Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 HEC-RAS
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 HEC-RAS
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 HEC-RAS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HEC-RAS
Aplikasi HEC-RAS, yaitu aplikasi yang diberikan secara freeware oleh
Hydrologic Engineering Center Us Army. Aplikasi HEC-RAS ini menitik beratkan
pada analisa Hidraulika pada sebuah Sungai / River Analysis Sistem, lain halnya
dengan aplikasi serupa yang di keluarkan yaitu HEC-HMS yang menitik beratkan
kepada analisa Hidrologinya.
Analisis yang dilakukan oleh HEC-RAS adalah analisis Aliran Steady,
Unsteady dan Sediment Transport. Aliran Steady adalah sebuah aliran dimana
jumlah cairan yang mengalir per detik melalui bagian apapun, adalah konstan. Aliran
Steady pun di bagi menjadi 2, yaitu Uniform Flow dan Non Uniform Flow.
Sedangkan UnSteady Flow adalah sebuah aliran di mana jumlah cairan yang
mengalir per detik melalui bagian apapun adalah tidak konstan.
Simulasi aliran di saluran terbuka (open channel) merupakan salah satu cara
untuk mempelajari pola aliran di sepanjang saluran tersebut. Simulasi dilakukan
secara nyata dengan mengalirkan air ke saluran yang umumnya dibuat dalam skala
laboratorium (model fisik) atau secara virtual dengan melakukan serangkaian
hitungan hidraulik yang umumnya diwadahi dalam suatu perangkat program aplikasi
komputer (model matematik). Melalui model fisik, sejumlah fenomena fisik aliran di
saluran atau sungai nyata (prototipe) ditirukan di saluran atau sungai yang dibuat
dengan ukuran yang lebih kecil (model). Interpretasi terhadap fenomena yang
diamati atau diukur di model akan memberikan petunjuk terhadap fenomena yang
(seolah-olah) terjadi di prototipe. Model matematik menirukan fenomena fisik aliran
di saluran nyata (prototipe) melalui serangkaian persamaan matematik yang
menjabarkan hubungan antar variabel-variabel aliran (variabel geometri, kinematik,
dinamik). Apabila pada model fisik dilakukan pengukuran atau pengamatan untuk
mendapatkan parameter aliran, pada model matematik parameter aliran diperoleh
melalui hitungan atau penyelesaian persamaan matematik.
Versi aplikasi HEC-RAS yang terbaru adalah versi 5.0 tetapi dalam
pengoperasiannya dengan versi sebelumnya yaitu versi 4.1 tidak jauh berbeda.
Langkah selanjutnya adalah pengisian geometri data sungainya, dengan menginput
2
Long Section dan Cross Section sungai. Setelah itu barulah memasukan data hujan
yang di perlukan ataupun data yang ingin di analysis. Hal yang terpenting adalah
menentukan sistem Analysis yang akan kita Run apakah Steady Flow atau Unsteady
Flow, setelah semua data diinput maka Runing Program bisa dijalankan.
Saat Running terjadi kesalahan HEC-RAS tidak mengeluarkan hasil dari
running tersebut maka masih terdapat kesalahan dalam pengisian data / input data
dan biasanya terdapat keterangan kesalahann yang harus diperbaiki.
Hasil running HEC-RAS adalah sebuah hasil analysis hidraulika yang dapat kita
lihat, yaitu berupa sebuah gambar profil melintang dan memanjang sungai. tidak
hanya gambar, output yang dihasilkan juga dapat berupa tabel tabel data.
2.2 Sungai
2.3 Hidrometri
kecepatan sungai, maupun debit sungai serta sedimentasi atau unsur lain. Beberapa
pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan hidrometri adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan aliran
𝐿
V=𝑡 …………………………………………………………….....(2.1)
Keterangan :
L = jarak
t = waktu
4. Pengukuran debit
Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume
aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan
waktu. Biasanya debit dinyatakan dalam satuan m3/d atau liter/detik. Aliran
adalah pergerakan air di dalam alur sungai. Pada dasarnya perhitungan debit
adalah pengukuran luas penampang, kecepatan aliran, dan tinggi muka air.
Rumus yang umumnya digunakan adalah
𝑄 = 𝐴. 𝑣 ………………………………...……………….(2.2)
Keterangan :
Q = debit (m3/d)
A = luas
2.4 Sedimen
Sedimen merupakan material hasil erosi yang dibawa oleh aliran sungai dari
daerah hulu kemudian mengendap di daerah hilir. Proses sedimentasi meliputi
proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition), dan pemadatan
(compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses tersebut berjalan sangat komplek,
dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetic yang merupakan
permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding
bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas tanah sedangkan bagian lainnya
masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan sedimen. Untuk ukuran dan
beratnya partikel tanah tersebut akan menentukan jumlah besarnya angkutan
sedimen.
Kemampuan tanah itu untuk terkikis tidak hanya tergantung pada ukuran
partikel –partikelnya tetapi juga pada sifat fisik bahan organik dan organik yang
terikat bersama sama partikel tersebut. Apabila partikel tanah tersebut terkikis dari
permukaan bumi atau dari dasar dan tebing sungai maka endapan yang di hasilkan
akan bergerak atau berpindah secara kontinyu menurut arah aliran yang
membawanya menjadi angkutan sedimen yang dapat diukur. (Soewarno, 1991)
Menurut Soewarno (1991), muatan sedimen terbagi menjadi dua, yaitu:
Partikel partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan
di sebut dengan muatan sedimen dasar (bed load). Adanya muatan sedimen dasar
ditunjukan oleh gerakan partikel partikel dasar sungai, gerakan itu dapat bergeser,
menggelinding atau melonjat lonjat akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar
sungai. Gerakan ini kadang kadang dapat sampai jarak tertentu dengan ditanda
ibercampurnya butiran partikel tersebut kearah hilir, keadaan ini pada umumnya
dapat dijumpai pada daerah kaki gunung api dimana material dasar sungainya
terdiri dari pasir. Sungai mengalirkan air bersama sedimen yang terdapat dalam
aliran air tersebut. Di bagian hulu kandungan sedimennya tinggi, tetapi setelah
sampai di bagian hilir terjadilah pengendapan. Akibat dari pengendapan yang
terus menerus maka endapan akan menjadi lebih tinggi dari dataran sekitarnya,
dan alur sungai berpindah mencari dataran yang elevasinya lebih rendah. Alur
sungai yang stabil dapat dicapai, apabila dapat diatur kapasitas sedimen yang
masuk kedalam alur sungai seimbang dengan kapasitas yang keluar di muara
sungai. Menurut ukurannya,sedimen dibedakan menjadi liat, debu, pasir, dan pasir
besar
partikel yang lebih halus seperti lumpur dan lempung. Ukuran butiran ditetapkan
berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi
(untuk butiran halus).
Interval/range Interval/range
Nama Nama
(mm) (mm)
4096 – 2048 Batu sangat besar 1/2 – 1/4 Pasir sedang
2048 – 1024 Batu besar 1/4 – 1/8 Pasir halus
1024 – 512 Batu sedang 1/8 – 1/16 Pasir sangat halus
512 – 256 Batu kecil 1/16 – 1/32 Lumpur kasar
256 – 128 Kerakal besar 1/32 – 1/64 Lumpur sedang
128 – 64 Kerakal kecil 1/64 – 1/128 Lumpur halus
64 – 32 Kerikil sangat kasar 1/128 – 1/256 Lumpur sangat halus
32 – 16 Kerikil kasar 1/256 – 1/512 Lempung kasar
16 – 8 Kerikil sedang 1/512 – 1/1024 Lempung sedang
8–4 Kerikil halus 1/1024 – 1/2048 Lempung halus
Lempung sangat
4–2 Kerikil sangat halus 1/2048 – 1/4096
halus
2–1 Pasir sangat kasar
Koloid
1 – 1/2 Pasir kasar
yang lainnya memiliki butir-butir yang berbeda bentuk dan distribusinya tidak
pernah sama. Cara menentukan gradasi adalah :
1. Analisa Saringan
𝑤𝑖
% berat tertahan pada saringan = × 100% ……………….………………. (2.3)
𝑤
Dengan :
wi = berat tertahan
NO 75,2 (3”)
NO 63,5 (21/9)
NO 50,8 (2”)
NO 36,1 (11/2)
NO 25,4 (1”)
NO 12,7 (1/2)
10
NO 30
NO 50
PAN
Sumber : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI 03 –
1969 – 1990)
Kemudian hasilnya digambarkan pada grafik presentase yang lebih kecil dari
pada saringan yang diberikan (partikel yang lolos saringan) pada sumbu partikel dan
ukuran partikel pada sumbu horizontal (dalam skala logaritma). Grafik ini dinamakan
dengan kurva distribusi ukuran partikel atau kurva gradasi seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.3
11
Gambar 2.3 Analisis perbandingan diameter dengan komulatif butir yang lolos
saringan.
Sumber : Penelitian angkutan sedimen Sungai Progo hilir dengan rumus empiris
2017
Berat jenis sedimen adalah perbandingan antara berat sedimen dengan berat air
pada volume yang sama dan pada temperatur tertentu. Untuk mendapatkan nilai berat
jenis butir tanah, digunakan rumus : (Muntohar, 2009)
(𝑊2 −𝑊1 )
𝐺𝑠 = (𝑊4 −𝑊1 )−(𝑊3 −𝑊2 )
……………………….……….………………. (2.4)
Keterangan :
Dengan :
𝑘𝑔.𝑓
q = debit tiap satuan lebar satuan waktu yang menentukan bedload Tb. (𝑚.𝑑𝑒𝑡)
𝑘𝑔.𝑓
Tb = berat bedload di udara tiap satuan lebar tiap satuan waktu. (𝑚.𝑑𝑒𝑡)
n,b = koefisien.
Persamaan diatas diturunkan dengan berdasarkan data material sedimen
seragam dengan rapat massa ρs= 2680 kg/m³. Kemudian persamaan tersebut
dikembangkan untuk material sedimen tidak seragam. Dalam Kironoto,1997 Meyer–
Peter dan Muller menyatakan bahwa gesekan atau kehilangan energi yang terjadi
pada dasar sungai ( ripple atau dunes ) disebabkan oleh bentuk gelombang (shape
roughness) dan ukuran butiran ( grain roughness ).
Nilai koefisien kekasaran ( ks’ ) karena dianggap yang terakhir lebih
menentukan nilai transportasi sedimen dasar ( bedload ) maka ditempatkan dalam
rumus angkutan sedimen dasar total ( Tb ). Dengan rumus Strickler :
3 1
ū = 𝐾𝑠 𝑅 2 𝐼 2 ………………………………...………………….………….. (2.6)
dengan :
Ks = koefisien kekasaran
R = radius hidrolik
13
Sehingga :
3
𝐼 𝐾𝑠
μ = 𝐼′ = ( 𝐾′𝑠 )2 ………………………………...……………………………... (2.9)
Dengan :
γw = berat jenis air
𝑄𝑠 𝑅 𝑄𝑠
= ℎ = faktor koreksi berhubung dengan tampang saluran, = 1 untuk B = ∞
𝑄 𝑄
𝐾𝑠 2
(𝐾𝑠′ )3 = Riple factor
Catatan :
a. Dalam satuan m k s γw = ρw g = 1000 . 9,8 = 9800 N/m3
b. Dalam keadaan kritik Tb = 0 maka rumus MPM menjadi : τo
𝛾𝑤 ℎ 𝐼
(𝛾𝑤− 𝛾𝑠)𝑑𝑚
= 0,047 B=∞;μ=1
𝜏˳
(𝛾𝑤− 𝛾𝑠)𝑔 𝑑𝑚
= 0,047
berikut :
3
ф = (4𝛹 − 0,188)2
1
𝑆 = ф (𝑔 𝛥 𝐷𝑚3 )2
Dimana :
𝜇ℎ𝐼
𝛹 =
𝛥 𝐷𝑚
𝜌𝑠 − 𝜌𝑤
𝛥 =
𝜌𝑤
Ripple factor :
3
𝐶 2
𝜇 = ( ′)
𝐶
12ℎ
𝐶′ = 18 log
𝑑90
ū
𝐶 =
√ℎ 𝐼
Keterangan :
S = volume angkutan sedimen per meter lebar per satuan waktu (m3/det/m’)
Dm = diameter efektif
= D50 – D60
2. Metode Einsten
Metode pendekatan Einstein didasarkan pada dua konsep dasar. Konsep dasar
pertama bahwa konsep kondisi kritik untuk terjadinya angkutan sedimen ditiadakan
karena kondisi kritik pada awal pergerakan sedimen sangat sulit untuk didefinisikan.
Konsep dasar kedua adalah angkutan sedimen dasar lebih dipengaruhi oleh fluktuasi
aliran yang terjadi akibat nilai rata-rata gaya aliran yang bekerja pada partikel
sedimen.
Dengan demikian bergerak atau berhentinya suatu partikel sedimen lebih tepat
15
Nilai viskositas atau kekentalan air dapat dilihat pada tabal di bawah ini:
0 1,79 × 10-3
5 1,51 × 10-3
10 1,31 × 10-3
15 1,41 × 10-3
20 1,00 × 10-3
25 8,91 × 10-4
30 7,96 × 10-4
35 7,20 × 10-4
40 6,53 × 10-4
50 5,47 × 10-4
16
60 4,66 × 10-4
70 4,40 × 10-4
80 3,34 × 10-4
90 3,15 × 10-4
Dengan :
δ’ = tebal lapisan sub – viskositas
u = viskositas atau kekentalan air
u’ = kecepatan gesek akibat kekasaran butiran
c. Menentukan faktor koreksi pengaruh viskositas (x)
𝐾𝑠 𝑑65
= ……………………………...…………………..…... (2.13)
𝛿′ 𝛿′
Dengan :
Ks = nilai kekasaran butiran
δ’ = tebal lapis sub – viskositas
Kemudian hasil dari persamaan di atas diplotkan pada Gambar 3.4 di bawah
ini yang diturunkan dari grafik Nikuradse untuk mendapatkan nilai faktor
koreksi pengaruh viskositas ( x )
17
(2.14)
Dengan :
Û = kecepatan aliran rata-rata
Rb’= jari-jari hidraulik akibat kekasaran butiran
x = faktor koreksi pengaruh viskositas
Ks = nilai kekasaran butiran = d65
e. Menghitung intensitas aliran
(ρs−ρw).𝑑35
Ψ’= ……………………...…………………..…......... (2.15)
1000(𝑆.𝑅𝑏 ′ )
Dengan :
Ψ’ = Intensitas aliran
g = gravitasi
γ = berat jenis air
d35 = ukuran rata-rata butiran dari d35
Rb’ = jari-jari hidraulik
Nilai dari hambatan aliran (β35) diplotkan ke grafik Gambar 3.5 untuk
mendapatkan nilai Û /U*'. Dari persamaan tersebut didapat kecepatan gesek
akibat konfigurasi dasar sungai ( u’’)
18
Dengan :
g = gravitasi
Dengan :
Dengan :
Q = debit hitungan
(ρs−ρw)
a. Menghitung 𝛥 = …………………...…………….…... (2.19)
ρw
12𝑅
e. C’= 18 log ………………………………………...….... (2.22)
𝐷₆₅
Dengan :
Û = kecepatan aliran rata-rata
R = jari-jari hidraulik akibat kekasaran butiran
D₆₅ = ukuran rata-rata butiran dari d₆₅
f. Menghitung
µ.𝑅.𝐼
Ψ’ =∆.D₃₅
Dengan :
µ = ripple factor
D₃₅ = fraksi yang tertampung sebanyak 35%
g. Mencari ф (suatu konstanta)
Ф = 0.044638 + 0.36249 Ψ’ + 0.226795 Ψ’ + 0.0036 Ψ’ ….... (2.23)
h. Menghitung sedimen bed load yang ditrasnport
Dengan :
g = gravitasi
- Temperature (t)
- Gravitasi (g)
Langkah-langkah perhitungan :
2. Hitung U*’, dimana U*’ adalah harga U* dihitung dari ū dengan suatu
asumsi bahwa ukuran butiran merupakan kekasaran dasar.
ū
𝑈 ∗′ =
10 ℎ
5,64 log 𝐷
50
9,66
𝑚= + 1,34
𝐷𝑔𝑟
21
2 −3,53)
C = 10(2,86 log 𝐷𝑔𝑟−(log 𝐷𝑔𝑟)
0,23
𝐴= + 0,14
(𝐷𝑔𝑟)1/2
4. Hitung Fgr
𝑈 ∗𝑛 . (𝑈 ∗′ )1−𝑛
𝐹𝑔𝑟 =
(𝛥. 𝑔. 𝐷50 )1/2
5. Hiturng Ggr
𝑚
𝐹𝑔𝑟
𝐺𝑔𝑟 = 𝐶 ( − 1)
𝐴
ū 𝑛
𝑆 = 𝐺𝑔𝑟 × ū × 𝐷50 × ( ∗ )
𝑈
- Temperature (t)
- Gravitasi (g)
Langkah-langkah perhitungan :
12𝑅
C = 18 log 𝐷₆₅
Û = 𝐶(ℎ. 𝐼)⁰′⁵
U* = √𝑔 𝐼 ℎ Dari grafik
12,27 𝑅𝑏 ′ 𝑥
4. Hitung Û/U˟ ′ = 5,75 𝑢′ log( )
𝐾𝑠
Û
5. Hitung 𝐹𝑟 = (𝑔 ℎ)⁰̇⁵
τ
6. Hitung 𝑓 =
(0.5 ρ U )²
(γs−γ)
7. Hitung ∆ = γ
𝑅.𝐼
𝛹 = ∆.𝐷₅₀aru
𝛷 = 0.1(𝑓‾1 )(𝛹²ʼ⁵)
𝑆 = 𝛷(∆𝑔𝐷₅₀³)⁰ʼ⁵)