Kualitas Air Berdasarkan Uji Kandungan Klorofil-A Di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan
Kualitas Air Berdasarkan Uji Kandungan Klorofil-A Di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan
Kualitas Air Berdasarkan Uji Kandungan Klorofil-A Di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan
ABSTRACT
This research was done to explain the status of the Tutupan River by measuring chlorophyll-a and
determining the relation between chlorophyll-a and physical-chemical factors. Purposive sampling
method was used to determine water sampling, the measurement of enviromental factors as
temperature, water velocity, water clarity, pH and DO, meanwhile parameters as TSS, BOD5,
nitrate, nitrite, orthophosphate, was measured in laboratory. Analysis of chlorophyll-a was content
used a spectrophotometer. Water samples were taken twice only at April and May, 2014. The
results showed the amount of chlorophyll-a in April ranged between 0,13 and 0,77 mg / m³ and in
May, it ranged from 0,02 and 0,08 mg / m³. Status of the Tutupan River quality are classified as
oligotrofic or low fertility rates with chlorophyll-a content ranged from 0,02 to 0,77 mg / m³. The
chlorophyll-a content only closely related to the water temperature in May, with correlatin factor
0,9.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status Sungai Tutupan berdasarkan kandungan klorofil-
a serta mengetahui hubungan kandungan klorofil-a dengan faktor fisik-kimia perairan.
Pengambilan sampel air menggunakan metode purposive sampling, pengukuran faktor lingkungan
yang dilakukan di lapangan seperti suhu, kecepatan arus, kecerahan, pH dan DO, sedangkan
parameter TSS, BOD5, nitrat, nitrit dan ortofosfat diukur di laboratorium. Analisis menggunakan
metode spektrofotometer. Pengambilan sampel air dilakukan dua kali pada bulan April dan Mei.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah kandungan klorofil-a pada bulan April berkisar antara 0,13 −
0,77 mg/m³ dan bulan Mei berkisar yaitu 0,02 − 0,08 mg/m³. Status perairan kualitas air Sungai
Tutupan termasuk dalam kategori tingkat kesuburan perairan rendah atau Oligotrofik dengan
kandungan klorofil-a berkisar antara 0,02 − 0,77 mg/m³. Kandungan klorofil-a hanya berhubungan
erat dengan suhu perairan di bulan Mei, dengan faktor korelasi 0,9.
PENDAHULUAN
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem perairan yang mempunyai
peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
sungai (water catchment area) bagi daerah sekitarnya. Kondisi suatu perairan
sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan
sekitarnya. Hal ini juga berkaitan dengan adanya faktor parameter yang berperan
dalam kondisi perairan seperti kualitas air suatu perairan (Suwondo dkk, 2004).
Parameter kualitas air sungai dapat di lihat dari faktor fisik-kimia dan
biologi dari perairan tersebut. Faktor fisik-kimia berupa suhu, kecerahan,
kecepatan arus, pH sebagai penentu asam atau basanya air suatu perairan, serta
DO dan BOD yang berfungsi sebagai penentu tinggi rendahnya kandungan
oksigen yang ada di peraian. Faktor dari biologi berupa keberadaan fitoplankton
di perairan sungai yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan
sungai. Namun komponen parameter kualitas air diatas dapat mengalami
perubahan jika terjadi adanya aktivitas manusia.
Aktivitas manusia di sekitar aliran sungai dapat menyebabkan bahan
pencemar berupa sisa hasil pembuangan limbah masuk baik secara langsung
maupun tidak langsung ke sungai. Limbah yang masuk secara langsung dapat
berupa limbah permukiman yaitu sisa kegiatan MCK (mandi, cuci, dan kakus)
yang langsung masuk di peraian sungai. Limbah yang masuk secara tidak
langsung berupa limbah pertanian yaitu sisa pupuk dan pestisida serta limbah
pertambangan seperti pembuangan akhir limbah batubara. Jika aktivitas ini
berlangsung secara terus-menerus maka akan berdampak negatif terhadap
penurunan kualitas air di Sungai Tutupan. Terutama faktor biologi yaitu
organisme kecil seperti fitoplankton yang memiliki kandungan klorofil-a.
Klorofil-a merupakan klorofil yang paling dominan dan terbesar
jumlahnya dibandingkan klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d. Klorofil-a biasanya
digunakan sebagai parameter lapangan yang merupakan komponen utama dalam
proses fotosintesis. Selain itu, kandungan klorofil-a dapat dijadikan indikator
untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan sungai.
Pengaruh perubahan kualitas air sungai memiliki keterkaitan dengan konsentrasi
klorofil-a dalam sampel air sungai yang digunakan untuk menunjukkan jumlah
fitoplankton berdasarkan kualitas biomassa alga (Ward dkk, 1998).
Menurut Parslow dkk 2008, penggolongan konsentrasi klorofil-a
berdasarkan status trofik perairan yaitu kandungan klorofil-a pada kisaran 0-2 μg/l
tergolong oligotrofik, 2-5 μg/l tergolong meso-oligotrofik, 5-20 μg/l tergolong
mesotrofik, dan 20-50 μg/l tergolong eutrofik serta >50 μg/l tergolong hiper-
eutrofik (Arifin, 2009). Sehingga konsentrasi klorofil-a merupakan ukuran yang
umum digunakan terhadap kualitas air sungai (NLWRA, 2002). Dengan adanya
kisaran penggolongan konsentrasi klorofil-a diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan guna mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran maka perlu dilakukan
penelitian tentang kandungan pigmen klorofil-a di sungai tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk Memberikan informasi mengenai kualitas air
sungai, berdasarkan kandungan klorofil-a dan Sebagai indikator atau pemantauan
kualitas air di Sungai Tutupan Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan dari bulan Maret – Oktober
2014. Bulan pertama dilakukan survey dan observasi lokasi seperti melihat
kondisi umum dari Sungai Tutupan, aktivitas manusia dalam memanfaatkan
sungai, tipe substrat dasar perairan, dan penentuan lokasi stasiun pengambilan
sampel sungai Hulu Sungai Tutupan berada di Desa Bata yang aliran sungai
berasal dari Gunung Kertapati dan melintasi perkebuan karet, pertambangan
batubara, hutan, Settling pond atau pembuangan akhir limbah batubara,
persawahan, Desa Wonorejo, Desa Sumber Rezeki dan bermuara di Sungai
Balangan.
Bulan kedua dan ketiga dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder,
analisis sampel air di Laboratorium Dasar Biologi FMIPA UNLAM, BBAT
Mandiangin dan PPLH Banjarbaru.
Bulan keempat sampai kedelapan dilakukan pengolahan hasil dan
penulisan hasil laporan.
a. Stasiun I
Stasiun I merupakan bagian hulu Sungai Tutupan yang berada di Desa
Bata Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Tabalong. Secara geografis stasiun I terletak pada 02° 11’ 4,86 LS
dan 115° 34’ 30,7 BT. Sungai berwarna kuning kekeruhan, memiliki kedalaman
yang relatif dalam ± 0,5 m - 1 m dan terdapat vegetasi di sepanjang aliran sungai.
b. Stasiun II
Stasiun II terletak pada 02° 12’21 LS dan 115° 34’59,9 BT berdekatan
dengan wilayah pertambangan batu bara. Pada stasiun II terdapat banyak ranting
pohon kering yang masuk ke badan sungai, sungai berwarna keruh kekuningan,
memiliki kedalaman yang relatif dalam ± 0,5 m – 1,5 m dan terdapat vegetasi di
sepanjang aliran sungai tersebut.
c. Stasiun III
Stasiun III terletak pada 02° 13’56,7 LS 115° 33’48,6 BT. Lokasi
pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond I sebagai tempat
pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai
berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 1,5 m dan
banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.
d. Stasiun IV
Stasiun IV terletak pada 02° 14’24,3 LS dan 115° 33’48,6 BT. Lokasi
pengambilan sampel berada ± 200 m setelah settling pond II sebagai tempat
pembuanagn limbah batu bara dan berada di dalam hutan campuran. Sungai
berwarna putih kekeruhan, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m - 2 m dan
banyak vegetasi di sepanjang aliran sungai.
e. Stasiun V
Stasiun V berada di Desa Sirap yang terletak 02° 15’29,6 LS dan 115°
34’27,5 BT. Lokasi stasiun V merupakan bagian hilir dari aliran Sungai Tutupan
sebelum bermuara ke Sungai Balangan. Pada lokasi Stasiun V warna airnya
cukup jernih, kedalaman sungai relatif dalam ± 1 m – 2 m dan terdapat vegetasi di
sepanjang aliran sungai.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi penelitian ditetapkan 5 stasiun pengamatan (Lampiran 1)
dengan metode purposive sampling (Sukandarrumidi, 2006) atau pemilihan secara
sengaja berdasarkan atas rona lingkungan sehingga di dapat gambaran lokasi
penelitian secara keseluruhan. Metode ini berdasarkan atas sumber pencemar yang
berupa perkebunan, perambangan batubara, hutan, pertanian dan pemukiman
penduduk. Adapun pertimbangan lain dalam pengambilan sampel yaitu penentuan
lokasi baik secara kemudahan akses dan keamanan dalam pengambilan sampel.
Pada tiap stasiun pengamatan dilakukan 2 ulangan, dimana setiap ulangan
dilakukan 2 kali pengambilan (duplo) yang nantinya akan di komposit. Sampel air
diambil dari permukaan sungai menggunakan gayung kemudian dimasukkan ke
dalam botol untuk dikompositkan terlebih dahulu. Selanjutnya, hasil komposit
sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel lalu di simpan ke dalam box ice
untuk proses analisis selanjutnya (Arifin, 2009).
Teknik Pengumpulan Data
Pengukuran klorofil-a
Sampel air diambil sebanyak 100 mL dari botol sampel dan dituang
langsung kedalam filter holder, biarkan sampel air tersaring. Kertas saring hasil
saringan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung valcontube, lalu ditambahkan
larutan Aseton 90% sebanyak 10 mL, di bungkus dengan alumunium foil dan
diberi label kemudian di simpan kedalam lemari pendingin selama 24 – 48 jam.
Sampel diambil dan digerus sampai halus dengan menggunakan alat penggerus
tissue grinder, lalu ditambahkan larutan Aseton 90% sebanyak 4 mL. Kemudian
sampel di Centrifuge dengan putaran 1.000 rpm selama 30-60 menit. Hasil
Centrifuge yang berupa larutan bening diambil mengunakan pipet dan
dimasukkan ke dalam kuvet yang diameter 1 cm, lalu periksa absorbansinya
dengan mengunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 750, 664, 647,
dan 630 nm. Untuk menghitung kandungan klorofil-a, absorbansi dari panjang
gelombang yang diukur (664, 647, dan 630 nm) dikurangi dengan absorban
panjang gelombang 750 nm. (Sutrisyani et al, 2006).
Rumus menghitung klorofil-a
Perhitungan :
Klorofil-a (mg/m3) :
11.85 E 664 1.54 E 647 0.08 E 630 Ve
Vs d
Keterangan :
E664 = Abs 664 nm - Abs 750 nm
E647 = Abs 647 nm - Abs 750 nm
E630 = Abs 630 nm - Abs 750 nm
Ve = Volume ekstrak Aceton (mL)
Vs = Volume sampel air yang disaring (L)
d = Lebar diameter kuvet (1 cm, 10 cm, 15 cm) (Sutrisyani et al, 2006).
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air
Pengukuran parameter fisika dan kimia air Sungai Tutupan meliputi suhu,
kecepatan arus, kecerahan, TSS, pH, DO, BOD, nitrit, nitrat, dan ortofosfat.
Analisis Korelasi
Data yang diperoleh dianalisis mengunakan program SPSS versi 17.0 for
windows. Data yang diperoleh berupa kandungan klorofil-a dan faktor fisik-kimia
Sungai Tutupan yang telah di uji kenormalitas data dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Untuk mengetahui hubungan antara kandungan klorofil-a dengan faktor
fisik-kimia Sungai Tutupan digunakan uji Spearman correlation r.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Klorofil-a di Sungai Tutupan
Kandungan klorofil-a di Sungai Tutupan dapat dilihat pada gambar 8.
Nilai tertinggi pada bulan April di stasiun I yaitu 0,77 mg/m³ dan terendah pada
stasiun II yaitu 0,13 mg/m³. Kandungan klorofil-a pada bulan Mei tertinggi pada
stasiun III yaitu 0,08 mg/m³ dan terendah pada stasiun I yaitu 0,02 mg/m³. Selain
itu, kandungan klorofil-a di bulan April rata-rata lebih tinggi di semua stasiun
pengamatan bila dibandingkan dengan bulan Mei.
0.9
0.8 0,77
0.7
nilai klorofil-a (mg/m3 )
0.6
0.5
April
0.4 0,37 Mei
0.3 0,32
0.2 0,22
0.1 0,13 0,08
0,02 0,02 0,03 0,03
0
1 2 3 4 5
Keterangan :
Nilai + menunjukan nilai positif dengan korelasi yang searah
Nilai - menunjukan nilai negatif dengan korelasi yang berlawan
* Korelasi signifikansi pada α = 0,05
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status perairan kualitas air Sungai
Tutupan termasuk dalam kategori tingkat kesuburan perairan rendah atau
Oligotrofik dengan kandungan klorofil-a berkisar antara 0,02 − 0,77 mg/m³ dan
kandungan klorofil-a hanya berhubungan erat dengan suhu perairan di bulan Mei,
dengan faktor korelasi 0,9.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Data Inderaja
Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Di Perairan Kalimatan Timur. Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-
Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 1 – 12. ISSN.2085-5109
Aisyah, A. 2014. Kualitas Air Sungai Tutupan Berdasarkan Keanekaragaman
Plankton. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Biologi. Fakultas
MIPA UNLAM. Banjarbaru.
Alamanda, S., Wiedarti, S. dan Triastinurmiatiningsih. 2012. Kualitas Air Dan
Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sungai Cisadane, Jawa Barat. Program
Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
Arifin, R. 2009. Sebaran Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-
a) Serta Keterkaitannya Dengan Kesuburan Perairan Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Aryawati, R. dan Thoha, H. 2011. Hubungan Kandungan Klorofil-a dan
Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Berau Kalimantan Timur. Staf
Pengajar Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya. Maspari Journal 02 (2011)
89-94
Buku SLHD, 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup. Kabupaten Balangan
(tidak dipublikasikan). Balangan. 10 hal.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Krismono. 2010. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Klorofil-a Dan
Pengaruhnya Terhadap Populasi Ikan Di Perairan Danau Limboto. Jurnal
Limnotek 17 (2) .
NLWRA (National Land and Water Resources Audit). 2002. Australian
Catchment, River and Estuary Assessment 2002. Vol 1, 192 pp. National
Land and Water Resources Audit, Commonwealth of Australia, Canberra.
Parslow, J., J. Hunter., A. Davidson. 2008. Estuarine Eutrophication Models.
Final Report Project E6 National River Health Program. Water Servicesn
Association of Australian Melbourne Australia. CSIRO Marine Research.
Hobarth, Tasmania.
Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer Dengan Konsentrasi
Klorofil-a, Dan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Danau Toba, Balige
Sumatra Utara.Tesis. Universitas Utara Medan.
Soedibjo, B. S. 2007. Pengaruh faktor lingkungan terhadap distribusi spesial
komunitas zooplankton di teluk klabat, perairan Belangka Belitung. Jurnal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 3 (1) 2007 ISSN 0125 – 9830
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Penelitian
Pemula. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutrisyani, Rohani. S. 2006. Pedoman Praktis Analisis Kualitas Air. Pusat
Penelitian dan Perkembangan Budidaya Perikanan.
Suwondo, Elya Febrita, Dessy dan Mahmud Alpusari. 2004. Kualitas Biologi
Perairan Sungai Senapelan, Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan
Bioindikator Plankton dan Bentos. Universitas Riau. Pekanbaru.
Ward, T., Butler, E. and Hill, B. 1998, Environmental indicators for national state
of the environment reporting – Estuaries and the sea. Australia: State of the
Environment (Environmental Indicator Reports). 81 pp. Department of the
Environment; Canberra.
Wiwoho. 2005. Model Indentifikasi Daya Tampung Beban Cemara Sungai
dengan Qual2e – Study Kasus Sungai Babon. Semarang : Universitas
Dipenegoro.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Data BMKG curah rata-rata hujan tahun 2014
Tabel. Data BMKG curah rata-rata hujan tahun 2014
1. Juai 167,0 131,0 377,0 129,0 37,0 66,0 89,0 51,0 28,0 89,5