Bismillah Fome Fix Kabin 2
Bismillah Fome Fix Kabin 2
Bismillah Fome Fix Kabin 2
PENDAHULUAN
morbiditas dan mortalitas dari penyakit infeksi (PDPI, 2011 dan Reed et al.,
2013). Kasus baru TB dalam tiga tahun terakhir, rata-rata terdapat 8,8 juta
dan 1,4 juta meninggal karena TB setiap tahunnya. Penurunan kasus terjadi
secara lambat, yaitu rata-rata 1,5% per tahun sejak 2000 hingga 2013. Hal ini
2035 tampaknya masih jauh (WHO, 2012; WHO, 2013; WHO, 2014; Huynh
et al., 2015).
pada awal tahun 1990-an. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan
pada tahun 2014. Negara dengan insiden kasus TB terbanyak adalah India,
penderita baru BTA positif di antara semua kasus TB pada tahun 2013 adalah
60%. Angka minimal yang diharapkan adalah 65%. Ini menunjukkan mutu
adalah 80% (Kemenkes RI, 2014 dan Behnaz et al., 2015). Penderita TB
20% (3.3 – 25.3%) dan mereka berpotensi untuk menularkan kepada orang
Penemuan penderita TB paru BTA positif tahun 2013 belum mencapai target,
yaitu 907 kasus (64,6%) dari 1.402 BTA positif yang diperkirakan. Target
triwulan III tahun 2013 adalah 88,5%. Angka konversi ini sudah mencapai
2
target nasional, namun masih merupakan masalah karena penemuan kasus
baru TB paru BTA positif masih rendah sehingga risiko penularan masih
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dan mortalitas dari penyakit infeksi (PDPI, 2011 dan Reed et al., 2013).
2.2 Epidemiologi
dilaporkan terdapat 8,7 juta kasus baru TB dimana 1,4 juta meninggal karena TB.
Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 8,6 juta kasus baru TB dimana 1,3 juta
orang meninggal (320.000 meninggal dengan HIV positif). Pada tahun 2013,
dilaporkan 9 juta kasus baru TB (126 kasus per 100.000 populasi) dan 1,5 juta
tahun 2014. Negara dengan insiden kasus TB terbanyak pada tahun 2014 adalah
India, Indonesia, dan Cina. Rincian jumlah kasus masing-masing adalah 23%,
10%, dan 10% dari total kasus secara global (WHO, 2015).
penderita baru BTA positif di antara semua kasus TB pada tahun 2013 adalah
4
Prevalensi TB di Sumatera Barat adalah 200/100.000 penduduk. Perkiraan
penderita TB paru BTA positif tahun 2013 belum mencapai target, yaitu 907
kasus (64,6%) dari 1.402 BTA positif yang diperkirakan (Kemenkes RI, 2014
a. Usia
hingga usia lima tahun memiliki kerentanan yang tinggi. Anak dengan usia antara
lima tahun hingga awal pubertas relatif tahan terhadap infeksi TB. Di negara
berkembang sebagian besar kasus terjadi antara usia 15 dan 59 tahun (Thwaites,
2014).
b. Jenis kelamin
5
Survei di beberapa negara menunjukkan bahwa lebih banyak terjadi pada anak
laki-laki daripada perempuan. Akan tetapi penyebab pasti belum diketahui, apakah
disebabkan karena perbedaan gen terkait atau faktor gaya hidup seperti merokok, atau
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS
dan malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB aktif. Faktor lain
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, yaitu ketergantungan alkohol, penggunaan
gastrektomi, dan stadium akhir penyakit ginjal (Kemenkes RI, 2014 dan Thwaites,
2014).
Konsentrasi kuman yang terhirup dan lamanya waktu kontak seseorang dengan
tinggi, yaitu rumah tahanan, panti jompo, penampungan tuna wisma, dan rumah sakit
(Thwaites, 2014).
6
Gambar 2.1 Faktor Risiko Kejadian TB
Sumber: Kemenkes RI, 2011
dahaknya. Jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji pada dahak BTA
penderita TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan
penderita TB BTA negatif dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/ percik renik). Sekali batuk
dapat menghasilkan tiga ribu percikan dahak. Infeksi akan terjadi apabila orang
lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius
7
2.5.1 Patogenesis
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Sebagian besar infeksi TB terjadi
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Price dan Standridge,
2006).
Pada tuberkulosis paru penularan terjadi melalui kuman yang dibatukkan atau
dibersinkan keluar mejadi droplet nuclei. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Partikel infeksi ini bila terisap
oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Bila
ukuran partikel kurang dari 5 (2-5) mikrometer, partikel ini dapat masuk ke
kasus lainnya, tidak semua kuman TB dapat dihancurkan. Pada individu yang
tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak dalam makrofag, dan
8
Kuman TB menyebar melalui saluran limfe dari fokus primer menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
(primary complex). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks
di hilus. Keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm dan ± 10
Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
usus.
pasca primer. Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di
regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah
9
ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Ini terjadi karena
2.5.2 Patologi
1. Tipe eksudatif
polimorfonuklear, dan monosit di sekitar basil tuberkulosis. Tipe ini terutama terlihat
dalam jaringan paru-paru sehingga menyerupai pneumonia bakteri. Tipe ini dapat
sembuh dengan resolusi sehingga seluruh eksudat diabsorpsi atau dapat berkembang
menjadi nekrosis yang luas pada jaringan atau dapat berkembang menjadi lesi tipe
2. Tipe produktif
Bila berkembang maksimal, lesi yang berupa granuloma kronis ini akan terdiri atas
a. Zona sentral dengan sel raksasa berinti banyak yang mengandung basil
tuberkulosis.
b. Zona tengah yang terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun secara radial.
Zona luar akan berubah menjadi fibrotik dan zona sentral akan mengalami
perkijuan. Kelainan seperti ini disebut tuberkel. Tuberkel yang berkiju dapat
10
pecah ke dalam bronkus dan menjadi kaverna. Kesembuhan dapat terjadi melalui
a. Tuberkulosis paru
b. TB ekstraparu
Merupakan kasus TB yang mengenai organ tubuh lain selain paru seperti
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
- Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat
11
Dua atau lebih pemeriksaan dahak BTA positif, atau
tuberculosis positif.
Atau
- Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum
Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu
di bawah ini:
atau
Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalensi
12
antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang mempunyai efek
c. Kasus bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam
pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada perubahan
Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat risiko resistensi obat
atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji
kepekaan OAT.
a. Penderita baru TB
sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan.
Penderita dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi
13
Merupakan penderita yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan
karena reinfeksi).
berobat/ default).
Pengelompokan penderita di sini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari
a. Mono resistant (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
b. Poli resistant (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
14
c. Multi drug resistant (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
d. Extensive drug resistant (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
e. Resistant Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
5. Status HIV
Status HIV penderita merupakan hal penting untuk keputusan pengobatan (PDPI,
2011).
2011).
15
2.7.1 Gejala Klinis
1. Gejala lokal
Gejala lokal sesuai dengan organ yang terlibat, bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik. Gejala respiratorik berupa:
b. Batuk darah
c. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
2. Gejala sistemik
a. Anoreksia
c. Lelah
d. Demam
mencapai 40-41℃.
16
e. Pengeluaran keringat di malam hari
(Department Health Republic of South Africa, 2014; Amin dan Bahar, 2014).
Kelainan paru yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Kelainan
paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama pada daerah apeks
dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Bila dicurigai adanya
3. Bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikular
melemah.
4. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau
Tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan:
17
2. Bagian paru yang sakit menciut dan menarik isi mediastinum atau bagian paru
3. Bila jaringan fibrotik lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru, akan terjadi
pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri
jantung kanan. Didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan
seperti takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, right atrial gallop,
dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan redup atau
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada
diagnosis utama. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari
(PDPI, 2011).
18
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
2. P (pagi): keesokan harinya pada pagi hari segera setelah bangun tidur.
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
(PDPI, 2011).
apakah penderita yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang diberikan.
19
Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi yaitu
foto lateral, top-lordotic, oblik atau CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas
atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (Amin dan Bahar, 2014).
Pembagian kelainan pada tuberkulosis yang dilihat pada foto toraks, yaitu:
a. Berbentuk awan atau bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang dengan
b. Lubang (kavitas); menunjukkan proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat
(Rasad, 2009).
20
Berikut alur diagnosis TB paru:
21
Gambar 2.2. Alur Diagnosis TB Paru
Sumber: PDPI, 2014
1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal
Pada tahap ini penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung utuk mencegah terjadinya resistensi obat. Pengobatan tahap awal pada
semua penderita baru, harus diberikan selama dua bulan. Bila pengobatan tahap
intensif ini diberikan secara tepat dan tanpa penyulit, biasanya penderita menjadi
22
tidak menular dalam waktu dua minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam dua bulan (Kemenkes RI, 2011; Kemenkes
RI, 2014).
Paduan OAT KDT tahap awal untuk kategori satu adalah 2HRZE, yaitu lama
Etambutol diminum setiap hari. Paduan OAT KDT tahap awal untuk kategori dua
adalah 2HRZES/ HRZE, yaitu lama pengobatan tiga bulan. Rifampisin, Isoniazid,
2. Tahap lanjutan
sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga
Paduan OAT KDT tahap lanjutan untuk kategori satu adalah 4H3R3, yaitu
tiga kali seminggu. Paduan OAT KDT tahap lanjutan untuk kategori dua adalah
Rifampisin, dan Etambutol diminum tiga kali seminggu (Direktorat Bina Farmasi
23
1. OAT Lini Pertama
a. Kanamisin
b. Kapreomisin
c. Amikasin
d. Kuinolon
e. Sikloserin
f. Etionamid/ Protionamid
24
h. Obat-obatan yang efikasinya belum jelas (Makrolid, amoksisilin + asam
Obat lini kedua hanya digunakan untuk kasus resisten obat, terutama TB
multidrug resistant (MDR) (PDPI, 2011). Paduan OAT kombinasi dosis tetap
Paduan OAT ini diberikan untuk penderita BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya:
a. Penderita kambuh.
25
b. Penderita gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya.
dengan pemeriksaan mikroskopis sputum pada akhir fase intensif (bulan kedua).
Jika hasil pemeriksaan sputum masih positif maka dilakukan pemeriksaan lagi
tiga bulan kemudian. Jika masih positif, dianjurkan untuk melakukan kultur dan
26
2.9.Rencana pembinaan kesehatan
Preventif :
27
- Menggunakan masker setiap berkontak dengan anak-anak atau
Promotif :
28
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (PMO) tentang efek
nya (-).
sehingga jika ada keluarga atau tetangga yang batuk > 2 minggu
Rehabilitatif
didapat tersebut.
o Jika ada gejala seperti batuk darah segera kunjungi pusat pelayanan
kesehatan.
o Jika ada gejala efek samping obat seperti kulit dan selaput lendir
29
2.10. Efek Samping Obat
perbaikan.5
30
b. Pengobatan lengkap: pasien yang telah menyelesaikan pengobatan
atau kultur) positif pada bulan kelima atau lebih dalam masa
pengobatan.
penyebab apapun.
ditambahpengobatan lengkap.
2.12 Komplikasi10
1. Batuk darah
2. Pneumotoraks
4. Gagal nafas
31
5. Gagal jantung
6. Efusi pleura
32
BAB 3
KELUARGA BINAAN
33
3.2. Genogram
34
3.3. Eco-map
Fungsi
dalam
keluarga
Resiko
Pembinaan
internal
kesehatan
keluarga
Keluarga
Masalah
Sarana
kesehatan
kesehatan
keluarga
Lingkunan
keluarga
SCREEM
FAMILY LIFELINE
35
Psikologis:
Adalah sikap dan Sikap dan Keluarga tidak
perilaku keluarga perilaku keluarga mampu membangun
selama ini dalam dalam hubungan antar
membangun membangun anggota keluarga,
hubungan psikologis hubungan memelihara
internal antar psikologis antar kepuasan anggota
anggota keluarga. anggota keluarga keluarga, dan cara
Termasuk dalam hal kurang baik. Hal menyelesaikan
memelihara ini terlihat dari masalah dan
kepuasan psikologis rasa acuh tak acuh pengambilan
seluruh anggota istri terhadap keputusan dalam
keluarga dan penyakit dan keluarga seolah tidak
manajemen keluarga ketidak teraturan diputuskan
dalam mengahadapi suami meminum berdasarkan cinta
masalah psikologis obat. dan kasih sayang.
.
Sosial: Dalam fungsi sosial Dalam komuikasi
Adalah sikap dan didapatkan: dan
perilaku keluarga Keluarga kurang hubungan sosial
selama ini dalam sadar akan pentingnya dengan
mempersiapkan pendidikan untuk anak- tetangga sekitar
anggota keluarga anak dan masih ada dapat dinilai baik dan
untuk terjun ke usaha untuk keluarga dapat
tengah masyarakat. menyekolahkan anak- mempersiapkan
Termasuk di anaknya. anggota keluarga
dalamnya Saat ini, anak untuk dapat berbaur
pendidikan formal pertama dari istri tinggal dengan baik di
dan bersama dalam keluarga masyarakat,
informal untuk dapat dan sedang bekerja sedangakan untuk
mandiri dengan status pendidikan pendidikkan bagi
tamat SMA, anak kedua keluarga pendidikan
dari istri yang serumah sampai tamat SMA
dengan pasien sedang merupakan
menempuh pendidikan pendidikan yang
tingkat SMP .Selain itu, cukup untuk anak-
keponakan dari istri juga anaknya.
tinggal serumah dan
sedang menempuh
pendidikan SD.
Hubungan keluarga ini
dengan tetangga
sekitar
terlihat baik,
36
komunikasi keluarga
dengan tetangga
baik.
37
Kebersihan pribadi Tampilan individual pasien cukup Perhatian pasien terhadap
dan lingkungan rapi dan bersih. Akan tetapi, kebersihan pribadi cukup
kebersihan dan kerapian lingkungan baik namun kesadaran
rumah kurang terjaga. Barang-barang akan kebersihan pribadi
di dalam rumah tampak berserakan dan lingkungan sebagai
dan tidak ditata dengan baik. Pasien perantara penularan
masih sering membuang dahak di penyakit masih kurang.
sembarang tempat, ketika batuk tidak kebersihan dan kerapian
menutup mulutnya, pasien tidak rumah dan lingkungan
menggunakan masker. kurang.
38
Gizi Keluarga Pasien mengkonsumsi makanan yang Pasien dan keluarga sudah
cukup bervariasi setiap harinya. mengonsumsi makanan
Namun tidak mengetahui kecukupan yang cukup bergizi.
gizi yang diperlukan. Keponakan
pasien yang masih SD terlihat kurus,
napsu makannya kurang.
39
3.6. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga
40
Bertingkat Tidak
A. Masalah internal
putus obat, pasien rutin kontrol tetapi tidak rutin meminum obat
41
b. kurangnya perhatian dari keluarga dan kurangnya kesadaran pasien
tentang penyakit pasien sendiri.
1. Faktor pendukung
JKN.
tinggal pasien.
2. Faktor penghambat
Preventif :
c. Membuka ventilasi rumah agar sirkulasi udara lancar dan sinar matahari
dapat masuk
42
d. Keluarga dilibatkan untuk mengingatkan pasien bila belum rutin meminum
obatnya
Promotif :
Edukasi mengenai:
a. penyakit TB,
c. perjalanan penyakit,
d. pengobatan,
g. Etika batuk
i. Tanda kegawatdaruratan TB
Kuratif :
OAT Kategori 2
43
Rehabilitatif :
b. Screening komplikasi
44