Abstract: Exclusive Breastfeeding Is Giving Breastfeeding Course in Infants To The Age of 6 Months
Abstract: Exclusive Breastfeeding Is Giving Breastfeeding Course in Infants To The Age of 6 Months
1 – Januari 2018
Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan di
Posyandu Desa Mulur, Bendosari, Sukoharjo
Relation The Provision Of Exclusive Breastfeeding to Baby Weight Age 6
Months at Posyandu Village Of Mulur,
Bendosari, Sukoharjo
1 2
Dewi Endarwati , Tri Suwarni
Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo
[email protected]
[email protected]
Abstract: Exclusive breastfeeding is giving breastfeeding course in infants to the age of 6 months
without more fluid or other food. Breastfeeding exclusive impact good for babies that is as food single
to meet all needs, increase endurance, anti allergies, increase intelligence and interwoven love. There
are significant differences between the baby growth given breastfeeding exclusive and will not be
breastfeeding exclusive, where babies who are usually dont breastfeeding exclusive growth the weight
faster than babies are breastfed. On central java breastfeeding exclusive scope of 61,59% This is still
far from the national program target of 80%. This study aims to examine the relation of exclusive
breastfeeding on infant weight at 6 months of age at Posyandu Village of Mulur, Bendosari, Sukoharjo.
This study used an observational analytic design with a retrospective approach. The sampling
technique used was purposive sampling with 43 baby samples. The result of the research was
analyzed by using chi square test, the result of exclusive breastfeeding has significant or significant
effect on infant weight of 6 months, this is indicated from the probability value (p value = 0.015) which
2 2
means at the level of accuracy α = 0,05, got value X ≥ X table (6,467 ≥ 5,991). There is relation of
Exclusive breastfeeding to baby weight Age 6 months in Posyandu Village Mulur, Bendosari,
Sukoharjo.
Keywords: Exclusive breastfeeding, babyWeight
Abstrak: ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan
cairan atau makanan lain. ASI eksklusif berdampak baik bagi bayi yaitu sebagai makanan tunggal
untuk memenuhi semua kebutuhannya, meningkatkan daya tahan tubuh, anti alergi, meningkatkan
kecerdasan dan jalinan kasih. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan bayi yang
diberikan ASI eksklusif dan yang tidak diberi ASI eksklusif, dimana bayi yang mendapat non ASI
eksklusif biasanya mengalami pertumbuhan berat badan yang lebih cepat dibandingkan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif. Pada provinsi Jawa Tengah cakupan ASI eksklusif sebesar 61,59%, hal
ini masih jauh dari target program nasional sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan berat badan bayi usia 6 bulan di posyandu Desa Mulur,
Bendosari, Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan
retrospektif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan 43 sampel bayi.
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil pemberian ASI
Eksklusif memiliki hubungan yang signifikan terhadap berat badan bayi Usia 6 bulan, hal ini
ditunjukkan dari nilai probabilitas (p value= 0,015) yang berarti pada taraf ketelitian α = 0,05,
2 2
didapatkan Nilai X ≥ X tabel (6,467 ≥ 5,991). Ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan berat
badan bayi Usia 6 bulan di Posyandu Desa Mulur, Bendosari, Sukoharjo.
Kata kunci : ASI eksklusif, Berat badan bayi
pertumbuhan yang terjadi pada anak, namun sampai 6 bulan, meningkatkan daya tahan
panjang badan, lingkar kepala dan lingkar tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan,
lengan atas juga memiliki signifikansi sebagai meningkatkan jalinan kasih sayang antara bayi
indikator pertumbuhan pada anak (Dewi, 2011 dan ibu. Dalam seri Lancet tahun 2003,
dalam Harjanto, 2016). dinyatakan bahwa 13% dari angka kematian
World Health Assembly menyatakan bahwa balita dapat dicegah dengan pemberian ASI
ASI adalah hak bayi dan Undang-Undang (UU) eksklusif selama 6 bulan dan ditambah lagi
Kesehatan Indonesia juga menyatakan bahwa dengan pengurangan 6% bila setelah 6 bulan
barang siapa yang dengan sengaja kita memberikan ASI dan makanan pendamping
menghalangi ibu untuk memberikan ASI kepada ASI yang tepat (IDAI, 2010).
anaknya akan dihukum. Hal tersebut tertuang Keberadaan susu formula khususnya untuk
dalam UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang bayi usia dibawah 12 bulan seringkali
Kesehatan pasal 128 (1) setiap bayi berhak diasumsikan sebagai ancaman bagi
mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak keberhasilan menyusui. Susu formula bukanlah
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas tandingan ASI, karena tidak ada satupun bukti
indikasi medis, (2) selama pemberian air susu ilmiah yang dapat memperlihatkan bahwa susu
ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah formula dapat menyamakan keunikan
daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu kandungan ASI. Susu formula perlu ditempatkan
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu pada posisi yang semestinya, yaitu bila secara
dan fasilitas khusus, dan Pasal 200 “setiap indikasi medis ibu tidak dapat menyusui bayinya
orang yang dengan sengaja menghalangi (IDAI, 2010).
program pemberian air susu ibu eksklusif Gencarnya promosi susu formula di fasilitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat kesehatan pada kenyataannya masih ada yang
(2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun memberikan susu formula pada ibu post partum
dan denda paling banyak Rp100.000.000,- dengan alasan kolostrum belum keluar. Iklan
(seratus juta rupiah)”. susu formula di Indonesia sudah diatur dalam
Menurut World Health Organization (WHO) kepmenkes 237/MENKES/SK/IV/1997,
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada menyatakan bahwa susu formula bayi (0-4/6
bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan bulan) dan susu formula lanjutan (6-12 bulan)
cairan ataupun makanan lain. ASI dapat hanya dapat dilakukan di media kesehatan yang
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. telah mendapatkan persetujuan menteri (Astutik,
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan 2014).
dianjurkan oleh pedoman internasional yang Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat secara eksklusif sangat bervariasi. Namun, yang
ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun paling sering dikemukakan yaitu ASI tidak
negara (WHO, 2011 dalam Harjanto, 2016). cukup, ibu bekerja dengan cuti tiga bulan, takut
Pemberian ASI eksklusif memberi dampak ditinggal suami, tidak diberi ASI tetap berhasil
baik bagi bayi yaitu sebagai makanan tunggal jadi orang, bayi akan tumbuh menjadi anak yang
untuk memenuhi semua kebutuhannya, tidak mandiri dan manja, susu formula lebih
meningkatkan daya tahan tubuh bayi, sebagai praktis, serta takut badan tetap gemuk (Roesli,
anti alergi, meningkatkatkan kecerdasan dan 2000 dalam Astutik, 2014).
meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, Selain itu masalah pemberian ASI terkait
2005 dalam Atiqa, 2016). Hal ini sejalan dengan masih rendahnya pemahaman ibu,
dengan riset WHO pada tahun 2005 keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak
menyebutkan bahwa 42 persen penyebab sedikit ibu yang masih membuang kolostrum
kematian balita di dunia terbesar adalah karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang,
malnutrisi (58%), sedangkan riset WHO pada kebiasaaan memberikan makanan dan atau
tahun 2000 menyebutkan bahwa kurang dari minuman secara dini pada sebagian masyarakat
15% bayi di seluruh dunia diberikan ASI juga menjadi pemicu dari kurang berhasilnya
eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian ASI Eksklusif, ditambah lagi dengan
memberikan makanan pendamping ASI tidak kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu
sesuai dan tidak aman (Atiqa, 2016). untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Air Susu mendorong ibu untuk lebih mudah
Ibu (ASI) adalah makanan alamiah bagi bayi menghentikan pemberian ASI dan
manusia sebagaimana air susu mamalia lain menggantikannya dengan susu formula (Novita,
adalah alamiah bagi keturunannya. Manfaat ASI 2011).
yang besar tidak hanya didapat saat masa bayi Menurut grafik pada KMS bayi yang
tetapi juga dalam tumbuh kembang anak mendapat ASI eksklusif akan tumbuh lebih
diantaranya sebagai makanan tunggal untuk lambat sebelum usia 4 sampai 6 bulan. Bayi
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi yang mendapat susu formula akan tumbuh lebih
cepat setelah 6 bulan, dan seringkali hal ini memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 ibu,
dihubungkan dengan risiko obesitas di sedangkan ada 4 ibu yang memberikan non ASI
kemudian hari. Berdasarkan Survei Kesehatan eksklusif. Grafik berat badan pada buku KMS
dan Nutrisi Nasional III di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 2 bayi yang diberikan ASI
didapatkan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai berat badan dengan gizi
eksklusif selama 4 bulan (saat itu batasan ASI baik sebanyak 1 bayi, 1 bayi memiliki berat
eksklusif 4 bulan), pada usia 8-11 bulan, badan dengan gizi lebih. Sedangkan 4 bayi
mempunyai rerata berat badan, panjang badan yang non ASI eksklusif memiliki berat badan
dan lingkar lengan atas lebih rendah dibanding yang berlebih. Berdasarkan hal tersebut maka
yang mendapatkan susu formula. Namun pada bayi yang non ASI eksklusif lebih cepat
bayi yang mendapat ASI eksklusif akan terjadi mengalami pertambahan berat badan
catch up growth (tumbuh kejar), sehingga pada dibandingan bayi yang diberi ASI eksklusif.
usia 5 tahun tidak didapatkan perbedaan antara Maka dari itu, pemberian ASI eksklusif
bayi yang mendapat ASI dengan bayi yang maupun non ASI eksklusif sangat
mendapat susu formula (IDAI, 2010). mempengaruhi berat badan bayi. Berdasarkan
hal tersebut peneliti tertarik meneliti tentang
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
Status Gizi Anak berdasarkan Indeks berat badan bayi usia 6 bulan.
Kategori Ambang Batas Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
Indeks
Status Gizi ( Z-Score) hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
Berat Gizi Buruk <-3 SD berat badan bayi usia 6 bulan di posyandu Desa
Badan Gizi Kurang -3 SD sampai Mulur, Bendosari, Sukoharjo.
menurut dengan <-2 SD
Umur Gizi Baik -2 SD sampai II. METODE PENELITIAN
(BB/U) dengan 2 SD Penelitian ini menggunakan desain
Anak Gizi Lebih observasional analitik tanpa memberikan
umur 0-60 >2 SD intervensi pada variabel yang diteliti dan untuk
Bulan mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
Sumber : Kepmenkes RI, 2010 variabel secara observasional. Penelitian ini
menggunakan pendekatan retrospektif yaitu
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun penelitian yang mengidentifikasi berat badan
(2015) menunjukkan cakupan ASI eksklusif di untuk melihat hubungan pemberian ASI
Indonesia sebesar 55,7%. Angka jelas belum Eksklusif yang terjadi di masa lampau. Populasi
mencapai target program nasional yang dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 7-
mewajibkan cakupan ASI eksklusif hingga 12 bulan yang terdaftar di desa Mulur yaitu
80%. Sedangkan di Jawa Tengah, bayi umur 0- sejumlah 51 bayi. Sampel diambil sebesar 43
6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif bayi.
61,59% dan yang tidak ASI eksklusif 43,9%. Di
Kabupaten Sukoharjo sampai akhir tahun 2015 III. HASIL PENELITIAN
terdapat 63,4% bayi yang diberikan ASI 1. Karakteristik Responden
eksklusif dan 36,6 % bayi yang tidak diberikan a. Umur
ASI eksklusif. Di wilayah puskesmas Bendosari Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
sampai akhir tahun 2014 terdapat 406 bayi, berdasarkan umur saat ini
terdapat 258 bayi ASI eksklusif atau 63,5% Umur Frekuensi %
terdapat 148 bayi yang tidak ASI eksklusif atau 7 bulan 6 14 %
36,5%. 8 bulan 4 9.3 %
Penelitian sebelumnya ditemukan bahwa 9 bulan 3 7%
terdapat perbedaan yang signifikan antara 10 bulan 10 23.3 %
pertumbuhan bayi yang diberikan ASI eksklusif 11 bulan 5 11.6 %
dan yang tidak diberi ASI eksklusif, dimana bayi 12 bulan 15 34.9%
yang mendapat non ASI eksklusif biasanya Jumlah 43 100 %
mengalami pertumbuhan berat badan dan
Sumber : Data Primer, 2017.
panjang badan yang lebih cepat dibandingkan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
bahwa umur responden saat ini yang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada
terbanyak adalah 12 bulan, yaitu 34,9 %,
tanggal 15 Maret 2017 di Desa Mulur,
sedangkan paling rendah pada umur 9
Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo
bulan, yaitu 7%.
terdapat data balita yang usia 7-12 bulan
b. Jenis Kelamin
sebanyak 51 jiwa. Data wawancara dari 6 ibu
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan yang
berdasarkan jenis kelamin
Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM (2001) Terlihat 27,9% ibu tidak memberikan ASI
pada bayi usia 6 bulan rata-rata berat eksklusif kemungkinan disebabkan oleh
badannya 5,8 – 7,8 kg sehingga dari hasil faktor pengaruh orang lain (orangtua, suami,
penelitian ini menunjukkan variasi berat tetangga), pengaruh iklan susu formula dan
badan yang menunjukkan status gizi bayi makanan pendamping ASI, dan
tersebut. Menurut Depkes RI (2010) dalam kesibukan/pekerjaan ibu.
penelitian Atiqa (2016) pada bayi usia 6 Menurut Roesli (2005) dalam penelitian
bulan rata-rata berat badannya 5,9 – 7,4 kg. Atiqa (2016) pemberian ASI eksklusif
Sedangkan menurut Kepmenkes RI (2010) memberi dampak baik bagi bayi yaitu
untuk menentukan status gizi khususnya sebagai makanan tunggal bagi untuk
berat badan menggunakan kategori dan memenuhi semua kebutuhannya,
ambang batas berdasarkan indeks Berat meningkatkan daya tahan tubuh bayi,
badan / Umur (BB/U) yang digunakan sebagai anti alergi, meningkatkatkan
sebagai salah satu indikator status gizi kecerdasan dan meningkatkan jalinan
karena sifat berat badan yang stabil, maka kasih sayang.
indeks BB/U menggambarkan status gizi Hal ini sejalan dengan penelitian Munir
pada saat ini. Kisaran rata-rata berat badan (2007) terdapat 16 bayi (50%) yang diberi
bayi usia 6 bulan pada bayi laki-laki yaitu 6,4 ASI eksklusif dan 16 (50%) bayi tidak ASI
– 9,8kg sedangkan pada bayi perempuan eksklusif, dari data tersebut terlihat
yaitu 5,7 – 9,3 kg. persentase yang sama. Tingginya pemberian
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis ASI tersebut karena pemerintah terus
kelamin memberikan motivasi kepada tenaga
Jenis kelamin dalam penelitian adalah kesehatan dalam penerapan praktek
laki-laki dan perempuan. Penelitian ini pemberian ASI eksklusif di RSU, RS swasta,
menunjukkan mayoritas berjenis kelamin Bidan praktek mandiri, dan masyarakat.
laki-laki sebanyak 55,8 %, sedangkan yang Rendahnya pemberian ASI eksklusif
berjenis kelamin perempuan sebanyak 44,2 disebabkan oleh kemungkinan faktor
%. pengaruh orang lain yang lebih dominan
Dari 43 responden dalam penelitian ini misalnya orangtua, suami, tetangga, petugas
terlihat bahwa bayi laki-laki lebih dominan kesehatan sendiri yang kurang tepat
memiliki gizi baik dan gizi lebih dibanding memberikan nasehat mengenai ASI dan
bayi perempuan. Menurut hasil wawancara menyusui, pengaruh iklan susu buatan dan
pada ibu hal ini disebabkan bayi laki-laki makanan pendamping ASI, dan motivasi ibu
mengkonsumsi ASI maupun PASI lebih berkurang karena kesibukan/pekerjaan ibu.
banyak dan sering. 4. Berat badan bayi usia 6 bulan
Hal ini sesuai dengan teori Satoto (1990) Berat badan pada bayi digunakan
dalam Widyastuti (2009) masa pacu tumbuh sebagai salah satu indikator untuk
(Growth Spurt) pada anak laki-laki lebih menentukan status gizi bayi tersebut. Status
besar dibanding dengan anak perempuan. gizi BB/U menurut Kepmenkes (2010) dibagi
Hal ini memperlihatkan bahwa anak laki-laki kedalam 4 kategori yaitu gizi buruk, gizi
cenderung memiliki tumbuh kembang yang kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Berat badan
lebih baik dibanding anak perempuan karena bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bayi laki-laki beraktivitas lebih banyak kelebihan makan, aktifitas fisik, keluarga,
sehingga seimbang dengan konsumsi genetik, pola konsumsi makanan, status
nutrisinya. sosial ekonomi, dan lingkungan.
3. Pemberian ASI Eksklusif Menurut Berg (1989) dan Kodyat (1998)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari dalam penelitian Widyastuti (2009)
43 bayi usia 7-12 bulan, diberi ASI eksklusif pentingnya mengontrol berat badan bayi
sebanyak 31 bayi (72,9%) dan bayi non ASI yaitu untuk mengetahui pertumbuhan bayi,
eksklusif sebanyak 12 bayi (27,9%). Dari jika pertumbuhan tidak dikontrol
data tersebut jelas terlihat bahwa pemberian kemungkinan akan berdampak gizi kurang
ASI eksklusif lebih dominan dibanding non yang berpengaruh terhadap perkembangan
ASI eksklusif. Tingginya pemberian ASI mental, perkembangan jasmani,
eksklusif tersebut disebabkan karena Dinas produktivitas kerja yang kesemuanya akan
Kesehatan setempat terus memberikan mempengaruhi potensi ekonomi manusia
motivasi dan menggalakkan program ASI pada masa dewasa. Kekurangan zat gizi
eksklusif kepada masyarakat melalui tenaga pada umur dini mempunyai sangat besar
kesehatan dan kader di setiap kegiatan terhadap kejadian penyakit degeneratif pada
posyandu maupun kegiatan lainnya. masa dewasa yang justru merupakan umur
produktif.
Hasil penelitian berat badan bayi Usia 6 besar, anak yang obesitas biasanya berasal
bulan sebagian besar memiliki status gizi dari keluarga yang obesitas. Obesitas
baik yaitu 27 bayi (62,8%), status gizi kurang sudah dapat terjadi sejak bayi.
sebanyak 2 bayi (4,6%), dan status gizi lebih Hal ini sejalan dengan penelitian
sebanyak 2 bayi (4,6%). Dari hasil penelitian Puspitasari (2014) bahwa ada bayi dengan
yang dilakukan, bayi yang diberi ASI status gizi lebih walaupun diberikan ASI
eksklusif memiliki status gizi lebih baik eksklusif. Hal ini disebabkan oleh faktor
dibandingkan bayi yang non ASI eksklusif. genetik sebagai salah satu penentu dari
Hal ini menunjukkan banyak ibu yang status gizi pada bayi dan anak karena
memberikan ASI eksklusif sehingga 62,8% umumnya pada anak dengan status gizi lebih
bayi memiliki status gizi baik. atau obesitas besar kemungkinan
Hal ini sesuai teori Acandra (2009) dalam dipengaruhi oleh orangtuanya.
penelitian Atika (2014) bahwa ASI 5. Pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan
merupakan makanan yang paling cocok berat badan bayi usia 6 bulan
untuk bayi karena mempunyai nilai gizi Dengan uji Chi Square digunakan untuk
yang paling tinggi dibandingkan makan an mengetahui hubungan pemberian ASI
bayi yang dibuat oleh manusia ataupun eksklusif terhadap berat badan bayi usia 6
susu yang berasal dari hewan, seperti susu bulan di posyandu Desa Mulur, Bendosari,
sapi, susu kerbau atau susu kambing. Sukoharjo didapatkan nilai probabilitas (p
Sedangkan menurut Prasetyono (2009) value = 0,015) yang berarti pada taraf
dalam penelitian Atika (2014) ASI ketelitian ɑ = 0,05 (tingkat keyakinan 95%,
mengandung zat gizi berkualitas tinggi df=(3-1) x (2-1) = 2 diperoleh nilai tabel =
berguna untuk pertumbuhan dan 5,991), hasil pengujian dengan chi square
2 2
perkembangan bayi dan mengandung didapatkan Nilai X ≥ X tabel (6,467 ≥
komposisi sesuai kebutuhan yang 5,991) maka dapat disimpulkan bahwa ada
diperlukan bayi. Maka bayi yang diberi hubungan pemberian ASI Eksklusif terhadap
ASI eksklusif cenderung memiliki status berat badan bayi Usia 6 bulandi Posyandu
gizi yang baik karena disebabkan gizi yang Desa Mulur, Bendosari, Sukoharjo.
cukup yang diperoleh bayi dalam ASI. Perbedaan ini terlihat dari hasil
Terdapat 2 bayi (4,6 %) dengan gizi analisis univariat, dimana bayi dengan
kurang walupun sudah diberi ASI eksklusif. status gizi baik, lebih banyak terjadi pada
Hasil wawancara pada ibu hal ini disebabkan bayi yang diberikan ASI eksklusif sejumlah
karena pada saat itu bayi sedang mengalami 27 bayi (62,8%) dibandingkan bayi yang non
batuk pilek sehingga berat badan bayi turun ASI eksklusif sejumlah 2 bayi (9,3%). Ini
dari bulan sebelumnya. Hal ini sesuai menunjukkan dengan diberikannya ASI
dengan teori Supariasa (2002) bayi yang eksklusif pada bayi dapat berpengaruh
sedang sakit maka gizi yang dimakannya terhadap pertumbuhannya atau berat bayi
akan digunakan terlebih dahulu untuk lebih baik dibandingkan bayi yang non ASI
mengatasi berbagai penyakit tadi, kemudian eksklusif. Dikarenakan pada usia 0-6 bulan
sisanya baru digunakan untuk pertumbuhan ASI eksklusif sangat dibutuhkan, karena
dan perkembangannya sehingga bayi sIstem pencernaan belum sempurna,
tertentu terhambat dalam peningkatan berat makahanya ASI lah yang menjadi makanan
badan/tumbuh kembangnya. Penyakit infeksi terbaik baginya. Berarti hal ini sesuai dengan
seperti ISPA/pneumonia menyebabkan balita teori dalam penelitian Atika (2014), bahwa
tidak mempunyai nafsu makan dan pemberian makanan selain ASI pada bayi
mengakibatkan kekurangan gizi. yang berumur < 6 bulan, dapat
Hal ini sejalan dengan penelitian menyebabkan alergi atau bayi mengalami
Puspitasari (2014) bahwa masih ada bayi penyakit seperti diare, itu terjadi karena
dengan status gizi kurang walaupun pencernaan bayi belum siap untuk menerima
diberikan ASI eksklusif. Hal ini disebabkan makanan selain ASI.
karena berbagai faktor misalnya ditimbulkan Pudjiadi (2003) dalam penelitian
oleh penyakit infeksi, seperti ISPA dan diare. Widyastuti (2009) menyatakan bahwa ASI
Terdapat 2 bayi (4,6%) dengan gizi lebih yang mengandung semua zat gizi untuk
walaupun sudah diberi ASI eksklusif. Hal ini membangun dan penyediaan energi dalam
disebabkan karena faktor genetik dapat susunan yang diperlukan. ASI tidak
dilihat dari orangtuanya dengan berat badan memberatkan fungsi traktus digestivus dan
berlebih/obesitas. Hal ini sesuai dengan teori ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi
dalam penelitian Febriyani (2009) yang yang baru lahir, serta menghasilkan
menyatakan bahwa parenteral fatness pertumbuhan fisik yang optimum. Hal ini
merupakan faktor genetik yang berperan sejalan dengan penelitian ini bahwa bayi
IDAI. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : Munir, M. 2007. Pengaruh Pemberian Asi
Badan Penerbit IDAI. Eksklusif Terhadap Berat Badan Bayi
Umur 4 – 6 Bulan (Di Wilayah Kerja
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban).
2009. Undang Undang Ri Nomor 36
Skripsi. STIKES NU Tuban
Tahun 2009 Tentang Kesehataan.
Novita, RVT. Keperawatan Maternitas. 2011.
_________. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Bogor : Ghalia Indonesia
Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/XII/2010 tentang Standar Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi.
Antopometri Penilaian Status Gizi Anak. Kedokteran EGC. Jakarta.
________. 2015. Profil kesehatan Indonesia Widyastuti, E. 2009. Hubungan Riwayat
Tahun 2015. Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status
Gizi Bayi 6-12 Bulan. Nusa Tenggara
Lestarini, A. 2014. Hubungan Antara Stimulasi
Barat. Tesis. Fakultas Kesehatan
Dan Status Gizi Dengan Perkembangan
Masyarakat Program Pasca Sarjana
Anak Usia 3-4 Tahun. Padang. Skripsi.
Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.