502 936 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No.

2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776

MELATIHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN


PEMAHAMAN KONSEP DENGAN PEMBELAJARAN
BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN

Eddy Mufiannoor1), M. Thamrin Hidayat2), Soetjipto3)

1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
email: [email protected]

Abstract: Teaching and learning process of natural science subjects includes aspects of: knowledge, skill, and thinking
competence. Teachers did not implement the teaching activity which emphasize on thinking and conceptual understanding
process because of limited time to make teaching and learning set which can train students’ creative thinking and conceptual
understanding competence. This research aimed to produce teaching and learning set of natural science subject that is valid,
practice, and effective to train creative thinking and conceptual understanding competence of junior high school students. This
research was conducted to implement the teaching and learning set based on guided Inquiry. The target of this research was
teaching and learning set. The design of this research is research and development research using Thiagarajan’s 4D model with
one group pre-test post-test design. The data analysis technique used descriptive quantitative. Learning-based guided Inquiry was
successful to train creative thinking and conceptual understanding competence. The result of creative thinking showed that the
average score of pre-test was 42,61 and 83,19 of post-test with 0,70 of N-Gain, categorized as high level. The result of
conceptual understanding (knowledge) showed that the average score of pre-test was 41,30 and 86,30 of post-test with 0,77 of N-
Gain, categorized as high level. Based on the research result, it can be concluded that teaching and learning set of natural science
subjects based guided Inquiry has been developed and it is valid, practice, and effective train students’ creative thinking and
conceptual understanding competence.

Key Words: Creative Thinking Competence, Conceptual Understanding, Guided Inquiry.

Abstrak: Proses pembelajaran IPA meliputi aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berpikir. Guru belum
melaksanakan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir dan pemahaman konsep karena keterbatasan waktu dalam
menyusun perangkat pembelajaran yang dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA yang valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan
berpikir kreatif dan pemahaman konsep pada siswa SMP. Pembelajaran ini dilakukan dengan cara menerapkan perangkat
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Sasaran penelitian adalah perangkat pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dengan model 4D dari Thiagarajan dan desain ujicoba penelitian menggunakan one group pre-test post-test.
Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing berhasil melatihkan
kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Hasil belajar tes berpikir kreatif, rata-rata persentase pretest sebesar 42,61
dan posttest 83,19 dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,70 dengan kategori tinggi. Hasil belajar pemahaman konsep siswa (aspek
pengetahuan), rata-rata pretest sebesar 41,30 dan posttest 86,30 dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,77 dengan kategori tinggi.
Berdasarkan hasil analisis data dan diskusi hasil serta temuan-temuan, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran IPA
berbasis inkuri terbimbing yang telah dikembangkan valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan
pemahaman konsep siswa.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep, Inkuiri Terbimbing.

I. PENDAHULUAN maju. Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk


Dunia kerja dan masyarakat saat ini membutuhkan menciptakan insan Indonesia yang beriman, produktif,
orang-orang yang kompetitif atau memiliki daya saing, kreatif, dan inovatif serta mampu memberikan
dan untuk memenuhi hal tersebut pendidikan berperan kontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
penting menyiapkan peserta didik agar memiliki bernegara, dan peradaban dunia (Dokumen Kurikulum
kemampuan tersebut untuk menghadapi masa kini dan 2013).
masa yang akan datang. Penyempurnaan kurikulum Guru melaksanakan proses pembelajaran umumnya
dilakukan untuk menyiapkan kualitas sumberdaya hanya terfokus pada bagaimana suatu materi tuntas
manusia agar sesuai dengan perkembangan ilmu disampaikan kepada siswanya tanpa memikirkan
pengetahuan dan tuntutan masyarakat yang semakin bagaimana cara siswa belajar dan mengembangkan

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 934


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA
pembelajaran kurang memberdayakan kemampuan SMP Negeri 1 Batumandi Kalimantan Selatan,
berpikir siswa dan mengarahkan siswa untuk bekerja ditemukan penyebab belum terlaksananya secara
secara ilmiah. Hal ini juga didukung penemuan maksimal kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman
Rofi’udin dalam Arnyana (2007) bahwa terjadi keluhan konsep siswa, diantaranya keterbatasan waktu guru
tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai yang dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan
perguruan tinggi. Pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dalam pembelajaran IPA. Guru
kemampuan berpikir belum ditangani dengan baik dan juga mengalami kesulitan dalam menangani siswa
hal ini tentunya tidak sejalan dengan UU No. 20 Tahun berkemampuan rendah agar dapat lebih aktif dalam
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, pembelajaran dan termotivasi dalam pembelajaran.
yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional Temuan lain dalam angket yang disebarkan ke beberapa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik siswa, bahwa siswa kurang paham dengan beberapa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa konsep IPA serta belum berani mengusulkan ide atau
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, gagasan pada saat pembelajaran. Peran guru dalam
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga proses pembelajaran sangat penting. Menurut Undang-
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Hakekat Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa menegaskan bahwa guru harus memiliki 4 (empat)
proses pembelajaran IPA meliputi pengetahuan, kompetensi yaitu pedagogik, profesional, kepribadian,
keterampilan, dan sikap serta kemampuan berpikir dan sosial (Dokumen Undang-Undang RI., 2005).
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar Salah satu pembelajaran yang menekankan
(Kemendikbud, 2014). Pemahaman konsep dalam keterlibatan siswa dalam mengembangkan keterampilan
proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, berpikir dan berusaha menemukan konsep dalam proses
keputusan dan cara menyelesaikan masalah. Menurut pembelajaran adalah inkuiri. Strategi pembelajaran ini
Ibrahim (2012), pemahaman konsep amat penting bagi juga sejalan dengan Kurikulum 2013 yang menekankan
setiap orang, menguasai konsep dengan baik, luas dan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
mendalam, memungkinkan seseorang dapat yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific
menerapkan penguasaannya dalam berbagai keperluan. approach). Metode yang dipandang sejalan dengan
Penguasaan konsep merupakan kemampuan yang prinsip pendekatan saintifik/ ilmiah adalah Problem
memungkinkan seseorang dapat berbuat sesuatu. Hal Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL),
ini dapat diartikan bahwa tanpa menguasai konsep dan Inquiry Learning (Kemendikbud, 2014). Peneliti
tertentu, seseorang tidak dapat berbuat banyak dan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
mungkin kelangsungan hidupnya akan terganggu. Salah untuk melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan
satu kemampuan proses mental yang diperlukan dalam pemahaman konsep. Materi pembelajaran dalam
memahami konsep adalah kemampuan berpikir. penelitian ini yaitu interaksi makhluk hidup dengan
Liliasari (2000) membedakan kemampuan berpikir lingkungan. Konsep-konsep yang ada dalam materi
dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tersebut dapat ditemukan oleh siswa di lingkungan
kreatif adalah aktivitas mental untuk mengembangkan sekitar mereka, sehingga materi ini dapat diajarkan
atau menemukan ide-ide asli (orisinil), estetis, dengan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
konstruktif yang berhubungan dengan pandangan Pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing memberikan
konsep, dan menekankan pada aspek berpikir intuitif kesempatan yang luas kepada siswa untuk menemukan
dan rasional (Arnyana, 2006). Krulik and Rudnick sendiri konsep-konsep yang ada dalam materi interaksi
(dalam Arnyana, 2006) mengemukakan bahwa orang makhluk hidup dengan lingkungan sehingga siswa
yang memiliki kecakapan berpikir kreatif atau sering dapat mengembangkan diri untuk berpikir kreatif.
juga disebut berpikir divergen memiliki daya kreativitas Menurut Untari (2013), metode-metode tersebut
yang tinggi dan bermanfaat bagi banyak orang. mengajarkan kepada peserta didik untuk mengenal
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kecakapan masalah, merumuskan masalah, mencari solusi,
berpikir kreatif ini sangat penting diajarkan di sekolah. menguji jawaban sementara dengan melakukan
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi sarana penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui
dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif penginderaan), dan pada akhirnya menarik kesimpulan
untuk memperoleh pemahaman yang benar terhadap dan menyajikan secara lisan maupun tertulis.
konsep-konsep materi yang dipelajari. Tujuan Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas diperlukan
pembelajaran IPA pada jenjang SMP dalam perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, LKS,
Permendikbud No. 58 Tahun 2014. Buku Ajar Siswa, serta Lembar Penilaian yang dapat
mendukung proses pembelajaran tersebut.

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 935


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, Gain. Kompetensi keterampilan siswa dianalisis dengan
maka untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan deskriptif kuantitatif. Tes kemampuan
melakukan penelitian yang berjudul: Melatihkan berpikir kreatif siswa diukur menggunakan tes tulis di
Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman Konsep awal (pretest) dan di akhir (posttest) pembelajaran yang
dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan dinyatakan
Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan. dalam bentuk persentase. Respon siswa dinyatakan
dalam bentuk persentase.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan Analisis Kebutuhan
karena mengembangkan perangkat pembelajaran
meliputi: RPP, Buku Ajar Siswa (BAS), Lembar Analisis siswa
Kegiatan Siswa (LKS), dan Penilaian berupa: Tes Define
Berpikir Kreatif, Tes Pemahaman Konsep. Perangkat Analisis Tugas Analisis Konsep
(Pendefi
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing yang telah
nisian)
dikembangkan selanjutnya diujicobakan dalam
pembelajaran IPA di kelas pada materi interaksi Spesifikasi indikator pembelajaran

makhluk hidup dengan lingkungan. Penelitian ini


dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batumandi Kalimantan Penyusunan Perangkat

Selatan pada Semester Genap Tahun Pelajaran Design


2014/2015 diujicobakan pada 23 siswa di Kelas VII. Desain Awal
Draf I
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu Perangkat
(Peranca
tahap I merupakan pengembangan perangkat Pembelajaran ngan)
Telaah Dosen
pembelajaran, sedangkan tahap II merupakan tahap uji
Pembimbing
coba. Perangkat dikembangkan dengan menggunakan
model 4D dari Thiagarajan, et al., (1974). Proses Revisi I Perangkat Draf II

pengembangan perangkat model ini terdiri atas empat


Validasi Perangkat
tahap yaitu tahap pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran. Pengembangan
perangkat yang dilakukan peneliti hanya sampai pada Validator Validator

tahap ketiga karena diterapkan terbatas sehingga model Develop


4D yang telah direduksi menjadi model 3-D yang dapat Revisi II Perangkat Draf
diperlihatkan pada Gambar 1. III (Pengem
Ujicoba perangkat dilakukan dengan menggunakan Uji coba I Perangkat bangan)

rancangan uji coba one group pretest-posttest design.


Analisis Data Laporan Komprehensif
Instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan Ujicoba I
data dalam penelitian meliputi: 1) lembar validitas
Uji coba II Perangkat Revisi III Perangkat
perangkat pembelajaran terdiri atas RPP, BAS, LKS,
Instrumen Tes Berpikir Kreatif, dan Instrumen Tes
Analisis Data Ujicoba II
Pemahaman Konsep; 2) lembar pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran; 3) tes kemampuan
Perangkat Pembelajaran Layak
berpikir kreatif; 4) tes pemahaman konsep; 5) angket
respon siswa. Pengumpulan data yang dilakukan dalam Gambar 1. Diagram Alur Tahap Pengembangan
penelitian ini menggunakan teknik validasi perangkat Perangkat Pembelajaran (diadaptasi dari
pembelajaran, dokumentasi, observasi, pemberian tes, Thiagarajan, et.al., 1974)
dan penyebaran angket.
Teknik analisis data dalam penelitian ini III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. A. Validitas Perangkat Pembelajaran
Validitasi perangkat pembelajaran reliabel jika RPP berbasis inkuiri terbimbing yang
koefisien reliabilitas ≥ 75%. Keterlaksanaan rencana dikembangkan pada materi interaksi makhluk hidup
pembelajaran diukur melalui pengamatan oleh dua dengan lingkungan untuk melatihkan kemampuan
orang pengamat dan dinyatakan dalam bentuk skor rata- berpikir kreatif siswa. Hasil validasi dari dua orang
rata. Kompetensi pemahaman konsep (aspek validator untuk aspek format adalah 3,50 dengan
pengetahuan) siswa diukur menggunakan tes tulis di kategori valid, aspek isi sebesar 3,67 dengan kategori
awal (pretest) dan di akhir (posttest) pembelajaran yang sangat valid dan rata-rata skor aspek bahasa adalah 3,67
dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan N- termasuk kategori sangat valid. Instrumen lembar

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 936


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
validasi RPP mempunyai rata-rata reliabilitas sebesar menyatakan bahwa seluruh tahapan pembelajaran
91,20% sehingga RPP dapat digunakan dan reliabel. terlaksana dengan kategori tiap aspek baik, yaitu pada
LKS yang telah dikembangkan oleh peneliti rentang skor 3.5-4.0.
mencakup materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan. Hasil validasi dari dua orang validator C. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Siswa
untuk aspek format sebesar 3,63 dengan kategori sangat Hasil belajar pemahaman konsep siswa diukur
valid, rata-rata skor aspek isi 3,67 dengan kategori dengan melakukan tes pemahaman konsep (aspek
sangat valid, dan rata-rata skor aspek bahasa adalah pengetahuan). Tes pemahaman konsep dilakukan
3,42 dengan kategori valid serta rata-rata reliabilitas sebanyak dua kali yaitu sebelum (Pre-test) dan sesudah
instrumen lembar validasi LKS adalah 94,22% pembelajaran (Post-test). Pre-test adalah tes yang
sehingga LKS dapat digunakan dan reliabel. diberikan sebelum pembelajaran dimulai dan bertujuan
BAS yang telah dikembangkan mencakup materi untuk mengetahui sampai dimana penguasaan dan
interaksi makhluk hidup dengan lingkungan meliputi: pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang
1) komponen penyusun ekosistem; 2) saling akan diajarkan. Post-test adalah tes yang diberikan
ketergantungan; 3) pola interaksi makhluk hidup. Nilai bertujuan untuk mengetahui hasil belajar akhir siswa
rata-rata validasi dari dua orang validator untuk aspek setelah pembelajaran dilakukan. Tes hasil belajar
isi adalah 3,40 dengan kategori valid, rata-rata skor pemahaman konsep siswa menggunakan soal tes
aspek bahasa 3,50 dengan kategori valid, aspek pemahaman konsep yang terdiri atas 15 soal pilihan
penyajian memperoleh rata-rata skor 3,63 dengan ganda dan 5 soal uraian. Soal tes pemahaman konsep
kategori sangat valid, dan aspek fisik dengan rata-rata disusun dengan memperhatikan tingkatan taksonomi
skor 3,83 dengan kategori sangat valid. Instrumen revisi Bloom.
lembar validasi buku ajar mempunyai rata-rata Berdasarkan hasil analisis dan deskripsi data pada
reliabilitas 94,14% sehingga BAS dapat digunakan dan Tabel 4.12 halaman 118, persentase ketuntasan siswa
reliabel. pada saat pre-test adalah 0% dan semua siswa tidak
Instrumen tes pemahaman konsep yang mencapai ketuntasan. Ketidaktuntasan siswa pada saat
dikembangkan dalam penelitian ini berupa tes hasil pre-test disebabkan oleh belum dilaksanakannya
belajar pada aspek pengetahuan yang terdiri dari 15 pembelajaran pada materi yang diujikan, sehingga
butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian. Validasi siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal.
tes pemahaman konsep dan tes kemampuan berpikir Tes akhir (post-test) diberikan setelah dilakukannya
kreatif siswa, memperoleh penilaian valid sehingga pembelajaran dan didapatkan hasil post-test yaitu 100%
layak digunakan. siswa mencapai ketuntasan. Seorang siswa dikatakan
tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika nilainya
B. Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran telah mencapai ≥ 71 (KKM SMPN 1 Batumandi)
Instrumen keterlaksanaan yang diamati meliputi: 1) seperti yang ditunjukkan Gambar 2. Ketuntasan siswa
pendahuluan memperoleh nilai rata-rata 3,83 dengan ini tidak lepas dari keterlibatan aktif siswa selama
kategori baik; 2) kegiatan inti memperoleh nilai rata- proses pembelajaran.
rata 3,87 berkategori baik; 3) penutup memperoleh nilai 100

rata-rata 3,73 dengan kategori baik; 4) pengelolaan 80


waktu memperoleh nilai rata-rata 3,67; dan 5)
Skor siswa

60
pengamatan suasana kelas memperoleh nilai rata-rata 40
Pretest
3,83 sehingga sesuai dengan banyaknya antusias dari 20 Posttest
siswa dan guru. 0
Keterlaksanaan Pembelajaran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

4.50
4.00
3.50 Siswa
3.00 Pertemuan 1
2.50 Pertemuan 2
Rerata Skor

2.00
1.50
Pertemuan 3
Rata-rata
Gambar 3. Ketuntasan Individu pada Pretest dan
1.00
0.50 Posttest Pemahaman Konsep
0.00

Peningkatan hasil belajar tes pemahaman konsep


Kegiatan Pembelajaran siswa pada ujicoba II diukur dengan menggunakan N-
Gain. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa semua
Gambar 2. Diagram keterlaksanaan Pembelajaran siswa mengalami peningkatan hasil belajar pemahaman
konsep setelah dilakukan proses pembelajaran dengan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh dua N-Gain rata-rata adalah 0,77 dengan kategori tinggi
orang pengamat, hasil keterlaksanaan pembelajaran (Wiyanto, 2008). Peningkatan yang ditunjukkan oleh
Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 937
Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
hasil analisis dengan menggunakan N-Gain ini verbal yang terdiri atas lima sub tes dengan merujuk
menunjukkan bahwa penerapan dari pengembangan pada tes verbal yang telah dikembangkan oleh
perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri Munandar (1992) dan Rosidi (2013). Pemilihan tes
terbimbing efektif dalam meningkatkan pemahaman verbal ini mengacu pada teori intelektual Guilford yang
konsep siswa pada aspek pengetahuan. Hasil ini menyatakan bahwa berpikir kreatif atau disebut juga
didukung dengan hasil penelitian David (2006), berpikir divergen merupakan kemampuan siswa dalam
Tangkas (2012), dan Anggraeni, dkk (2013) yang memberikan berbagai macam alternatif jawaban. Tes
menyatakan bahwa pembelajaran dengan inkuiri kemampuan berpikir kreatif siswa diberikan 2 (dua)
terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep kali yaitu pada saat sebelum pembelajaran (pre-test)
siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberi dan sesudah pembelajaran (post-test). Lima sub tes
kesempatan para siswa membangun pengetahuan dan yang disusun mewakili masing-masing indikator dari
membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep kemampuan berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency),
(Lee, et al., 2010; Minner, et al., 2010; Pandey, et al., keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan
2011; Tangkas, 2012; Anggraeni, et al., 2013). memerinci (elaboration). Tes verbal yang
Pemahaman konsep siswa direpresentasikan oleh hasil dikembangkan dalam penelitian ini dikaitkan dengan
tes belajar aspek pengetahuan atau dapat didefinisikan materi yang diajarkan yaitu interaksi makhluk hidup
secara operasional sebagai skor yang diperoleh siswa dengan lingkungan.
setelah mengerjakan tes hasil belajar aspek pengetahuan Sub tes yang diberikan dalam tes kemampuan
yang telah dikembangkan oleh peneliti. Pemahaman berpikir kreatif merupakan bentuk tes verbal. Sub tes
konsep yang telah dicapai siswa merepresentasikan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 5 sub
pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan tes yaitu permulaan kata, menyusun kata, sifat-sifat
sesuai materi interaksi makhluk hidup dengan yang sama, penggunaan luar biasa, dan apa akibatnya.
lingkungan. Pencapaian Kompetensi Dasar (KD) Berdasarkan hasil analisis dan deskripsi tes kemampuan
menggambarkan hasil pemberdayaan siswa dalam berpikir kreatif siswa yang dihitung berdasarkan jumlah
membangun kemampuannya oleh fasilitas dan kondisi jawaban siswa yang relevan kemudian dibuat
yang dibuat oleh guru. penskoran. Indikator Fluency dihitung berdasarkan skor
Diketahui bahwa ketuntasan indikator pencapaian yang diperoleh siswa pada sub tes menyusun kata dan
dan tujuan pembelajaran pada sebelum pembelajaran sifat yang sama. Indikator Flexibility dilihat dari skor
(pre-test) hanya mencapai rata-rata 41,30%. Persentase siswa pada sub tes permulaan kata, dan indikator
ketuntasan indikator pencapaian dan tujuan Originality dihitung berdasarkan skor siswa pada sub
pembelajaran meningkat hingga mencapai 86,30% tes penggunaan luar biasa, serta indikator Elaboration
setelah pembelajaran dilaksanakan. Suatu indikator dilihat dari skor siswa pada sub tes apa akibatnya.
dikatakan tuntas apabila ≥ 80% siswa mencapai Data dapat diketahui bahwa pemberian tes sebelum
ketuntasan indikator, sehingga seluruh indikator dan pembelajaran (pre-test) mendapatkan skor yang relatif
tujuan pembelajaran dalam instrumen penilaian rendah dilihat dari skor masing-masing indikator
pemahaman konsep ini dapat dikatakan tuntas. Hasil berpikir kreatif (Fluency, Flexibility, Originality, dan
perhitungan sensitivitas butir soal pemahaman konsep Elaboration) dengan persentase rata-rata 42,61%
berkisar antara 0,30–0,65 dan diperoleh rata-rata termasuk kategori cukup kreatif (Khanafiyah, 2010).
sebesar 0,48. Sensitivitas butir soal digunakan untuk Rendahnya capaian persentase pada saat pre-test
mengetahui apakah soal yang dikembangkan baik atau tersebut disebabkan karena siswa belum pernah
tidak, dapat dilihat dari tingkat sensitivitas tiap butir mengerjakan tipe tes seperti yang diujikan dan juga
soal. Berdasarkan analisis hasil sensitivitas diperoleh guru belum melaksanakan tahapan-tahapan
bahwa semua soal yang dikembangkan mendapatkan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing yang dapat
nilai sensitivitas di atas 0,30 dan semua soal dinyatakan melatihkan berpikir kreatif. Hal ini memungkinkan
sensitif (Gronlund & Linn, 1995). Hasil analisis mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengerjakan
tersebut menunjukkan bahwa butir soal pada tes ini. Persentase rata-rata tes kemampuan berpikir
pemahaman konsep memiliki kepekaan yang cukup kreatif siswa setelah pembelajaran (post-test) dilihat
terhadap efek pembelajaran yang diberikan. Hal ini dari skor masing-masing indikator berpikir kreatif
menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa (Fluency, Flexibility, Originality, dan Elaboration)
setelah diberikan perlakuan merupakan efek dari yaitu sebesar 83,19% dengan kategori sangat kreatif
perlakuan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. (Khanafiyah, 2010). Data pada Tabel 4.10 juga dapat
dilihat bahwa indikator fluency memperoleh skor yang
D. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor
Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh pada indikator berpikir kreatif lainnya. Hal ini dapat
melalui tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes dilihat dari rata-rata skor 2,52 menjadi 5,26. Tingginya

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 938


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
rata-rata skor untuk indikator fluency tersebut karena dan Neka, dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa
sintaks atau tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
lebih banyak melatihkan kemampuan kelancaran siswa kemampuan berpikir kreatif siswa. Pembelajaran inkuiri
dalam mengemukakan suatu gagasan atau ide seperti mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam mencari
pada tahapan membuat hipotesis dan membuat informasi sebanyak-banyaknya melalui pengamatan dan
kesimpulan. Faktor yang dapat menjadi penyebab penyelidikan sehingga pembelajaran menjadi
lainya yaitu ada 2 (dua) sub tes yang mewakili indikator bermakna, guru hanya memberikan petunjuk-petunjuk
fluency yaitu sub tes menyusun kata dan sifat-sifat yang seperlunya. Peserta didik yang terlibat aktif dalam
sama, sehingga mempengaruhi tingginya skor yang pembelajaran dapat menunjukkan kreativitas untuk
diperoleh. Indikator berpikir kreatif yang memperoleh terus belajar menemukan hal-hal yang baru. Hal ini
skor yang relatif lebih kecil dari rata-rata skor indikator ditandai dengan kebebasan berpikir dan berimajinasi
berpikir kreatif lainnya adalah Originality dan tanpa ikatan aturan berpikir konvensional.
Elaboration. Skor siswa untuk indikator Originality dan Kemampuan berpikir kreatif atau berpikir divergen
Elaboration hanya sebagian kecil yang dapat diartikan sebagai kemampuan menemukan banyaknya
memperoleh skor maksimal (3), sebagian besar siswa jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan informasi
memperoleh skor 1-2. Perolehan skor yang kecil yang tersedia dengan penekanan pada kuantitas,
tersebut karena indikator Originality dan Elaboration ketepatgunaan, dan keragaman jawaban (Munandar,
termasuk kategori berpikir kreatif tingkat tinggi 1992). Jawaban yang diberikan haruslah relevan dengan
sehingga sebagian besar siswa mengalami kesulitan. permasalahan yang ada, jadi tidak hanya semata-mata
Penyebab lainnya yaitu siswa terbiasa dengan banyaknya jawaban yang dapat diberikan tetapi juga
pembelajaran konvensional yang hanya memberikan mutu dari jawaban yang diberikan tersebut harus ada
sedikit kesempatan kepada siswa untuk dapat relevansi jawaban dengan permasalahan yang diajukan.
mengemukakan banyak gagasan atau ide. Hasil tes Makin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan
berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada Gambar 4 terhadap suatu masalah, maka makin kreatif seseorang.
berikut. Menurut Supriadi (1996) mengemukakan bahwa orang
100 kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian kreatif yaitu
memiliki imajinasi yang kuat, tertarik pada kegiatan-
Persentase Skor siswa

80
kegiatan yang kreatif, mempunyai rasa ingin tahu yang
60
Pretest
besar, memiliki rasa percaya diri dan mandiri, memiliki
40 Posttest banyak inisiatif, tekun dan tidak bosan, senang
20
mengajukan pertanyaan yang baik, memiliki gagasan
yang original dan tidak kehabisan akal dalam
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 memecahkan masalah.

Siswa E. Respon Siswa


Gambar 4. Hasil Tes Berpikir Kreatif Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar
minat siswa terhadap perangkat pembelajaran IPA
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat berbasis inkuiri terbimbing untuk melatihkan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Hal kemampuan berpikir kreatif siswa yang dikembangkan,
ini diperkuat dengan adanya peningkatan kemampuan maka dibuat angket respon siswa yang diberikan pada
berpikir kreatif siswa yang ditunjukkan oleh nilai rata- 23 siswa. Berdasarkan hasil analisis respon siswa
rata N-Gain sebesar 0,70 dengan kategori tinggi terhadap pengembangan perangkat pembelajaran serta
(Wiyanto, 2008). Peningkatan ini dapat diasumsikan pelaksanaan pembelajaran didapatkan hasil rata-rata
bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa keseluruhan bahwa sebanyak 97,34% siswa merespon
akibat dari pengembangan perangkat pembelajaran dan dengan positif dan 2,66% siswa merespon kurang baik
penerapan tahapan-tahapan pembelajaran berbasis (Riduwan, 2010). Hal ini berarti siswa mendukung,
inkuiri terbimbing yang dapat melatihkan indikator- merasa senang, dan berminat terhadap pembelajaran
indikator berpikir kreatif. Hal ini didukung respon yang dengan menggunakan perangkat pembelajaran hasil
diberikan oleh siswa terhadap perangkat pembelajaran pengembangan inkuiri terbimbing untuk melatihkan
inkuiri terbimbing yang dikembangkan dan kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep.
implementasi perangkat dalam pembelajaran memiliki Hasil respon positif ini diperkuat dengan hasil
respon yang positif. Hasil ini menunjukkan bahwa penelitian dari Wulandari, dkk (2013) dan Utami (2014)
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu siswa yang menyatakan bahwa siswa merespon positif
meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. Hasil terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing
penelitian ini diperkuat oleh penelitian Utami (2014) yang telah dilakukan.

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 939


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
F. Temuan Selama Penelitian 3. Perlu penelitian pengembangan lebih lanjut
Temuan-temuan dalam penelitian ini adalah sebagai terutama untuk melatihkan indikator berpikir kreatif
berikut: Originality dan Elaboration.
1. Perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri
terbimbing untuk melatihkan kemampuan berpikir REFERENSI
kreatif dan pemahaman konsep yang telah Anggraeni, N.W., Ristiati, N.P., dan Widiyanti,
dikembangkan dinyatakan valid dan dapat L.N.P.M. (2013). “Implementasi Strategi
digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA. Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan
2. Kepraktisan perangkat pembelajaran IPA yang Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA
dikembangkan melalui implementasi pada ujicoba II Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Sains
dilihat dari keterlakasanaan RPP 1, RPP 2, dan RPP Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.3
3 dalam proses pembelajaran dengan rata-rata Tahun 2013.
keseluruhan skor keterlaksanaannya berkategori Arnyana, IBP. (2007). “Pengembangan Peta Pikiran
baik, serta peningkatan aktivitas siswa pada ujicoba untuk Peningkatan Kecakapan Berpikir
II mencerminkan tahap-tahap pada pembelajaran Kreatif Siswa”. Jurnal Pendidikan dan
berbasis inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil di Pengajaran Undiksha, No.3 Tahun XXXX
atas dapat disimpulkan bahwa perangkat Juli 2007.
pembelajaran IPA berbasis inkuri terbimbing yang David, M. H. (2006). Instructor’s Guide to Process-
telah dikembangkan praktis dilaksanakan dalam Oriented Guided-Inquiry Learning. SUNY:
pembelajaran untuk melatihkan kemampuan Stony Brook University.
berpikir kreatif dan pemahaman konsep. Gronlund, N.T. (1995). Menyusun Tes Hasil Belajar.
3. Keefektifan perangkat pembelajaran melalui Diterjemahkan oleh Bistok Sirait. Semarang:
implementasi pada ujicoba II dilihat dari: hasil IKIP Semarang Press.
belajar kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu: Ibrahim, M. (2012). Konsep, Miskonsepsi dan Cara
rata-rata N-gain sebesar 0,70 dengan kategori Pembelajarannya. Surabaya: Unesa
tinggi; peningkatan pemahaman konsep dapat University Press.
dilihat dari N-gain yaitu 0,77 dengan kategori Kemendikbud. (2014a). Peraturan Menteri Pendidikan
tinggi; siswa merespon sangat positif hasil dan Kebudayaan No. 58 Tahun 2014 tentang
pengembangan perangkat dan pelaksanaan Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Hal Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data respon Kemendikbud.
siswa sebanyak 97,34% siswa merespon dengan __________. (2014b). Peraturan Menteri Pendidikan
positif. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014
bahwa perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuri tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
terbimbing yang telah dikembangkan efektif untuk dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
melatihkan kemampuan berpikir kreatif dan Kemendikbud.
pemahaman konsep.
__________. (2014c). Peraturan Menteri Pendidikan
IV. KESIMPULAN dan Kebudayaan No. 104 Tahun 2014
A. Simpulan tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Berdasarkan hasil temuan dan diskusi hasil ujicoba Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
II, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
berbasis inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan Khanafiyah, S & Rusilowati, A. (2010). “Penerapan
valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan Pendekatan Modified Free Inquiry sebagai
berpikir kreatif dan pemahaman konsep pada materi Upaya Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa
interaksi makhluk hidup dengan lingkungan. Calon Guru dalam Mengembangkan Jenis
B. Saran Eksperimen dan Pemahaman terhadap Materi
1. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Fisika. Jurnal Pendidikan FMIPA.
inkuiri terbimbing dapat melatihkan kemampuan Universitas Negeri Semarang.
berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa Lee, H. Linn, M. Varma, K. and Liu, O. (2010). “How
sehingga perlu dikembangkan secara lebih luas pada do Technology-Enhanced Inquiry Science
materi pembelajaran IPA lainnya. Units Impact Classroom Learning”. Journal
2. Guru harus dapat mengelola waktu selama of research in science teaching. Vol.47 No.1,
pembelajaran agar pembelajaran bisa berjalan lebih pp.71-90.
efektif dan efisien.

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 940


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 5, No. 2, Mei 2016
ISSN : 2089-1776
Liliasari. (2000). “Model Pembelajaran untuk Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Meningkatkan Keterampilan Berpikir dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru X SMAN 3 Amlapura. (Tesis Magister
IPA”. Proseding Seminar Nasional 23 Program Studi Pendidikan Sains tidak
Pebruari 2000. (hlm. 135-140). Malang: dipublikasikan). Universitas Pendidikan
Dirjen Dikti Depdiknas-JICA-IMSTEP. Ganesha.
Minner, D. Levy, A.and Century, J. (2010). “Inquiry Thiagarajan, S. Semmel, Dorothy S, Semmel, Melvyn I
Based Science Instructions-What is It and . (1974). Instructional Development for
Does It Matter? Results From a Research Training Teachers of Exceptional Children.
Synthesis Years 1984 to 2002”. Journal of Washington, DC: National Center for
Research in Science Teaching. Vol.47 No.2, Improvement Educational.
pp. 474 – 496. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta.
National Research Council. (2000). Inquiry and The Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
National Science Education Standards. 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.
Washington, DC: National Academy Press. Untari, M.F. (2013). Implementasi Pendekatan Saintifik
Neka, I.K., Marhaeni, A.A.I.N., dan Suastra, I.W. (Scientific Approach) dalam Pembelajaran di
(2015). “Pengaruh Model Pembelajaran Sekolah Dasar. Implementasi Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Tematik dalam Pengoptimalan Kurikulum
Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan 2013 (pp. 1-6). Semarang: IKIP PGRI
Penguasaan Konsep IPA Kelas V SD Gugus Semarang.
VIII Kecamatan Abang”. Jurnal Pendidikan Utami, Arfiati U. (2014). Pengembangan Perangkat
Sains Universitas Pendidikan Ganesha. Pembelajaran IPA Model Inkuiri Dengan
Vol.5 Tahun 2015. Tugas Proyek Untuk Melatihkan
Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Kemampuan Berpikir Kreatif. (Tesis
Penelitian. Bandung: Alfabeta. Magister Pendidikan Sains tidak
72-94. dipublikasikan). Universitas Negeri
Rosidi, Irsad. (2013). Peningkatan Kemampuan Surabaya.
Berpikir Kreatif Siswa Menggunakan Wiyanto, (2008). Menyiapkan Guru Sains
Perangkan Pembelajaran Biologi dengan Mengembangkan Kompetensi Laboratorium.
Pendekatan TASC (Thinking Actively In Semarang: Universitas Negeri Semarang
Social Context) (Tesis Magister Pendidikan Press.
Sains tidak dipublikasikan). Universitas Wulandari, Ade D., Kurnia, dan Sunarya, Y. (2013).
Negeri Surabaya. “Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri
Supriadi, E. (1996). Kreativitas, Kebudayaan dan Terbimbing Untuk Meningkatkan
Perkembangan IPTEK. Bandung: CV Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA
Alfabeta. Pada Materi Laju Reaksi”. Jurnal Riset dan
Tangkas, I Made. (2012). Pengaruh Implementasi Praktik Pendidikan Kimia. Vol. 1 No. 1 Mei
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 2013.

Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemahaman 941


Konsep dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing…

You might also like