Independent PDF
Independent PDF
Independent PDF
ABSTRACT
This research is aimed to examine the influence of expertise, independence, and ethics to the auditor quality. The
research object is the auditor in public accountant firm in Surabaya. The sources of primary data in this research
response to the questionnaires which have been issued to the auditors. This research is an empirical research in
which the sample collection method is based on the consideration (judgment sampling) i.e. the sample collection
has been done by using predetermined criteria, so 30 respondents have been selected as samples. The form of the
questionnaires which have been used in this research is closed questionnaire. The analysis technique has been
done by using multiple regression analysis. In this research, there are six variables which consist of five
independent variables i.e. expertise, independence, and ethics and one dependent variable i.e. auditor quality.
Based on the result, it can be concluded that partially expertise, independence, and ethics have positive and
significant influence to the auditor quality. and it is supported by the determination coefficient which indicates
that expertise, independence, and ethics give influence to the dependent variable (auditor quality)
simultaneously is 53.9%, whereas the remaining 46.1% is influenced by other factors.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keahlian, independensi, dan etika terhadap kualitas
Auditor. Obyek penelitian adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya. Sumber
data primer dalam penelitian ini merupakan jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada auditor.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan metode pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yakni pengambilan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan,
sehingga diperoleh sampel sebesar 30 responden. Adapun bentuk dari kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Teknik analisi menggunakan analisis regresi
berganda. Pada penelitian ini terdapat enam variabel, yang terdiri dari lima variabel independen,
yaitu keahlian, independensi, dan etika dan satu variabel dependen, yaitu kualitas hasil auditor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keahlian, independensi, dan etika memiliki
pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kualitas auditor. serta didukung nilai
koefisien determinasi yang menunjukkan bahwa keahlian, independensi, dan etika secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependen (kualitas audit) sebesar 53,9%, sedangkan sisanya 46,1%
dipengaruhi oleh faktor lain.
PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat
mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak
terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan
(Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan auditor independen yang
menjual jasanya kepada masyarakat umum, khususnya dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan (kliennya). Akuntan publik adalah akuntan yang
telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di
Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang penetapan Institut Akuntan Publik Indonesia.
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
2
Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), asosiasi profesi yang diakui pemerintah. Salah satu misi Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) adalah untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode
etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah
memberikan tanggung jawab kepada dewan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
IAPI untuk mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi
yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Laporan keuangan
memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini dikarenakan laporan keuangan dapat
mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat menentukan
keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan perusahaan pasti
membutuhkan jasa dari seorang akuntan publik (auditor) untuk memeriksa laporan
keuangan tersebut. Yang bertujuan untuk menentukan antara lain, apakah catatan akutansi
itu akurat dan lengkap, apakah disusun sesuai dengan ketentuan PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan), dan apakah laporan yang disiapkan dari data menyajikan posisi
keuangan dan hasil usaha keuangan secara wajar. Seorang akuntan publik (auditor) pada
penelitian ini tergolong auditor eksternal yang memberikan jasa untuk melakukan
pemeriksaan berkala terhadap pembukuan dan catatan dari suatu entitas, untuk memastikan
bahwa catatan-catatan telah diperiksa dengan baik, akurat, dan sesuai dengan konsep yang
mapan, prinsip, standar akuntansi, persyaratan hukum dan memberikan pandangan yang
benar dan wajar keadaan keuangan badan atau klien.
Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan
kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan ditemukannya
kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan. Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai
informasi untuk menetukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens et al., 2011:4). Semakin meluasnya kebutuhan
jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang independen, profesi akuntan publik
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan opini audit yang dapat
dihandalkan bagi para pihak yang berkepentingan.
Seorang akuntan publik dalam melakukan audit atas laporan keuangan tidak hanya
bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien
dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya. Akuntan publik dituntut untuk
mempunyai sikap independensi dan kompetensi yang memadai. Akuntan publik bertugas
untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan dari klien dan tidak memihak
kepada siapapun dikarenakan akuntan publik tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari
klien tetapi juga pihak ketiga.
Seringkali kepentingan klien dan pihak ketiga bertentangan atau dengan kata lain
terjadi konflik audit. Ketika terjadi situasi seperti itu auditor dituntut untuk dapat
mempertahankan kepercayaan kliennya dan pihak ketiga dengan mempertahankan
independensinya. Kualitas audit telah menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Banyak
kritik dari pemakai laporan keuangan, pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya
tentang kualitas jasa audit. Kritik-kritik tersebut memberikan sinyal yang mengindikasikan
adanya ketidakpuasan terhadap kualitas jasa profesi akuntan, sehingga banyak tekanan dari
pihak luar untuk memonitor pekerjaan dan peningkatan kualitas audit.
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang saat ini melibatkan
profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi akuntan disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan
etika. Perilaku tidak etis adalah isu yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Di Indonesia,
isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 10, Oktober2017 ISSN : 2460-0585
3
etika, baik yang dilakukan akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah.
Pengembangan dan kesadaran etik/moral mempunyai peran kunci dalam semua lingkup
profesi akuntansi.
Independensi auditor dengan jelas disebutkan didalam kode etika dan didalam
norma pemeriksaan akuntan. Independensi harus ditafsirkan sebagai bebas dari bujukan,
pengaruh, pengendalian klien atau siapapun yang mempunyai kepentingan dengan audit.
Profesi akuntan di harapkan sebagai pihak netral yang tidak berpihak kepada siapapun,
senantiasa meningkatkan dan ,mengendalikan mutu.Tanpa menggunakan jasa auditor
(Akuntan Publik) akan sulit meyakini bahwa laporan keuangan yang dibuat telah benar dan
dapat dipercaya. Profesi akuntan publik adalah profesi yang dapat dipercaya oleh
masyarakat.
Menurut DeAngelo dalam Komalasari (2003) ukuran auditor berhubungan positif
dengan kualitas auditor. Economics of scale Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan
memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan Security and Exchange Commission
(SEC) Sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. KAP
diklasifikasikan menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP The
Big Five, dan kantor akuntan publik lainnya. Auditor beroperasi dalam lingkungan yang
berubah, ketika biaya keagenan tinggi, manajemen mungkin berkeinginan pada kualitas
audit yang lebih tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan, hal ini bertujuan untuk
mengurangi biaya pemonitoran.
Tidak adanya independensi menjadi penyebab terbesar masalah ini, dikarenakan
setelah diteliti dengan seksama sabagaian besar staf audit internal Enron merupakan berasal
dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Andersen. Apapun penyebabnya, Andersen telah gagal
dalam melaporkan ketidaklayakan sistem akuntansi di Enron dan juga menurunkan kualitas
audit di mata masyarakat. Terungkapnya kasus Enron pada Desember 2001, perusahaan
energi raksasa (penyalur gas alam dari pipa) yang berpusat di Houston, Texas, telah menipu
para investor dengan cara menggelembungkan profitabilitas perusahaan. Pada saat direview
kembali, ternyata Enron tidak sendiri dalam kasus ini, tampak bahwa Athur Andersen,
Kantor Akuntan Public (yang pada saat itu KAP No. 1 di dunia) yang dinilai tidak
kehilangan obyektivitasnya dalam memeriksa metode akuntansi Enron. Beberapa kasus
dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan
adanya skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, World
com, Walt Disney, Merck, dan Typo.
Faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik adalah hubungan
keuangan dengan klien, kedudukan di perusahaan, keterlibatan dalam usaha yang tidak
sesuai, pelaksanaan jasa lain untuk klien audit, hubungan keluarga dan pribadi, imbalan
atas jasa professional, penerimaan barang atau jasa dari klien, pemberian barang atau jasa
kepada klien. Kasus lain yang belum lama terjadi yakni skandal keuangan Olympus Corp.
Sebuah perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal jepang, yang terungkap
pada akhir tahun 2011. Perusahaan Olympus telah menyembunyikan kerugian dengan
menganggapnya sebagai aset dari tahun 1990-an. Kasus ini mencuat setelah dewan Olympus
memecat CEO, Michael C. Woodford, yang baru menjabat enam bulan, karena mendesak
dilakukannya penyelidikan internal terkait transaksi yang mencurigakan biaya advisory
(penasihat keuangan) sebesar 687 juta dollar AS atas transaksi akuisisi senilai 2,2 miliar
dollar AS. Setelah dipecat, Woodford membeberkan dokumen yang berisi besarnya biaya
penasihat keuangan yang dibayar Olympus untuk mengakuisisi perusahaan alat kesehatan
asal Inggris, Gyrus pasa tahun 2008 lalu. Reuters mencatat biaya 687 juta dollar AS (sekitar 6
triliun rupiah) itu sebagai biaya penasihat keuangan terbesar yang pernah ada. Jumlah biaya
yang dikeluarkan Olympus itu mencapai sepertiga dari total nilai akuisisinya, hampir 30 kali
lipat dari biaya advisory yang biasanya berlaku di pasar modal, sekitar 1 sampai 5 persen.
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
4
TINJAUAN TEORETIS
Etika Profesional
Boyton et al. (2002:101) Etika professional meliputi perilaku bagi seseorang
professional yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan praktis dan idealistis. Sedangkan
kode etik professional yang dirancang sebagai bahan untuk mendorong perilaku yang ideal.
Enam prinsip dalam kode etik dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Tanggung jawab 2)
Kepentingan publik 3) Integritas 4) Objektifitas dan independensi 5) Kecermatan atau
keseksamaan 6) Lingkup dan jasa
Definisi Audit
Definisi auditing yang berasal dari The Report of the Commitee on Basic Auditing
Concepts of the American Accounting Association yang dikutip oleh Boyton et al. (2002:113)
sebagai berikut: “Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan
dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai
yang berkepentingan”
Menurut Arens et. al. (2008) auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi
itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten
dan independen. Sedangkan Agoes (2007) mendefinisikan auditing yaitu sebagai berikut:
“Pemeriksaan (Auditing) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 10, Oktober2017 ISSN : 2460-0585
5
sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Beberapa karakteristik audit dari definisi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti atau informasi. 2)
Adanya bukti audit (evidance) yang merupakan informasi atas keterangan yang digunakan
oleh seorang auditor untuk menilai tingkat kesesuaian informasi. 3) Adanya tingkat
kesesuaian dengan kriteria tertentu. 4) Kriteria yang telah ditentukan adalah standar-standar
yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. 5) Audit harus
dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk melakukan
audit. Seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha
yang diperiksanya. 6) Adanya pelaporan dan pengkomunikasian hasil audit kepada pihak
yang berkepentingan melalui laporan tertulis yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. 7) Pihak-pihak berkepentingan adalah mereka
yang menggunakan temuan-temuan auditor.
Menurut Mulyadi (2009:9) suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-penyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan-
penyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan proses pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen atas laporan keuangan beserta catatan-catatan akuntansi perusahaan untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang peristiwa ekonomi dengan
menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang dibuat dengan kriteria yang ditetapkan,
kemudian hasilnya dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Jenis-Jenis Auditor
Mulyadi (2009:28-29) mengemukakan Akuntan publik dikelompokkan menjadi tiga
jenis (tiga golongan) antara lain: 1) Auditor Independen, yaitu auditor profesional yang
memberikan jasanya kepada masyarakat umum, terutama di bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. 2) Auditor Pemerintah, yaitu auditor profesional yang
bekerja di instansi pemerintah yang diberi tugas pokok melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukkan kepada pemerintah. 3) Auditor Internal,
yaitu auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun perusahaan
Swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi. Pada dasarnya layanan atau jasa yang diberikan oleh para auditor di setiap
cabang auditing diatas adalah sama, kini setiap cabang telah terpisah dan mempunyai
tanggung jawab yang berbeda-beda dengan tingkat kebebasan yang berbeda.
Jenis-Jenis Audit
Akuntan Publik melaksanakan tiga tipe audit utama : audit atas laporan keuangan,
audit operasional dan audit kepatuhan. Dua jenis jasa audit yang terakhir sering kali
dinamakan sebagai audit aktivitas, meskipun kedua jenis audit tersebut sangat mirip dengan
jasa assurance dan jasa atestasi. Mulyadi (2009:30) auditing pada umumnya digolongkan
menjadi 3 yaitu: 1) Audit laporan Keuangan (Financial Statement Audit), yaitu audit yang
dilakukan auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan kliennya untuk
menyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. 2) Audit Kepatuhan
(compliance audit), yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian data yang
diauditnya dengan kondisi dan peraturan tertentu. 3) Audit Opersional (Operational Audit),
yaitu review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya, dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu.
laporan auditor yang dibuatnya. 10) Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan
dalam laporan auditor. Jika tidak menyatakan suatu pendapat secara keseluruhan, maka
auditor harus menyatakan alasan yang mendasari dalam laporan auditor.
Independensi
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak biasa dalam
melakukan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting seorang auditor dan
merupakan dasar prinsip integritas dan objektivitas. Banyak definisi mengenai independensi
yang dikemukakan oleh para pakar akuntansi. Umumnya definisi-definisi tersebut berbeda
satu dengan lainnya dan perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan sudut pandang masing-
masing pakar yang gilirannya mengakibatkan perbedaan cakupan makna independensi.
Mulyadi (2009:26-27) Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
Independensi juga berarti kejujuran dalam diri seorang auditor dalam mempertimbangan
fakta dan adanya pertimbangan yang obyektifitas dan tidak memihak dalam diri auditor
didalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dalam buku Standar Profesi Akuntan
Publik 2001 seksi 220 PSA No. 04 alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum
(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak di
benarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya,
bagaimana sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak
memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang menegakkan
independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan
yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang ditemukan dalam
pemeriksaan.
Arens dan Loebbecke (2003) dalam Indah (2010) mendefinisikan dalam independensi
dalam pengauditan sebagai “pengguna cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan
penguji audit, evaluasi hasil pengujian tersebut dapat pelaporan hasil temuan audit”, selain
itu Arens dan Loebbecke (2003) dalam Indah (2010) mengkategorikan independensi kedalam
dua aspek yaitu: independensi dalam kenyataan (independence in fact) dan independensi
dalam penampilan (independence in appearance). Independensi dalam kenyataan ada apabila
akuntan publik (auditor) berhasil mempertahankan sikap yang tidak bias selama audit,
sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil dari persepsi pihak lain terhadap
independensi akuntan publik (auditor).
Buku “The phylosophy of Aditing” karya Mautz dan Sharaf yang dikutip oleh Sawyer,
et al. (2006) memberikan beberapa indikator independensi profesional bagi akuntan publik,
sebagai berikut: 1) Independensi dalam Program Audit, di antaranya bebas dari intervensi
manajerial dalam program audit, bebas dari segala intervensi dalam prosedur audit, bebas
dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang diisyaratkan untuk
sebuah proses audit. 2) Independensi dalam Verifikasi, di antaranya bebas dalam mengakses
semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengn audit yang dilakukan,
mendapat kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit, bebas
dari usaha manajerial yang berusaha membatasi perolehan barang bukti, bebas dari
kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit. 3) Independensi dalam Pelaporan,
di antaranya bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikan dari fakta-
fakta yang dilaporkan, bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan
dalam laporan audit, menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara
sengaja ataupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
8
interprestasi auditor, bebas dari segala usaha untuk mentiadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai independensi di atas, terdapat satu
kesepakatan bahwa independensi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh auditor.
Terdapat berbagai jenis independensi, tetapi dapat disimpulkan bahwa independensi yang
dapat disimpulkan bahwa independensi yang kelihatan dan penilaian terhadap
independensi yang kelihatan ini selalu berkaitan dengan hubungan yang dapat dilihat serta
diamati antara auditor dan kliennya (Indah, 2010).
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek
akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Auditor harus
independen dari setiap kewajiban atau independen dari kepemilikan kepentingan dalam
perusahaan yang diauditnya. Auditor tidak hanya berkewajiban untuk mempertahankan
sikap mental independen, tetapi auditor juga dapat menghindari keadaan-keadaan yang
dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian,
disamping auditor harus independen auditor juga harus menimbulkan presepsi dikalangan
masyarakat atau pihak yang berkepentingan lainnya bahwa ia benar-benar independen
dalam melaksanakan tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan suatu entitas.
Persyaratan umum mengenai independensi auditor melarang para auditor untuk terlibat
dalam aktivitas audit disuatu entitas bilamana terdapa konflik kepentingan yang belum
terselesaikan yang berkaitan dengan entitas tersebut. Mengabaikan konflik kepentingan
bukan merupakan alasan yang dapat diterima. Kantor Akuntan Publik diharuskan memiliki
system pengendalin mutu dan menerapkannya, sehingga akan menjadikan auditor hati-hati
dan peka terhadap konflik kepentingan maupun potensi konflik kepentingan yang mungkin
muncul dalam suatu entitas.
Persyaratan umum mengenai independensi auditor melarang para auditor untuk
terlibat dalam aktivitas audit disuatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang
belum terselesaikan yang beraitan dengan entitas tersebut. Mengabaikan konflik
kepentingan bukan merupakan alasan yang dapat diterima. Kantor Akuntan Publik
diharuskan memiliki system pengendalian mutu dan menerapkannya, sehingga akan
menjadikan auditor hati-hati dan peka terhadap konflik kepentingan maupun potensi
konflik kepentingan yang mungkin muncul dalam suatu entitas.
Keahlian
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam IAPI, 2012) menyebutkan bahwa audit
harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor. Standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam IAPI, 2012) menyebutkan
dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Maka dari itu, setiap auditor wajib
memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugas sebagai
auditor.
Keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit, tolak ukur
nya adalah tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang pendidikan sarjanah formal (Gusti dan
Ali, 2008). Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Indah (2010)
mendefinisikan keahlian (expertise) sebagai keterampilan dari seorang ahli. Ahli (expert)
didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang
tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari oelatihan dan pengalaman.
Pengertian keahlian menurut Bedard (1986) dalam Murtanto dan Gudono (1999)
adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang
ditunjukkan dalam pengalaman audit. Menurut Trotter dalam Mayangsari (2008), keahlian
adalah mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak
pernah membuat kesalahan. Ashton (1991) dalam Mayangsari (2008) mengatakan bahwa
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 10, Oktober2017 ISSN : 2460-0585
9
ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan lain dalam
pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah
unsur lain disamping pegalaman.
Komponen keahlian berdasarkan model yang dikembangkan oleh Mohammadi
(1992) dalam Desyanti dan Ratnadi (2006) dapat dibagi menjadi (1) Komponen pengetahuan
(knowledge component) yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta,
prosedur, dan pengalaman; (2) Ciri-ciri psikologis (phsycological traits) yang ditujukan dalam
komunikasi, kepercayaan, kreativitas, dan kemampuan bekerja dengan orang lain; (3)
Kemampuan berpikir untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi; (4) Strategi
penentuan keputusan, baik formal maupun informal; dan (5) Analisis tugas yang
dipengaruhi oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh terhadap penetuan
keputusan.
Prakteknya definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi (official
recognition) seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus (consensual acclamation)
seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya suatu
daftar resmi dari atribut-atribut keahlian (Mayangsari, 2008). Shanteau (1987) dalam
Murtanto dan Gudono (1999) memberikan definisi operasinal seorang ahli adalah seorang
yang telah diatur dalam profesinya sebagai orang yang memiliki keterampilan dan
kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi.
Etika
Etika secara garis besar didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral
yang memiliki rangkaian nilai (Arens et al., 2008:98). Auditor harus menyadari
kebutuhannya akan etika sebagai bentuk tanggungjawab kepada masyarakat, klien, serta
rekan praktisi, yang mencakup pula perilaku yang terpuji, walaupun hal tersebut dapat
berarti pengorbanan diri. Auditor harus mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan audit harus mengacu pada standar audit ini, dan auditor diwajibkan mematuhi
kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari standar audit. Kode etik ini
dibuat untuk mengatur hubungan antara : (1) auditor dengan rekan sekerjanya, (2) auditor
dengan atasannya, (3) auditor dengan auditan (objek pemeriksanya), (4) auditor dengan
masyarakat atau klien.
Kualitas Auditor
Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 adalah auditor yang
melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja
pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak lanjut
audit, serta konsistensi laporan audit.
Penelitian Deis dan Groux (1992) menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan
dengan KAP yang kecil. Widagdo (2002) melakukan penelitian mengenai atribut-atribut
kualitas auditor oleh Kantor Akuntan Publik yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan
klien. Terdapat 12 (dua belas) atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1)
pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan
klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7) komitmen
terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melakukan pekerjaan lapangan
dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, dan (12) tidak
mudah percaya.
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
10
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kausal, Umar (2008) menyebutkan desain kausal
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan
juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya
diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel
dependennya secara langsung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian untuk
memberikan bukti empiris dan menganalisis keahlian, independensi, dan etika sebagai
variabel independen dan kualitas auditor sebagai variabel dependen pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Surabaya.
proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehinngga nmudah dimengerti,
dipahami dan diinteprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau
penyusunan data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan
peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel peneliti yang paling
utama dan data demografi responden (Ghazali dan Ikhsan, 2006).
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang telah
disusun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur
(variabel kunci yang sedang diteliti). Uji Validitas dihitung dengan menggunakan korelasi
person dan setelah dilakukan pengukuran dengan SPSS akan dilihat tingkat signifikan atas
semua pertanyaan. Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS,
nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item – Total Correlation. Jika angka korelasi
yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen
tersebut dikatakan valid.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen). Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal yaitu variabel bebas yang
nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Multikolinearitas dapat juga dilihat
dari nilai tolerance < 0,10 kemudian variance inflation factor (VIF) < 10.
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
12
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t, merupakan pengujian guna mengetahui
ada tidaknya pengaruh masing-masing model yang digunakan penelitian terhadap variabel
terikat pada tingkat signifikansi yaitu 5%. Adapun kriteria pengujian hipotesis sebagai
berikut: 1) Jika nilai signifikansi uji t > 0,05, maka H0 ditolak menunjukkan variabel
Keahlian, Independensi dan Etika tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. 2)
Jika nilai signifikansi uji t < 0,05 maka H0 diterima yang menunjukkan variabel struktur
Keahlian, Independensi dan Etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.
penelitian ini dibagikan kuesioner sebanyak 30 lembar pernyataan kuesioner, antara lain
berupa pernyataan yang berhubungan variabel keahlian, independensi, dan etika yang
mempengaruhi kualitas auditor.
Dari hasil uji tersebut terlihat nilai cronbach alpha sebesar 0.923 lebih besar 0.60 yang
berarti butir-butir pernyataan dari seluruh indikator variabel yang berjumlah 21, seluruhnya
reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Hasil uji validitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Analisis Uji Validitas
Variabel Indikator rhitung rtabel Keterangan
Kahl1.1 0.604 Valid
Kahl1.2 0.763 Valid
Keahlian
Kahl1.3 0.676 Valid
Kahl1.4 0.777 Valid
Kahl1.5 0.617 Valid
Kahl1.6 0.548 Valid
Indp2.1 0.594 Valid
Indp 2.2 0.727 Valid
Indepedensi
Indp 2.3 0.697 Valid
Indp 2.4 0.717 0.349 Valid
Indp 2.5 0.792 Valid
Indp 2.6 0.739 Valid
Etika3.1 0.310 Valid
Etika3.2 0.379 Valid
Etika
Etika3.3 0.366 Valid
Etika3.4 0.358 Valid
KA1 0.385 Valid
Kualitas KA2 0.704 Valid
Auditor KA3 0.622 Valid
KA4 0.615 Valid
KA5 0.734 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh item pernyataan
mengenai seluruh indikator variabel 21 item, mempunyai nilai rhasil > dari rtabel, dan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini berarti bahwa seluruh item
pernyataan yang berjumlah 21 item tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam
penelitian.
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
14
Gambar 1
Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Data primer diolah, 2017
Gambar grafik normal plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. Ghozali (2011:112) menyatakan bahwa uji
normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak dilakukan secara hati-hati, secara
visual terlihat normal namun secara statistik tidak, atau sebaliknya secara visual tidak
normal padahal secara statistik normal. Oleh sebab itu diajurkan disamping menggunakan
uji grafik dilengkapi dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil K-S mempunyai nilai P-value ≥ 0,05 maka
dapat dikatakan data normal.
Tabel 3
One Sample Kolmogorof-Smirnov
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,64677603
Most Extreme Absolute ,127
Difference Positif ,127
Negatif -,106
Kolmogorov-Smirnov Z ,695
Asymp. Sig (2-tailed) ,719
Sumber: Data primer diolah, 2017
Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan alat bantu komputer yang
menggunakan program SPSS 21 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 10, Oktober2017 ISSN : 2460-0585
15
Tabel 4
Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Keahlian 0,756 1,324
Independensi 0,678 1,475
Etika 0,882 1,134
Sumber: Data primer diolah, 2017
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai tolerace mendekati
angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model
regresi ini. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat
dilakukan dengan menghitung variance inflation factor (VIF).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011:69) deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter SRESID dan ZPRED, sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya)
yang telah di stundentized.
Gambar 2
Grafik Scatter Plot
Sumber: Data primer diolah, 2017
Dari gambar 2 terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola
tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk
interprestasi dan analisa lebih lanjut.
Tabel 5
Hasil Analisis Regresi Liner Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 2.109 .484 4.361 .000
Keahlian .288 .109 .404 2.637 .014
Independensi .362 .128 .459 2.837 .009
Etika .242 .113 .304 2.143 .042
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 7
Model ANOVAb
Model Sum of Df Mean F Sig.
Square Square
1 Regression 14.169 3 4.723 10.122 .000a
Residual 12.131 26 .467
Total 26.300 29
Sumber: Data primer diolah, 2017
Dari hasil output perhitungan program SPSS 21 diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,024
dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < (a) 0,05, sehingga pengaruh variabel bebas yang
terdiri dari: keahlian, indepedensi, dan etika terhadap variabel terikat yaitu kualitas auditor
pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya adalah signifikan.
Pengujian Hipotesis
Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-
masing variabel bebas yang terdiri dari: keahlian, indepedensi, dan etika terhadap variabel
terikat yaitu kualitas auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya. Dari hasil
pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan SPSS 21 pada tabel 8 didapatkan
hasil pengujian uji t dari masing-masing variabel bebas sebagai berikut :
Tabel 8
Coefficientsa
Variabel t Sig.
Keahlian 2.637 .014
Independensi 2.837 .009
Etika 2.143 .042
Sumber: Data primer diolah, 2017
Dengan menggunakan tingkat signifikasi = 0,05 dapat dilihat hasil output program
SPSS 21 diperoleh tingkat signifikansi variabel independensi sebesar 0,014 (lebih kecil dari
= 0,05). Dengan demikian pengaruh variabel keahlian terhadap kualitas auditor secara
parsial adalah signifikan, yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha
dan menolak Ho. Dengan demikian dapat berarti bahwa keahlian terhadap kualitas auditor
pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya dapat diterima.
Dengan menggunakan tingkat signifikasi = 0,05 dapat dilihat hasil output program
SPSS 21 diperoleh tingkat signifikansi variabel independensi sebesar 0,009 (lebih kecil dari
= 0,05). Dengan demikian pengaruh variabel independensi terhadap kualitas auditor secara
parsial adalah signifikan, yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha
dan menolak Ho. Dengan demikian dapat berarti bahwa independensi terhadap kualitas
auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya dapat diterima.
Dengan menggunakan tingkat signifikasi = 0,05 dapat dilihat hasil output program
SPSS 21 diperoleh tingkat signifikansi variabel etika sebesar 0,042 (lebih kecil dari = 0,05).
Dengan demikian pengaruh variabel etika terhadap kualitas audit secara parsial adalah
signifikan, yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan menolak Ho.
Dengan demikian dapat berarti bahwa etika terhadap kualitas auditor pada Kantor Akuntan
Publik di Kota Surabaya dapat diterima.
Pembahasan
Hasil pengujian yang dilakukan diatas menunjukkan pengaruh variabel keahlian,
indepedensi dan etika terhadap variabel terikat yaitu kualitas auditor pada Kantor Akuntan
Publik di Kota Surabaya adalah signifikan. Hal ini diindikasikan dengan perolehan
signifikansi 0.000 ≥ 0.05. Kondisi ini menunjukkan bahwa naik turunnya kualitas auditor
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
18
pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya ditentukan oleh seberapa baik keahlian,
indepedensi dan etika. Hal ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda
sebesar 0,539 atau 53,9% yang berarti bahwa korelasi atau kontribusi dari variabel keahlian,
indepedensi, dan etika secara bersama-sama terhadap variabel terikat kualitas auditor pada
Kantor Akuntan Publik di Kota Surabaya memiliki kontribusi yang cukup kuat.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa keahlian, indepedensi, dan etika secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya semakin seorang akuntan
publik memiliki keahlian, indepedensi, dan etika, maka opini atau pendapat yang dihasilkan
atas pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik tersebut dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis bermaksud memberikan
saran yang diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi
koperasi, diantaranya: 1) Membantu para akuntan publik dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas auditor, sehingga diharapkan dapat menjadi pedoman
atau acuan oleh para akuntan publik tersebut dalam membangun audit yang berkualitas. 2)
Memberikan informasi kepada para akuntan publik tentang faktor apa saja yang membuat
suatu audit itu berkualitas dan cara membangun kualitas itu sendiri diantaranya adalah: (1)
Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga
Pengaruh Keahlian, Independensi... Pratiwi, Argitania D.
20
mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit. (2) Dalam
hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap
mental, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. (3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. (4) Membuat laporan
audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, dan pengungkapan yang informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan
audit. 3) Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan dan pemahaman baru bagi para
praktisi auditing yaitu para auditor agar dapat meningkatkan kualitas dari pekerjaan
auditnya. Bagi pembuat standar, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
setiap penyusunan standar auditing. Serta bagi klien dan stakeholder, hasil penelitian ini
dapat menambah pengetahuan mereka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor
dalam melaksanakan pekerjaan auditnya secara berkualitas. Pada penelitian ini, responden
yang mengisi kuesioner sebagian besar merupakan staf auditor, oleh karena itu diharapkan
untuk penelitian selanjutnya dapat memperoleh responden dari semua jenjang mulai dari
partner hingga staf auditor sehingga penelitia dapat lebih digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. 2007. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid I. Edisi Ketiga.
Penerbit LPFE UI. Jakarta.
Arens, A.A., Elder, J. Ranald, dan M.S. Beasly. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi. Jilid I. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta.
______________________________________.2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan
Terpadu. Buku Dua. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Boyton C., W. Kell, G. Walter, dan J. N. Raymond. 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Deis, D.R dan G.A. Groux. 1992. Determinants of Audit Quality in The Public Sector. The
Accounting Review. 1(1):426-479.
Desyanti, N.P.E dan N. M.D. Ratnadi. 2006. Pengaruh Independensi Keahlian Profesional,
dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektifitas Penerapan Struktur
Pengendalian Intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis. Universitas Udayana Bali.
Ferdinand, A. 2009. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Firdaus, A. 2005. Pengantar Akuntansi. Buku Satu. Edisi 2. Badan Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang,
Ghazali, I dan A. Ikhsan. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen. Madju
Medan Cipta. Medan.
Gusti, M dan S. Ali. 2008. Hubungan Skeptisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika,
Pengalaman serta Keahlian Audit dengan ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh
Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Ikatan Akuntansi Indonesia 2001. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Salemba Empat.
Jakarta.
Indah, S.N.M. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro.Semarang.
Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2012. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 10, Oktober2017 ISSN : 2460-0585
21
Jogiyanto, H. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 5. BPFE. Yogyakarta.
Kautsarahmelia, T. 2013. Pengaruh Independensi, Keahlian, Pengetahuan Akuntansi Dan
Auditing Serta Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Audit Oleh Akuntan Publik. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Komalasari, A. 2003. Analis Pengaruh Kualitas Auditor Dan Proxi Going Concern Terhadap
Opini Audit. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Mayangsari, S. 2008. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit:
Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 6(1): 1-15.
Mulyadi dan K. Puradiredja. 1998. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2009. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Murtanto dan Gudono. 1999. Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Keahlian Audit: Profesi
Akuntan Publik Di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 2(1): 37-52.
Ruslan, A. 2011. Pengaruh, Keahlian, Independensi, Dan Etika Terhadap Kualitas Auditor
Pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Samsi, N. 2013. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap
Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. 1(2):1-15.
Sawyer, L. B., M.A. Dittenhofer, dan J.H. Scheiner. 2006. Internal Auditing. Terjemahan
D.Adhariani. Jilid 1. Edisi 5. Salemba Empat. Jakarta.
Singgih, E.M dan I.R. Bawono. 2010. Faktor-Faktor dalam Diri Auditor dan Kualitas Audit:
Studi Pada Kap ‘Big Four’ di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia.
14(2):1-15.
Supramono dan I. Utami. 2004. Desain Proposal Penelitian Akutansi dan Keuangan. Edisi
Pertama. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Umar, H. 2008. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widagdo, R. 2002. Pengaruh Atribut-Atribut Kualitas Auditor Terhadap Kepuasan Klien
Pada Kantor Akuntan Publik. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang.
Zulfahmi, N. 2013. Pengaruh Etika, Independensi, dan Keahlian Terhadap Profesionalisme
Auditor Pada KAP Di Surabaya Timur. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur Surabaya.