Analisis Rasionalitas Peresepan Obat Di Apotek Rumah Sakit X Pada Bulan Maret 2016

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT

DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET


TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh
NURUL HABIBAH
NIM 1102013221

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran”

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2017

1
2
ANALYSIS OF RATIONAL PRESCRIBING IN “X” HOSPITAL
IN MARCH 2016 AND ACCORDING TO ISLAM

Nurul H1, Lilian B2, Siti Nur R3


1
Student, Medical Faculty of Universitas YARSI
2
Lecture, Medical Faculty of Universitas YARSI
3
Lecture, Islam Religion Medical Faculty of Universitas YARSI
Korespondensi: E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Background: The irrational prescribing is one of the problems in health care in Indonesia. The
irrational prescribing can cause medication errors, increase costs, the possibility of adverse drug
side effects or drug interactions that may inhibit the quality of care. The purpose of this study is to
know the rationality of drug prescribing in March 2016 in hospital X.
Methods: This study assessed a prescribing which admitted in March at X hospital with 384
samples with descriptive analysis design and samples taken by multistage sampling.
Results: The irrational prescribing of 140 (36.4%) and rational prescribe 244 (63.6%). Causes of
irrational prescribing, overprescribing (24.5%), misuse (17.1%), underprescribing (12.1%), wrong
delivery route (1.4%), wrong delivery interval (1.6%), and incomplete prescription (15.3%). While
the form of irrational prescribing, 61 (22.5%) overprescribing, 43 underprescribing (15.8%), 89
(32.8%) polypharmacy.
Conclusion: Rational recipes (63.6%) and irrational prescribing (36.4%). The cause of irrational
prescriptions is highest overuse (24.5%), and the most irrational prescription form is at 103
(30.5%) polypharmacy.

Keyword: rational prescribing, polypharmacy, medication error

3
ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT
DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016 SERTA

Nurul H1, Lilian B2


1
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2
Departemen pendidikan kedokteran Universitas YARSI

ABSTRAK

Latar belakang: Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat
pelayanan kesehatan di Indonesia. Resep yang tidak rasional dapat menyebabkan medication
error, bertambahnya beban pasien, menambah biaya, kemungkinan timbulnya efek samping obat
yang semakin tinggi atau akibat dari interaksi obat yang dapat menghambat mutu pelayanan.
Tujuan penelitian ini diketahuinya peresepan obat rasional di apotek Rumah Sakit X tahun 2016
periode bulan Maret.
Metode penelitian: Penelitian ini menilai resep yang masuk pada bulan Maret di rumah sakit X
dengan 384 sampel dengan desain analisis deskriptif.
Hasil penelitian: Resep yang tidak rasional 140 resep (36,4%) dan resep rasional 244 resep
(63,6%). Penyebab resep tidak rasional dosis berlebih (24,5%), dosis kurang (17,1%), jumlah obat
berlebih (20%), jumlah kurang (12,1%), frekuensi pemberian berlebih (6,4%), frekuensi
pemberian kurang (1.8%), rute pemberian salah (1,4%), interval pemberian salah (1.6%), dan
resep tidak lengkap (15.3%). Sedangkan bentuk resep tidak rasional antara lain, peresepan
berlebih 61 (20,8%), peresepan kurang 43 (14,7%), polifarmasi 89 (30,5%), peresepan mejemuk
59 (20,2%) perepsepan salah (7.5%) dan peresepan mewah 19 (6,5%).
Kesimpulan: Resep rasional (63,6%) dan resep tidak rasional (36,4%). Penyebab dari resep tidak
rasional (36,4%) paling tinggi dosis yang berlebih (24,2%), dan bentuk resep tidak rasional paling
tinggi pada polifarmasi 89 (30,5%).

Kata kunci : Resep rasional, polifarmasi, medication error

dalam memberikan obat kepada


Pendahuluan pasien melalui kertas resep menurut
Menurut peraturan Pemerintah kaidah dan peraturan yang berlaku.
Republik Indonesia No. 72 Tahun Peresepan obat yang ditulis harus
2016 tentang standar pelayanan memenuhi kriteria peresepan obat
farmasi di rumah sakit, resep adalah yang rasional atau penggunaan obat
permintaan tertulis dari dokter atau secara rasional (Simatupang, 2012).
dokter gigi, kepada apoteker baik Menurut Modul obat rasional
dalam bentuk paper maupun yang diterbitkan oleh Kementrian
elektronic untuk menyediakan dan Kesehatan tahun 2011, kriteria
menyerahkan obat bagi pasien sesuai penggunaan obat yang rasional
dengan peraturan yang berlaku. antara lain: (1) tepat diagnosis (2)
Penulisan resep artinya tepat indikasi penyakit, (3) tepat
mengaplikasikan pengetahuan dokter memilih obat, (4) tepat dosis, (5)

4
tepat penilaian kondisi pasien, (6) Penelitian ini menilai resep yang
waspada terhadap efek samping, (7) masuk pada bulan Maret 2016 di
efektif, aman, mutu terjamin, harga rumah sakit X. Sampel yang diambil
terjangkau, tersedia setiap saat, (8) 384 dengan menilai resep pasien
tepat tindak lanjut, (9) tepat rawat jalan pembayaran dengan
dispensing (penyerahan obat) asuransi BPJS, asuransi non BPJS
(KEMENKES, 2011). dan pribadi dengan desain analisis
Namun algoritma dalam deskriptif. Resep dinilai
peresepan yang rasional ini tidak kelengkapannya secara administratif
selalu berjalan dengan baik sehingga dan farmsetik, rasionalitasnya, dan
dapat memicu terjadinya resep yang bentuk resep tidak rasional.
tidak rasional (irasional). Dalam
praktiknya tidak semua dokter Hasil
menulis resep secara rasional. Berdasarkan kelengkapannya resep
Pada tahun 1993, peresepan dibagi resep lengkap dan resep tidak
di Indonesia masih dikategorikan lengkap. Kategori resep lengkap
tidak rasional. Masalah yang terjadi adalah resep yang mengandung
adalah tingginya tingkat polifarmasi seluruh komponennya (administrasi
(3-5 obat per pasien), penggunaan dan farmasetik). Sedangkan resep
antibiotik yang berlebihan (43%), yang tidak lengkap adalah resep yang
serta injeksi yang tidak tepat dan salah satu atau lebih komponennya
berlebihan (10-80%) (Hogerzeil, et tidak terdapat dalam resep. Berikut
al., 1993). Dampak dari resep yang distribusi resep menurut
tidak rasional salah satunya adalah kelengkapannya.
medication error. Medication error Tabel 4.1. Distribusi Resep
adalah suatu kesalahan dalam proses Menurut Kelengkapan
pengobatan yang masih berada dalam Jumlah Persentase
pengawasan dan tanggung jawab
resep
profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan yang seharusnya Resep lengkap 363 94.5%
dapat dicegah (Cohen, et al., 1991).
Salah satu kriteria dari medication Resep tidak 21 5.5%
error adalah prescribing error atau
kesalahan peresepan. lengkap
Penulisan resep yang tidak Jumlah 384 100%
rasional selain menyebabkan
medication error juga menyebabkan
bertambahnya beban pasien,
menambah biaya, kemungkinan Tabel diatas menunjukan resep
timbulnya efek samping obat yang lengkap 94.5% dan hanya 5.5% yang
semakin tinggi atau akibat dari tidak lengkap. Resep tidak lengkap
interaksi obat yang dapat disebabkan kurangnya komponen
menghambat mutu pelayanan administrasi yaitu menuliskan usia
(Renatasari, 2009). pasien dan berat badan pada pasien
anak dalam lembar resep. Resep
Metode

5
yang tidak lengkap ini termasuk kurang 43 (14,7%), polifarmasi 89
dalam resep tidak rasional. (30,5%), peresepan mejemuk 59
(20,2%) peresepan salah 21 resep
Resep dikatakan rasional apabila (7.5%), dan peresepan mewah 19
resep lengkap, tepat dosis, jumlah (6,5%).
obat yang diberikan tepat, frekuensi
pemberian tepat dan interval Pembahasan
pemberian tepat. Sedangkan resep Berdasarkan penelitian yang
tidak rasional adalah resep yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu 363
kurang satu atau lebih dari indikator resep lengkap dan 21 resep tidak
resep rasional diatas. Berikut tabel lengkap. Resep tidak lengkap
distribusi resep rasional dan tidak disebabkan oleh dokter tidak
rasional tertera dalam tabel 4.2. menuliskan usia pasien dan berat
badan pada pasien anak di lembar
Tabel 4.2 Distribusi Resep resep. Hasil ini sesuai dengan
Rasional Dan Tidak Rasional penelitian di Yogyakarta yaitu
penelitian yang dilakukan pada resep
Jumlah Persentase rawat jalan dari rumah sakit di
Yogyakarta didapati bahwa sebanyak
resep
52,4% resep tidak dilengkapi dengan
Rasional 244 63,6 % usia pasien dan hampir 99% tidak
mencatumi berat badan pasien
Tidak 140 36,4% (Dyah, et al., 2010).
Penelitian lain menyatakan
rasional bahwa resep tidak lengkap
Jumlah 384 100 % merupakan salah satu jenis kesalahan
yang sering terjadi. Kesalahan ini
dapat menyebabkan prescribing
error yang merupakan salah satu fase
Resep yang tidak rasional 140 resep medication error (Tajudin SR, et al.,
(36,4%) dan resep rasional 244 resep 2012).
(63,6%). Penyebab resep tidak Dari penelitian yang telah
rasional dosis berlebih 33 (24,5%), dilakukan ditemukan terdapat 140
dosis kurang 24 (17,1%), jumlah resep (36,4%) dikategorikan resep
obat berlebih 28 (20%), jumlah yang tidak rasional dan 244 (63,6%)
kurang 17 (12,1%), frekuensi termasuk resep rasional. Penyebab
pemberian berlebih 9 (6,4%), resep yang tidak rasional di rumah
frekuensi pemberian kurang 3 sakit X paling tinggi disebabkan oleh
(1.8%), rute pemberian salah 2 kesalahan dosis. Kesalahan dosis
(1,4%), interval pemberian salah paling banyak disebabkan dosis
(1.6%), dan resep tidak lengkap 21 berlebih yaitu 33 resep (24,5%) dan
(15.3%). jumlah obat yang diberikan berlebih
terdapat 28 resep (20%). Angka
Sedangkan bentuk resep tidak kesalahan dosis yang tinggi ini sesuai
rasional antara lain, peresepan dengan penelitian lain yang
berlebih 61 (20,8%), peresepan didapatkan bahwa resep dengan dosis

6
yang salah (44; 17,8%) dan waktu serta penulisan aturan pakai yang
pemberian obat yang salah (26; tidak lengkap (Andi, 2012).
10,5%) (Avery, (2011). Bentuk resep tidak rasional
yang di temukan di rumah sakit X
Berbeda dengan peresepan berlebih, yang paling tinggi adalah polifarmasi
peresepan kurang (underprescribing) yaitu 89 dari 384 resep (30,5%).
di rumah sakit X hanya 43 (15.8%) Polifarmasi ini terjadi paling banyak
dari 285 yang termasuk bentuk resep pada pasien di poli jantung.
tidak rasional. Hasil ini sesuai Peresepan pada poli jantung, dokter
dengan penelitian lain yang menuliskan 4 hingga 9 obat dalam
dilakukan di rumah sakit di Perancis satu resep dengan rata-rata 5.3 obat
menunjukkan masalah terkait obat dalam satu resep. Berbeda dengan
yang sering muncul antara lain: penelitian yang dilakukan oleh
pemberian dosis yang sub terapeutik Hogerzeil tingginya tingkat
(19,2%), pemberian obat yang polifarmasi dengan hanya 3.5 obat
kontraindikasi dengan kondisi pasien perpasien (Hogerzeil, et al., 1993).
(21,3%), cara pemberian yang tidak Penelitian lain yang
tepat (20,6 %) dan interaksi obat dilakukan oleh Hajjar (2005), dari
(12,6%) (Lazarou, 2009). 384 pasien, ada 41,4% dengan 5-8
Peresepan berlebih dan obat dan 37,2% lebih dari 9 obat
peresepan kurang termasuk dalam satu resep dan secara
permasalahan terkait obat atau Drug kesulurahan ada 58,6% pasien
Therapy Problems (DTPs). Drug meminum obat yang tidak diperlu
Therapy Problems merupakan (Hajjar, 2005). Sedangkan pada
keadaan yang tidak diinginkan pasien penelitian di Italia tahun 2011, Nobili
terkait dengan terapi obat serta hal- menemukan pasien lanjut usia
hal yang mengganggu tercapainya meminum lebih dari 5 obat yang
hasil akhir yang sesuai dan dapat menyebabkan Adverse Drugs
dikehendaki untuk pasien (Cipolle et Events (ADEs) (Nobili, 2011).
al., 2004). Banyak faktor yang
Penyebab lain resep tidak berperanan menyebabkan irrational
rasional karena kesalahan frekuensi prescribing, faktor ini dapat
pemberian dan rute pemberian. dibedakan dalam 5 komponen yaitu
Frekuensi pemberian dan interval unsur instrinsik sang dokter, unsur
pemberian akan mempengaruhi kelompok kerja dokter, unsur tempat
kepatuhan pasien dalam minum obat. kerja dokter, unsur informasi yang
Kesalahan dalam rute pemberian diterima dokter, dan unsur sosial
akan mempengaruhi farmakokinetik budaya masyarakat (WHO, 2007).
obat dalam tubuh pasien dan Intriksik faktor mencakup
meningkatkan kejadian medication pengetahuan dokter tentang pasien,
error. Karena salah satu penyebab penyakitnya, dan obat yang akan
medication error karena pemberian diresepkannya (Sadikin, 2011).
obat yang salah, dosis yang tidak
rasional (dosis lebih atau kurang),
kesalahan rute penggunaan obat, Kesimpulan

7
Resep tidak rasional paling Depertemen Kesehatan. 2011. Modul
tinggi disebabkan oleh dosis yang Penggunaan Obat Rasional.
berlebih 24,5%, sedangkan paling Jakarta: Depertemen Kesehatan
rendah disebabkan oleh kesalahan Republik Indonesia.
pada rute pemberian 1,4% atau hanya Dyah AP, et al. 2010. Medication
2 resep dari 384 resep yang dinilai. Errors in Outpatients of a
Government Hospital in Yogyakarta.
Kategori paling tinggi yaitu International Journal of
polifarmasi (30,5%) dari 384 resep Pharmaceutical Sciences Review and
terdapat 89 resep polifarmasi. Research.
Polifarmasi didapatkan paling Hajjar, E, et al. 2005. Unnecessary
banyak terjadi pada poli jantung di drug use in frail older people at
rumah sakit X, dimana obat yang hospital discharge. J Am
diresepkan 4 hingga 9 obat dalam 1 Geriatr Soc. 53: 1517-1523.
resep dengan rata-rata 5.3 obat dalam Hogerzeil, H.V, et al. 1993. Field
satu resep. Sedangkan kategori yang Test for Rational Drugs Use in
paling rendah disebabkan peresepan Twelve Develoving Countries.
mewah (6,5%). The Lancet, hal 1408-1410.
Lazarou J et al. 1998. Inciden Of
DAFTAR PUSTAKA Drug Reactions In Hospitalized
Andi, T. 2012. Faktor Penyebab Patients. JAMA. Volume 279
Medication Error di RSUD No 15
Anwar Makkatutu Kabupaten Nobili A, et al. 2011. Polypharmacy,
Bantaeng. Skirpsi, Fakultas Length Of Hospital Stay And
Kesehatan Masyarakat Inpatient Mortality Among
Universitas Hasanudin Elderly Patients In Internak
Makassar. Medicine Wards. Eur J Clin
Avery T., Barber N., et al. 2012. Pharmacol. 67:507-519
Investigating the Prevalence Peraturan Pemerintah Republik
and causes of prescribing Indonesia 2016. Peraturan
Errors in General Practice. Pemerintah Republik Indonesia
United Kingdom: Council Nomor 72/ Tahun 2016
Regulating Doctors Ensuring Tentang Pelayanan Farmasi di
Good Medical Practice Rumah sakit. Kementrian
. Kesehatan Republik Indonesia
Cohen, M.R, Basse., Myers. 1991. Renatasari, AD. 2009. Evaluasi
Causes of Medication Error, penggunaan obat antihipertensi
in: Cohen. M.R, (ed), pada pasien hipertensi dengan
Medication Error. Washington diabetes melitus di instalasi
DC: American Pharmaceutical rumah sakit umum daerah Dr.
Association. Page 230-240. M. Ashari Pemalang tahun
Cipolle, RJ, Strand, LM, Morley, PC. 2008. Univeristas
2004. Pharmaceutical Care Muhamadiyah Surakarta.
Practice The Clinican’s Guide.
McGraw-Hill. New York. Sadikin, Z DJ. 2011. Penggunaan
Obat yang Rasional. Volume

8
61. Nomor 4. J Indon Med
Assoc. Jakarta: Departemen
Farmakologi Universitas
Indonesia.
Simatupang, Abraham. 2012.
Pedoman WHO tentang
Penulisan Resep yang Baik
sebagai Bagian Penggunaan
Obat yang Rasional WHO-
Guide to Good Prescribing as
Part of Rational Drug Use.
Jakarta: Universitas Kristen
Indonesia.
Tajudin SR., Sudirman R., Maidin R.
2012. Faktor Penyebab
Medication Error di Instlasi
Rawat Darurat. Dalam: Jurnal
manajemen pelayan kesehatan.
Volume 15. Nomor 4.
Makassar: Fakultas Kesahatan
Masyrakat Univeristas
Hasanudin Makasar.
World Health Organization. 2002.
Promoting Rational Use of
Medicines: Core Components.
Dalam W. H Organization,
WHO policy Perspective on
Medicine. Geneva: World
Health Organization
World health organization. 2007.
The role of educa-tion in the
rational use of medicine. New
Delhi.

You might also like