Bab I
Bab I
Bab I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan tentang Kualitas Air Sungai Wanggu ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Pembimbing
Mata Kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami semoga memberi
dampak positif bagi semua pihak terkhusus para penyusun laporan.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kualitas Air serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas air tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan
datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketersediaan Air.............................................................................................
B. Pencemaran Air..............................................................................................
C. Kualitas Air....................................................................................................
D. SIG (Sistem Informasi Geografi)..................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Air Sungai Wanggu.........................................................................
B. Pemanfaatan Air Sungai Wanggu..................................................................
C. Pencemaran Sungai Wanggu..........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas lingkungan yang sehat dan tidak tercemar salah satunya dapat
dilihat dari kualitas air yang digunakan manusia sebagai pokok penunjang
aktivitas dalam kehidupan manusia. Air merupakan media lingkungan yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dalam kehidupannya. Namun seiring
perkembangan teknologi pencemaran terhadap lingkungan air terjadi secara besar-
besaran yang menyebabkan kualitas air semakin menurun
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³)
tersedia di bumi.
Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan
berbagai parameter air baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter
fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,.
Parameter kimia yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas, sedangkan untuk parameter
biologi yaitu plankton dan bentos.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam
waduk, sungai, laut, danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air
tersebut.
Kota Kendari merupakan salah satu kota di Sulawesi Tenggara dengan
tingkat keberadaan air bersih yang masuk dalam kategori tercemar. Kondisi ini
membuat kestabilan lingkungan tidak seimbang yang berakibat mempengaruhi
kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam praktikum ini, mengukur kualitas air
dilakukan di Sungai Wanggu Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan
dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah
pengamatan. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis secara insitu, yaitu
analisis sampel yang dilakukan langsung dilokasi pengamatan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum Kualitas Air ini yaitu :
1. Bagaimana Kualitas Air di Sungai Wanggu ?
2. Bagaimana cara menentukan kelayakan penggunaan air di Sungai
Wanggu ?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan pencemaran Air di Sungai Wanggu ?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kualitas Air ini adalah
1. Untuk mengetahui kualitas air di Sungai Wanggu dan sebagai informasi
mengenai kualitas air bagi para pembaca, khususnya mahasiswa Geografi
FITK juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Kualitas Air.
2. Untuk mengetahui cara menentukan kualitas air di Sungai Wanggu
3. Untuk mengetahui dampak pencemaran air di Sungai Wanggu
D. Manfaat
Manfaat penelitian atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari dari
seluruh rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis. Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah
bahwa seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh
dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan
empirik mengenai penerapan fungsi Ilmu Pemerintahan yang diperoleh
selama mengikuti kegiatan perkuliahan pada Sekolah Tinggi Ilmu
Pemerintahan. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian, penulis berharap manfaat hasil penelitian dapat diterima
sebagai kontribusi untuk meningkatkan kinerja aparat melalui peningkatan
gaya kepemimpinan yang efektif.
2. Manfaat Akademis. Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa
hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan Ilmu
Pemerintahan, dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa
yang melakukan kajian terhadap kinerja pegawai dengan permasalahan
gaya kepemimpinan pada birokrasi pemerintahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketersedian Air
Air merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupan manusia dimana
merupakan sumber daya alam yang harus dijaga ketersediaannya. Perubahan dan
penggunaan lahan serta perubahan cuaca dapat menimbulkan perubahan pada
kondisi sumber air (Pujiraharjo,dkk. 2014).
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya
memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang
sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan,
diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh
merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Kebutuhan akan air oleh manusia tidak ada habisnya, terutama air bersih
yang layak untuk keperluan rumah tangga seperti: mandi , memasak, bahkan yang
paling penting adalah untuk minum. Hal ini bisa dirasakan pada beberapa tahun
terakhir. Dimana sumber maupun tempat penampungan air sudah berkurang,
seperti telaga yang berganti menjadi pemukiman, sumur bor yang airnya kering
saat musim kemarau, maupun sungai-sungai yang tercemar oleh bahan kimia
(Lubis,2014).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
menyebutkan bahwa kebutuhan air ratarata secara wajar adalah 60 l/orang/hari
untuk segala keperluannya (Sasongko,2014).
B. Pencemaran Air
Masalah pencemaran air yang ada di Indonesia setiap tahun semakin
meningkat. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat-zat atau komponen
yang lainnya yang menyebabkan kualitas air terganggu bahkan menurun.
Pencemaran air bersumber dari beberapa hal yaitu limbah pertanian, limbah
rumah tangga, limbah industry dan penangkapan ikan yang tidak dilakukan
dengan semestinya. Akibat dari pencemaran air merusak ekosistem yang di dalam
maupun di luar kehidupan air terganggu. Pencemaran air juga dapat berdampak
bagi kehidupan manusia yang tidak pernah luput dari penggunaan air. Namun
pencemaran air dapat diatasi dengan berbagai cara baik dari diri sendiri maupun
dari instansi pemerintahan.
Masalah utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air adalah
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap
sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air (Sasongko,2014).
Air digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari tidak hanya untuk
minum saja, tetapi digunakan untuk mandi, mencuci, keperluan pertanian,
keperluan industri, pembangkit listrik dan lainnya. Kualitas air menjadi persoalan
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Apabila terjadi pencemaran
akan menimbulkan masalah yang berbahaya bagi kesehatan. Air dapat mengalami
pencemaran secara langsung dan tidak langsung baik dari kotoran, pestisida,
pupuk, limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industry
(Fadhilah,2016).
C. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama
adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2
terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang
kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan
benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan
(Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur
perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air
pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus,
2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan
secchi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
C. Metodologi Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
survey, yakni penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan analisis secara
in situ, dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode purposiv sampling.
Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk meninjau langsung dan mendapat
informasi mengenai kondisi fisik air Sungai Wanggu sehingga dapat memberikan
penjelasan dan kesimpulan mengenai kualitas air yang ada di Sungai Wanggu.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan
sebelum melakukan penelitian yaitu :
a. Mendefinisikan dan Merumuskan Masalah
Pendefinisian masalah harus jelas,baik dari segi keluasannya maupun dari
segi kedalamannya.
b. Melakukan Studi Kepustakaan (Studi Pendahuluan)
Mengacu pada teori-teori yang berlaku dan dapat dicari atau ditemukan
pada buku-buku teks ataupun penelitian orang lain.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau anggapan yang sifatnya sementara
tentang fenomena yang akan diselidiki. Berguna untuk membantu peneliti
menuntun jalan pikirannya agar mencapai hasil penelitiannya. Yang
dihipotesiskan adalah pernyataan yang ada pada rumusan masalah.
d. Menentukan Model atau Desain Penelitian
Model yang dipakai dapat berupa model matematika. Tahap ini dapat
diganti dengan tahap menentukan desain penelitian
e. Mengumpulkan Data
Data harus dicari dengan teknik yang sesuai.
f. Mengolah dan Menyajikan Informasi
Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga informasi yang
tersaji lebih mudah diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik dan nilai statistik.
g. Menganalisis dan Menginterpretasikan
Selanjutnya hasil olahan tersebut dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan alat-alat analisis yang sesuai agar dapat dihasilkan kajian
yang cukup tajam, mendalam dan luas.
h. Membuat Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan yang sesuai dengan hipotesis
yang diajukan. Saran disajikan pula karena penelitian mempunyai
keterbatasan-keterbatasan atau asumsi-asumsi.
i. Membuat Laporan
Pembuatan laporan merupakan tahapan akhir dalam penelitian yang
menyajikan informasi mulai dari tahapan persiapan samapai pada
penarikan kesimpulan.
E. Parameter Fisika
a. Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses
fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari
untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai
dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan
manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang
tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan
dan udang budidaya.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (APHA,
1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang
menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam,
sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat
dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi
nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya
padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai
kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas
desinfeksi pada proses penjernihan air.
c. Bau
Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau
amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui
bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
d. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada
air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion
metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman
air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida
mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi
sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat
menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003).
Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna
kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam
humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan
warna kecoklatan.
F. Teknik Analisis
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan
menerangkan apa yang terjadi dengan memberikan penjelasan secukupnya
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis
laboratorium, sehingga diperoleh gambaran yang nyata atas obyek yang diteliti,
dan dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan yang ada
(Widayati, 2011).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian dilakukan di Sungai Wanggu Kota Kendari Sulawesi Tenggara
dengan mengamatai secara langsung kondisi air sungai wanggu tersebut.
Pengamatan dilakukan dengan menentukan beberapa sampel. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil lima titik/sampel pengamatan
dengan jarak yang berbeda-beda tiap sampelnya. Titik satu, kami memperoleh
data
B. Pembahasan
a. Kualitas air Sungai Wanggu
b. Pemanfaatan air Sungai Wanggu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diadakannya praktikum pengukuran kualitas air di waduk
FAPERIKA UR, didapatkan hasil bahwa suhu dipermukaan air waduk adalah
32ͦC, kecerahan 70,5 cm, kekeruhan 5 NTU, kedalaman 165 cm, pH 6, DO 8,33
mg/L dan CO2 bebas 9,988 mg/L. Maka, dapat disimpulkan bahwa kualitas air di
waduk FAPERIKA UR adalah baik.
B. Saran
Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada
semua pihak agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air
diwaduk saat ini adalah baik, namun apabila tidak dijaga akan berkurang
kualitasnya. Maka, marilah bersama-sama kita jaga agar air di waduk tersebut
tetap sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan tidak tercemar.
DAFTAR PUSTAKA