorofil-a (Tabel 7). Hal ini disebabkan karena faktor fisika –
kimia tidak berpengaruh secara langsung terhadap aktivitas fitoplankton, sehingga
tidak berpengaruh juga terhadap nilai kandungan klorofil-a. Tinggi rendahnya
nilai klorofil-a juga dipengaruhi oleh parameter lain yaitu parameter biologi
sebagai faktor pembatas keberadaan fitoplankton dengan kandungan klorofil-a di
Sungai Tutupan. Hal ini sesuai menurut Soedibjo (2007), faktor-faktor biotik
seperti ketersediaan nutrisi, banyaknya konsumen primer serta persaingan
merupakan faktor-faktor yang menentukan keberadaan fitoplankton dengan
kandungan klorofil-a di suatu peraiaran.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status perairan kualitas air Sungai
Tutupan termasuk dalam kategori tingkat kesuburan perairan rendah atau
Oligotrofik dengan kandungan klorofil-a berkisar antara 0,02 − 0,77 mg/m³ dan
kandungan klorofil-a hanya berhubungan erat dengan suhu perairan di bulan Mei,
dengan faktor korelasi 0,9.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Data Inderaja
Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Di Perairan Kalimatan Timur. Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-
Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
Aisyah, A. 2014. Kualitas Air Sungai Tutupan Berdasarkan Keanekaragaman
Plankton. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Biologi. Fakultas
MIPA UNLAM. Banjarbaru.
Alamanda, S., Wiedarti, S. dan Triastinurmiatiningsih. 2012. Kualitas Air Dan
Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sungai Cisadane, Jawa Barat. Program
Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
Arifin, R. 2009. Sebaran Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-
a) Serta Keterkaitannya Dengan Kesuburan Perairan Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Aryawati, R. dan Thoha, H. 2011. Hubungan Kandungan Klorofil-a dan
Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Berau Kalimantan Timur. Staf
Pengajar Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya. Maspari Journal 02 (2011)
89-94
Buku SLHD, 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup. Kabupaten Balangan
(tidak dipublikasikan). Balangan. 10 hal.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Krismono. 2010. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Klorofil-a Dan
Pengaruhnya Terhadap Populasi Ikan Di Perairan Danau Limboto. Jurnal
Limnotek 17 (2) .
NLWRA (National Land and Water Resources Audit). 2002. Australian
Catchment, River and Estuary Assessment 2002. Vol 1, 192 pp. National
Land and Water Resources Audit, Commonwealth of Australia, Canberra.
Parslow, J., J. Hunter., A. Davidson. 2008. Estuarine Eutrophication Models.
Final Report Project E6 National River Health Program. Water Servicesn
Association of Australian Melbourne Australia. CSIRO Marine Research.
Hobarth, Tasmania.
Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi
Klorofil-a, Dan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Danau Toba, Balige
Sumatra Utara.Tesis. Universitas Utara Medan.
Soedibjo, B. S. 2007. Pengaruh faktor lingkungan terhadap distribusi spesial
komunitas zooplankton di teluk klabat, perairan Belangka Belitung. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 3 (1) 2007 ISSN 0125 – 9830
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Penelitian
Pemula. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutrisyani, Rohani. S. 2006. Pedoman Praktis Analisis Kualitas Air. Pusat
Penelitian dan Perkembangan Budidaya Perikanan.
Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari. 2004. Kualitas Biologi
Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan
Bioindikator Plankton dan Bentos. Universitas Riau. Pekanbaru.
Ward, T., Butler, E. and Hill, B. 1998, Environmental indicators for national state
of the environment reporting – Estuaries and the sea. Australia: State of the
Environment (Environmental Indicator Reports). 81 pp. Department of the
Environment; Canberra.
Wiwoho. 2005. Model Indentifikasi Daya Tampung Beban Cemara Sungai
dengan Qual2e – Study Kasus Sungai Babon. Semarang : Universitas
Dipenegoro.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Data BMKG curah rata-rata hujan tahun 2014
Tabel. Data BMKG curah rata-rata hujan tahun 2014

Nama Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm)


No.
Lokasi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

1. Juai 167,0 131,0 377,0 129,0 37,0 66,0 89,0 51,0 28,0 89,5

Lampiran 3. Faktor fisik-kimia perairan bulan April dan Mei

Tabel. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia

Bulan April 2014


Parameter Stasiun
1 2 3 4 5

Suhu (°C) 26,15±0,1 26,3±0 29,175±0,09 26,2±0 26,025±0,05


Kecerahan (cm) 23,25±0,5 22,5±0,95 22,5±1,29 26±0 33±1,15
Kecepatan arus
( m/s) 0,05±0 0,03±0 0,14±0 0,27±0 0,11±0
pH 6,475±0,05 6,5±0 7,025±0,20 7,125±0,05 6,875±0,05
DO (mg/L) 3,5±0,45 3,175±0,23 2,3±0,42 1,975±0,35 2,025±0,09
BOD (mg/L) 4,5 6,31 5,41 9,01 7,21
TSS (mg/L) 0,3 0,3 0,2 0,3 0,2
Nitrat (mg/L) 0,3 0,2 0,1 0,3 0,3
Nitrit (mg/L) 0,003 0,001 0,005 0,001 0,001
Ortofosfat (mg/L) 0,12 0,11 0,07 0,11 0,10

Tabel. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia

Bulan Mei 2014


Parameter Stasiun
1 2 3 4 5
Suhu (°C) 26,4±2 25,775±0,26 28,6±0,08 27,1±0,23 27,675±0,49
Kecerahan (cm) 23,25±2,36 24±0 26±0 33,5±1,7 44±0
Kecepatan arus
(m/s) 0,22±0 0,09±0 0,21±0 0,33±0 2,31±0
pH 6,625±0,35 6,45±0,17 7,025±0,05 6,7±0 6,6±0,21
DO (mg/L) 3,5±0,08 4,3±0,08 3,8±0,08 3,1±0,08 3,6±0,08
BOD (mg/L) 4,07 4,93 4,07 4,19 4,02
TSS (mg/L) 19 17 36 23 19,5
Nitrat (mg/L) 0,3 0,2 0,1 0,3 0,3
\Nitrit (mg/L) 0,003 0,001 0,005 0,001 0,001
Ortofosfat(mg/L) 0,79 0,34 1,69 0,12 0,38

You might also like