Ilmu Penyakit Saraf Case Report "Myeloradikulopati Torakolumbal E.C Fraktur Kompres"
Ilmu Penyakit Saraf Case Report "Myeloradikulopati Torakolumbal E.C Fraktur Kompres"
Ilmu Penyakit Saraf Case Report "Myeloradikulopati Torakolumbal E.C Fraktur Kompres"
CASE REPORT
“Myeloradikulopati Torakolumbal e.c Fraktur Kompres”
Pembimbing:
dr. Medina Gafur, Sp.S
Pendamping:
dr. Tania Apriyani
dr. Ade Mirza
Oleh:
dr. Hanif Abdurrachman Latif
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. RS
Umur : 30 tahun
Alamat : Anak Tuha, Lampung Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh tambak
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 06 Agustus 2018
Tanggal Anamnesis : 08 Agustus 2018
Dirawat yang ke : 1 (pertama)
Keluhan lainnya yang dirasakan os yaitu sedikit mati rasa pada kedua kaki. Os
menyangkal keluhan sulit BAK dan BAB, kesemutan pada kedua kaki, mual dan
muntah, demam, batuk lama. Os juga menyangkal adanya kelaina pada tulang
belakangnya sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Os berobat ke klinik setempat dan ke rumah sakit swasta sebelum ke RSUD
Demang Sepulau Raya. Os tidak mengingat obat apa saja yg telah diberikan.
Riwayat Kebiasaan
Os memiliki riwayat kebiasaan merokok, namun menyangkal mengonsumsi
minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang sebelumnya.
Riwayat Sosioekonomi
Os seorang buruh tambak dengan sebagian besar aktifitas diluar rumah.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit,
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8o C
Gizi : BB= 66 kg, TB= 165 cm (recall). IMT: 24.2 (Normoweight)
Status Generalis
- Kepala
Rambut : Hitam, lurus panjang, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Telinga : Liang lapang, simetris, serumen minimal
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Kering, lidah putih (-), sianosis (-)
- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
JVP : tidak ada peningkatan
Trakhea : di tengah
- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula
sinistra
Perkusi : Redup, batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-) ,gallop (-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil kanan = fremitus taktil kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada lesi, benjolan (-)
Palpasi : Teraba lemas, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
massa (-), hepar dan lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+), 8x/menit
- Extremitas
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik.
Status Neurologis
- Saraf Kranialis : tidak ditemukan kelainan
- Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba : menurun pada extremitas inferior sampai
setinggi pinggang ( T12-L1)
- Rasa nyeri : menurun pada extremitas inferior sampai
setinggi pinggang (T12-L1)
- Rasa suhu panas : tidak dilakukan
- Rasa suhu dingin : tidak dilakukan
Koordinasi
Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
Tes pronasi supinasi : tidak dilakukan
- Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
C. Pemeriksaan Penunjang
- Rontgent thoracolumbal AP-Lateral (6 Agustus 2018)
Interpretasi:
- Tampak diskontinuitas pada sacroiliac joint sinistra
- Tampak pelebaran diskus intervertebra L3-L4 dan L4-L5
- Tampak abnormalitas pada vertebrae T12 sampai L2
- Sistema intestinal sulit dinilai
- Psoas line tidak tervisualisasi
Interpretasi:
- Tampak fraktur kompresi pada L1
- Tampak fraktur pedikel L3
Kesimpulan:
- Fraktur kompresi vertebrae L1
- Fraktur pedikel L3
- Lordosis minimal
Hematologi (06/08/2018)
Hb: 13,2 g/dL
Leukosit: 8.660/µL
Eritrosit: 4,98 juta/µL
Hematokrit: 39,8%
Trombosit: 422.000/µL
MCV: 80 fL
MCH: 27 pg
MCHC: 33 g/dL
D. Resume
Os datang dengan keluhan nyeri pinggang dan kedua kaki lemas sulit digerakkan.
Nyeri pinggang dirasakan sejak akhir bulan januari (± 7 bulan yang lalu). Os
menceritakan pada mulanya saat seadang bekerja, os jatuh terpeleset ketika
menuruni tepi kolam tambak yang beralaskan karpet berlumur lumpur. Saat itu os
terjatuh dalam posisi terduduk sedikit miring ke kanan dengan tangan kanan dalam
posisi menyangga. Setelah kejadian itu os mulai mengeluhkan nyeri pada pinggang
bawah. Os mengaku bahwa saat itu kedua kakinya tersa sedikit sulit digunakan
untuk berjalan namun os masih bias melakukan aktifitas seperti biasa. Keluhan
semakin lama semakin memberat. Os mulai berobat ke klinik setempat kemudian
mendapatkan obat-obatan, namun keluhan hanya berkurang saat mengkonsumsi
obat saja. Pada pertengahan bulan Juni os mengatakan sudah tidak bias lagi berjalan
dan duduk pun terasa nyeri di pinggang. Os lalu berobat di salah satu rumah sakit
swasta dan disarankan untuk berobat ke spesialis saraf lalu kemudian os datang ke
RSUD Demang Sepulau Raya.
Keluhan lainnya yang dirasakan os yaitu baal pada kedua kaki muaoli dari ujung
kaki sampai pinggang. Os menyangkal keluhan sulit BAK dan BAB, kesemutan,
mual dan muntah, demam, batuk lama. Os juga menyangkal adanya kelaina pada
tulang belakangnya sebelumnya.
Os menyangkal pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat penyakit
hipertensi, jantung, penyakit ginjal kencing manis, dan kejang. Menurut os,
keluarga tidak ada yang pernah mengalami hal serupa, riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan sakit jantung pada keluarga juga disangkal. Sebelum ke RS
Demang Sepulau raya, os pernah beberapa kali berobat di klinik dan di RS swasta
namun tidak ada perubahan. Os memiliki riwayat kebiasaan merokok, namun
menyangkal mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang
sebelumnya. Os merupakan buruh tambak dengan tingkat aktifitas sedang sampai
tinggi.
E. Diagnosis
Diagnosis klinis : Low Back Pain, Paraparese
Diagnosis topis : Medulla spinalis setinggi vertebrae T12-L1
Diagnosis etiologi : Myeloradikulopati torakolumbaris e.c fraktur kompresi
F. Diagnosis Banding
- Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
- Spondilolistesis
- Tumor medula spinalis
G. Penatalaksanaan
1. Umum
- Bed rest, mobilisasi ringan
- Hindari faktor resiko (trauma, aktifitas berat)
- Menjaga berat badan ideal
2. Medikamentosa
- IVFD RL gtt xx/ mnt
- Ketorolac 30 mg/12 jam
- Ranitidin 50 mg/12 jam
- Mecobalamin drip/24 jam
H. Prognosa
- Quo ad vitam = bonam
- Quo ad functionam = dubia ad bonam
- Quo ad sanationam = dubia ad bonam
FOLLOW UP
TANGGAL CATATAN TINDAKAN
06/08/2018 S/ Os mengeluh nyeri pinggang dan Th/
tidak bisa berjalan dan duduk, BAB & - IVFD RL gtt xx/ mnt
BAK tidak ada masalah - Ketorolac 30 mg/12 jam
- Ranitidin 50 mg/12 jam
- Mecobalamin
O/ Status present
drip/24jam
KU : tampak sakit sedang
- Saran rujuk dari dr.
Kes : compos mentis
Apriyono, Sp.S
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit Hematologi
o
T : 36,8 C Hb: 13,2 g/dL
Leukosit: 8.600/µL
Reflek Fisiologis : Eritrosit: 4,98 juta/µL
Bisep (+/+) Patella (++/++) Hematokrit: 39,8%
Trisep (+/+) Achilles (++/++) Trombosit: 422.000/µL
MCV: 80 fL
Reflek Patologis : Kernig sign (+/+) MCH: 27 pg
Lasseque sign (+/+) MCHC: 33 g/dL
Sensorik
- Sup: (+/+)
- Inf: (sensibilitas menurun kanan
dan kiri sampai setinggi pinggang )
Reflek Patologis :
Kernig sign (+/+)
Lasseque sign (+/+)
Reflek Fisiologis :
Bisep (+/+) Patella (++/++)
Trisep (+/+) Achilles (++/++)
Reflek Patologis :
Kernig sign (+/+)
Lasseque sign (+/+)
Berdasarkan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnose klinis low back pain
dan paraparese merujuk pada hasil pemeriksaan kekuatan otot. Sedangkan
diagnose topis medulla spinalis setinggi vertebrae T12-L1 ditegakkan
berdasarkan keluhan hipestesi setinggi pinggang dan adanya hasil positif pada
pemeriksaan reflek patologis babinski dan chaddock yang menunjukkan adanya
kelainan pada UMN.
Pada pasien ini didapatkan terapi cairan parenteral berupa ringer laktat,
sebenarnya hal tersebut bukan lah hal yang tepat, mengingat kondisi os yang
masih dalam keadaan umum baik dan bisa mendapatkan asupan secara peroral.
Namun untuk mempermudah pemberian obat secara i.v dan atas indikasi social
sehingga pasien dipasang akses intravema.