Bab I

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan di pasal 93 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut

dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, penyakit gigi, pengobatan penyakit

gigi dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah dan/atau masyarakat yang

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya

kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan,

peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa kurang

(Kementerian RI, 2012).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

tahun 2010, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih

berkisar penyakit yang menyarang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit

periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita

kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman

karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling- Teeth) berkisar

antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah

ditetapkan oleh WHO (World Health Organization), yaitu 3. Adapun untuk

prevalesi penyakit periodontal menunjukan 42,8% (Herijulianti, dkk 2011).


Karies gigi (kavitis) merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering

mempengaruhi individu pada segala usia. Karies gigi merupakan masalah oral

yang utama pada remaja dan anak-anak termasuk usia sekolah (Wong, et,.al,

2009).

Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat

yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, hal

ini terlihat dari 22,8% penduduk indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2%

yang menyikat gigi hanya 8,1% menyikat gigi yang benar dan tepat waktu

(Ningsih, dkk 2016 )

Karies menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius pada anak

usia sekolah terutama Sekolah Dasar (SD). Hal ini disebabkan karena

kebersihan gigi dan mulutnya masih kurang begitu baik. Prevalensi akan terus

menigkat seiring bertambahnya umur, anak usia 6 tahun telah mengalami

karies pada gigi tetapnya sebanyak 20%, meningkat 60% pada usia 8 tahun,

85% pada 10 tahun dan 90% pada usia 12 tahun (Ningsih, dkk 2016)

Usia sekolah merupakan anak pada usia 6-12 tahun, kalau di Indonesia

anak usia tersebut adalah anak usia sekolah dasar (Yatim, 2005). Pertumbuhan

dan perkembangan pada masa ini mengalami proses percepatan pada umur 10-

12 tahun dimana penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan

ukuran panjang tinggi badan sampai 5 cm per tahunnya. Secara fisiologis

masa kanak-kanak pertengahan di mulai dengan tanggalnya gigi susu pertama


dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir

(kecuali gigi geraham terakhir) (Hidayat, 2007).

Salah satu yang menjadi pemicu bagaimana kondisi gigi dan mulut

seseorang adalah pemilihan makanan. Umumnya anak-anak memasuki usia

sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi, karena pada usia sekolah ini

anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya.

Bagi anak-anak khususnya yang menduduki bangku sekolah dasar, tentunya

belum banyak mendapat perhatian yang lebih (Worotitjan, 2013).

Anak-anak yang masih menduduki sekolah dasar justru harus

memperhatikan pencegahan dari gigi yang berlubang maupun kebersihan

mulut yang lain. Tercatat bahwa anak usia 9-11 tahun masih belum terlalu

memperhatikan kebersihan mulut mereka dengan tidak memperhatikan cara

menggosok gigi yang baik dan benar. Menurut Potter & Perry (2005), gigi

permanen yang tumbuh pada anak usia sekolah harus diperhatikan kebersihan

giginya karena perpindahan dari gigi susu menjadi gigi permanen memiliki

resiko tinggi terkena karies gigi.

Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan perilaku.

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan sangat

berperan dalam menentukan derajat kesehatan dari masing-masing individu.

Oleh karena itu perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang

baik harus diubah. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan perilaku

seseorang, di samping faktor bawaan. Lingkungan masyarakat dimana

individu itu berada akan ikut berperan dalam pembentukan perilaku seseorang,
oleh karena itu untuk mengubah perilaku dibutuhkan peran serta masyarakat

dimana individu tersebut berada. Lingkungan terdekat dimana individu berada

yaitu lingkungan keluarga dan lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah.di sini

peran orang tua dan guru sangat menentukan dalam melakukan perubahan

perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak. Pengetahuan dan

pendidikan yang diberikan orang tua dan guru sangat membantu pembentukan

perilaku anak (Sutjipto, dkk 2013 )

Upaya pemeliharaan gigi dan mulut antara lain meliputi tindakan

menyikat gigi, kumur-kumur dengan larutan flour. Tindakan menyikat gigi

merupakan hal yang utama dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut. Untuk melakukan tindakan ini dibutuhkan kemampuan motorik,

dimana usia sekolah dasar merupakan usia yang ideal untuk melatih

kemampuan motorik seorang anak (Sutjipto, dkk 2013 )

Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Ningsih, dkk (2016) pada anak

SDN 005 Bukit Kapur Dumai menunjukkan bahwa terdapat gambaran

pengetahuan dan sikap menyikat gigi pada siswa-siswi dalam mencegah karies.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Nyatnyono

kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang pada tanggal 3 April 2017 di

peroleh data dari SDN 01 Nyatnyono, jumlah seluruh siswa SDN 01

Nyatnyono yaitu 240 siswa, jumlah siswa masing-masing kelas yaitu 40 siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN 01 Nyatnyono,

mengatakan bahwa sebagian muridnya sering mengalami permasalahan


kesehatan gigi dan mulut, rata-rata semua siswa masih sering jajan

sembarangan, dan minat belajar mereka masih kurang.

Dari hasil wawancara dengan 10 siswa, 2 diantaranya mengatakan

pernah mengalami sakit gigi, 6 diantaranya mengatakan sering jajan

sembarangan, dan 2 diantaranya mengatakan sering makan makanan yang

manis dan tidak menggosok gigi sebelum tidur. Berdasarkan fenomena diatas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran

Pencegahan Karies Gigi di SDN 01 Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,

kabupaten semarang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka yang menjadi

rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran

Pencegahan Karies Gigi di SDN 01 Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,

Kabupaten Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pencegahan Karies Gigi di SDN 01 Nyatnyono,

Kecamatan Ungaran Barat, kabupaten semarang.


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden pada anak di SDN 01

Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten semarang.

b. Mengetahui gambaran Pencegahan Karies gigi di SDN 01 Nyatnyono,

Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan refrensi tentang pencegahan

karies gigi pada anak usia sekolah

2. Bagi anak usia sekolah

Diharapkan anak usia sekolah tahu akan manfaat dan dampak memelihara

kesehatan gigi dan mulut

3. Bagi perawat komunitas

Sebagai informasi bagi perawat komunitas dan sebagai dasar pengkajian

lanjutan supaya mampu merencanakan intervensi yang tepat tentang

pencegahan karies gigi

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang bermakna

untuk penelitian selanjutnya khususnya dalam pencegahan karies gigi pada

anak usia sekolah.

You might also like