Case Bab 1

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

CASE REPORT

SPINAL ANESTESI PADA OSTEOMYELITIS KRONIS TIBIA FIBULA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum


Stase Anestesi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Harjono Ponorogo

Pembimbing : dr. Suko Basuki, Sp.An

Oleh :
Miftahurrohmah Labiibah J510165029
Putri andini J510170079
Ummi utami mm J510170066
Yessi nur hapilah J510170107
Denny setyawan J510170112

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RSUD DR. HARJONO S KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
CASE REPORT
ANESTESI PADA OSTEOMYELITIS KRONIS TIBIA FIBULA

Diajukan oleh :
Miftahurrohmah Labiibah J510165029
Putri andini J510170079
Ummi utami mm J510170066
Yessi nur hapilah J510170107
Denny setyawan J510170112

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari , tanggal November 2018

Disetujui Pembimbing
dr. Suko Basuki, Sp.An (...........................................)

Dipresentasikan di hadapan
dr. Suko basuki, Sp.An (...........................................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RSUD DR. HARJONO S KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Alamat : Sembul, Bungkal, Ponorogo
Agama : Islam
Suku : Jawa
No RM : 387450
Tgl Operasi : 9 November 2018

ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik orthopedi RSUD Harjono Ponorogo dengan
keluhan ada luka pada kaki kanan pada bekas operasi kaki kanan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan 1 tahun 3 bulan yang lalu pernah jatuh di galenggan
parit sawah. Setelah itu pasien merasa nyeri dan dibawa ke RS Harjono.
Dirumah sakit pasien didiagnosis kaki kanannya patah, selanjutnya pasien
dioperasi dan dipasang pen. Satu bulan SMRS pasien mengatakan dikaki kanan
tempat yang dioperasi muncul benjolan sepeti bisul, semakin lama semakin
membesar dan pecah, terdapat luka yang dalam sehingga menyebabkan baut
pen nya kelihatan. Pasien mengatakan 3HSMRS tidak bisa berjalan dan kaki
terasa nyeri. Pada tanggal 6 November 2018 pasien dibawa ke poli orthopedi.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : diakui
Riwayat Diabetus Melitus : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
D. Anamnesis Sistemik
Neurologi : gemetaran (-), sulit tidur (-)
Kardiologi : nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)
Pulmo : sesak (-), batuk (-)
Abdomen : diare (-), kembung (-)
Urologi : BAK Normal
Muskuloskeletal : keterbatasan gerak ekstremitas bawah (+), nyeri otot
lengan (-)

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Gizi : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Airway : Baik
Breathing : Spontan Vesikuler +/+
Circulation : 120/70 mmHg
Disability : E4V5M6

B. Vital Sign
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,2 C
TB : 140 cm
BB : 50 kg
C. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva tidak anemis
Sclera tidak ikterik
Pupil Bulat mid dilatasi
Reflek Pupil positif
Hidung : Septum deviasi (-)
Telinga : Simetris
Mulut : Gigi Palsu (-)
Gigi Tonggos (-)
Trismus (-)
Rahang Bawah Maju (-)
Leher : Pembesaran Limfonodi (-)
Massa Abnormal (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : Massa Abnormal (-)
Fremitus Taktil kanan = kiri
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi :Iktus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC-V
Auskultasi : BJ Murni Reguler
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Permukaan Datar
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : Permukaan supel
Defans muskuler (-)
Nyeri Tekan (-)
Massa (-)
Ekstremitas superior : akral hangat, edema (-/-), sianosis (-)
Ekstremitas superior : akral hangat, edema (+/-), sianosis (-),

D. Status Lokalis
Lokasi : Regio Cruris Dextra
Look : Deformitas (-), edem (+), luka (+)
Feel : teraba hangat (+), Nyeri tekan (+), krepitasi (-), arteri dorsalis pedis
dextra (+), sensibilitas baik crt <2detik
Move : rom terbatas karena nyeri

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 8 November 2018
Hemoglobin : 9.1 g/dl
Lekosit : 20 x103 ul
Golongan darah :O
HbSAg : (-)
Trombosit : 359 x103 ul
Hematokrit : 28.4 %
Glukosa : 115 mg/dl
CT : 04.00 menit
BT : 02.30 menit
Albumin : 2,8 g/dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen Thorak

2. Rontgen Tibia/Fibula Dextra


DIAGNOSIS
Osteomyelitis kronis cruris dextra

TINDAKAN
Sequesterektomy + Debridement + ROI

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

ASA (AMERICAN SOCIETY OF ANESTHESIOLOGISTS)


Berdasarkan status fisik pasien pra anestesi, ASA pada pasien ini: ASA II

PERENCANAAN ANESTESI
1. Persiapan Operasi
a. Persetujuan operasi tertulis
b. Periksa tanda vital dan keadaan umum
c. Puasa 8 jam preoperatif
d. Cek obat-obat anastesi
e. Infus RL 20 tetes/ menit
f. Anastesi dimulai pukul 12.50 dan selesai pukul 13.00
g. Operasi dimulai pukul 13.00 dan selesai pukul 14.30
2. Jenis Anastesi : Spinal Anastesi
3. Teknik Anastesi : spinal Anastesi
4. Premedikasi : gentamicin 2x1 amp, Paracetamol 3x1 gr,
Ranitidin 2x1 amp
5. Obat anastesi Spinal : bupivacain HCL in dextrose injection 20 mg
6. Maintanance : O2 3 liter/ menit
7. Monitoring tanda vital selama anastesi seiap 5 menit
DATA LAKSANA ANESTESI
1. Di Ruang Operasi
 Cek persetujuan Operasi
 Periksa tanda vital dan keadaan umum
 Lama puasa 8 jam
 Cek obat-obatan dalam alat anestesi
 Loading RL 500 cc
 Infus RL20 tetes/ menit
 Posisi supine
 Kateter terpasang
2. Di ruang Operasi
 Anestesi mulai : 12.50 operasi mulai : 13.00
 Anestesi selesai : 13.00 operasi selesai : 14.30
a. Jam 12. 50 pasien masuk ruang operasi , manset dan monitor
dipasang, tekanan darah 120/80, HR 85, saturasi oksigen 98%
b. Jam 13.00 mulai dilakukan spinal anestesi dengan prosedur
sebagai berikut :
1. Pasien diminta duduk membungkuk agar tulang belakang
lebih menonjol
2. Dilakukan tindak aseptik pada daerah yang akan iinjeksi
3. Dilakukan spinal anestesi dengan menggunakan jarum
spinal nomor 25 pada subarachnoid kanalis spinalis antara
L3-L4
4. Dilakukan aspirasi setelah LCS tampak keluar melalui
jarum, maka injeksikan bupivacain HCL in dextrose
injection 20 mg.
5. Setelah itu, jarum dicabut, bekas injeksi ditutup dengan
plester.
6. Pasien diminta tidur terlentang diatas meja operasi
7. Setelah pasien tidak memberikan respon sensorik dan
motorik, tindakan operasi dapat dilakukan.
8. Untuk mempertahankan oksigenasi, diberikan oksigen 3
liter/menit
9. Dimonitoring keadaan pasien beserta tanda-tanda vital
setiap 5 menit sekali
10. Jika pada saat operasi penrunan tekanan darah sistole
kurang dari 110 Mmhg, maka dimasukan ephedrin 10 ml.
 Monitoring selama anestesi
Jam Nadi TD SpO2
0 85 147/82 98%
5 85 132/80 98%
10 80 128/80 98%
15 78 128/80 98%
20 80 120/80 98%
25 85 120/80 98%
30 78 125/81 98%
35 80 120/80 98%
40 80 125/78 98%
45 80 120/83 98%
50 85 120/80 98%
55 80 120/82 98%
60 75 127/87 98%
65 78 120/78 98%
70 80 125/87 98%
75 85 120/80 98%
80 78 120/78 98%
85 78 120/80 98%
90 80 120/82 98%

Terapi Cairan Intraoperatif


 Kebutuhan cairaan maintenance:
Kebutuhan cairan basal ialah 2cc x kgBB
Pada pasien : 2 x 50 kg = 100 cc
 KeCbutuhan cairan puasa
Lama puasa x kebutuhan cairan basal
= 8 jam x 100 cc
= 800 cc
Pemberian dalam 3 jam
 Jam 1 = 50 % x 800 cc = 400 cc
 Jam 2 = 25 % x 800 cc = 200 cc
 Jam 3 = 25 % x 800 cc = 200 cc
 Translokasi durante operasi
Operasi trauma sedang (ekstremitas) : ± 4-6 ml/kg BB/ jam
= 5 x 50 cc/jam = 250 cc/jam
Perdarahan selama operasi ± 100 cc
Jam I 70 cc,
Jam II 30 cc (1/2 jam)
Estimated Blood Volume ( EBV ) = 70 cc x 50 kg
= 3.500 cc
Allowed Blood Loss ( ABL ) = 20% x EBV
= 700 cc
Transfusi darah tidak diperlukan, penggantian perdarahan operasi dengan
cairan kristaloid ratio 1:3 = 100cc x 3 = 300cc, Jam I 210 cc, Jam II 90cc
 Pemberian cairan
Jam I : Kebutuhan cairan basal + 50% cairan puasa + kebutuhan cairan
operasi + penggantian perdarahan I
= 100cc + 400cc + 250cc + 210cc = 960cc
Jam II : Kebutuhan cairan basal + 25% cairan puasa + kebutuhan cairan
operasi (1/2 jam) + penggantian perdarahan II
= 100cc + 200cc + 125cc + 90cc= 515cc
Jam III : Kebutuhan cairan basal + 25% cairan puasa
= 100cc + 200cc = 300cc.

Ruang Recovery (Recovery Room)


Pasien masuk ke ruang recovery pukul 14.30 WIB dalam keadaan
mengantuk, kemudian diberikan pemeliharaan O2 3 liter. Bromage skor 2
(pada jam 14.45), pasien dipindahkan ke bangsal dengan Vital Sign (TD
120/70 mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, S 36,2 C).

You might also like